• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN KULON PROGO Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN KULON PROGO Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITAS

KABUPATEN KULON PROGO

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

POKJA SANITASI KABUPATEN KULON PROGO

Sanitasi Kabupaten Kulon Progo

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

Tahun 2012

BUKU PUTIH SANITAS

KABUPATEN KULON PROGO

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Disiapkan oleh:

POKJA SANITASI KABUPATEN KULON PROGO

1 - 1

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITASI

KABUPATEN KULON PROGO

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(2)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 1 - 2 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa penyusun panjatkan atas terselesaikannya penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012 ini. Buku Putih Sanitasi ini disusun dengan memadukan hasil kajian Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan(studi EHRA) sebagai data primer, data sekunder sektor sanitasi dari SKPD terkait, serta kajian kelembagaan terkait masalah sanitasi.Pada akhirnya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo memberikan gambaran kondisi sanitasi saat ini (current situation) serta memuat gambaran mengenai lokasi atau area prioritas untuk penanganan masalah sub sektor drainase, air limbah, persampahan, maupun air bersih, dan tertuang dalam peta sanitasi Kabupaten Kulon Progo. Informasi data primer diperoleh langsung di lapangan melalui studi EHRA (Environmental Health Risk

Assesment) yang dilakukan dengan melibatkan langsung sebagian masyarakat sebagai obyek

studi(responden). Sementara data sekunder yang ditampilkan dalam Buku Putih ini merupakan data dari SKPD terkait. Sedangkan kajian kelembagaan merupakan persepsi SKPD dalam melihat kondisi sanitasi saat ini.

Buku putih sanitasi sebagai dokumen sanitasi saat ini merupakan titik tolak bagi penyusunan rencana tidak (action plan) untuk jangka waktu lima tahun ke depan.Rencana tindak tersebut nantinya dituangkan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kulon Progo.

Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Kulon Progo selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah, enumertor, koordinator/sanitarian kecamatan dan semua pihak serta komponen masyarakat yang telah membantu baik dalam pikiran, tenaga, maupun waktu dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Buku Putih ini masih banyak terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun substansinya. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat sangat penyusun harapkan demi perbaikan Buku Putih ini. Namun yang menjadi harapan penyusun semoga Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo ini membawa manfaat dan dapat menjadi tonggak dalam merumuskan rencana tindak sektor sanitasi ke depan, menuju masyarakat yang sejahtera, yang mampu meningkatkan derajat kesehatan, serta mampu mempertahankan kelestarian lingkungan.

Wates, Agustus 2012 Penyusun,

(3)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 1 - 3

Daftar Isi

Bab 1: Pendahuluan ... 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Landasan Gerak ... 1.3 Maksud dan Tujuan ... 1.4 Metodologi ... 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain ... Bab 2: Gambaran Umum Wilayah ... 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik ... 2.2 Demografi ... 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah ... 2.4 Tata Ruang Wilayah ... 2.5 Sosial dan Budaya ... 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah ... Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah ... 3.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene ...

3.1.1 Tatanan Rumah Tangga ... 3.1.2 Tatanan Sekolah...

3.2 Pengelolaan Air Limbah Domestik...

3.2.1 Kelembagaan... 3.2.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan ... 3.2.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK ... 3.2.4 “Pemetaan” Media ... 3.2.5 Partisipasi Dunia Usaha ... 3.2.6 Pendanaan dan Pembiayaan ... 3.2.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak ...

3.3 Pengelolaan Persampahan ...

3.3.1 Kelembagaan... 3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan ... 3.3.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK ... 3.3.4 “Pemetaan” Media ... 3.3.5 Partisipasi Dunia Usaha ... 3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan ... 3.3.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak ...

3.4 Pengelolaan Drainase Lingkungan ...

3.4.1 Kelembagaan... 3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan ... 3.4.3 Kesadaran Masyarakat dan PMJK ... 3.4.4 “Pemetaan” Media ... 3.4.5 Partisipasi Dunia Usaha ... 3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan ... 3.4.7 Isu strategis dan permasalahan mendesak ...

3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi...

3.5.1 Pengelolaan Air Bersih ... 3.5.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga ... 3.5.3 Pengelolaan Limbah Medis ...

Bab 4: Program Pengembangan Sanitasi Saat Ini dan yang Direncanakan ... 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene ... 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik ... 4.3 Peningkatan Pengelolaan Persampahan ... 4.4 Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan ... 4.5 Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi...

(4)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 1 - 4

Bab 5: Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi ... 5.1 Area Berisiko Sanitasi ... 5.2 Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini ...

(5)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 1 - 5 Daftar Istilah dapat mengacu pada Glossary Sanitasi di Lampiran Petunjuk Praktis ini. Gunakan sesuai istilah yang

ada di dalam dokumen Buku Putih Sanitasi.

Hapus teks ini setelah selesai ditulis.

Daftar Tabel

Daftar Peta

Daftar Gambar

Daftar Istilah

(6)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 1 - 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Secara umum pengelolaan sanitasi di Indonesia, yang meliputi pengelolaan sampah, air limbah domestik, dan drainase lingkungan, hingga saat ini belum dapat terselenggara dengan baik. Akibat yang ditimbulkan dari buruknya pengelolaan sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara terus menerus dan meningkatnya berbagai macam penyakit yang terkait dengan buruknya sanitasi, yang pada akhirnya akan mengancam kesehatan masyarakat.

Berbagai upaya pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas sanitasi telah dilakukan. Pada bulan November Tahun 2007 telah diselenggarakan Konferensi Sanitasi Nasional yang merintis kesepakatan untuk menyiapkan langkah-langkah penting bagi pembangunan sanitasi ke depan, sejalan dengan pencapaian sasaran dalam Millenium Development Goals (MDGs). Kemudian pada tahun 2008 dalam pertemuan International Year of Sanitation, telah disepakati adanya upaya peningkatan kesadaran dan komitmen pemerintah di semua tingkat pemerintahan terhadap pembangunan sanitasi. Selanjutnya pada bulan April tahun 2009 diselenggarakan Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan dengan tujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan sasaran pembangunan sanitasi, serta menyandingkan dan mengenalkan pendekatan strategi sanitasi kota yang lebih praktis.

Dari upaya di atas, dicapai kesepakatan untuk menyelenggarakan program pendampingan sanitasi kepada provinsi dan kabupaten berupa Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), melalui pendekatan penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang sesuai dengan kebutuhan pemerintah kabupaten dan masyarakat melalui proses bottom-up dengan kerangka kebijakan dan strategi nasional yang ditetapkan oleh pemerintah pusat yang bersifat top-down, sehingga diperlukan sinkronisasi dan sinergisitas keduanya.

PPSP sebagai program pembangunan sanitasi menyeluruh yang terintegrasi dari pusat dan daerah, akan melibatkan seluruh stakeholder sanitasi, baik dari pemerintah maupun swasta di seluruh tingkatan pemerintahan. Mengingat keterbatasan sumber daya yang ada serta kebutuhan pendampingan yang intens di masing-masing provinsi dan kabupaten, maka pelaksanaan PPSP diselenggarakan secara bertahap yang dilaksanakan mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 di kota megapolitan, metropolitan besar dan sedang, ibukota provinsi, serta kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang kondisi sanitasinya rawan.

Dengan mempertimbangkan kondisi sanitasi yang belum terkelola dengan baik, serta adanya kecenderungan semakin menurunnya kualitas lingkungan, maka Kabupaten Kulon Progo menyampaikan surat minat untuk turut serta dalam program PPSP bersama-sama dengan sejumlah kabupaten di seluruh Indonesia. Oleh karena berbagai tahapan kegiatan telah dilalui, seperti mengikuti kampanye edukasi, advokasi,dan pendampingan baik dari pusat maupun provinsi, Serta pengembangan kelembagaan dan peraturan terkait dengan program PPSP. Pokja Sanitasi Kabupaten Kulon Progo selanjutnya melangkah pada tahapan ketiga yaitu penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK).

