• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Pencemaran Udara

Dalam dokumen (, 2.01 MB) BUKU FINAL 031114 (Halaman 33-40)

BAB II GAMBARAN UMUM

2.3 Pengelolaan Lingkungan

2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara

Peraturan mengenai pengendalian pencemaran udara skala nasional adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Sedangkan peraturan tingkat Provinsi Jawa Barat adalah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006. Untuk mengurangi pencemaran udara hingga mencapai tingkat yang tidak membahayakan atau mencemari lingkungan udara ambien dan memenuhi baku mutu emisi udara adalah dengan menggunakan alat atau teknologi pengendalian pencemaran udara. Alat pengendali pencemaran udara dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.

Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara

No Nama Alat Cara kerja Gambar

1. Wet Scrubber Arus gas kotor dibawa menuju kontak dengan liquid pencuci dengan cara menyemprotkan, mengalirkan atau dengan metode kontak lainnya. Kemampuan alat ini terbatas menyisihkan partikel < 0.3 mikron.

2. Gravity Settling Chamber

Prinsip penyisihan partikulat dalam Gravity Settler adalah gas yang mengandung partikulat dialirkan melalui suatu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah sehingga memberikan waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara gravitasi ke bagian pengumpul debu (dust collecting hoppers).

3. Siklon Peralatan mekanis yang

digunakan untuk menyisihkan partikel dengan ukuran > 5 mikron dengan efisiensi penyisihan 50-90%. Prinsip kerja siklon yaitu dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dan inersia dari udara/gas buangan. Udara yang mengandung partikulat menyebabkan partikel terlempar ke luar, membentur dinding, dan bergerak turun ke dasar siklon.

Dalam aplikasi di dunia industri, siklon sering digunakan sebagai pre- cleaner untuk alat kontrol polusi udara yang lebih rumit seperti electrostatic

precipitator atau baghouses. 4. Electrostatic

Precipitator (EP)

Alat pengendali pencemar partikulat yang didasari pada konsep presipitasi akibat gaya elektrostatik. EP sangat efektif sebagai pengendali partikulat yang berukuran kurang dari 10 mikron. Pemberian muatan listrik oleh precipitator discharge electrode disebut sebagai corona discharge. Partikel diberikan muatan negatif

No Nama Alat Cara kerja Gambar (negative charging) sehingga

menimbulkan gaya elektrostatis. Gaya ini akan berinteraksi sehingga partikulat akan mengalami presipitasi pada sistem pengumpul (berbentuk plat atau tabung) yang bermuatan positif. Setelah menempel pada bidang pengumpul maka akan terjadi discharging muatan hingga kolektor ternetralisir oleh jumlah partikulat bermuatan yang menempel.

5. Fabrik filter/ Baghouse

Unit pengendali pencemaran udara yang disisihkan melalui mekanisme impaksi,

intersepsi dan difusi. Fabric filter menggunakan bahan filter tertentu seperi nilon atau wol untuk menyisihkan partikel dari aliran gas

Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara

No Alat Cara Kerja Gambar

1. Adsorber Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses tertahannya pencemar gas yang terdapat dalam aliran gas buang pada suatu permukaan padat. Adsorben adalah permukaan padat yang mampu menarik molekul gas pencemar (seperti karbon aktif, silica gel, activated alumina), adsorbat adalah molekul gas pencemar yang tertahan pada permukaan padat (seperti senyawa organik volatil, thinner cat, pelarut / solvents).

No Alat Cara Kerja Gambar 2. Absorber/

scrubber

Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip absorpsi. Absorpsi adalah mekanisme dimana satu atau lebih zat pencemar dalam aliran gas dieliminasi atau dihilangkan dengan cara melarutkannya dalam cairan.

3. Kondenser Unit pengendali gas yang

menggunakan prinsip kondensasi, yaitu proses penyisihan gas pencemar dengan cara merubah fasa dari fasa gas ke fasa cair. Kondenser bentuknya sederhana, relatif murah dan biasanya menggunakan air atau udara untuk mendinginkan dan mengkondensasikan uap. Umumnya digunakan sebelum adsorber, absorber, atau insinerator untuk mengurangi total massa gas buang yang akan diolah. 4. Unit

pembakaran/ combustion

Unit pengendali yang bekerja dengan prinsip okidasi, digunakan untuk mengendalikan senyawa organik volatil (VOC) dan atau senyawa-senyawa beracun. Pada temperatur yang cukup tinggi dan waktu tinggal yang cukup, senyawa organik dapat dioksidasi membentuk CO2 dan uap air. Oksidasi senyawa organik yang mengandung klorin dan florin atau sulfur dapat berupa HCl, HF, Cl2 atau SO2.

