• Tidak ada hasil yang ditemukan

(, 2.01 MB) BUKU FINAL 031114

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "(, 2.01 MB) BUKU FINAL 031114"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

Buku panduan pengawasan

dan kumpulan peraturan

pengendalian pencemaran lingkungan

Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah

provinsi jawa barat

(2)

PENYUSUN: Sub bidang pembinaan Bidang pengendalian pencemaran lingkungan

Bplhd provinsi jawa barat

APRESIASI

UNTUK SUBSTANSI:

Ruly fatwani, aep saepuloh, fitria rakhmawati, titin sumiati, mitha pratiwi, prima puspita sari, sofiyan hadi, indah dewi puspita, hery herawan.

UNTUK ARAHAN: Anang sudarna Suharsono Didi adji siddik Resmiani

Buku panduan pengawasan dan kumpulan peraturan pengendalian pencemaran lingkungan

Cetakan 1, 2014

DITERBITKAN OLEH:

Badan pengelolaan lingkungan hidup daerah provinsi jawa barat

(3)

KATA PENGANTAR

Perbedaan jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu industri akan berdampak kepada perbedaan dalam pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Untuk itu perlu upaya peningkatan pemahaman kepada aparat pengawas lingkungan hidup mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan dari suatu industri agar tepat dalam menerapkan berbagai peraturan dalam melakukan pengendalian pencemaran lingkungan yang dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

(4)

iv

Pedoman pengawasan pengendalian pencemaran industri ini merupakan panduan untuk memudahkan pengawas lapangan dalam mengawasi kinerja pengelolaan lingkungan pada industri untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang langkah-langkah yang diperlukan di dalam melakukan pengawasan. Pedoman ini berisi prinsip-prinsip pengendalian pencemaran dari sumber-sumber limbah yang dihasilkan, strategi pengawasan proses produksi, potensi pencemaran, persyaratan teknis, dan peraturan yang harus ditaati.

Bandung, Oktober 2014

Penyusun,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Sasaran ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM ... 4

2.1 Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri ... 4

2.2 Potensi Pencemaran Lingkungan ... 6

2.2.1 Potensi Pencemaran Air ... 6

2.2.2 Potensi Pencemaran Udara ... 7

2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3) ... 9

2.3 Pengelolaan Lingkungan ... 23

2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air ... 23

2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara ... 25

2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) ... 32

BAB III STRATEGI PENGAWASAN ... 46

3.1 Persiapan Pengawasan ... 46

3.2 Pelaksanaan Pengawasan ... 47

3.3 Format Berita Acara Pengawasan ... 50

(6)

vi

3.5 Kegiatan Paska Kunjungan Lapangan ... 84

3.5.1 Pengolahan Data dan Informasi Hasil Pengawasan ... 84

3.5.2 Penyusunan Laporan Pengawasan ... 84

3.5.3 Penyusunan Rekomendasi (Rencana Tindak) Pengawasan ... 85

3.5.4 Pemeliharaan Data dan Informasi ... 86

BAB IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP ... 87

4.1 Peraturan Perundang-Undangan Skala Nasional ... 87

4.1.1 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 87

4.1.2 Pengelolaan Sampah ... 87

4.1.3 Perlindungan dan Pengelolaan Air ... 88

4.1.4 Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) ... 90

4.1.5 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (LB3) ... 91

4.1.6 Perlindungan dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati 93 4.1.7 Perlindungan dan Pengelolaan Tutupan Lahan ... 94

4.1.8 Pelestarian Fungsi Atmosfer ... 95

4.1.9 Pelestarian Fungsi Udara ... 96

4.1.10 Perlindungan dan Pengelolaan Laut ... 97

4.1.11 Instrumen Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 98

4.1.12 Data dan Informasi ... 113

4.1.13 Pengawasan dan Penegakan Hukum ... 113

4.1.14 Kapasitas Sumber Daya Manusia ... 115

4.1.15 Kapasitas Kelembagaan ... 116

4.1.16 Perjanjian Internasional ... 121

4.2 Peraturan Perundang-Undangan Skala Provinsi Jawa Barat ... 123

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pencemaran Lingkungan ... 5

Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3 ... 33

Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3 ... 34

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha ... 6

Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri ... 8

Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) Sektor Manufaktur ... 9

Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri ... 17

Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri ... 18

Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak, Dan Gas ... 19

Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi ... 21

Tabel 8 Peraturan Limbah Cair ... 24

Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara ... 26

Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara ... 27

Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi ... 30

Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 ... 34

Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3 ... 35

Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara 38 Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar ... 39

Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal ... 41

Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3 ... 43

Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan ... 46

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kasus-kasus pencemaran dan perusakan lingkungan dari sektor industri yang terjadi akhir-akhir ini mendesak pemerintah untuk secara serius meningkatkan efektivitas pengawasan lingkungan untuk mengetahui tingkat ketaatan industri terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup dalam menjamin kelestarian fungsi lingkungan dari hasil kegiatan usaha atau kegiatan industri. Peran pemerintah berkewajiban menetapkan kebijakan dan peraturan, pembinaan, dan bersama-sama melakukan pengawasan. Sementara pelaku usaha berkewajiban memenuhi ketentuan perundang-undangan lingkungan sebagaimana tertuang pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta peraturan turunannya.

(10)

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas menyebutkan bahwa tujuan pengawasan lingkungan hidup adalah untuk memantau, mengevaluasi, dan menetapkan status ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap:

1) Kewajiban yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup;

2) Kewajiban untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau persyaratan lingkungan yang tercantum dalam izin terkait.

Kegiatan pengawasan ini diperlukan agar penanggung jawab kegiatan menaati semua ketentuan perundang-undangan lingkungan hidup, persyaratan dalam berbagai izin (izin usaha, izin pembuangan limbah, dll) serta persyaratan mengenai semua media lingkungan (air, udara, tanah, kebisingan, getaran) yang seharusnya tercantum dalam perizinan yang telah dimiliki. Buku pedoman ini dapat dijadikan dasar dalam

pelaksanaan pengawasan pemerintah kabupaten/kota untuk

meningkatkan ketaatan industri dalam pengelolaan lingkungan hidup.

1.2 Maksud dan Tujuan

(11)

Tujuan pembuatan buku pedoman ini diantaranya adalah:

 Menyajikan informasi mengenai potensi pencemaran lingkungan,

dan pengelolaan lingkungannya;  Menyajikan informasi tentang rangkaian kegiatan pengawasan

mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan pasca pengawasan;  Memberikan pemahaman kepada para pengawas dalam memantau

dan mengevaluasi ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dituangkan ke dalam Berita Acara Pengawasan. Selanjutnya Berita Acara tersebut dijadikan acuan dalam menetapkan status ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan izin/dokumen lingkungan, pengelolaan dan pengendalian pencemaran air, pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara, pengelolaan dan pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3).

1.3 Sasaran

(12)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sumber-sumber Pencemaran Sektor Industri

Salah satu dampak aktivitas industridari sisi lingkungan hidup adalah terjadinya pencemaran lingkungan akibat limbah industri. Pencemaran air, udara, tanah dan pembuangan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh kita semua, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri tersebut. Beberapa hal yang dapat menimbulkan permasalahan, misalnya lokasi pabrik yang dekat dengan pemukiman penduduk, pembebasan tanah yang bermasalah, tidak dilibatkannya masyarakat dalam rencana kegiatan, buruknya kualitas AMDAL, tidak adanya pengolahan limbah yang baik, dan lain sebagainya.