1.2

Landasan Gerak

1.2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sanitasi

Menurut Denny W. Lukman, Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut.

(7)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 1 - 7 Sedangkan menurut Notoadmojo, 2003,sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu

lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yg baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat; sedangkan sanitasi lingkungan adalah cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara

Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit, dengan cara meningkatkan kualitas pengelolaan perumahan,

pengelolaan kotoran, dan penyediaan air bersih ke arah yang baik, sehingga terbebas dari pencemaran teradap tanah, air, dan udara sebagai lingkungan hidup manusia.

Dalam penyusunan Buku Putih ini, upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan lingkungan adalah sebagai tujuan akhir pembangunan sanitasi. Oleh karena itu ruang lingkup pembahasan masalah sanitasi dalam Program PPSP Kabupaten Kulon Progo meliputi pengelolaan masalah air limbah domestik (grey and black water), persampahan (municipal solid waste), drainase lingkungan, kampanye Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta promosi Hygienis.

1.2.2 Wilayah Kajian Buku Putih Sanitasi dan SSK

Wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo adalah dengan menitikberatkan pada wilayah perkotaan, mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 - 2031, Dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK) Kecamatan di Wilayah Kabupaten Kulon Progo, serta Perda Kabupaten Kulon Progo nomor 4 tahun 1988 tentang Penetapan Batas Wilayah Kota. dapun wilayah kajian yang dimaksud adalah:kota Wates sebagai ibukota kabupaten (meliputi kecamatan Wates dan Pengasih), 10 ibukota kecamatan (IKK) yang meliputi Temon, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, Nanggulan,Girimulyo, Kokap, Samigaluh, Kalibawang, Serta unit permukiman Dekso sebagai bagian dari kecamatan Kalibawang yang berkembang cukup pesat dan tumbuh menjadi kota dan sudah dilengkapi dengan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK Kota Dekso).

1.2.3 Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Kulon Progo

Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 – 2016 yang hendak dicapai dalam tahap kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah adalah “Terwujudnya Kabupaten Kulon Progo yang sehat, mandiri, berprestasi, adil, aman, dan sejahtera berdasarkan iman dan taqwa”. Untuk mencapai visi tersebut maka dirumuskan misi pembangunan sebagai berikut:

1. Mewujudkan sumber daya manusia berkualitas tinggi dan berakhlak mulia melalui peningkatan kemandirian, kompetensi, keterampilan, etos kerja, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan kualitas keagamaan.

2. Mewujudkan peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah yang berorientasi pada prinsip-prinsip good government dan good governance.

3. Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis pada pertanian dalam arti luas, industri, dan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat.

4. Meningkatkan infrastruktur wilayah.

5. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan secara optimal dan berkelanjutan. 6. Mewujudkan ketenteraman dan ketertiban melalui kepastian, perlindungan dan penegakan

(8)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 1 - 8 hukum.

Dari visi tersebut di atas, menunjukkan bahwa salah satu sasaran yang ingin dicapai untuk lima tahun ke depan adalah terwujudnya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, baik sehat jasmani, maupun rohani, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam lingkungan yang bersih dan nyaman. Peningkatan kualitas kesehatan aparatur dan kelembagaan pemerintah pun diharapkan akan mampu meningkatkan dalam memberikan pelayanan prima, dengan bertumpu pada prinsip transparansi, dan menunjung tinggi akuntabilitas.

Sedangkan kaitannya dengan pembangunan sanitasi, misi 1, 2, dan 4 perlu kiranya menjadi pertimbangan. Arah pembangunan yang bertumpu pada upaya pencapaian pembangunan manusia (SDM), peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur, serta upaya untuk meningkatkan infrastruktur wilayah merupakan titik masuk dalam pembangunan sanitasi ke depan.

Sementara ditinjau dari sisi tata ruang, tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana tercantum dalam pasal 2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 – 2031 adalah untuk mewujudkan daerah sebagai basis komoditas pertanian didukung pariwisata, pertambangan, serta industri bahari dengan mensinergikan wilayah bagian selatan, tengah, dan utara. Dari 10 kebijakan penataan ruang wilayah Daerah, yang mendukung program pengembangan sanitasi adalah kebijakan ke 8 yaitu pemantapan prasarana wilayah pada sistem perkotaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.Strategi yang akan ditempuh pada kebijakan ke-8 yaitu 1) meningkatkan pelayanan transportasi; 2) mengembangkan prasarana telekomunikasi; 3) meningkatkan jaringan energi listrik dengan memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan; 5) meningkatkan keterpaduan sistem jaringan pengelolaan lingkungan; 6) menjaga keterkaitan pembangunan sektoral antar pusat pelayanan dalam satu kesatuan wilayah yang terpadu; 7) mengembangkan pusat pertumbuhan baru; 8) mengembangkan permukiman perkotaan yang mendukung nilai budaya lokal. Dengan demikian posisi strategi sanitasi sesuai dengan strategi ke-5 dan ke-8, yaitu meningkatkan keterpaduan sistem jaringan pengelolaan lingkungan, dan mengembangkan permukiman perkotaan yang mendukung nilai budaya lokal.

1.3

Tujuan

1.3.1 Sebagai dokumen yang menggambarkan kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Kulon Progo pada saat ini, ditinjau dari aspek teknis, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, dsb.

1.3.2 Sebagai profil dan gambaran pemetaan karakteristik & kondisi sanitasi, serta prioritas/arah pengembangan kabupaten/kota & masyarakat.

1.3.3 Untuk menjadi baseline-data terkait kondisi sanitasi kabupaten/kota mutakhir yang akan digunakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten /Kota (SSK), serta keperluan pemantuan dan evaluasi (monev) pembangunan sektor sanitasi.

1.4

Metodologi

Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan buku putih ini adalah metode studi literatur, metode pengumpulan data yang tersedia di SKPD-SKPD, metode interview untuk memperoleh data primer, metode observasi lapangan serta dokumentasi. Dalam pengumpulan data sekunder sering dijumpai 2 data yang berbeda. Untuk itu penggunaan data yang digunakan dilakukan dengan kesepakatan-kesepakatan tentang data mana yang akan dipergunakan sebagai basis hitungan atau kajian. Dari data yang diperoleh, dilakukan observasi lapangan untuk memperoleh perbandingan data sekunder dengan kondisi terkini yang ada. Selain itu, dilakukan pula studi penelitian/kajian untuk memperoleh data primer langsung di lapangan. Metode pencarian data primer dilakukan dengan Studi EHRA dan SSA. Selanjutnya melalui analisis data primer, sekunder, serta persepsi SKPD terkait sanitasi, dilakukan penetapan area beresiko sanitasi.

(9)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 1 - 9

1.5

Dasar Hukum dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lain

Penyusunan Buku Putih Sanitasi dan SSK Kabupaten Kulon Progo, tidak boleh lepas dari semua dokumen perencanaan yang ada di daerah, seperti Rencana Pembangunan Janga Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maupun Rencana Strategis (Renstra) SKPD Pengampu masalah pembangunan Sanitasi.

