NILAI-NILAI TASAWUF DAN PENDIDIKAN AKHLAK
B. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan
2. Pengertian Akhlak
Istilah akhlak sudah sangat akrab di tengah kehidupan kita.
Mungkin hampir semua orang mengetahui arti kata “akhlak” karena perkataan akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan
tetapi supaya lebih jelas dan meyakinkan, kata “akhlak” masih perlu untuk
diartikan secara bahasa maupun istilah. Dengan demikian, pemahaman
terhadap kata “akhlak” tidak terbatas kebiasaan praktis yang setiap hari
kita dengar, tetapi sekaligus dipahami secara filosofis, terutama makna
substansinya.101
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang
merupakan bentuk jamak dari kata “khulq”. Dalam kamus-kamus bahasa
Arab, khulq berarti thabi<<<<’ah, tabi’at dan watak, yang dalam bahasa
Inggris sering disebut dengan character.102
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dikutip
Imam Pamungkas dalam bukunya “Akhlak Muslim Modern Membangun
100
Ibid., 101
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 13.
102
Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf Menuju Revolusi Hati (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013), 1.
Karakter Generasi Muda”, akhlak sepadan dengan budi pekerti, jika ditelusuri lebih jauh, akhlak juga sepadan dengan moral. Menurut KBBI moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Dengan demikian akhlak berkaitan erat dengan nilai-nilai baik dan buruk yang diterima secara
umum di tengah masyarakat.103
Secara terminologis, dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan
penata perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan.104Sedangkan
menurut Ahmad Amin sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah Ya’kub
dalam bukunya Heri Gunawan “Pendidikan Karakter” mengatakan bahwa
akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
harus diperbuat.105
Menurut Imam Al-Gha<zali dalam Ihya<<’ Ulu<<<muddin yang
dikutip oleh Abdul Mustaqim dalam bukunya “Akhlak Tasawuf Menuju
Revolusi Hati” menyatakan bahwa akhlak adalah daya kekuatan (sifat)
yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang sepontan tanpa memerlukan pertimbangan.
103
Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern Membangun Karakter Generasi Muda
(Bandung: Marja, 2012), 23-24.
104
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 12-14.
105
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi (Bandung: Alfabeta, 2017), 4-.5..
Menurut Ibnu Maskawa<ih dalam Abdul Mustaqim mendefinisikan akhlak sebagai suatu kondisi jiwa yang menyebabkan ia bertindak tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan yang
mendalam.106
Sedangkan Abdullah Dirro<s dalam Abdul Mustaqim,
mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar
(dalam hal akhlak yang jahat)”.
Dari definisi di atas, maka jelaslah bahwa akhlak sebenarnya berasal dari kondisi mental yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, disebabkan ia telah membiasakannya, sehingga ketika akan melakukan perbuatan tersebut, ia tidak perlu lagi memikirkannya, seolah perbuatan
tersebut telah menjadi gerak reflek.107Karakteristik akhlak dalam ajaran
Islam adalah sebagai berikut:
a. Akhlak meliputi hal-hal yang bersifat umum dan terperimci.
Dalam Al-Qur’an ada ajaran akhlak yang dijelaskan secara
umum, tetapi ada juga yang diterangkan secara mendetail. Sebagai contoh, ayat yang menjelaskan tentang masalah akhlak secara umum
adalah Q.S. An-Nahl (16):90 yang menyerukan perintah untuk
berakhlak secara umum yaitu seperti berbuat adil, berbuat kebaikan, melarang perbuatan keji, mungkar, dan permusuhan. Sedangkan
106
Abdul Mustaqim, Akhlak Tasawuf Menuju Revolusi Hati...,1-2.
107 Ibid.,
contoh ayat yang menjelaskan masalah akhlak secara terperimci adalah
Q.S. Al-Hujurat (49):12 yang menunjukkan larangan untuk saling
mencela, serta larangan memanggil dengan gelar yang buruk.
b. Akhlak bersifat menyeluruh
Dalam konsep Islam, akhlak meliputi seluruh kehidupan muslim, baik dalam beribadah kepada Allah maupun hubungan dengan sesama makhluk seperti akhlak dalam mengolah sumber daya alam, menata ekonomi, menata politik, kehidupan bernegara, berkeluarga, dan bermasyarakat.
c. Akhlak sebagai iman
Akhlak memiliki karakter dasar yang berkaitan erat dengan masalah keimanan. Jika iman dapat diibaratkan dengan akar sebuah pohon, sedangkan ibadah merupakan batang, ranting, dan daunnya, maka akhlak adalah buahnya. Iman yang kuat akan termanifestasikan oleh ibadah yang teratur dan membuahkan akhla<k alkari<mah.
d. Akhlak menjaga konsistensi cara dengan tujuan
Islam tidak membenarkan cara-cara mencapai tujuan yang
bertentangan dengan syari<’at sekalipun dengan maksud untuk
mencapai tujuan yang baik. Hal tersebut bertentangan dengan
prinsip-prinsip akhla<k alkari<mah yang senantiasa menjaga konsistensi cara
mencapai tujuan tertentu dengan tujuan itu sendiri.108
Faktor-faktor pembentukan akhlaq
108
Sidik Tono, et,al.,Ibadah dan Akhlak dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2002), 89-91.
a. Faktor Internal
1) Insting atau naluri
Insting adalah karakter yang melekat dalam jiwa seseorang yang dibawanya sejak lahir.Ini merupakan faktor utama yang memunculkan sikap dan perilaku dalam dirinya.
2) Adat/kebiasaan
Adat/kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang
yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga mudah
melakukannya.
3) Keturunan
Maksudnya adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada anak. Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tua. Kadang-kadang anak mewarisi sebagian besar sifat
orang tuanya.109
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan alam
2) Lingkungan pergaulan
Lingkungan pergaulan ini meliputi:
1) Lingkungan alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang.
109
Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern:Membangun Karakter Generasi Muda...., 27-28.
Lingkungan alam dapat mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawanya.
(a) Keluarga
Keluarga merupakan salah satu sumber yang memberikan dasar-dasar ajaran bagi seseorang dan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan mentalnya. Sebelum seorang anak bergaul dengan lingkungan sekitarnya, terlebih dahulu ia menerima pengalaman-pengalaman dari keluarga di rumah sebagai bekal dalam pergaulannya dengan lingkungan masyarakat sekitar.
(b)Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar adalah lingkungan di luar rumah tempat individu bersosialisasi dengan tetangga, pada khususnya, dan masyarakat pada umunya, sehingga memberikan pengaruh terhadap kepribadian, mental, dan perilakunya. Seorang yang tinggal di lingkungan baik, dalam dirinya tertanam sifat-sifat yang baik pula. Sebaliknya, individu yang tinggal di lingkungan yang buruk akan cenderung memiliki perilaku yang
buruk pula terutama pada anak-anak.110