NILAI-NILAI TASAWUF DAN PENDIDIKAN AKHLAK
A. Nilai – nilai Tasawuf 1. Pengertian Nilai
5. Sejarah Perkembangan Tasawuf
Menurut Ahmad Alwasy dalam bukunya Abdul Qo<dir I>sa
mengatakan, “Banyak kalangan bertanya-tanya mengapa dakwah kepada
tasawuf tidak berkembang di awal era Islam, dan baru muncul setelah era
sahabat dan tabi’in. Jawabannya, pada awal Islam dakwah kepada tasawuf
belum diperlukan, sebab pada era itu semua orang adalah ahli takwa, ahli
wara’ dan ahli ibadah, berdasarkan panggilan fitrah mereka dan kedekatan mereka dengan Rasulullah SAW.Mereka semua berlomba untuk mengikuti
dan meneladani Rasul dalam setiap aspek.22
Meskipun para sahabat dan tabi’in tidak menggunakan kata
tasawuf, akan tetapi secara praktis mereka adalah para sufi yang sesungguhnya. Dimaksud dengan tasawuf tidak lain adalah bahwa seseorang hidup hanya untuk Tuhannya, bukan untuk dirinya. Mereka
menghiasi dirinya dengan zuhud, tekun melaksanakan ibadah,
berkomunikasi dengan Allah dengan roh dan jiwanya di setiap waktu dan berusaha mencapai berbagai kesempurnaan, sebagaimana telah dicapai
oleh para sahabat dan tabi’in yang telah sampai ke tingkat spiritualitas
yang paling tinggi. Para sahabat tidak sekadar mengikrarkan iman dan menjalankan kewajiban-kewajiban. Akan tetapi, mereka menyertai iman
21
Abdul Fatta<h Sayyi<d Ahmad, Tasawuf antara Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah...., 37.
22
Abdul Qo<dir I<sa, Hakekat Tasawuf terj. Khairul Amru Harahap (Jakarta: Qisthi Pres, 2011), 8-9.
tersebut dengan perasaan, menambah kewajiban-kewajiban dengan amal-amal sunah dan menghindari yang makruh di samping yang haram, sehingga mata hati mereka bersinar, butiran-butiran hikmah terpancar dari nurani-nurani mereka dan rahasia ketuhanan melimpah dalam jiwa
mereka.Begitu pula, kondisi para tabi’in dan pengikut tabi’in, ketiga masa
tersebut adalah masa keemasan dan sebaik-baik masa dalam
Islam.23Berikut ini sejarah perkembangan tasawuf:
a. Tasawuf Pada Abad Pertama dan Kedua Hijriyah
Pada abad ini disebut juga dengan fase zuhud, karena pada masa
ini kecenderungan berperilaku zuhud menguasai dunia Islam. Ketika
itu zuhud masih bernafaskan Islam murni, jauh dari ajaran di luar
Islam.24
1) Perkembangan Tasawuf Pada Masa Sahabat
Para sahabat juga mencontoh kehidupan Rasulullah yang serba sederhana, di mana hidupnya hanya semata-mata diabdikan kepada Tuhan-Nya.
Beberapa sahabat yang tergolong Sufi di abad pertama, dan berfungsi sebagai Mahaguru bagi pendatang dari luar kota Madinah, yang tertarik kepada kehidupan sufi.
Sahabat-sahabat yang dimaksudkan: antara lain:
a)Abu Bakar Al-Shiddi<q: wafat tahun 13 H.
23
Abdul Qo<dir I<sa, Hakekat Tasawuf terj. Khairul Amru Harahap (Jakarta: Qisthi Pres, 2011), 8-9.
24
Abu bakar pada mulanya adalah seorang saudagar Quraisy< yang kaya. Setelah masuk Islam, ia menjadi seorang yang sangat sederhana. Abu bakar memberikan seluruh harta kekayaannya untuk jalan Allah. Diceritakan pula bahwa Abu Bakar hanya memiliki sehelai pakaian, oleh karena itu, Abu Bakar Memilih takwa sebagai pakaian, ia menghiasi dirinya dengan sifat-sifat rendah hati, santun, sabar, dan selalu
mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah dan, dzikir.25
b)Umar bin Khatta<b; wafat tahun 23 H.
Umar bin Khatta<b adalah sahabat Nabi terdekat dan khalifah
kedua Al-Khula<fa<’u Ar-Ra<syidin. Ketika menjadi khalifah
ia selalu melihat langsung keadaan rakyatnya. Umar juga sangat takut mengambil harta kaum muslimin tanpa alasan yang kuat, prinsip hidup sederhana juga Ia terapkan di
lingkungan keluarganya.26
c)Utsman bin Affa<n; wafat tahun 35 H.