Penyusunan RPJMD Kulon Progo 2011-2016 mempunyai hubungan dan konsisten dengan dokumen perencanaan pembangunan sesuai dengan arahan pasal 5 UU No 25 tahun 2004. RPJMD Kabupaten Kulon Progo 2001-2016 harus mengacu pada RPJM Nasional 2010-2014 dan RPJMD Provinsi DIY 2009-2013 yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di Kabupaten Kulon Progo. Untuk menjaga kesinambungan pelaksanaan pembangunan daerah, RPJMD Kulon Progo 2011-2016 berpedoman pada RPJPD Kulon Progo 2005-2025. RPJMD Kulon Progo 2011-2016 digunakan sebagai pedoman untuk penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kulon Progo.

Sebagai bagian dari sistem perencanaan pembangunan, Buku Putih Sanitasi dan SSK Kabupaten Kulon Progo memuat perencanaan pembangunan sanitasi untuk 5 tahun ke depan (2013-2017). Oleh karena itu Buku Putih dan SSK harus bisa mewarnai RPJMD Kulon Progo 2011-2016. Sehingga nantinya seluruh rencana pembangunan sanitasi dapat dibreak down oleh SKPD-SKPD teknis dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi, dan selanjutnya dituangkan ke dalam Rencana Kerja SKPD. Dengan demikian arah pembangunan sanitasi bersifat menyeluruh bersinergi dan terpadu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram berikut:

(10)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 1 - 10

Diagram 1.1

Diagram 1. Posisi Buku Putih dan SSK kabupaten Kulon Progo RPJM Nasional 2010-2014 RPJP Nasional RPJPD Provinsi DIY 2005-2025 RPJPD Kulon Progo RPJMD Provinsi DIY 2009-2013 RPJMD Kulon Progo 2011-2016 Renstra SKPD RAPBD Kulon Progo RKPD Kulon Progo Renja SKPD APBD Kulon Progo RKA SKPD Rincian APBD pedoman pedoman pedoman dijabarkan pedoman pedoman pedoman pedoman BUKU PUTIH & SSK

(11)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2- 11 Peraturan perundangan yang diacu di dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo didasarkan pada produk hukum yang meliputi Undang-undang, Peraturan Pemerntah, Keputusan Presiden, Peraturan dan Keputusan Menteri, Standar Nasional Indonesia, dan Peraturan Daerah di tingkat Propinsi maupun tingkat Kabupaten. Daftar peraturan-peraturan adalah sebagai berikut:

Undang-undang

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. 3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL.

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air. Keputusan PresidenRepublik Indonesia

1) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

3) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri

1) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

2) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.

3) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.

4) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

5) Peraturan bersama Menteri Dalam Negeri & Menteri Kesehatan Nomor : 34 tahun 2005, Nomor : 1138/Menkes/PB/VIII/2005 Pedoman Penyelenggaraan Kab/kota sehat.

6) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air

(12)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 12 8) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Pemantauan Lingkungan Hidup

9) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 TAHUN 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Daerah

1) Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 03 Tahun 1997 Tentang Pengendalian Pembuangan Limbah Cair

2) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 157a/Kpts/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

3) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 281/Kpts/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

4) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 65 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

5) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 24 Tahun 2000 Tentang Kegiatan Wajib Izin Pembuangan Limbah Cair Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

6) Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 32 Tahun 2000 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengendalian Pembuangan Limbah Cair

7) Perda Kab. Kulon Progo no. 04/1988 tentang Penetapan Batas Wilayah kota kabupaten Kulon Progo 8) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 8 tahun 1993 tentang Bangunan

9) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 16 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025.

10) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan Pemeriksaan Kualitas Air

11) SK Bupati No. 691/1991 tentang Pembentukan Badan Pengelola Kebersihan Kota

12) SK Bupati No. 245/1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Penunjukan Tanah Pangonan di Desa Ringinardi sebagai TPA

Standar Nasional Indonesia (SNI)

1) SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah

2) SNI 19-3242-1994 tentang Sampah di Permukiman dan Tata Cara Pengelolaannya 3) SNI 19-2454-1991 tentang Sampah Perkotaan dan Tata Cara Pengolahan Teknik

4) SNI 03-2453-1991 tentang Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan dan Tata cara Perencanaan teknik

(13)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 13 BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KULON PROGO 2.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Kulon Progo 2.1.1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah

Kabupaten Kulon Progo secara geografis terletak antara 70 38'42" – 70 59'3" Lintang Selatan dan

1100 1'37" – 1100 16'26" Bujur Timur, merupakan bagian wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang

terletak di bagian paling barat serta dibatasi oleh :

Sebelah Barat : Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Sebelah Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul, Prov. D.I. Yogyakarta Sebelah Utara : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Sebelah Selatan : Samudera Hindia.

Secara fisiografis, di sisi timur Kabupaten Kulon Progo dibatasi oleh Sungai Progo yang memisahkan kabupaten ini dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Sungai Progo merupakan sungai terbesar yang melintasi Provinsi DIY dengan hulu di Gunung Sumbing Kabupaten Wonosobo dan bermuara di Samudera Hindia. Sungai ini mempunyai pengaruh besar terhadap perekonomian penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama di sekitar aliran sungai yang dimanfaatkan untuk budidaya sektor pertanian.

Luas area kabupaten Kulon Progo adalah 58.628,311 Ha yang meliputi 12 kecamatan dengan 87 desa, 1 kelurahan dan 917 pedukuhan. Kecamatan terluas adalah Samigaluh dan Kokap, masing-masing yaitu 12% dari total wilayah Kabupaten, sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Wates. Dari luas total kabupaten, 24,89 % berada di wilayah Selatan yang meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan dan Galur, 38,16 % di wilayah tengah yang meliputi Kecamatan Lendah, Pengasih, Sentolo, Kokap, dan 36,97 % di wilayah utara yang meliputi Kecamatan Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh. Tabel 2.1. berikut ini memberikan informasi luas wilayah tiap kecamatan di Kabupaten kulon Progo.

Tabel 2.1

Nama, Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan

Sumber: Kulon Progo Dalam Angka 2011

Kecamatan desa/Kelurahan Jml (Ha) Luas Kecamatan (%)

Temon 15 3.629,890 6,19 Wates 8 3.200,239 5,46 Panjatan 11 4.459,230 7,61 Galur 7 3.291,232 5,61 Lendah 6 3.559,192 6,07 Sentolo 8 5.265,340 8,98 Pengasih 7 6.166,468 10,52 Kokap 5 7.379,950 12,59 Girimulyo 4 5.490,424 9,36 Nanggulan 6 3.960,670 6,76 Kalibawang 4 5.296,368 9,03 Samigaluh 7 6.929,308 11,82 Total 88 58.627,512 100,00

(14)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo

Nama, Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan

Sumber:RTRW Kab. Kulon Progo 2011

Sanitasi Kabupaten Kulon Progo

Diagram 2.2

Nama, Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan

Sumber:RTRW Kab. Kulon Progo 2011-2031

2 - 14 Nama, Luas Wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan

(15)
(16)
(17)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2- 17 2.1.2. Kondisi air tanah (ketinggian air tanah)

Kondisi geohidrologi di Kabupaten Kulon Progo bervariasi mengikuti geomorfologi dan geologinya. Pada wilayah tengah dan utara memiliki potensi air tanah yang rendah. Kemiringan lereng yang terjal menyebabkan air hujan yang diterima permukaan tanah cepat mengumpul di saluran-saluran sungai dan mengalir di daerah hilir. Pada kondisi seperti ini air hujan tidak sempat terinfiltrasi ke dalam tanah dalam jumlah yang cukup. Di sisi lain, geologi di Perbukitan Kulon Progo didominasi oleh material berupa breksi andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat, dan sisipan aliran lava andesit. Material tersebut terbentuk oleh adanya aktivitas gunung api purba pada kala tersier dan bersifat impermeable (tidak tembus air). Akibatnya, material tersebut tidak mampu menyimpan dan mengalirkan air sehingga cadangan airtanah di wilayah ini sangat minim. Keberadaan air tanah pada wilayah ini ditemukan pada perlapisan yang sangat dalam (> 25 meter) dan hanya ditemukan pada rekahan-rekahan batuan. Pemenuhan kebutuhan air penduduk Kulon Progo di wilayah perbukitan ini pada umumnya berasal dari mata air yang banyak ditemukan di tekuk-tekuk lereng.