Secara umum kewajiban usaha dan/atau kegiatan dalam pengendalian pencemaran udara dalam peraturan terkait emisi sumber tidak bergerak adalah sebagai berikut:

a. Membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman sesuai peraturan yang berlaku;

b. Memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin;

c. Melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong emisi (CEMs).

d. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 2 (dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi selama 6 (enam) bulan atau lebih;

e. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi kurang dari 6 (enam) bulan;

f. Menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf d dan huruf e;

g. Melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil;

h. Menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf c kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan, untuk huruf d atau e paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan;

i. Melaporkan kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu emisi dilampau serta rincian upaya penanggulangannya kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri.

Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi No. Sumber Emisi Peraturan Terkait Parameter 1. Boiler/ketel uap PerMenLH Nomor

07 Tahun 2007

Bahan bakar Minyak: Partikulat, SO2, NO2, Opasitas

Bahan bakar gas: SO2, NO2

Bahan bakar batu bara: partikulat, SO2, NO2, Opasitas

2. Genset PermenLH Nomor

13 Tahun 2009

 Kapasitas ≤570 KWth

Bahan bakar minyak dan gas NO2, CO

 Kapasitas ≤570 KWth

Bahan bakar minyak dan gas: total partikulat, SO2, NO2, CO 3. Pembangkit

tenaga termal (PLTU)

PermenLH Nomor 21 Tahun 2008

SO2, NO2, Total partikulat, Opasitas

4. Kegiatan industri besi dan baja

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IB

Penanganan bahan baku, tanur oksigen basa, tanur busur listrik, dapur pemanas, dapur proses pelunakan baja: Total partikel Proses celup lapis metal: Total partikel, HCl 5. Kegiatan industri pulp dan kertas KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IIB

Tungku recovery, tanur putar pembakaran, tangki pelarutan lelehan, digester: Total partikel, Total sulfur tereduksi

Unit pemutihan: Cl2, ClO2 6 Kegiatan

industri semen

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IVB

Total partikel, SO2, NO2, Partikulat

7. Kegiatan industri lain-lain KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran VB NH3, Cl2, HCl, HF, NO2, Opasitas, Partikel, SO2, H2S, Hg, As, Sb, Cd, Zn, Pb

8. Kegiatan industri pupuk

PermenLH Nomor 133 Tahun 2004

Total partikel, Fluor, Opasitas, SO2, NO2

9. Kegiatan industri keramik

PermenLH Nomor 17 Tahun 2008

Kiln: SO2, NOx, Total partikulat, HF Semua sumber selain kiln: Total partikulat

Semua sumber: Opasitas

10. Incinerator KEP - 03 /

BAPEDAL / 09 / 1995

Partikel, SO2, NO2, HF, CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, TI, dan Opasitas

Ketentuan teknis cerobong emisi diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, yaitu:

1. Persyaratan cerobong

Lokasi lubang sampling pada cerobong ditentukan sebesar 8 (delapan) kali diameter cerobong dari aliran bawah (hulu) dan 2 (dua) kali diameter dari aliran atas (hilir) dan bebas dari gangguan aliran seperti bengkokan, ekspansi, atau pengecilan aliran di dalam cerobong. Jika diameter berbentuk segi empat, maka diameter yang berlaku adalah diameter ekivalen (De) dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

De: diameter ekivalen

L : panjang penampang cerobong W : lebar penampang cerobong

Jika cerobong memiliki ukuran bagian bawah dan atas berbeda, maka diameter ekivalen ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

De: diameter ekivalen

D : diameter dalam cerobong bawah d : diameter dalam cerobong atas

2. Persyaratan lubang pengambilan sampel

Untuk mengambil sampel emisi cerobong diperlukan pembuatan lubang pengambilan sampel dengan persyaratan:

a. Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm; b. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistel plat

flange yang dilengkapi dengan baut;

3. Persyaratan pendukung

Persyaratan pendukung lubang pengambilan sampel diantaranya: a. Tangga besi dan selubung pengaman berupa plat besi

b. Lantai kerja (landasan pengambilan sampel) dengan ketentuan sebagai berikut:

 Dapat mendukung beban minimal 500 kg;

 Keleluasaan kerja bagi minimal 3 0rang;

 Lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel adalah 1,2 m dan melingkari cerobong;

 Pagar pengaman setinggi 1 m;

 Dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambil sampel;  Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang

digunakan yaitu Voltase 220V, 3A, single phase, 50 Hz AC.

 Penempatan sumber aliran listrik dekat dengan lubang

pengambilan sampel.

Dalam dokumen (, 2.01 MB) BUKU FINAL 031114 (Halaman 33-40)

Dokumen terkait