Utsman merupakan khalifah ketiga dan sahabat yang sangat berjasa pada periode awal pengembangan Islam, baik pada saat Islam dikembangkan secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka.
Sebelum masuk Islam, Utsman bin Affa<n dikenal sebagai pedagang besar dan terpandang. Kekayaannya berlimpah ruah,
25
Nasrul HS, Akhlak Tasawuf...., 114.
26 Ibid.,
setelah masuk Islam dengan penuh kerelaannya, ia menyerahkan sebagian besar harta kekayaannya untuk perjuangan Islam dan membela orang-orang miskin dan
teraniaya. Adapun dalam kesehariannya ia selalu sederhana.27
d) Ali bin Abi Tha<lib; wafat tahun 40 H.
Ali merupakan khalifah keempat dari Al-Khulafa<’ Ar
-Ra<syidun, ia merupakan orang pertama masuk Islam dari kalangan anak-anak, ia merupakan sepupu Nabi Muhammad SAW yang kemudian menjadi menantunya.
Ali dikenal sangat sederhana dan za<hid dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak tampak perbedaan dalam kehidupan rumah tangganya antara sebelum dan setelah diangkat
sebagai khalifah.28
e) Salman Al-Fa<risi<
Sejak Salman masih beragama Masehi, ia sudah dikenal sebagai orang yang sangat arif dan mengetahui secara mendalam ilmu-ilmu ghaib. Ia pernah meramalkan akan datangnya seorang Rasul yang terakhir (yaitu Muhammad) ia pun tergolong ahli zuhud.
Ketika bertemu dengan Raulullah, ia langsung mempercayai ajarannya, karena telah melihat tanda-tanda kenabian pada bahu sebelah kanan beliau, yang persis sama dengan
27
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf...167.
28
tanda yang pernah diberitahukan sebelumnya. Ketika ia
memeluk Islam ia tegolong “Ahlu al-Suffa<h” yang selalu
mengamalkan ajaran zuhud yang pada akhirnya berkembang
di kota Bashrah di akhir abad ke dua Hijriyah.29
f) Abu Dza<r Al-Ghifari<
Ia adalah seorang sufi yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yang telah dirintis oleh Abu Bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup yang miskin, dan tidak merasa
menderita bila ditimpa musibah/cobaan. 30
2) Ulama-ulama sufi dari kalangan tabi’in
Ulama sufi dari kalangan tabi’in adalah murid dari ulama Sufi
dari kalangan sahabat. Mereka hidup pada abad ke dua. Adapun
tokoh-tokoh Ulama sufi tabi’in, antara lain:
a) Hasan Al-Bashri< (22 H-110 H)
b) Rabi’ah Al-Ada<wiyah
c) Sufyan bin Said Ats-Tsauri< (97-161)
d) Da<ud Ath- Tha<iy wafat tahun 165 H
e) Syaqiq Al-Balkhi< wafat 194 H31
b. Perkembangan Tasawuf Pada Abad Ketiga Hijriyah
Pada abad ini terlihat perkembangan tasawuf yang pesat, ditandai dengan adanya golongan ahli tasawuf yang mencoba
29
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf (Jakarta : Kalam Mulia, 2011), 84.
30
Ibid., 85.
31
menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang masa itu, sehingga mereka membaginya menjadi tiga macam; yaitu:
1) Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa,
Yaitu tasawuf yang berisi cara pengobatan jiwa,
pengonsentrasian jiwa manusia kepada Tuhan sehingga ketegangan-ketegangan kejiwaan dapat terobati;
2) Tasawuf yang berintikan ilmu akhlak,
Yaitu tasawuf yang berisi teori-teori akhlak, tentang cara berakhlak mulia dan menghindari akhlak buruk.
3) Tasawuf yang berintikan Metafisika
Yaitu tasawuf yang berisi teori-teori kemutlakan Tuhan. Pada periode ini telah lahir teori-teori tentang kemungkinan
“bersatunya” manusia dengan Tuhan.32
Sedangkan tokoh-tokoh sufi yang terkenal abad ini; antara lain:
1) Abu Sulaiman Ad-Da<rani<: wafat tahun 215 H
2) Ahmad bin Al-Hawari< Al-Damasqi<; wafat tahun 230 H.