Kondisi hidrologi yang berbeda terjadi di wilayah selatan. Pada wilayah ini relatif datar dan secara geomorfologis merupakan wilayah dataran alluvial dari beberapa hilir sungai dan merupakan wilayah pesisir. Wilayah ini merupakan daerah akumulasi air permukaan maupun air tanah. Material penyusun yang bersifat relatif porus membentuk sistem akuifer penyimpan air tanah yang cukup bagus. Air tanah ditemukan pada kedalaman kurang dari 7 meter.

Ketersediaan air permukaan di Kabupaten Kulon Progo banyak dipengaruhi oleh aliran sungai. Sungai Progo merupakan sungai terbesar yang memberikan suplaI air permukaan. Air sungai ini terutama banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Selain Sungai Progo, terdapat beberapa aliran sungai yang mengalir, seperti Sungai Tinalah di Kecamatan Samigaluh dan Sungai Kayangan di Kecamatan Girimulyo. Hilir Sungai Tinalah dan Sungai Kayangan berakhir masuk ke aliran sungai Progo.

Menurut data Statistik BPDAS Serayu Opak Progo Tahun 2010, Kabupaten Kulon Progo masuk ke dalam tiga DAS besar dan 18 sub DAS. Adapun nama DAS dan sub DAS tersebut beserta luasannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.2

Nama DAS, Sub DAS dan Luasannya di Kabupaten Kulon Progo

No DAS Luas DAS (ha) Sub DAS

1 Bogowonto 3.977,72 Keduren Kodil Plamping 2 Serang 29.728,04 Nagung Ngrancah Serang Hilir Serang Sekiyep Sidatan Sumitro 3 Progo 24.920,89 Diro Jenes Kedung Gong Krawang Penter Progo Hilir Sindong Salak Sudu Tinalah

(18)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 18 Sebagian besar wilayah Kabupaten Kulon Progo masuk dalam DAS Progo dan DAS Serang. Hanya sebagian kecil dari wilayah tersebut yang masuk dalam DAS Bogowonto. Sedangkan menurut Direktorat Bina Penatagunaan Sumberdaya Air, Kabupaten Kulon Progo masuk dalam Wilayah Sungai Serang-Bogowonto, dan Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang.

Daerah Aliran Sungai Progo dengan sungai utama Kali Progo memiliki daerah pengaliran seluas 8.894 hektar, dengan debit maksimum 381,90 m³/detik dan debit minimum 13,00 m³/detik. Daerah Aliran Sungai Serang dengan sungai utama Kali Serang dengan anak–anak sungainya, memiliki daerah pengaliran seluas 3.635,75 hektar, dengan debit maksimum 153,6 m³/detik dan debit minimum 0.03 m³/detik. Kedua sungai tersebut telah dimanfaatkan untuk irigasi persawahan seluas 9.351 ha.

Di Kabupaten Kulon Progo terdapat satu danau buatan yaitu Waduk Sermo. Lokasi Waduk Sermo ini terletak di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Luas genangan waduk ini adalah seluas 157 Ha. Waduk ini dibuat dengan membendung Kali Menguri dan anak-anak cabangnya, Kali Pantaran, Kali Kembang, Kali Papon dan sungai-sungai kecil yang bermuara di Kali Ngrancah. Waduk Sermo berfungsi sebagai suplai irigasi sawah yang berada di Kecamatan Temon, Wates dan Pengasih.

(19)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 19

Gambar 2.1. Lokasi Kabupaten Kulon Progo dalam DAS Progo dan DAS Serang SA MUDE RA HIN DIA G. Merapi G. Merbabu G. Sumbing KOTA YOGYAKARTA KAB. TEMANGGUNG KAB. MAGELANG

KAB. KULON PROGO

KAB. SLEMAN

KAB. BANTUL

KAB. GUNUNG KIDUL

PROPINSI

JAWA TENGAH PROPINSI JAWA TENGAH

PROPINSI D.I. YOGYAKARTA PROPINSI JAWA TENGAH

KOTA MAGELANG S. Op ak S. P rogo S. Serang S. Oyo S. E lo S . P ro g o 400000 mT 400000 mT 440000 440000 480000 mT 480000 mT 9 1 2 0 0 0 0 m U 91 2 0 0 0 0 m U 9 1 6 0 0 0 0 91 6 0 0 0 0 9 2 0 0 0 0 0 m U 92 0 0 0 0 0 m U PROP. DI. YOGYAKARTA PROP. JAWA TENGAH

LAUT JAWA

SAMUDERA HINDIA

INSET

SWS Progo Opak Oyo

270000 mT 270000 mT 360000 360000 450000 450000 540000 mT 540000 mT 9 0 9 0 0 0 0 m U 909 0 0 0 0 m U 9 1 8 0 0 0 0 9180 0 0 0 9 2 7 0 0 0 0 m U 927 0 0 0 0 m U 0 5 10 15 20 KM U T B S

DAS OPAK DAS OYO

DAS PROGO

(20)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 20 2.1.3. Kondisi umum iklim dan curah hujan

Iklim merupakan rata-rata kondisi cuaca dalam periode yang panjang. Suhu dan curah hujan merupakan dua unsur iklim yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Suhu rata-rata di Kabupaten Kulon Progo berkisar 25-29 0C. Berdasarkan analisis data curah hujan bulanan tahun 2006-2010, diketahui bahwa

curah hujan tahunan di Kabupaten Kulon Progo mencapai di atas 1.907,4 mm pada tahun2007. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada Bulan Desember, sedangkan terendah terjadi pada Bulan Agustus. Nilai ini mengikuti pola distribusi musim di Indonesia, yaitu bulan-bulan basah pada musim penghujan (November-April) dan bulan-bulan kering pada musim kemarau (Mei-Oktober).

Curah hujan dan hari hujan dari tahun 2006-2010 menurut 5 stasiun hujan di Gejagan, Singkung, Gembongan, Beji, Brosot Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2005-2010 Menurut Stasiun Hujan di Kabupaten Kulon Progo

No Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH 1 Januari 11,3 182,8 15,0 254,0 18,0 280,8 23,0 246 16 2 Pebruari 12,9 248,0 19,0 349,0 21,0 252,2 20,0 151 13 3 Maret 10,7 416,4 18,0 262,6 22,0 130,2 13,0 242 14 4 April 7,7 278,6 21,0 160,6 15,0 177,8 11,0 189 11 5 Mei 4,9 31,8 6,0 4,0 2,0 122,2 9,0 315 14 6 Juni 0,0 54,4 6,0 2,8 1,0 30,0 2,0 90 7 7 Juli 0,0 0,6 1,0 2,4 1,0 9,0 2,0 26 4 8 Agustus 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 45 4 9 September 1,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,0 4,0 257 13 10 Oktober 1,0 39,2 3,0 173,2 10,0 44,2 6,0 271 15 11 Nopember 2,3 206,8 17,0 380,4 25,0 172,6 13,0 183 13 12 Desember 11,0 448,8 27,0 190,2 16,0 147,2 12,0 331 16 Jumlah 63,8 1.907,4 133,0 1.779,2 131,0 1.372,2 115,0 2346 140 Rata-rata 5,32 158,95 11 148,27 11 114,35 10 195.5 11.7 Sumber : Kulon Progo Dalam Angka 2011