(13)

Gambar 1 Pencemaran Lingkungan

(Sumber: Diklat Dasar-Dasar Pengawasan Lingkungan Hidup, Pusdiklat Kementerian

Lingkungan Hidup dan Pusdiklat Provinsi Jawa Barat, 2012)

(14)

2.2 Potensi Pencemaran Lingkungan

2.2.1 Potensi Pencemaran Air

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 6 Tahun 1999, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sumber-sumber limbah cair tersebut dapat berasal dari seluruh proses kegiatan yang meliputi limbah cair domestik, limbah cair dari proses produksi bagi kegiatan industri, perhotelan dan dari kegiatan klinis bagi kegiatan rumah sakit.

Sumber dan kegiatan yang menghasilkan limbah cair berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha No. Jenis

Usaha/Kegiatan

Sumber Air Limbah Kegiatan yang Menghasilkan Air

Limbah

1. Rumah Sakit Sarana Perawatan Ruang rawat jalan, ruang

rawat inap, ruang operasi dan IPI, ruang kamar bersalin, ruang rawat bedah, ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang Intensive Care Unit (ICU).

Sarana Penunjang Ruang farmasi,

laboratorium, ruang

sterilisasi, ruang instalasi gizi, ruang jenazah, instalasi gizi/dapur, laundry

Sarana umum Ruang kantor, fasilitas sosial

2. Keramik Sarana produksi Proses persiapan bahan

baku, penanganan dan penyimpanan, shaping glate preparation, off gas treatment, dan pengeringan.

3. Pupuk Sarana produksi Proses oksidasi parsial

untuk memproduksi karbon dioksida, ceceran air bekas cuci atau buangan dari

absorber, blowdown,

kompresor,dll.

Sarana penunjang Laboratorium

4. Pulp dan kertas Sarana produksi Proses chemical making ,

(15)

No. Jenis Usaha/Kegiatan

Sumber Air Limbah Kegiatan yang Menghasilkan Air

Sarana penunjang Laboratorium dan ruang

proses pendinginan.

6. Hotel Fasilitas kamar Kamar mandi dan toilet

meliputi washtafel,

shower/bathtub,

pembersihan kamar mandi.

Fasilitas umum Dapur dan restoran,

meliputi pencucian bahan masakan, peralatan masak dan peralatan makan. Laundry, kolam berenang, alat pendingin (ac dan refrigerator), dan alat pemadam kebakaran

7. Tekstil Sarana produksi Proses pengkanjian, proses

penghilangan kanji,

pengelantangan,

pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan, dan proses penyempurnaan.

Sarana utilitas Pencucian sarana dan

peralatan serta blowdown.

8. Minyak Sawit Sarana produksi Sterilisasi, pemurnian, dan

pemisahan inti sawit dengan cangkang.

9. Semen Sarana umum Utilitas, pencucian

kendaraan dan alat berat, domestik.

2.2.2 Potensi Pencemaran Udara

Emisi udara adalah komponen-komponen yang dihasilkan dari suatu pembakaran yang dikeluarkan langsung dari sumbernya. Sumber emisi udara utama usaha dan/atau kegiatan biasanya berasal dari pengoperasian boiler (ketel uap) dan genset. Genset pada umumnya bersifat sebagai cadangan (stand by) ketika aliran listrik padam. Parameter pencemar udara yang dihasilkan dari ruang pembakaran boiler dan genset bergantung pada bahan bakar yang digunakan.

(16)

Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri No. Jenis Industri Sumber pencemaran Potensi emisi

1. Rumah Sakit Genset

Incinerator

CO, NOx, SOx, Partikulat, Partikulat, SO2, NO2, HF, CO, HCl, CH4, As, Cd, Cr, Pb, Hg, Ti, Opasitas

2. Keramik Kiln, utilitas (genset,

boiler)

NOx, SOx, TSP, HF, Opasitas, CO

3. Pupuk Pabrik pupuk ammonium

sulfat ZA:

Drier scrubber, saturator, exhaust gas scrubber, unit asam sulfat, dan gas turbin

Total partikel, NH3, SO2, NO2

Pabrik pupuk urea: Primary reformer, prilling tower, dan gas turbine/waste heat boiler.

NO2, NH3, total partikel

Pabrik pupuk fosfat: Penyimpanan bahan ball mill, unit reaksi, unit granulasi

Total partikel dan fluor

Pabrik pupuk majemuk NPK:scrubber

Total partikel, fluor, dan amoniak

Utilitas: Power boiler SO2, NO2 4. Pulp dan kertas Boiler, incinerator, turbin

generator

SO2, Cl2, ClO2, CO, NO2. SO2, partikulat

5. Peleburan besi dan baja

Unit DR Plant (cerobong pabrik besi spons dan cerobong pabrik hyl), proses peleburan, rolling mill, rotary kiln, dan boiler.

SO2, NO2, dan partikulat

6. Hotel Genset, boiler SO2, CO, NOx, dan jelaga

7. Elektronik Persiapan plat, electroless plating, imaging, electroplating, tahap akhir, dan tes

Partikulat, uap asam, VOC, uap organik, ammonia, CFC

8. Tekstil Mesin penyempurnaan,

stentering, proofing, dry cleaning, proses

TSP, NOx, SOx, Minyak dan Mist, Solven, VOC, CO2, Amonia, Formaldehid, CO, dan uap asam.

9. Semen Kiln plant/stack kiln,

packling, coal mill, dan finish mill.

(17)

2.2.3 Potensi Limbah Berbahaya dan Beracun (LB3)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)merupakan bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Limbah B3 Menurut Karakteristiknya antara lain :

1. Mudah meledak (misal : bahan peledak); 2. Mudah terbakar ( misal: bahan bakar, solven); 3. Bersifat reaktif (misal: bahan-bahan oksidator); 4. Beracun (misal: HCN, Cr(VI)) ;

5. Menyebabkan infeksi (limbah bakteri/rumah sakit); 6. Bersifat korosif (misal: asam kuat).

7. Pengujian toksikologi untuk menentukan sifat akut dan atau kronik {karsinogenik, mutagenik dan teratogenik (merkuri, turunan benzena), bahan radioaktif (uranium, plutonium,dll)}.

Adapun sumber limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) spesifik dari berbagai sektor dapat dilihat pada Tabel 3- Tabel 7.

