• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI TASAWUF DAN PENDIDIKAN AKHLAK

A. Nilai – nilai Tasawuf 1. Pengertian Nilai

7. Macam-macam Tasawuf

a. Tasawuf Akhlaki

Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang didasarkan pada teori-teori perilaku, akhlak atau budi pekerti. Tasawuf ini lebih menekankan pada proses moral dalam beribadah dan berperilaku, tidak banyak mengeluarkan pemikiran-pemikiran filosofis, tetapi pada tindakan

moral yang tidak menyimpang.74

Menurut Al-Ghaza<li< dalam Rosihon Anwar mengatakan, jalan menuju tasawuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu dapat lepas dari segala sesuatu yang selain Allah SWT dan berhias dengan mengingat Allah sehingga hati menjadi

bersih dan mendapat nur ilahi.75

Maka dalam tasawuf akhla<qi, sistem pembinaan akhlak

disusun sebagai berikut: 1) Takha<lli<

Yang dimaksud dengan takha<lli< itu sendiri adalah

mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi dengan cara menjauhkan diri dari maksiat dan berusaha menguasai hawa nafsu.

Takha<lli< oleh sufi dipandang penting karena semua sifat-sifat tercela merupakan dinding-dinding tebal yang membatasi

74Bachrun Rif’i dan Hasan Mud’is, Filsafat Tasawuf...., 75.

75

manusia dengan Tuhannya. Oleh karena itu, untuk dapat mendalami tasawuf seseorang harus mampu melepaskan diri dari sifat tercela dan mengisinya dengan akhlak-akhlak terpuji untuk dapat memperoleh kebahagiaan yang hakiki.

2) Taha<lli<

Taha<lli< adalah menghiasi atau mengisi diri dari sifat dan sikap serta perbuatan-perbuatan yang baik. Dengan kata lain,

sesudah mengosongkan diri dari sifat tercela (Takha<lli<), maka

usaha itu berlanjut terus ke tahap taha<lli<.

Adapun sikap-sikap yang dapat dibiasakan ialah sebagai

berikut: At-Taubah, cemas dan harap (Khauf dan raja<’), Zuhu<d,

Al-Faqr, Ash-Shabru<, Ridha<, Muraqa<bah.

3) Taja<lli<

Bila sifat-sifat terpuji telah menghiasi diri dan rasa iman telah meresap di hati, maka tirai-tirai yang menyelubungi hati akan terangkat satu demi satu, sehingga terbukalah mata hati untuk memandang tembus ke alam ghaib, kepada cahaya yang menjadi

sumber segala cahaya.76

Bila taja<lli< ini telah terjadi pada hati sa<lik, maka

terbukalah segala indera batin untuk menanggapi apa-apa yang terjadi dalam hubungan dengan kekasih. Di saat itu terjadilah perkenalan yang amat indah antara mukmin dengan Tuhannya

76

(ma’rifa<t), di sinilah manusia akan melihat dengan mata hatinnya

betapa indah hadhra<t rububiya<h, sehingga keluh lidah hendak

melukiskannya-Nya, tak sanggup pena hendak

menggambarkan-Nya.77 Adapun ciri-ciri tasawuf akhlaki antara lain:

1) Melandaskan diri pada Al-Qur’an dan As-Sunah.

2) Kesinambungan antara hakikat dengan syari’at, yaitu keterkaitan

antara tasawuf (sebagai aspek batiniyah) dengan fiqih (sebagai aspek lahiriyah)

3) Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara

Tuhan dan manusia.

4) Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan akhlak dan pengobatan

jiwa dengan cara latihan mental (takhalli, tahalli, dan tajalli)..

5) Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat.78

Tokoh Tasawuf Akhlaki

1) Hasan Al-Bashri< (21-110 H)

Hasan Al-Bashri< nama lengkapnya adalah Abu Sa’id Al

-Hasan bin Yasar, adalah seorang za<hid yang amat masyhur di

kalangan tabi’in. Ia dilahirkan di Madinah pada tahun 21 H dan

wafat pada hari Kamis bulan Rajab tanggal 10 tahun 110 H.79

Pandangan tasawufnya antara lain anjuran kepada setiap orang untuk selalu bersedih hati dan takut kalau tidak mampu

77

Ibid., 203.

78

Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasiannya Disertai Biografi dan Tokoh-tokoh Sufi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 31-32.

79

melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh

larangan-Nya.80

2) Al-Qusyairi<

Nama lengkapnya Al-Qusyairi< adalah ‘Abdul Ka<rim bin

Hawa<zin, lahir tahun 376 H di Istiwa<’, kawasan Naishabur,

salah satu pusat ilmu pengetahuan pada masanya.

Al-Qusyairi< berhasil menguasai doktrin Ahlus Sunnah Wal

Jama<ah yang dikembangkan oleh Al-Asy’a<ri< dan Muridnya, beliau juga merupakan pembela paling tangguh aliran tersebut

dalam menentang doktrin-doktrin aliran-aliran Mu’ta<zilah,

Kara<miyyah, Muja<samah, dan Syi’ah.81

Dalam kitab Risa<lat Al-Qusyairi<yyah tampak jelas

pendapat al-Qusyairi bahwa pengembalian arah tasawuf harus

merujuk pada doktrin Ahlu Sunnah wal Jama<ah, yang dalam hal

ini mengikuti para sufi Sunni.82

3) Al-Gha<zali< (450-505 H)

Nama lengkapnya adalah Abu Ha<mid Muhammad bin

Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Ath-Thu<si Asy-Sya<fi’i< Al-Gha<zali<. Secara singkat dipanggil Al-Gha<zali< atau Abu Ha<mid Al-Gha<zali<. Ia dipanggil Al-Gha<zali< karena

dilahirkan di kampung Gha<zlah, suatu kota di Khura<san, Iran.83

80

Ibid., 123.