(21)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 21 Gambar. 2.2. Curah Hujan Rata-Rata dan Hari Hujan Rata-Rata

2.2. Demografi / Kependudukan

Data jumlah penduduk kabupaten Kulon progo tahun 2009 -2010 merupakan hasil pendataan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon progo, sedangkan data tahun 2011 diperoleh dari hasil Pendataan Keluarga Miskin Kabupaten Kulon progo yang dilaksanakan dengan mengacu Perbup No 39 tahun 2011, jumlah Penduduk Kabupaten Kulon Progo pada bulan Desember tahun 2011 sebanyak 473.397 jiwa. Adapun persebaran penduduk tiap kecamatan tahun 2009 -2011 seperti tecantum dalam tabel berikut:

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Bulan Desember 2009 – 2011

Kecamatan Jml Penduduk Jumlah KK Pertumbuhan (%)

2009 2010 2011 2009 2010 2011 2010 2011 1 Temon 32.994 33.268 32.899 6886 6,943 7001 0.83 -1.11 2 Wates 50.186 50.597 52.717 11852 11949 12047 0.82 4.19 3 Panjatan 41.586 41.939 41.885 9224 9302 9381 0.85 -0.13 4 Galur 33.361 33.478 34.668 8378 8407 8436 0.35 3.55 5 Lendah 39.039 39.238 41.647 9887 9,937 9988 0.51 6.14 6 Sentolo 48.745 49.237 50.669 11556 11,673 11791 1.01 2.91 7 Pengasih 50.366 50.699 53.632 12218 12,299 12380 0.66 5.79 8 Kokap 42.096 42.227 39.38 8878 8,906 8934 0.31 -6.74 9 Girimulyo 29.406 29.517 27.022 6412 6,436 6460 0.38 -8.45 10 Nanggulan 35.034 35.521 31.967 7374 7,476 7580 1.39 -10.01 11 Samigaluh 34.173 34.343 31.538 7954 7,994 8034 0.50 -8.17 12 Kalibawang 31.045 31.135 35.373 7545 7,567 7589 0.29 13.61 JUMLAH 467.816 470.903 473.397 108185 108,899 109618 0.66 0.53

Sumbe r : Kulon Progo Dalam Angka 2010-2011 dan Pendataan Kemiskinan Kabupaten Kulon Progo 2011 0 50 100 150 200 250 2006 2007 2008 2009 2010

HARI HUJAN RATA-RATA

CURAH HUJAN RATA-RATA Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-rata Kab. Kulon Progo

(22)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 22 Dari data di atas tampak bahwa penyebaran penduduk Kulonprogo masih berkumpul di 3 Kecamatan, yaitu Pengasih sebesar 11,33 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Wates sebesar 11,14 persen, dan Kecamatan Sentolo sebesar 10,70 persen. Kecamatan Pengasih, Wates, dan Sentolo adalah 3 Kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah 53.632 orang, dan 52.717 orang, 50.669 orang. Sedangkan Kecamatan Girimulyo merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya, yakni sebanyak 27.022 orang.

Berdasarkan perbandingan jumlah total penduduk dengan luas wilayah kabupaten, rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kulonprogo adalah sebanyak 807 orang per kilo meter persegi atau 8,07 jiwa per hektar. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Wates yakni sebanyak 1647 orang per kilo meter persegi atau 16.47 jiwa per hektar. Sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Samigaluh yakni 455 orang perkilo meter persegi atau 4.55 jiwa per hektar.

Sementara laju pertumbuhan penduduk Kulonprogo per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0.66 persen. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Kulonprogo ada di tiga kecamatan yakni Kecamatan Temon, Wates, dan Pengasih yaitu 0.81 persen. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk yang terendah di Kecamatan Kokap sebesar -0,57 persen. Meskipun Kecamatan Sentolo menempati urutan kedua dari jumlah penduduk, namun dari sisi laju pertumbuhan penduduk menempati urutan keempat sebesar 0.77 persen. Sebaliknya, Kecamatan Temon yang jumlah penduduknya menempati urutan terendah ke-4 setelahda urutan tertinggi atau sama dengan Kecamatan Wates dan Kecamatan Pengasih.

Untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk untuk tahun berikutnya, digunakan angka kecendurungan (tren) dari rata-rata laju pertumbuhan jumlah penduduk tiap kecamatan beberapa tahun 2000 - 2010 rumus:

(N+1) = N x (100+r) : 100 Dimana :

N+1 : Jumlah Penduduk proyeksi 1 tahun berikutnya N : jumlah penduduk tahun 2011

r : trend prosentase pertambahan penduduk tahun 2000-2010

Sedangkan proyeksi penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2017 disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.5

Proyeksi Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011-2017

No Kecamatan R Jumlah Penduduk

(%) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1 Temon 0.81 32,899 33,165 33,434 33,705 33,978 34,253 34,531 2 Wates 0.81 52,717 53,144 53,574 54,008 54,446 54,887 55,331 3 Panjatan 0.7 41,885 42,178 42,473 42,771 43,070 43,372 43,675 4 Galur 0.51 34,668 34,845 35,023 35,201 35,381 35,561 35,742 5 Lendah 0.67 41,647 41,926 42,207 42,490 42,774 43,061 43,350 6 Sentolo 0.77 50,669 51,059 51,452 51,848 52,248 52,650 53,055 7 Pengasih 0.81 53,632 54,066 54,504 54,946 55,391 55,840 56,292 8 Kokap -0.57 39,380 39,156 38,932 38,710 38,490 38,270 38,052 9 Girimulyo -0.24 27,022 26,957 26,892 26,828 26,764 26,699 26,635 10 Nanggulan 0.68 31,967 32,184 32,403 32,624 32,845 33,069 33,294 11 Kalibawang 0.1 31,538 31,570 31,601 31,633 31,664 31,696 31,728 12 Samigaluh 0.05 35,373 35,391 35,408 35,426 35,444 35,462 35,479 Kab. Kulon Progo 0.66 473,397 475,669 477,953 480,247 482,552 484,868 487,195 Sumber : diolah dari hasil pendataan kemiskinan dan Kabupaten Kulon Progo 2011

(23)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 23

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

Salah satu indikator ekonomi dalam pencapaian tingkat kesejahteraan adalah aktifitas perputaran uang di suatu wilayah. Berdasarkan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 Pasal 6 ayat(1), dijelaskan bahwa ada empat sumber Pendapatan Asli Daerah yang memegang peranan penting dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu (i) pajak daerah , (ii) retribusi daerah, (iii) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, (iv) serta lain–lain pendapatan asli daerah yang sah. Kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah di Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan. Namun tingkat ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat (DAU) masih sangat besar.

Dana Perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari APBN, yang terdiri dari Dana Bagi hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Serta Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Perimbangan ini merupakan transfer dana dari Pemerintah Pusat dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Proporsi Dana Perimbangan yang sangat besar terhadap kontribusi APBD menunjukkan bahwa Kabupaten Kulon Progo masih sangat tergantung terhadap Pemerintah Pusat.

Sedangkan lain-lain pendapatan daerah yang sah di APBD, terdiri dari pendapatan hibah, dana hasil bagi pajak dengan provinsi, dana penyesuaian dan otonomi khusus, Serta bantuan keuangan dari provinsi maupun pemda lainnya. Adapun gambaran mengenai APBD Kabupaten Kulon Progo 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Tabel 2.6.