3) Abu al-Faid Dzu al-Nun bin Ibra<him Al-Misri<; wafat tahun
245 H
4) Abu Ya<zid Al-Busta<mi<; wafat tahun 261 H/874 M
5) Junaid Al-Baghda<di<; wafat tahun 298 H.
6) Al-Halla<j; lahir tahun 244 H/858 M.33
c. Perkembangan Tasawuf Pada Abad Keempat Hijriyah
Abad ini ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuannya pada abad ketiga, karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran
tasawufnya masing-masing.34
Sedangkan tokoh-tokoh sufi yang terkenal abad ini; antara lain:
1) Mu<sa Al-Ansho<ri<; wafat tahun 320 H.
2) Abu Ha<mid bin Muhammad Ar-Rubazi<; wafat tahun 322 H
3) Abu Za<id Al-Ada<mi<; wafat tahun 341 H
4) Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahha<b Al-Saqa<fi<; wafat
tahun 328 H35
d. Perkembangan Tasawuf pada Abad Kelima Hijriah
Pengembalin tasawuf ke pangkalannya (pemurnian tasawuf) oleh Al-Gha<zali< dengan tasawuf sunninya. Peristiwa ini terjdi pada abad kelima Hijriah. Al-Gha<zali< memproglaamerkan ke
dunia Islam bahwa tasawuf mesti didasarkan kepada Al-Qur’an dan
Sunnah.36
33
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf...., 178-181.
34
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf...., 181.
35
Ibid., 182.
36
Oleh karena itu, tasawuf pada abad kelima cenderung mengadakan pembaharuan, yaitu dengan mengembalikan pada
landasan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
e. Perkembangan Tasawuf Pada Abad Keenam Hijriah
Sejak abad keenam Hijriyah, sebagai akibat pengaruh kepribadian Al-Gha<zali< yang begitu besar, pengaruh tasawuf
Sunni semakin meluas ke seluruh pelosok dunia Islam.37
Beberapa ulama tasawuf yang sangat brpengaruh dalam perkembangan tasawuf abad ini, antara lain sebagai berikut.
1) As-Suhra<ward<i Al-Maqtu<l (w. 587 H/1191 M)
2) Al-Gha<znawi< (w. 545 H/1151 M)38
f. Perkembangan Tasawuf Pada Abad Ketujuh Hijriyah
Pada periode ini muncul kembali tokoh-tokoh sufi yang memadukan tasawuf dengan filsafat, atau yang dikenal dengan
tasawuf falsafi.39
Ada beberapa ulama tasawuf yang berpengaruh pada abad ini, antara lain sebagai berikut.
1) Ibnu Fa<ridh (576 H/1181 M-632 H/1233 M)
2) Ibnu Sabi’in (613 H-667 H)
3) Jala<luddin Ar-Ru<my (6044 H/1217 M-672 H/1273 M)40
g. Perkembangan Tasawuf pada Abad Kedelapan Hijriyah
37
M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf...., 67.
38
Rohison Anwar, Akhlak Tasawuf...., 187.
39Bachrun Rif’i dan Hasan Mud’is, Filsafat Tasawuf...., 78.
40
Dengan terlewatinya abad ke tujuh Hijriyah hingga memasuki abad ke delapan, tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam tasawuf. Meskipun banyak pengarang kaum sufi yang mengemukakan pemikirannya tentang ilmu tasawuf, mereka kurang mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari umat Islam, sehingga bisa dikatakan bahwa nasib ajaran tasawuf ketika itu, hampir sama nasibnya pada abad sebelumnya.
h. Perkembangan Tasawuf pada Abad Kesembilan dan Kesepuluh
Hijriyah
Dalam beberapa abad ini, betul-betul ajaran tasawuf sangat sunyi di dunia Islam. Banyak di antara peneliti muslim yang menarik kesimpulan, bahwa dua faktor yang sangat menonjol yang menyebabkan runtuhnya pengaruh ajaran tasawuf di dunia Islam, yaitu: Ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat Islam. Karena ketika itu, penjajah eropa yang beragama
Nasrani sudah menguasai seluruh negeri Islam.41
i. Perkembangan Tasawuf Abad Modern
Tasawuf abad modern diperkenalkan oleh Hamka. Nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah, ia lahir di Minangkabau, Sumatera Barat pada tanggal 17 Februari 1908. Ia mengembangkan tasawuf modern melalui karya-karyanya. Hamka berpandangan, perlunya unsur-unsur duniawi dalam upaya
41
mencapai kebajikan. Unsur-unsur duniawi seperti harta benda,
keluarga, kehormatan, perlu diterapkan dalam kehidupan sufi.42