81

Rohison Anwar, Akhlak Tasawuf...., 238.

82

M. Solin dan Rohison Anwar, Akhlak Tasawuf...., 134.

83

Dalam ajarannya, Al-Gha<zali< memilih tasawuf Sunni

yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi ditambah dengan

doktrin Ahlussunnah wal Jamaah. Dari paham tasawufnya itu, ia

menjauhkan semua kecenderungangnostis yang mempengaruhi

para filosof Islam, sekte Isma<’iliyyah, Aliran Syi’ah, Ikhwan

Ash-Shafa, dan lain-lainnya, ia menjauhkan tasawufnya dari paham ketuhanan Aristoteles, seperti emanasi, dan penyatuan, sehingga dapat dikatakan bahwa tasawuf Al-Ghazali benar-benar

bercorak Islam.84

b. Tasawuf Falsafi

Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya

memadukan berbagai macam ajaran filsafat dan menggunakan pola

pemikiran filosofis dalam pengungkapannya. Dalam tasawuf falsafi

metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni, jika tasawuf sunni lebih menonjol kepada segi praktis, maka tasawuf falsafi, menonjol kepada segi teoritis, sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan kepada asas rasio dengan pendekatan-pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan ke dalam

kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam.85

Menurut At-Taftaza<ni< dalam bukunya Rosihon Anwar, ,

tasawuf falsafi< mulai muncul dalam khazanah Islam sejak abad ke

enam Hijriyah, meskipun para tokohnya baru dikenal setelah abad

84

M. Solihin dan Rohison Anwar, Ilmu Tasawuh...., 140.

85

Tim Guru MGMP Provinsi Jawa Timur, Baham Ajar Akhlak Madrasah Aliyah Program Keagamaan (Mojokerto: CV. Mutiara Ilmu, 2012), 118.

kemudian. Sejak saat itu, tasawuf jenis ini terus hidup dan berkembang, terutama di kalangan para sufi yang juga filsuf, sampai menjelang akhir-akhir ini.adanya perpaduan antara tasawuf dan filsafat di luar Islam, seperti dari Yunani, Persia, India, dan agama Nasrani. Akan tetapi, orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang, sebab, seiring dengan ekspansi Islam yang telah meluas pada waktu itu, para tokohnya tetap berusaha menjaga kemandirian ajaran aliran mereka, terutama apabila dikaitkan dengan kedudukannya sebagai umat

Islam.86

c. Tasawuf Irfa<ni<

Secara etimologis, kaa ‘irfa<n merupakan kata jadian

(mashda<r) dari kaa ‘arafa (mengenal/pengenalan). Secara

erminologis ‘irfa<n diidentikkan dengan makrifa<t sufisfik. Orang

yang irfa<n/makrifa<t kepada Allah adalah yang benar-benar

mengenal Allah melalui dza<uq dan kasyf.87

Yaitu tasawuf yang mendasarkan pedomannya kepada ma’rifa<t atau pengetahuan terhadap Tuhan sebagai daasar atau inti

dari landasan tasawufnya, inti dari tasawuf irfa<ni adalah pendekatan

yang intens seorang hamba dengan Tuhan dengan sedekat-dekatnya

dan menutup ruang hatinya untuk selain-Nya.88 Tokoh-tokoh tasawuf

irfani.

1) Rabi’ah Al-Ada<wiya<h (95-185 H)

86

Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung ; CV Pustaka Setia, 2010, 277.

87

Solihin dan Rohison Anwar, Ilmu asawuf (Bandung : CV Pusaka Seia, 2011), 135..

88

Nama lengkap Rabi’ah adalah Rabi’ah binti Isma<il Al-Ada<wiya<h Al-Bashri<ya<h Al-Qaisiya<h. Ia diperkirakan lahir pada tahun 95 H/713 M di suatu perkampungan dekat kota Bashrah

(Irak) dan wafat di kota itu pada tahun 185 H/ 801 M.89

Ia adalah seorang hamba sahaya yang sangat tekun

beribadah sebagai cerminan kesufiannya, tatkala shalat dan dzikir.

Di pertengahan malam yang gelap gulita, tuannya sering melihat lampu lentera menyala di atasnya, tanpa terlihat ada tali gantungannya, lentera itu bercahaya di seluruh pojok dalam

rumah.90

Rabi’ah Al-Ada<wiya<h tercatat dalam perkembangan mistisme dalam Islam sebagai peletak dasar tasawuf berdasarkan

cinta kepada Allah.91

2) Dzu An-Nun Al-Mishri< (180-240 H)

Dzu An-Nun Al-Mishri< adalah nama julukan bagi seorang sufi yang tinggal di sekitar pertengahan abad ketiga Hijriah. Nama lengkapnya Abu Al-Fai<dh Tauba<n bin Ibra<hi<m. Ia dilahirkan di Ikhmi<m, dataran tinggi Mesir, pada tahun 180 H/796 M dan meninggal pada tahun 246 H/856 M.

B. Pendidikan Akhlak

Dokumen terkait