Ringkasan Realisasi APBD 5 Tahun terakhir

No Anggaran 2006 2007 2008 2009 2010

A Pendapatan

1 Pendapatan asli Daerah (PAD) 35.529.885.547 38.638.670.394 42.289.208.577 39.358.629.412 48.190.801.571 2

Dana Perimbangan

(Transfer) 394.744.066.201 441.229.946.509 478.689.715.957 495.646.284.933 485.094.125.372 3 Lain2 pendapatan yg sah 17.612.254.723 39.221.131.550 57.413.584.350 61.277.110.200 99.804.252.799 1 Jumlah Pendapatan 448.371.802.782,26 522.937.813.610,66 581.934.155.009,44 596.428.928.201,19 633.088.918.846,16 B Belanja

1 Belanja Tak Langsung 293.463.109.280 382.928.557.914 444.766.612.124 473.959.882.627 473.959.882.627 2 Belanja Langsung 199.239.971.014 213.388.643.751 132.970.368.976 138.942.748.540 138.942.748.540

Jumlah Belanja

Daerah 458.909.842.111,94 492.840.107.093,71 598.059.933.717,75 577.736.996.100,47 612.902.631.166,54 Surplus/Defisit (15.693.926.614,48) 21.872.969.232,15 (28.802.549.193,11) 11.228.062.279,92 15.192.900.394,82

(24)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 24 Tabel 2.7.

Ringkasan anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk Tahun 2007-2011

N0. Sub Sektor/SKPD 2007 2008 2009 2010 2011

A Air Limbah

1 DPU Pengairan 5,220,734,950 4,533,119,699 3,061,364,942 1,275,899,500 0 2 PU-Cipta Karya 2,890,950,647 2,968,010,000 2,738,521,983 1,662,326,615 2.871.586.341 3 Kantor Lingk. Hidup 2,167,675,844 1,506,229,999 1,327,800,081 2,256,553,580 913.906 .650 4 Kimtaru (permukiman Tataruang) 71,081,200 140,489,000 104,435,000 192,196,350 0 B Persampahan 1,152,730,100 (429.351.000) 1,023,762,000 (444.612.000) 316.011.000 320.895.000 (375.400.000) 587.237.900 C Drainase 2,447,188,290 1,849,773,725 611,245,900 0

D Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi, komunikasi, pendampingan)

204,775,250 223,235,000 90,515,000 24,540,050 284.323.000 E Total Belanja Modal sanitasi (A-D) 13.115.136.231 12.244.619.423 7.933.882.906 5.421.515.995 4.657.053.891 F Total Belanja Modal sanitasi dr APBD murni

(bukan pendamping)

G Total Belanja APBD 492.703.080.294 596.317.201.665 577.736.981.100 612.902.631.167 612.902.631.167 H

Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap

Belanja total 0.027 0.021 0.014 0.009 0.008

I Jumlah Penduduk 374,445 374,783 467.816 470.903 473.397

J Belanja sanitasi per penduduk (E/I) 35,025.53 32,671.22 16,959.41 11,513.02 9,837.52

Sumber: AMJ Bupati 2007-2011, diolah

2.3.1. Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh untuk membelanjakan dana-dana tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain, kebijakan fiscal adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara.

Dari semua unsur APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.

Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah, sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK/2012 tanggal 16 April 2012, indeks fiskal daerah diatur oleh menteri keuangan dengan maksud untuk perencanaan lokasi dan alokasi Dana Urusan Bersama (DUB) serta penentuan besaran penyediaan Dana daerah untuk Urusan Bersama (DDUB), seperti pelaksanaan bantuan langsung masyarakat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dan Perkotaan. Dalam perhitungan pemerintah menggunakan fiskal daerah (data kemampuan daerah, data transfer ke daerah, dan data belanja pegawai negeri sipil) serta non fiskal daerah seperti jumlah penduduk, persentasi jumlah penduduk miskin, indeks kemahalan konstruksi. Besaran Indeks fiskal dan kemskinan

(25)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 25 daerah terdiri dari Indeks Ruang Fiskal Daerah(IRFD) dan Indeks Persentasi Penduduk MiskinIPPMD). Adapun besarnya Indeks Ruang Fiskal Daerah kabupaten Kulon Progo adalah sebagai berikut:

Tabel 2.8.

Data Indeks Ruang Fiskal Kabupaten Kulon Progo 5 Tahun Terakhir

Tahun Indeks Kemampuan Fiskal / Ruang Fiskal Daerah (IRFD)

2007 0.2051

2008 0.1906

2009 0.1644

2010 0.259

2011 0.310

Sumber: www.djpk.depkeu.go.id, 21 Mei 2012 jam.13.35

2.3.2 PDRB dan Struktur Perekonomian

Salah satu indikator makro untuk melihat kinerja perekonomian secara riil di suatu daerah digambarkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan perubahan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun yang bersangkutan terhadap tahun sebelumnya.Pada tahun 2010 nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 3.55 triliun rupiah atau meningkat sekitar 248,113 miliar rupiah dibandingkan dengan nilai pada tahun 2009. Sedangkan berdasarkan atas harga konstan, nilai PDRB Kabupaten Kulon Progo tahun 2010 naik 65,934 miliar rupiah dari tahun sebelumnya atau sebesar 1,728 triliun rupiah.

Sumber : Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka 2011

Gambar 2.3. Nilai PDRB Kabupaten Kulon Progo Tahun 2006-2010

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2010 digambarkan oleh laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2010 dibandingkan dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2009. Pada tahun 2010 perekonomian Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan sebesar 3,97 persen. Dibandingkan tahun 2009, laju pertumbuhan tahun 2010 melambat 0,74 poin. Melambatnya laju pertumbuhan ini disebabkan karena melambatnya pertumbuhan pada sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang mempunyai kontribusi yang dominan pada total pembentukan PDRB. Sehingga melambatnya kedua sektor tersebut berpengaruh pada pertumbuhan secara keseluruhan.

Secara sektoral, sembilan sektor pembentukan PDRB mengalami pertumbuhan positif. Di tahun 2010 sektor pertambangan dan penggalian mengalami laju pertumbuhan paling tinggi sebesar 8,81 persen.

(26)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 26 Pada urutan kedua sektor keuangan persewaan, dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 8,55 persen disusul oleh sektor listrik, gas, dan air bersih yang tumbuh mencapai 6,52 persen.

Sumber : Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka 2011

Gambar 2.4. Peranan Sektoral PDRB Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kabupaten Kulon Progo tahun 2009 sebesar 3,286 triliun rupiah. Dengan jumlah penduduk sebesar 374.921 jiwa, PDRB per kapitanya mencapai Rp. 8.765.255. PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi nilai tambah (PDRB) atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduknya. PDRB per kapita merupakan salah satu indikator untuk menilai kemakmuran penduduk. Dilihat dari komposisi nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2010, sektor dengan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Kulon Progo adalah sektor pertanian sebesar 24,11 persen; diikuti sektor jasa-jasa sebesar 19,92 persen dan di posisi ketiga yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi sebesar 16,40 persen. Sedangkan sektor dengan kontribusi terkecil adalah sektor listrik, gas dan air bersih dengan sumbangan kontribusinya sebesar 0,86 persen.

Tabel 2.9

Data Perekonomian Umum Daerah Tahun 2007-2010

N0. Deskripsi 2007 2008 2009 2010

1 PDRB Harga Konstan (Rp) 1.587.630.000 1.662.370.000 1.728.304.000 1.781.227.000 2 Pendapatan Perkapita

Kab. (Rp) 4.130.945 4.307.361 4.460.215 4.580.532

3 Upah Minimum Regional

Kabupaten (Rp) 500.000 586.000 700.000 808.000(2011) 745694 892.660 (2012)

4 Inflasi (%) 8,78 9,49 4,75 4,79

5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 4.12 4.71 3.97 3.06

Sumber: Bappeda Kab. Kulon Progo 2007-2010

2.4. Tata Ruang Wilayah

Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.