Tabel 3 Identifikasi Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) Sektor Manufaktur

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

1. Pupuk - Proses produksi

ammonia, urea/asam sulfat - IPAL yang

mengolah efluen dari proses produksi di atas

Sumber spesifik - Katalis bekas

- sludge proses produksi - limbah laboratorium - sludge dari IPAL - Karbon aktif bekas - Alumina ball

Sumber Tidak Spesifik:

- Limbah PCB

- Pelumas bekas

- Kemasan

(18)

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum, dll)

2. Peleburan/pengolaha n besi dan baja

- Proses peleburan besi/baja - Proses casting

besi/baja - Proses besi/baja:

rolling, drawing,

- Debu, residu, dan/atau sludge dari fasilitas pengendali pencemaran udara

- Sludge dari IPAL - Pasir foundry dan debu

cupola

- Simulsi minyak dari pendingin pelumas - Sludge ammonia - Sludge dari proses

rolling

Sumber Tidak Spesifik: - Slag

- Millscale

- Debu EAF

- Pelumas bekas

- Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, dll)

- Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum, dll)

3. Tekstil - Proses finishing

tekstil - Proses dyeing

bahan bahan tekstil - Proses printing

bahan tekstil - IPAL yang

mengolah efluen proses kegiatan di atas

Sumber Spesifik: - Sludge dari IPAL yang

mengandung logam berat

- Pelarut bekas (cleaning) - Fire retardant

(SB/senyawa brom organic)

Sumber Tidak Spesifik: - Fly ash dan bottom ash - Pelumas bekas

- Kemasan bekas B3 dan limbah B3 (kaleng cat, drum)

- Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) 4. Manufaktur dan

Perakitan kendaraan dan Mesin

- Seluruh proses yang berhubungan dengan fabrikasi dan finishing logam, manufaktur mesin, dan suku cadang dan perakitan,

Sumber Spesifik: - Sludge proses produksi - Pelarut bekas dan

(19)

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah termasuk kegiatan

pengecatan - IPAL yang

mengolah efluen dari proses di atas

- Potongan PCB tersolder - Scrub timah solder - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng cat, drum, dll)

- Tinner bekas - Coolant radiator - sludge painting - pelumas bekas

- kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) 5. Elektroplating dan

galvanis

- semua proses yang berkaitan dengan

- pre treatment: pickling - Sludge pengolahan dan

pencucian

- Larutan pengolah bekas - Larutan asam

(pickling) - Dross, slag - Pelarut bekas

(terklorinasi) - Larutan bekas proses

degreasing - Sludge dari IPAL - Residu dan larutan

batch - Mill scale - Abu timah

- HCl

Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Aki bekas

- E-waste (computer, printer, dll) - Lampu TL bekas 6. Cat (varnish dan

bahan pelapis lain)

- MFDP cat - Pelarut bekas - Sludge dari IPAL - Filter bekas - Produk off-spec - Residu proses destilasi - Cat anti korosi (Pb, Cr) - Debu/sludge dari unit

pengendalian pencemaran udara - Sludge proses painting - Solvent based

- Water based Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan

(20)

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah - E-waste (computer,

printer, dll) - Sludge proses produksi - Residu proses produksi - Batere bekas, off spec,

dan kadaluarsa - Sludge dari IPAL - Metal powder - Dust, slag, ash Sumber Non Spesifik: - Batere kadaluarsa - BM sedotan/sapuan - Abu insinerator - Minyak pembersih

solar

- Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,

printer, dll) - Sludge proses produksi - Batere bekas

kadaluarsa dan off spec - Sludge dari IPAL - Larutan asa/alkali - Dross

- Lead powder Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,

printer, dll) 9. Komponen

elektronik/peralatan elektronik

- Manufaktur dan perakitan - Sludge proses produksi - Pelarut bekas

- Merkuri

contractors/switch - Lampu fluorosens (Hg) - Coated glass

- Larutan etching untuk printed circuit - Caustic stripping

(photoresist) - Residu solder dan

fluxnya

(21)

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah - PBC breaking - Thinner dan flux - Solder waste - Phosphating waste - Polyol

Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan

terkontaminasi limbah (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,

printer, dll) - Sludge dari fasilitas

produksi - Pelarut bekas - Produk off spec

kadaluarsa dan sisa - Sludge dari IPAL - Peralatan dan kemasan

bekas

- Residu proses produksi dan formulasi

- Absorben dan filter (karbon aktif)

- Residu proses destilasi, evaporasi dan reaksi - Limbah laboratorium - Residu dari proses

insinerasi

Sumber Non Spesifik: - Katalis bekas - Fly ash

- Limbah laboratorium - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,

printer, dll) 11.

Sabun-detergen/produk pembersih

desinfaktan/kosmetik

- Proses manufaktur dan formulasi produk

Sumber Spesifik: - Residu produksi dan

konsentrat

- Filter dan absorben bekas

- Pelarut bekas

- Konsentrat off spec dan kadaluarsa

(22)

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- Batubara

- Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,

printer, dll) 12. Gelas

keramik/Enamel

- Manufakturing dan formulasi produk gelas dan keramik/enamel

Sumber Spesifik: - Bubuk gelas-terlapis

logam

- Emulsi minyak - Residu dari proses

etching

- Hg (glass switches) - Debu/sludge dari

peralatan pencemaran udara

- Residu opal glass-As - Bronzing dan

decolorizing agent-As Sumber Non Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3

- Kemasan kimia kadaluarsa

- Kemasan

terkontaminasi B3 (majun, sarung tangan) - Filter oli bekas

- Serbuk gergaji bekas - Reject product 13. Chemical industry - Degreasing,

descalling, - Alkali, pelarut

asam/larutan oksidator yang terkontaminasi logam, minyak, gemuk - Residu dari kegiatan

pembersihan

Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 ( kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E- waste (computer,

printer, dll)

- Limbah laboratorium (botol bekas)

- Lampu TL

(23)

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah 14. Semua jenis industri

yang

Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - E-waste (computer,

printer, dll)

- Lampu TL

- Aki bekas 15. Semua jenis industri

konstruksi

- AC, atap, insulation Sumber Spesifik: - Asbestos

Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - E-waste (computer,

printer, dll)

- Lampu TL

- Aki bekas 16. Bengkel pemeliharaan

kendaraan

- Pemeliharaan mobil, motor, kereta api, pesawat, termasuk body repair

Sumber Spesifik: - Pelumas bekas - Pelarut (cleaning

degreasing) - Limbah cat

- Asam

- Batere bekas

Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas

- Kemasan bekas B3 dan LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,

printer, dll)

17. Plastik - Sumber Spesifik:

- Solvent bekas

Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan) - E-waste (computer,

printer, dll)

18. Sepatu - Sumber Spesifik:

- Solvent bekas

Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)

(24)

No Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

- Limbah

laboratorium/medis

19. Ban - Sumber Spesifik:

- Sludge/oil separator Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

20. Rayon - Sumber Spesifik:

- Katalis bekas - Fly ash

Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan terkominasi LB3 (majun, sarung tangan)

- E-waste (computer, printer, dll)

- Limbah laboratorium (botol bekas)

- Lampu TL

- Aki bekas

21. Kaca - Pembakaran silica

dalam gas furnace - Boiler - Residu proses produksi - Katalis bekas

Sumber Tidak Spesifik: - Pelumas bekas - Kemasan bekas B3 dan

LB3 (kaleng, jerigen, drum)

- Kemasan

terkontaminasi LB3 (majun, sarung tangan, kerak lem)

- E-waste (computer, printer, dll)

- Limbah

(25)

Tabel 4 Identifikasi Jenis LB3 Industri Agroindustri

No.

Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

1. Boiler yang

menggunakan bahan bakar batubara

Boiler 1. Fly ash batubara 2. Bottom ash batubara

2. Agar-agar Workshop, kantor Lihat Tabel 5

3. Gula Workshop, kantor,

gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

4. Jamu Workshop, kantor,

gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

5. Karet Workshop, kantor,

gudang bahan kimia, laboratorium,

gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

7. Makanan dan minuman (kecap, saos, air

mineral, minuman

ringan, makanan

ringan, kerupuk,

pengalengan makanan, cold storage)

Proses produksi Sludge

Workshop kantor, gudang bahan kimia, laboratorium, poliklinik

Lihat Tabel 5

8. Minyak goreng Proses produksi - Spent earth

- Sludge minyak/lemak

Workshop kantor, gudang bahan kimia,

10. Penyamakan kulit Proses produksi IPAL

Limbah

trimming/shaving/bufing Sludge IPAL dari proses tanning dan finishing Kerak cat

Workshop,kantor Lihat Tabel 5 11. Peternakan

/Penggemukan hewan

Workshop Kantor

Lihat Tabel 5

12. Plywood (kayu lapis) Proses produksi Kerak lem, sisa lem

IPAL Sludge IPAL

Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

13. Rokok Proses produksi Tinta bekas

(26)

No.

Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium,

poliklinik

Lihat Tabel 5

14. Sawit dan tapioka Workshop, kantor,

gudang bahan kimia, laboratorium, klinik

Lihat Tabel 5

15. Teh Workshop, kantor,

gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

16. Tepung terigu dan tapioka

Workshop, kantor, gudang bahan kimia, laboratorium

Lihat Tabel 5

17. Kertas Proses produksi Sisa tinta printing

Kemasan bekas tinta printing

Sludge tinta converting Sludge tinta coragated

IPAL Sludge IPAL (proses

kimia/biologi) Workshop, kantor,

gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

18. Pulp Proses Produksi Dregs dan Grits

IPAL Suldge IPAL

Workshop, kantor, gudang bahan kimia, poliklinik

Lihat Tabel 5

19. MSG Workshop, kantor,

gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

20. Gula rafinasi IPAL Sludge IPAL

Workshop, kantor, gudang bahan kimia

Lihat Tabel 5

Tabel 5 Identifikasi Jenis LB3 Fasilitas Umum Sektor Agroindustri

No. Sumber limbah Jenis limbah

1. Workshop 1. Pelumas bekas

2. Filter bekas 3. Aki bekas

4. Majun terkontaminasi LB3 5. Serbuk gergaji terkontaminasi LB3 6. Solar bekas

2. Gudang bahan kimia 1. Kemasan bekas bahan kimia

2. Bahan kimia kadaluarsa

3. Laboratorium 1. Limbah laboratorium cair

2. Limbah laboratorium padat

(27)

Tabel 6 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Pertambangan, Energi, Minyak, Dan Gas

No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah

1. Emas dan tembaga Proses produksi/

pengolahan ore,

Workshop,

perkantoran dan

perumahan,

laboratorium, utilitas (PLTU dll)

Spesifik - Tailing

- Limbah fire assay (ceramic, flux, cupell)

- Bahan kimia kadaluarsa

- Limbah laboratorium

Non Spesifik

- Kemasan terkontaminasi limbah B3

- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll)

- Lampu TL bekas

- Fly ash and Bottom ash

- Limbah medis/infeksius

2. PLTU/PLTG/

PLTGU/PLTD

Spesifik

- Sludge IPAL

- Limbah laboratorium

Non Spesifik

- Kemasan terkontaminasi limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)

- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll)

- Lampu TL bekas

- Fly ash and Bottom ash

- Limbah medis/infeksius

3. EP Migas Eksplorasi dan

produksi pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas pemeliharaan IPAL

Tangki penyimpanan Workshop

Perkantoran dan

Spesifik

- Slop minyak/ minyak kotor

- Oily water

- Sludge minyak

- Lumpur bor

- Karbon aktif

(28)

No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah perumahan

Laboratorium

- Sludge IPAL

- Tanah terkontaminasi minyak kadaluarsa & limbah laboratorium (glycol, MDEA, Ethyl mercaptan, silica gel, resin, dll)

- Material terkontaminasi B3 dan LB3 (majun, sarung tangan, serbuk gergaji, spill kit, pigging kit, ceramic balls, dll)

- Kemasan terkontaminasi limbah B3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)

- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll)

- Lampu TL bekas

- Limbah medis/infeksius

4. Pengolahan migas Eksplorasi dan

produksi pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas pemeliharaan IPAL

Tangki penyimpanan Workshop

Perkantoran dan

perumahan Laboratorium

Unit dissolve air flotation

Spesifik - Katalis bekas

- Oily water

- Sludge minyak

- Karbon aktif bekas

- Filter bekas

- Sludge IPAL

- Tanah terkontaminasi

minyak

- Limbah laboratorium

Non Spesifik kadaluarsa & limbah laboratorium (glycol, MDEA, Ethyl mercaptn, resin, dll)

- Material terkontaminasi B3 dan LB3 (majun, sarung tangan, serbuk gergaji, spill kit, pigging kit, ceramic balls, dll)

(29)

No. Jenis Industri Sumber Limbah Jenis Limbah bahan kimia)

- E-waste (catridge/toner bekas, monitor, dll)

- Lampu TL bekas

- Limbah medis/infeksius

5. Distribusi Workshop

Perkantoran

- Minyak kotor/ slop oil

- Filter bekas

- Aki bekas

- Baterai

- Majun / material

terkontaminasi

- Kemasan terkontaminasi LB3 (drum bekas, kaleng cat, kemasan bahan kimia)

- E- waste (catridge, toner bekas, monitor, dll)

- Lampu TL bekas

- Limbah medis

Tabel 7 Identifikasi Jenis LB3 Sektor Prasarana Jasa Dan Non Institusi No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah

1. Hotel Operasional/perkantoran - Catridge, toner

printer

- Solvent bekas

- Lampu TL bekas

- Baterai bekas

- E-waste Utilitas/ kegiatan pendukung - Oli bekas

- Sisa kemasan

chemical, bahan kimia laundry

2. Rumah sakit Operasional/perkantoran - Limbah medis

- Lampu TL bekas

- Catridge

- Jarum suntik

(30)

No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah reagen

- Kaleng bertekanan

- Limbah laboratorium

Utilitas - Aki bekas

- Abu insinerator

- Sludge IPAL 3. Pengolahan

Limbah B3

Penghasil LB3 dan pengumpul LB3

- Sludge

- Sarung tangan bekas, masker, kain majun

- Kaleng kemasan

kimia terkontaminasi

- Lampu TL bekas

- Abu ex dust collector (abu furnace)

- Sludge scrubber

- Aki bekas

- Air chemical bekas

- Air separator

- Sludge IPAL, WWT Cake, sludge cake

- Oli bekas

- Abu insinerator

- Filter oli bekas, filter solar dan udara

- Sludge oil

- Slop oil

- Katalis bekas

- Absorber

- Residu

- Contaminated goods, Expired product

- Elektronik bekas

- Poor slag

- Moulding resin

- Used grease

- Valsvar corrocoat powder

(31)

No Jenis industri Sumber limbah Jenis Limbah - Unused carbon

- Cutting PCB

- Used Electrolyte

- Blaster dust shot grit

- Mill scale

- Contaminated soil

- Thinner

- TCE

- Hydrocarbon

- Hydraulic oil

- Used contaminated rags

- Sludge water base brush

- Used solvent brush cleaner

- Sludge compound

- Ash compound

- Dry glue

- Laboratory waste

4. Kawasan

industri

Operasional/ perkantoran - Sludge IPAL

- Lampu TL bekas

- Kemasan bekas

limbah lab

- Lab waste

- Catridge printer

Utilitas/kegiatan pendukung - Kain majun

- Sand blasting

- Oil coolant

- Oil tank cleaning

- Limbah pickling

- Pelumas bekas

2.3 Pengelolaan Lingkungan

2.3.1 Pengendalian Pencemaran Air

Seluruh usaha dan atau kegiatan memiliki kewajiban dalam pengelolaan air limbah menggunakan teknologi proses pengolahan air limbah (IPAL) agar outlet IPALnya selalu memenuhi standar baku mutu yang dipersyaratkan. Secara umum kewajiban usaha dan atau kegiatan dalam pengendalian pencemaran air adalah sebagai berikut:

(32)

b. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan;

c. Memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut;

d. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair kepada laboratorium terakreditasi sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan;

e. Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian dan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sekurang-kurangnya tiga bulan sekali kepada OPD Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, yang tembusannya disampaikan kepada Gubernur dan Menteri, serta instansi lainnya yang dianggap perlu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan mengenai kualitas efluen air limbah yang boleh dibuang ke lingkungan untuk usaha dan kegiatan adalah sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Peraturan Limbah Cair No Jenis Usaha/

Kegiatan

Peraturan terkait Kewajiban Parameter

1. Rumah Sakit  KepMenLH Nomor:

 Kep-58/MENLH/12/1995

 Fisika: Suhu

 Kimia: pH, BOD5, COD, TSS, NH3 bebas, PO4,

 Biologi: MPN-Kuman Golongan Koli/100mL

(33)

No Jenis Usaha/ Kegiatan

Peraturan terkait Kewajiban Parameter

5. Hotel  KepMenLH Nomor: Kep-total, Krom Kep-total, Amonia total (NH3-N), Sulfida sebagai S, Minyak dan Lemak, pH

7.  Minyak Sawit  KepMenLH Nomor: Kep-51/MENLH/10/1995

 BOD, COD, TSS, Minyak dan lemak, Amonia (NH3-N), pH

8  Industri tidak spesifik

 KepGub No.6/1999 Lampiran III

 Fisika: Temperatur, TSS, TDS Metilen, Fenol, Minyak Nabati, Minyak Mineral, Radiaktivitas

2.3.2 Pengendalian Pencemaran Udara

(34)

Tabel 9 Alat Pengendali Partikulat Pencemaran Udara

No Nama Alat Cara kerja Gambar

1. Wet Scrubber Arus gas kotor dibawa menuju kontak dengan liquid pencuci dengan cara menyemprotkan, mengalirkan atau dengan metode kontak lainnya. Kemampuan alat ini terbatas menyisihkan partikel < 0.3 mikron.

2. Gravity Settling Chamber

Prinsip penyisihan partikulat dalam Gravity Settler adalah gas yang mengandung partikulat dialirkan melalui suatu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah sehingga memberikan waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara gravitasi ke bagian pengumpul debu (dust collecting hoppers).

3. Siklon Peralatan mekanis yang

digunakan untuk menyisihkan partikel dengan ukuran > 5 mikron dengan efisiensi penyisihan 50-90%. Prinsip kerja siklon yaitu dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dan inersia dari udara/gas buangan. Udara yang mengandung partikulat menyebabkan partikel terlempar ke luar, membentur dinding, dan bergerak turun ke dasar siklon.

Dalam aplikasi di dunia industri, siklon sering digunakan sebagai pre-cleaner untuk alat kontrol polusi udara yang lebih rumit seperti electrostatic

precipitator atau baghouses. 4. Electrostatic

Precipitator (EP)

(35)

No Nama Alat Cara kerja Gambar (negative charging) sehingga

menimbulkan gaya elektrostatis. Gaya ini akan berinteraksi sehingga partikulat akan mengalami presipitasi pada sistem pengumpul (berbentuk plat atau tabung) yang bermuatan positif. Setelah menempel pada bidang pengumpul maka akan terjadi discharging muatan hingga kolektor ternetralisir oleh jumlah partikulat bermuatan yang menempel.

5. Fabrik filter/ Baghouse

Unit pengendali pencemaran udara yang disisihkan melalui mekanisme impaksi,

intersepsi dan difusi. Fabric filter menggunakan bahan filter tertentu seperi nilon atau wol untuk menyisihkan partikel dari aliran gas

Tabel 10 Alat Pengendali Gas Pencemaran Udara

No Alat Cara Kerja Gambar

(36)

No Alat Cara Kerja Gambar 2. Absorber/

scrubber

Unit pengendali gas yang menggunakan prinsip absorpsi. Absorpsi adalah mekanisme dimana satu atau lebih zat pencemar dalam aliran gas dieliminasi atau dihilangkan dengan cara melarutkannya dalam cairan.

3. Kondenser Unit pengendali gas yang

menggunakan prinsip kondensasi, yaitu proses penyisihan gas pencemar dengan cara merubah fasa dari fasa gas ke fasa cair. Kondenser bentuknya sederhana, relatif murah dan biasanya menggunakan air atau udara untuk mendinginkan dan mengkondensasikan uap. Umumnya digunakan sebelum adsorber, absorber, atau insinerator untuk mengurangi total massa gas buang yang akan diolah. 4. Unit

pembakaran/ combustion

Unit pengendali yang bekerja dengan prinsip okidasi, digunakan untuk mengendalikan senyawa organik volatil (VOC) dan atau senyawa-senyawa beracun. Pada temperatur yang cukup tinggi dan waktu tinggal yang cukup, senyawa organik dapat dioksidasi membentuk CO2 dan uap air. Oksidasi senyawa organik yang mengandung klorin dan florin atau sulfur dapat berupa HCl, HF, Cl2 atau SO2.

(37)

a. Membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman sesuai peraturan yang berlaku;

b. Memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin;

c. Melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong emisi (CEMs).

d. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 2 (dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi selama 6 (enam) bulan atau lebih;

e. Melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi sumber emisi tidak bergerak yang beroperasi kurang dari 6 (enam) bulan;

f. Menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf d dan huruf e;

g. Melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil;

h. Menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam huruf c kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan, untuk huruf d atau e paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan;

(38)

Tabel 11 Baku Mutu Yang Digunakan Bagi Sumber Emisi

1. Boiler/ketel uap PerMenLH Nomor 07 Tahun 2007

Bahan bakar Minyak: Partikulat, SO2, NO2, Opasitas

Bahan bakar gas: SO2, NO2

Bahan bakar batu bara: partikulat, SO2, NO2, Opasitas

2. Genset PermenLH Nomor

13 Tahun 2009

 Kapasitas ≤570 KWth

Bahan bakar minyak dan gas NO2, CO

 Kapasitas ≤570 KWth

Bahan bakar minyak dan gas: total partikulat, SO2, NO2, CO 3. Pembangkit

tenaga termal (PLTU)

PermenLH Nomor 21 Tahun 2008

SO2, NO2, Total partikulat, Opasitas

4. Kegiatan industri besi dan baja

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IB

Penanganan bahan baku, tanur oksigen basa, tanur busur listrik, dapur pemanas, dapur proses pelunakan baja: Total partikel Proses celup lapis metal: Total partikel, HCl

5. Kegiatan industri pulp dan kertas

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IIB

Tungku recovery, tanur putar pembakaran, tangki pelarutan lelehan, digester: Total partikel, Total sulfur tereduksi

Unit pemutihan: Cl2, ClO2 6 Kegiatan

industri semen

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995 Lampiran IVB

Total partikel, SO2, NO2, Partikulat

7. Kegiatan

industri lain-lain

KepMenLH Nomor 13 Tahun 1995

PermenLH Nomor 133 Tahun 2004

Total partikel, Fluor, Opasitas, SO2, NO2

9. Kegiatan industri keramik

PermenLH Nomor 17 Tahun 2008

Kiln: SO2, NOx, Total partikulat, HF Semua sumber selain kiln: Total partikulat

Semua sumber: Opasitas

10. Incinerator KEP - 03 /

(39)