(27)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 27 Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah

kabupaten dan kawasan strategis kabupaten serta pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten menjadi wewenang pemerintah daerah kabupaten dalam penyelenggaraan penataan ruang.

Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan dimaksudkan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna, berdaya guna, dan berkelanjutan. Penetapan kawasan strategis pada setiap jenjang wilayah administratif didasarkan pada pengaruh yang sangat penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan, keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Pengaruh aspek kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan lebih ditujukan bagi penetapan kawasan strategis nasional, sedangkan yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk penetapan kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten, diukur berdasarkan pendekatan ekternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan yang bersangkutan.

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah dilakukan melalui perizinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang. Izin pemanfaatan ruang wilayah diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Kulon Progo berisi tentang ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah. Konsep pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Kulon Progo dipaduserasikan dengan konsep sistem kota-kota di daerah dalam konteks wilayah serta keterkaitannya satu sama lain, baik secara spasial maupun fungsional terhadap Provinsi DIY.

Berikut ini merupakan rencana pengembangan sistem perkotaan Kabupaten Kulon Progo seperti yang tertulis dalam Raperda Kabupaten Kulon Progo tentang RTRW tahun 2011-2031 :

a. pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) berada di Perkotaan Wates; b. pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi:

1. Perkotaan Temon; 2. Perkotaan Brosot; 3. Perkotaan Sentolo; 4. Perkotaan Nanggulan; dan 5. Perkotaan Dekso.

c. pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi: 1. Perkotaan Panjatan;

2. Perkotaan Lendah; 3. Perkotaan Kokap; 4. Perkotaan Girimulyo; 5. Perkotaan Kalibawang; dan 6. Perkotaan Samigaluh.

Rencana fungsi pusat pelayanan sistem perkotaan meliputi:

a. PKWp Perkotaan Wates dengan fungsi pelayanan pusat pemerintahan, pendidikan, kesehatan, olahraga, perdagangan, dan jasa;

b. PKL Perkotaan Temon dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pertanian, pariwisata, industri, perkebunan, dan agropolitan;

c. PKL Perkotaan Brosot dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pariwisata, industri, dan pertambangan;

d. PKL Perkotaan Sentolo dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan industri, perkebunan, dan peternakan;

e. PKL Perkotaan Nanggulan dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan perikanan, pertanian, dan agropolitan; dan

(28)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 28 f. PKL Perkotaan Dekso dengan fungsi pelayanan sebagai kawasan pertanian, perkebunan, dan

agropolitan.

Perkotaan yang akan ditetapkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) meliputi: a. perkotaan Temon; b. perkotaan Wates; c. perkotaan Panjatan; d. perkotaan Galur; e. perkotaan Lendah; f. perkotaan Sentolo; g. perkotaan Kokap; h. perkotaan Nanggulan; i. perkotaan Girimulyo; j. perkotaan Kalibawang; dan k. perkotaan Samigaluh.

(29)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2- 29

(30)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 30

(31)
(32)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2- 32

2.5.Sosial dan Budaya

Kondisi dan perkembangan sosial dan budaya di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2011 dapat dipantau melalui indikator ketersediaan fasilitas pendidikan masyarakat.

2.5.1. Fasilitas Pendidikan

a. Ketersediaan Sekolah Bagi Penduduk Usia Sekolah

Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. Selama tahun 2006 hingga tahun 2010, rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah pada tingkat pendidikan dasar mengalami peningkatan. Hal ini berarti, beban sebuah sekolah untuk menampung penduduk usia sekolah menjadi lebih ringan dan dapat mengindikasikan adanya perbaikan layanan pendidikan.

Sedangkan rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah SMA/MA/SMK mengalami peningkatan, yang menunjukkan adanya perbaikan layanan pendidikan, di mana terdapat peningkatan jumlah sekolah yang ada untuk menampung penduduk usia sekolah.

Tabel 2.10

Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia SD dan SMP/MTs Tahun 2006-2010

Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010

SD/MI

Jumlah Gedung Sekolah 392 383 382 376 376

Jumlah Penduduk kelompok usia 7 - 12 tahun 36.789 35.699 36.789 35.125 33.720

Rasio 1,07 1,07 1,04 1,07 1,12

SMP/MTs

Jumlah Gedung Sekolah 79 79 79 80 77

Jumlah Penduduk kelompok usia 13 - 15 tahun 17.894 20.209 17.894 17.877 17.162

Rasio 0,44 0,39 0,44 0,45 0,45

SMA/SMK 2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah Gedung Sekolah 51 51 54 55 56

Jumlah Penduduk kelompok usia 16 - 18 tahun 20.227 21.909 20.227 16.688 16.020

Rasio 0,25 0,23 0,27 0,33 0,35

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011

b. Persentase Sekolah Pendidikan Dasar (SD/MI dan SMP/MTs) Kondisi Bangunan Baik

Data menunjukkan adanya kerusakan baik ringan maupun berat pada bangunan sekolah SD/MI dan SMP/MTs di Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2010. Kecamatan Wates merupakan kecamatan dengan jumlah kerusakan bangunan SD/MI terbanyak, yaitu 23 rusak ringan dan 23 rusak berat, dan Nanggulan merupakan kecamatan dengan jumlah kerusakan ringan terbanyak pada bangunan SMP/MTs.

(33)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 33 Tabel 2.11

Kondisi Bangunan Sekolah Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 No Kecamatan SD/MI SMP/MTs Jumlah Sekolah Baik Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah Sekolah Baik Rusak Ringan Rusak Berat 1 Girimulyo 23 97 18 8 6 53 13 3 2 Kalibawang 24 116 16 3 7 42 3 3 3 Sentolo 32 114 29 3 7 52 13 1 4 Samigaluh 32 137 31 13 7 47 5 5 5 Pengasih 36 171 28 3 5 34 3 3 6 Panjatan 31 180 14 5 4 40 1 4 7 Lendah 33 160 32 15 4 28 13 4 8 Nanggulan 26 129 12 11 7 31 27 6 9 Temon 27 153 15 5 5 49 0 0 10 Wates 42 237 23 23 12 100 2 6 11 Galur 28 148 18 3 6 54 3 4 12 Kokap 42 166 41 8 6 39 8 0

Kab. Kulon Progo 1,808 277 100 76 569 91 39

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011

c. Persentase Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK) Kondisi Bangunan Baik

Data menunjukkan adanya kerusakan baik ringan maupun berat pada bangunan sekolah SMA/MA/SMK di Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2010. Kecamatan Wates merupakan kecamatan dengan jumlah kerusakan ringan dan berat terbanyak pada bangunan SMA/SMK/MA. Namun begitu secara keseluruhan, Bangunan SMA/MA/SMK di Kabupaten Kulon Progo tidak begitu banyak mengalami kerusakan berat.