1. Persyaratan cerobong

Lokasi lubang sampling pada cerobong ditentukan sebesar 8 (delapan) kali diameter cerobong dari aliran bawah (hulu) dan 2 (dua) kali diameter dari aliran atas (hilir) dan bebas dari gangguan aliran seperti bengkokan, ekspansi, atau pengecilan aliran di dalam cerobong. Jika diameter berbentuk segi empat, maka diameter yang berlaku adalah diameter ekivalen (De) dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

De: diameter ekivalen

L : panjang penampang cerobong W : lebar penampang cerobong

Jika cerobong memiliki ukuran bagian bawah dan atas berbeda, maka diameter ekivalen ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

De: diameter ekivalen

D : diameter dalam cerobong bawah d : diameter dalam cerobong atas

2. Persyaratan lubang pengambilan sampel

Untuk mengambil sampel emisi cerobong diperlukan pembuatan lubang pengambilan sampel dengan persyaratan:

a. Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm; b. Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistel plat

flange yang dilengkapi dengan baut;

(40)

3. Persyaratan pendukung

Persyaratan pendukung lubang pengambilan sampel diantaranya: a. Tangga besi dan selubung pengaman berupa plat besi

b. Lantai kerja (landasan pengambilan sampel) dengan ketentuan sebagai berikut:

 Dapat mendukung beban minimal 500 kg;

 Keleluasaan kerja bagi minimal 3 0rang;

 Lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel adalah 1,2 m dan melingkari cerobong;

 Pagar pengaman setinggi 1 m;

 Dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambil sampel;  Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang

digunakan yaitu Voltase 220V, 3A, single phase, 50 Hz AC.

 Penempatan sumber aliran listrik dekat dengan lubang

pengambilan sampel.

2.3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

(LB3)

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu :

(41)

Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3 dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan sistem manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan lingkungan. Mekanisme pengelolaan limbah B3 melalui manifest dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Mekanisme Pengelolaan LB3

(42)

Gambar 3 Diagram Pengelolaan Limbah B3

Adapun kewenangan dalam perizinan dan pengawasan pengelolaan limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Pengelolaan

Limbah B3

Perizinan Pengawasan

Pusat Provinsi Kab/Kota Pusat Provinsi Kab/Kota

Penyimpanan √ √ √

Pengumpulan √ √ √ √ √ √

Pengangkutan √ √

Pemanfaatan √ √

Pengolahan √ √

Penimbunan √ √

Catatan: izin pengumpulan oli bekas di pusat

KEGIATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENGURANGAN

PENYIMPANAN

PENGUMPULAN

PENGANGKUTAN

PEMANFAATAN

PENGOLAHAN

(43)

Fasilitas pengelolaan Limbah B3, yaitu sebagai berikut:

a. Tempat Penyimpanan Limbah B3 (TPS LB3)

Seluruh kegiatan usaha yang menghasilkan limbah B3 wajib memiliki Tempat penyimpanan Limbah B3 baik berbentuk gudang penyimpanan limbah B3 maupun sludge pond apabila limbah B3 berupa sludge. Check list form evaluasi TPS LB3 dapat dilihat pada Tabel13.

Tabel 13 Checklist Form Evaluasi TPS LB3

CHECKLIST

TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR

INDUSTRI :

Contoh: Peleburan Timah Hitam

PT. ABCDE LOKASI : Kab/Kota...

TIM PENILAI :

TGL PENILAIAN:

NO KETENTUAN YA TIDAK KET

PENGEMASAN

1 apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai

dengan bentuk limbah B3?

2 apakah pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai

dengan karakteristik limbah B3?

3 apakah pengemasan limbah B3 dilengkapi dengan

simbol label limbah B3?

4 apakah penempatan limbah B3 disesuaikan dengan

jenis dan karakteristik limbah B3?

5 apakah kondisi kemasan limbah B3 bebas karat?

6 apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak bocor?

7 apakah kondisi kemasan limbah B3 tidak meluber?

BANGUNAN DAN PENYIMPANAN

8 apakah bagian luar bangunan diberi papan nama?

9 apakah bagian luar diberi simbol limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan?

10 apakah limbah B3 terlindung dari hujan dan sinar

matahari?

11 apakah bangunan mempunyai sistem ventilasi?

12

apakah bangunan memiliki saluran dan bak penampung tumpahan (jika menyimpan limbah B3

(44)

13 apakah penyimpanan menggunakan sistem blok / sel

14 apakah masing-masing blok/sel dipisahkan gang/tanggul?

15 apakah kemasan/limbah limbah B3 diberi alas / pallet?

16 apakah tumpukan limbah B3 maksimal 3 lapis?

17 apakah limbah B3 disimpan sesuai dengan masa penyimpanan dalam izin?

(jika baru mengajukan izin, tidak perlu diisi)

PEMANTAUAN

18 adakah logbook/catatan untuk mencatat keluar masuk

limbah limbah B3?

19 apakah jumlah dan jenis limbah B3 sesuai dengan

yang tercatat di logbook/catatan?

PENGELOLAAN LANJUTAN

20

apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap limbah B3 yang disimpan? (diserahkan ke pihak

ketiga/dimanfaatkan internal)

LAIN-LAIN

21 tersediakah alat tanggap darurat yang mudah

dijangkau?

22 tersediakah fasilitas P3K yang mudah dijangkau?

23 apakah memiliki SOP penyimpanan?

24 apakah memiliki SOP tanggap darurat?

25

tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap

darurat)

26

apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan

baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3 100%

Keterangan:

(45)

b. Pemanfaatan Limbah B3

Seluruh kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib memiliki izin pemanfaatan dari Kementerian Lingkungan Hidup, kecuali untuk pemanfaatan sebagai reuse atau penggunaan kembali pada proses yang sama. Pemanfaatan limbah B3 berdasarkan Permen LH No. 2 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah B3 terdiri dari 3 jenis, yaitu reuse, recycle, dan recovery, yaitu sebagai:

1. Substitusi bahan bakar

Checklist form pemanfaatan dapat dilihat pada Tabel 14 dengan isi disesuaikan dengan ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki perusahaan tersebut. Selain check list pengawas juga memeriksa pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum dalam checklist pemanfaatan serta memeriksa log book pemanfaatan limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan mengecek kesesuainnya dengan izin. Jika ketentuan izin mewajibkan pengukuran emisi, maka periksa:

 Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium (sertifikat hasil analisa)

 Laboratorium yang mengukur wajib terakreditasi dan

teregistrasi di KLH

 Periksa kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin yang berlaku

 Periksa kesesuaian frekuensi pengukuran yang dilakukan dengan izin yang berlaku

(46)

Tabel 14 Checklist Pemanfaatan Fly ash dan Bottom ash Batubara CHECKLIST

PEMANFAATAN FLY ASH&BOTTOM ASH BATUBARA

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI :

1 apakah dilakukan pengujian karakteristik kimia fisik fly ash dan bottom ash sekurang-kurangnya 1

bulan sekali atau sesuai izin?

2 apakah hasil pengujian karakteristik kimia fisik fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang

ditetapkan dalam izin?

3 apakah dilakukan analisa kandungan logam berat

total fly ash dan bottom ash?

4 apakah hasil analisa kandungan logam berat total fly ash dan bottom ash memenuhi kriteria yang

ditetapkan dalam izin (cek sertifikat hasil uji)

apakah penyimpanan fly ash dan bottom ash dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti: 5

a. Bentuk dan kualitas tempat penyimpanan 6 c. Kesesuaian tempat penyimpanan dgn limbah

yang disimpan

7 d. Dilengkapi simbol dan label

8 e. Waktu penyimpanan (<90 hari)

9 apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan

prosedur tanggap darurat?

10 Fasilitas pemanfaatan batas-batas fisik yang jelas

dan dilengkapi dengan pintu darurat

PENAATAN KHUSUS

11 apakah persentase kualitatif pemanfaatan sesuai

dengan izin?

12 apakah spesifikasi teknis pemanfaatan sesuai

dengan izin?

LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas) 13 apakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai

dan mudah dijangkau?

14 apakah kebersihan / housekeeping terkelola

dengan baik?

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

(47)

2. Substitusi bahan baku

Contoh substitusi ini adalah pemanfaatan sebagai paving block, batako, semen dan lain-lain. Checklist pemanfaatan substitusi bahan baku dapat dilihat pada Tabel 15 jika belum ada checklist yang spesifik maka pengawas wajib membuat checklist berdasarkan ketentuan izin pemanfaatan yang dimiliki perusahaan. Kemudian periksa pelaksanaan ketentuan izin lainnya yang tidak tercantum dalam checklist pemanfaatan dan periksa loog book pemanfaatan limbah B3 yang dimiliki perusahaan dan cek kesesuainnya dengan izin.

3. Jenis lainnya setelah melalui penelitian dari kajian yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan.

Tabel 15 Checklist Pemanfaatan Substitusi Bahan Bakar CHECKLIST

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS UNTUK SUBSTITUSI BAHAN BAKAR

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR

INDUSTRI :

1 apakah dilakukan uji karakteristik minyak

pelumas bekas minimal 1 bulan sekali atau sesuai izin?

2 apakah Hasil uji karakteristik minyak pelumas

bekas dan atau proses pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai dan memenuhi kriteria

yang ditetapkan dalam izin? (cek sertifikat hasil

uji)

 

3 apakah dilakukan uji dampak terhadap proses

energi yang dihasilkan sebagai akibat perubahan karakteristik?

 

apakah penyimpanan minyak pelumas bekas dilaksanakan sesuai dengan izin?, seperti: 4

a. Bentuk dan kualitas kontainer sesuai izin  

5 b. Resistensi terhadap air dan bahan kimia lain

(48)

6 c. Kesesuaian bahan kontainer dengan isi

kontainer  

7 d. Dilengkapi simbol dan label  

8 e. Waktu penyimpanan (<90 hari)  

9 apakah fasilitas pemanfaatan dilengkapi dengan

prosedur tanggap darurat dan penanganan tumpahan?

 

10 apakah fasilitas pemanfaatan memiliki

batas-batas fisik yang jelas dan dilengkapi dengan pintu darurat?

 

PENAATAN KHUSUS

11 apakah persentase kualitatif pemanfaatan

minyak pelumas bekas sesuai dengan izin?  

apakah Informasi kriteria pemanfaatan sesuai dengan izin?, seperti:

12

a. Pelaporan kualitas udara emisi (Frekuensi

sesuai izin)  

13

b. Pelaporan udara ambien (frekuensi setahun

sekali)  

14 c. Jumlah oli bekas yang dihasilkan (ton/bulan)  

15

d. Jumlah oli bekas yang dimanfaatkan

(ton/bulan)  

16 e. Menyebutkan semua sumbernya  

apakah spesifikasi teknis pemanfaatan minyak pelumas bekas sesuai izin?, seperti:

17 a. Terdapat spray nozzle  

18

b. Flow rate pelumas bekas ke combustion

chamber sesuai izin  

19

c. Aliran pelumas bekas (temperatur combustion

chamber >950°C)  

20

d. Flow rate dan volume total pelumas bekas

tercatat harian  

21

e. Wajib diemisikan tunggal pada cerobong

pembakaran  

22

f. pelumas bekas tidak digunakan selama start up

dan shut down  

23

g. tidak memasukkan pelumas bekas diluar

ketentuan dalam izin  

24

h. tidak mencampur dengan limbah B3 lain

selama proses recovery energy  

LAIN-LAIN (berkaitan dengan penunjang dan tanggap darurat di fasilitas)

25 terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang

sesuai dan mudah dijangkau?  

26 memiliki SOP tanggap darurat?  

27 apakah kebersihan / housekeeping terkelola

(49)

c. Pengolahan Limbah B3

Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi, fisika, kimia, biologi dan cara lainnya sesuai dengan

perkembangan teknologi. Untuk pengolahan secara thermal,

pengamatan lapangan mengikuti checklist pada Tabel 16 dan untuk pengolahan lainnya, pengamatan lapangan dapat mengikuti checklist pada Tabel 16 dengan mengacu pada izin pengolahan yang dimaksud.

Tabel 16 Checklist Pengolahan Secara Thermal CHECKLIST

PENGOLAHAN LIMBAH B3 SECARA THERMAL (INSINERATOR)

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR

INDUSTRI :

apakah selama pengakutan tidak terjadi

ceceran? 

2

apakah Jenis limbah yang dibakar sesuai

dengan yang tercantum dalam izin?  

3 apakah pengoperasian insinerator sesuai izin?  

PENAATAN KHUSUS

4

apakah dilakukan pengukuran suhu gas bakar

di burning chamber?  

5

apakah dilakukan pencatatan jumlah dan

komposisi limbah yang dibakar? (cek log book)  

8

apakah komposisi limbah yang dibakar sesuai

izin?  

6

apakah suhu ruang bakar I saat insinerator

beroperasi 600-800 °C (atau sesuai izin)?  

7

apakah suhu ruang bakar II saat insinerator

beroperasi 900-1100 °C (atau sesuai izin)?  

9

apakah efisiensi pembakaran terpenuhi? (Cek

sertifikat hasil uji)  

10

apakah melakukan pengelolaan lanjutan terhadap abu sisa pembakaran? (diserahkan ke pihak ke-3/landfill)

 

(50)

PEMANTAUAN

11 apakah memiliki logbook/pencatatan keluar

masuk limbah yang dibakar dan abu insinerator?

 

LAIN-LAIN

12

tersediakah alat tanggap darurat yang mudah

dijangkau?  

13

tersediakah fasilitas P3K yang mudah

dijangkau?  

14

apakah memiliki SOP pengoperasian

insinerator ?  

15 apakah memiliki SOP tanggap darurat?  

16

tersediakah pagar, pintu darurat dan rute evakuasi? (sesuai dengan SOP penyimpanan dan tanggap darurat)

 

17

apakah kebersihan / housekeeping terkelola

dengan baik?  