Tabel 2.12

Kondisi Bangunan SMA/MA/SMK Tahun 2010

No Kecamatan

SMA/MA/SMK Jml

Sekolah Baik

Rusak

Ringan Rusak Berat

1 Girimulyo 2 12 2 0 2 Kalibawang 4 45 1 0 3 Sentolo 4 39 0 0 4 Samigaluh 4 27 2 0 5 Pengasih 6 79 2 0 6 Panjatan 1 9 0 0 7 Lendah 3 33 3 4 8 Nanggulan 4 46 0 0 9 Temon 6 50 9 0 10 Wates 15 199 11 5 11 Galur 5 22 3 4 12 Kokap 2 12 0 0

Kab. Kulon Progo 56 573 33 13

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011

(34)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 34 Angka kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo yang diperoleh dari hasil Pendataan Keluarga Miskin tahun 2011, terdapat 23.61%, atau 111.756 jiwa miskin, atau 34.089 KK miskon dari disajikan dalam dalam tabel berikut:

Tabel 2.13

Angka Kemiskinan dan Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Kulon Progo

Kecamatan Pendataan 2011 Jumlah Penduduk Desember 2011 Prosentase Penduduk Miskin per Desember 2011 KK

Miskin Penduduk Miskin

1 Temon 1.296 4.168 32.899 12,67 2 Wates 1.913 6.303 52.717 11,96 3 Panjatan 2.674 8.733 41.885 20,85 4 Galur 2.132 6.307 34.668 18,19 5 Lendah 3.121 9.469 41.647 22,74 6 Sentolo 3.952 13.133 50.669 25,92 7 Pengasih 3.495 11.474 53.632 21,39 8 Kokap 4.340 14.853 39.380 37,72 9 Girimulyo 3.089 10.243 27.022 37,91 10 Nanggulan 2.446 8.239 31.967 25,77 11 Samigaluh 2.848 9.612 31.538 30,48 12 Kalibawang 2.783 9.222 35.373 26,07 JUMLAH 34.089 111.756 473,397 23,61

Sumber : Pendataan Kemiskinan Kab. Kulon Progo Desember Tahun 2011

Dari data di atas tampak bahwa angka kemiskinan tertinggi ada di Kecamatan Girimulyo (37.91%), Kokap (37.72%), dan Samigaluh (30.48%). Sedangkan angka kemiskinan yang terendah adalah di Kecamatan Wates sebesar 11.96%. Sementara itu jumlah jiwa miskin terbesar terdapat di Kecamatan Kokap (14,853 jiwa), Sentolo (13,133 jiwa), serta Pengasih (11,474 jiwa).

2.5.3 Lingkungan Permukiman Kumuh

Berdasarkan Laporan Evaluasi Kinerja Pelaksanaan Pemerintah Daerah Tahun 2009, luas kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Kulon Progo hanya seluas 5 ha atau sekitar 0,01 % dari luas wilayah Kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan Renstra Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009-2012, permukiman kumuh di Kabupaten Kulon Progo adalah adalah permukiman dengan karakteristik ruang di dalam rumah yang terbagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, seperti kondisi sarana prasarana lingkungan yang masih rendah baik kualitasnya maupun kuantitasnya dengan kondisi sosial ekonomi penduduk yang masih relatif rendah pula.

Berdasarkan LPPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009, kinerja urusan lingkungan permukiman kumuh di Kabupaten Kulon Progo mencapai 0,01%. Angka tersebut dapat diartikan bahwa hampir tidak ada permukiman kumuh di Kabupaten Kulon Progo. Pada tabel berikut ini dapat dilihat kinerja capaian untuk urusan lingkungan permukiman kumuh

(35)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 35 Tabel 2.14

Kinerja Capaian Urusan Lingkungan Permukiman Kumuh Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009

No Kinerja Capaian Tahun 2009

1. Luas lingkungan permukiman kumuh 5 Ha

2. Luas wilayah 58.627 Ha

3. Capaian kinerja lingkungan permukiman kumuh 0,01%

Sumber : LPPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2009 2.6.Kelembagaan Pemerintah Daerah

Dalam rangka penyelenggaraan dan optimalisasi pelayanan kepada masyarakat serta meningkatkan kinerja Pemerintah Daerah, diperlukan Organisasi Perangkat Daerah yang proporsional, efisien dan efektif dengan tetap mempertimbangkan kewenangan, karakteristik, potensi dan kebutuhan Daerah;

Organisasi dan tata kerja Lembaga Teknis Daerah seperti diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah sudah tidak sesuai ketentuan/peraturan perundang-undangan. Untuk menindaklanjuti amanat Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, perlu menetapkan Peraturan Daerah; Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah;

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah yang telah di tindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2008 Nomor 1 Seri E), Pemerintah Daerah dalam hal ini Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Telah dibentuk a) unsur pendukung tugas Bupati yang disebut dengan

Lembaga Teknis Daerah,b) unsur pelaksana tugas teknis badan yang melaksanakan kegiatan teknis

operasional dan /atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai 1 (satu) atau beberapa wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Badan. 3)Jabatan Fungsional yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri dan untuk kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit.

Lembaga Teknis Daerah yang dibentuk sesuai Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2008 yaitu: 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

2. Badan Kepegawaian Daerah. 3. Inspektorat Daerah.

4. Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana; 5. Kantor Penanaman Modal;

6. Kantor Lingkungan Hidup;

7. Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan; 8. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat;

9. Kantor Perpustakaan; dan 10.Kantor Arsip dan Dokumentasi.

Dinas-dinas di Lingkungan Kabupaten Kulon Progo :

a. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga; b. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

c. Dinas Pekerjaan Umum; d. Dinas Kesehatan;

(36)

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2 - 36 f. Dinas Pendidikan

g. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika; h. Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan ESDM; i. Dinas Pertanian dan Kehutanan

j. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi; k. Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan l. Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah

Lembaga-lemabaga Teknis di Lingkungan Kabupaten Kulon Progo :

a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, selanjutnya dapat disebut Bappeda; b. Badan Kepegawaian Daerah;

c. Inspektorat Daerah, selanjutnya dapat disebut Inspektorat;

d. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Daerah, Perempuan, dan Keluarga Berencana; e. Badan Penanggulangan Bencana Daerah

f. Kantor Arsip dan Dokumentasi

g. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat h. Kantor Lingkungan Hidup

i. Kantor Perpustakaan j. Kantor Pelayanan Terpadu k. Satuan Polisi Pamong Praja

l. Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan m. Kantor Penanaman Modal

SKPD yang terkait dengan fungsi regulator (pengaturan dan pengarahan aturan sanitasi serta perencanaan sanitasi) dan operator sanitasi (penyediaan dan pendistribusian layanan sanitasi serta pemantauan dan evaluasi program/kegiatan pengelolaan sanitasi) adalah:

a. Bappeda b. Dinas Kesehatan c. Dinas Pekerjaan Umum d. Kantor Lingkungan Hidup

Peran dan fungsi SKPD terkait ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.15.

Peran dan Fungsi SKPD Terkait Sanitasi di Kabupaten Kulon Progo

No. SKPD Peran Fungsi

1 BAPPEDA Perumusan kebijakan teknis perencanaan, penyusunan perencanaan pembangunan Daerah, pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan Daerah, dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati di bidang perencanaan pembangunan Daerah.

a. menyusun perencanaan pembangunan ekonomi; b. menyusun perencanaan pembangunan prasarana

wilayah;

c. menyusun perencanaan tata ruang dan pembangunan lingkungan hidup;

d. menyusun perencanaan pemerintahan; e. menyusun perencanaan sosial budaya;

f. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan statistik;

Gambar

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Bulan Desember 2009 – 2011
Gambar 2.4. Peranan Sektoral PDRB Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010
Gambar 2.6. Peta Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Kulon Progo
Gambar 2.7 Struktur organisasi pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo
+7

Referensi

Dokumen terkait

menyusun kebijakan peningkatan kapasitas kelompok masyarakat peduli lingkungan hidup, kearifan lokal atau pengetahuan tradisional terkait Perlindungan Pengelolaan

bahwa dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor

Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP- 58/MENLH/12/1995, Tanggal 21 Desember 1995, menyatakan bahwa limbah cair adalah semua bahan buangan

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air yang berasal dari limbah cair Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan

4.4.4 Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-43/ MENLH/10/ 1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan bagi Usaha dan/atau