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Pemeriksaaan pengolahan menggunakan insinerator meliputi:  Log book limbah B3 yang dibakar dalam insinerator

 Kesesuaian jenis limbah B3 yang dibakar dengan izin yang berlaku  Housekeeping di sekitar fasilitas insinerator

 Hasil pengukuran emisi oleh laboratorium terakreditasi dan teregistrasi di KLH (sertifikat hasil analisis) selama satu tahun  Kesesuaian jumlah parameter yang diukur dengan izin yang

berlaku/peraturan yang berlaku

 Kesesuaian frekuensi pengukuran dengan izin yang berlaku

Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:  Ketentuan izin lainnya yang belum tercantum dalam checklist

 Kesesuaian jenis limbah B3 yang diolah dengan perizinan yang berlaku

(51)

d. Penimbunan Limbah B3

Penimbunan limbah B3 dapat berupa landfill kategori I, kategori 2, dan kategori 3. Hal tersebut tergantung dari jenis limbah B3 yang akan ditimbun dan hasil uji analisis total logam berat limbah B3 yang akan ditimbun. Checklist penimbunan limbah B3 dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Checklist Penimbunan Limbah B3 CHECKLIST

PENIMBUNAN LIMBAH B3

NAMA PERUSAHAAN SEKTOR

INDUSTRI :

1 apakah Jenis limbah B3 yang ditimbun sesuai

dengan izin ? 

2 apakah jenis limbah yang ditimbun memenuhi

bakumutu TCLP? 

3 terdapat sumur pantau minimal 3 buah (1 upstream

dan 2 downstream)?  

RANCANG BANGUN FASILITAS PENIMBUNAN

4 apakah lapisan dasar (sub base) adalah tanah

lempung yang dipadatkan dengan permeabilitas 1 x

10-9 m/det?

 

5 apakah permeabilitas dari sistem pendeteksi

kebocoran (k) = 1 x 10-4 m/det?  

6 apakah ketebalan minimum lapisan geomembran

HDPE 1,5 mm  

7 apakah permeabilitas lapisan tanah penghalang k =

1 x 10-9 m/det  

8 apakah lapisan pelindung adalah tanah setempat dg

tebal 20 cm dan dilapisi geotextile?  

BAK PENGUMPUL LINDI

9 apakah berada di area lokasi landfill dan memiliki 1

unit pompa?  

10 apakah konstruksi pondasi, lantai dan dinding dari

beton?  

11 apakah air lindi diolah di IPAL ?  

12 apakah melakukan uji kualitas lindi dalam bak

(52)

13 apakah melakukan uji kualitas air tanah pada sumur

pantau rona awal?  

14 apakah Baku Mutu air tanah ditetapka sesuai

dengan rona awal?  

15 apakah pengujian dilakukan oleh laboratorium pihak

ketiga yang independen dan terakreditasi? (cek sertifikat hasil uji)

 

16 apakah melakukan uji kualitas air lindi setiap 3

bulan/sesuai izin?  

17 apakah melakukan pencatatan arus jumlah limbah

B3 yang keluar dan masuk tempat penimbunan? (cek log book)

 

LAIN-LAIN

18 terdiakah tersedia alat tanggap darurat yang sesuai

dan mudah dijangkau?  

19 apakah memiliki SOP tanggap darurat?  

20

apakah kebersihan / housekeeping terkelola dengan

baik?  

TOTAL YA

TOTAL TIDAK

PROSENTASE PENTAATAN LB3

Pemeriksaaan pengolahan secara biologis (bioremediasi) meliputi:  Ketentuan izin penimbunan lainnya jika terdapat ketentuan teknis

yang belum tercantum dalam checklist,

 Akreditasi dan registrasi KLH dari laboratorium yang melakukan analisis kualitas air lindi

 Jumlah parameter air lindi yang diukur dibandingkan dengan perizinan yang dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku

 Frekuensi pengukuran air lindi dibandingkan dengan perizinan yang dimiliki atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku

 Pemenuhan kualitas air lindi terhadap baku mutu air lindi berdasarkan izin atau peraturan penimbunan limbah B3 yang berlaku.

(53)
(54)

BAB III

STRATEGI PENGAWASAN

Strategi dalam melaksanakan pengawasan terdiri dari beberapa tahapan, antara lain tahap persiapan pengawasan, pelaksanaan pengawasan, dan penyusunan berita acara, serta tindak lanjut hasil pengawasan.

3.1 Persiapan Pengawasan

Hal-hal yang harus disiapkan dan dipelajari sebelum melaksanakan pengawasan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Persiapan Pelaksanaan Pengawasan No. Kegiatan Persiapan Uraian kegiatan

1. Administrasi Surat penugasan, tanda pengenal, format berita

acara (BA pengawasan penaatan lingkungan

hidup, BA pengambilan sampel, BA

pengambilan foto/video, BA penolakan pengawasan penaatan lingkungan hidup, BA penolakan pengambilan sampel, BA penolakan pengambilan foto/video).

2. Peraturan/dokumen/ referensi terkait

Riwayat ketaatan usaha dan/atau kegiatan objek pengawasan, izin-izin terkait, peraturan terkait, dokumen lainnya.

3. Kuesioner dan Check list Membuat kuesioner dan chek list sebagai panduan untuk mengumpulkan informasi dan pemeriksaan secara berurutan.

4. Perlengkapan inspeksi Alat pencatat, kamera/handycam,

perlengkapan keselamatan kerja, alat sampling, GPS, sarana transportasi, dan perlengkapan lain yang dianggap perlu.

5. Koordinasi Melakukan koordinasi dengan KLH, OPD

Lingkungan hidup kabupaten/kota,

(55)

3.2 Pelaksanaan Pengawasan

Pelaksanaan pengawasan merupakan rangkaian pekerjaan untuk memperoleh bahan keterangan mendalam tentang suatu usaha dan/atau kegiatan diantaranya berupa: proses kegiatan, ketaatan terhadap peraturan maupun persyaratan atau kewajiban yang tercantum dalam izin, dan evaluasi terhadap cara pengelolaan lingkungan. Rangkaian kegiatan pengawasan dapat dilihat pada Gambar 4. Selain rangkaian kegiatan tersebut, dilakukan juga pengambilan dokumentasi yang merupakan bagian penting dalam kegiatan pengawasan untuk dijadikan alat bukti dalam menguatkan temuan di lapangan.

Gambar 4 Kegiatan Pengawasan

Adapun penjelasan dari rangkaian kegiatan tersebut tercantum pada Tabel 19.

Tabel 19 Mekanisme Pengawasan

No. Nama kegiatan Uraian Kegiatan

1. Pertemuan Pendahuluan Pertemuan dengan pihak penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan membahas maksud dan tujuan pelaksanaan pengawasan pihak-pihak yang akan dihubungi objek yang akan dikunjungi data/dokumen yang harus dilengkapi. Data-data yang harus dilengkapi:

Penyusunan BAP Pengamatan TPS LB3 Pengamatan sumber emisi & fasilitas PPU

Pengamatan IPAL Pengamatan proses kegiatan

Gambar

Gambar 1 Pencemaran Lingkungan
Tabel 1 Sumber Limbah Cair Berdasarkan Jenis Usaha
Tabel 2.
Tabel 2 Potensi Pencemaran Udara Berdasarkan Industri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berikut adalah tabel data baku mutu limbah sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5/Kep-MenLH/2014. Tabel L1.4 Baku

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.. Biologi Laut Suatu

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Lingkungan Industri.. Jakarta : Menteri Negara

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718 Tahun 1987 Tentang Kebisingan

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air yang berasal dari limbah cair Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air yang berasal dari limbah cair Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

1) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 2) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

bahwa sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep- 45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara, perlu disusun pedoman teknis perhitungan