• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Anak a Anak Usia Din

Menurut Muhammad Fadhillah (2014:44), “dalam pandangan agama (Islam), anak merupakan amanah atau titipan Allah Swt yang harus dijaga, dirawat, dan dipelihara dengan sebaik-baiknya oleh setiap orang tua. Sejak lahir anak telah diberikan berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai penunjang kehidupannya di masa depan. Bila potensi-potensi ini tidak diperhatikan, nantinya anak akan mengalami hambatan-hambatan dalam pertumbuhan maupun perkembangannya”. Setiap anak memiliki potensi sendiri-sendiri dan unik, hal ini tergantung dari orang tuanya yang dititipi amanah oleh Tuhan dengan cara merawat, mendidik dan mengembangkan potensi yang ada pada diri anak sesuai dengan bakat dan minat yang anak tersebut miliki dari kecil.

Dalam pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun.

Bredekamp dalam Lilif Mualifatu (2014:47), membagi anak usia dini menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok bayi hingga 2 tahun, kelompok 3 hingga 5 tahun, dan kelompok 6 hingga 8 tahun. Berdasarkan keunikan dan perkembangannya anak usia dini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu masa bayi lahir sampai 12 bulan, masa batita (toddler) usia 1-3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun, dan masa kelas awal 6-8 tahun.

Muhammad Fadhillah mengatakan (2014:47), “bahwa anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar, intelegensi dan kecerdasan spiritual, bahasa, komunikasi yang khusus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak”.

Setiap anak memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang unik dan berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan anak dari lahir sudah membawa keunikan tersendiri dalam hal bakat ataupun kemampuan lain halnya dengan sikap yang ini bisa saja dari keturunan dan bisa dibentuk dari lingkungan dimana anak tinggal dan pola asuh dari orang tua anak tersebut.

Menurut Wiwien Dinar Prastiti (2008:55), “bahwa adapun usia setelah lebih dari 6 tahun sering disebut sebagai usia sekolah dimana anak sudah berkembang fisiknya sehingga membentuk tubuh yang proporsional, mampu berjalan, meloncat, berlari, mampu menggunakan bahasa verbal, mampu memahami emosi yang dirasakan oleh orang lain berdasarkan bahasa tubuh yang ditunjukan, oleh karena itu batasan pengertian anak usia dini adalah 0-6 tahun”.

Anak pada usia 6 tahun anak sudah mampu melakukan kegiatan atau aktivitas yang lebih berat baik dari motorik halus, kasar, bahasa, agama, komunikasi. Anak sudah melakukan kegiatan tersebut dengan baik dan benar sesuai dengan umur 6 tahun tersebut, anak sudah bisa melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Menurut Slamet Suyanto (2005:1), anak usia dini dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikannya dipandang perlu untuk dikhususkan.

Menurut Iva Noorlaila (2010:17), bahwa usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia.

Menurut Mulyasa (2012:1) anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan.

Kesimpulan dari pengertian anak usia dini menurut para ahli, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah kelompok anak titipan atau amanah yang diberikan oleh Tuhan yang sudah diberikan bakat atau potensi secara alami sejak lahir yang unik dan berbeda yang mana orang tua wajib merawat, mendidik, mengasihi dan menyayangi dalam mengembangkan potensi baik motorik, intelegensi, kecerdasan spiritual, emosional, bahasa dan komunikasi sesuai dengan umurnya yaitu 0-6 tahun.

b. Golden Age

Menurut Wiwien Dinar Prastiwi (2008:72), “bahwa usia dini pada anak disebut sebagai usia emas atau golden age, masa-masa tersebut masa kritis dimana seseorang anak membutuhkan rangsangan- rangsangan yang tepat untuk mencapai kematangan yang sempurna”. Pada usia dini anak dapat menerima stimulu-stimulus dari orang tua, guru, dan orang-orang yang tinggal disekitar lingkungan anak tersebut tinggal, anak pada usia tersebut bisa dengan cepat meniru ataupun menghafal apapun yang dia lihat dan dengar dari tingkah laku ataupun kebiasan orang-orang yang berada didekat anak. Apabila pada masa seperti ini anak tidak mendapatkan stimulus yang tepat dari belajar dan

berlatih maka anak akan mengalami masa-masa kesulitan pada perkembangan berikutnya.

Penulis setuju dengan pendapat di atas apabila pada perkembangan awal anak sudah diberikan stimulus oleh orang tua ataupun orang yang tinggal di sekeliling anak dengan baik dan benar, orang-orang di sekitarnya memberikan contoh dalam berperilaku dan bersikap yang baik maka anak akan meniru dan meneladani apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekililingnya dan hal ini bisa dikembangkan oleh orang tua sesuai dengan harapan dari orang tua tersebut.

Menurut Muhammad Fadhillah (2013:48) “ bahwa golden age adalah masa-masa keemasan seorang anak, yaitu masa ketika anak mempunyai banyak potensi yang sangat baik untuk dikembangkan, pada tahap inilah waktu yang sangat tepat untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan, karakter yang diinginkan yang nantinya akan dapat membentuk kepribadian”.

Karena pada masa inilah anak masih murni dan belum terpengaruh dari lingkungan luar sehingga hal ini mempermudahkan orang tua untuk mengajari hal-hal yang baik dan benar kepada anak terkait perbuatan dan sikap, karena anak masih belum terbebani dengan masalah yang serius layaknya orang dewasa sehingga anak dengan mudah bisa menyerap apapun yang diberikan oleh orang tua ataupun guru.

Menurut Gardner (1998) sebagaimana dalam bukunya Muhammad Fadhilah (2014:48), menyebutkan bahwa anak usia dini memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan otak manusia mengalami lompatan dan berkembang sangat pesat, yaitu mencapai 80%, ketika dilahirkan ke dunia anak manusia telah mencapai perkembangan otak 25%, sampai usia 4 tahun perkembangannya mencapai 50% dan sampai 8 tahun mencapai 80% selebihnya berkembang sampai usia 18 tahun.

Atas dasar inilah, penting kiranya untuk mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki oleh anak, jangan sampai sebagai orang tua tidak mengetahui potensi yang ada dalam diri anaknya dan tidak mematikan perkembangan dari potensi yang dimiliki oleh anak.

Dari pengertian mengenai the golden age tersebut bisa disimpulkan bahwa the golden age adalah masa dimana anak usia dini memiliki masa untuk perkembangan, pembinaan, pembimbingan, pembentukan karakter ataupun segenap potensi yang dimiliki oleh anak sesuai dengan harapan.

c. Karakter perkembangan anak usia 3-6 tahun a) Perkembangan fisik

Postur tubuh anak yang berusia 3 tahun biasanya lebih langsing dan panjang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun ukuran kepala masih relatif besar, proporsi tubuh mendekati proporsi orang dewasa. Ukuran berat dan tinggi badan mengikuti pola pada tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan tinggi dan berat badan pada anak usia 3-6 tahun (Nelaon, W.E.et.al)

Anak laki-laki Anak perempuan

Berat badan (pon)

Tinggi tubuh (inci)

Usia Berat badan (pon) Tinggi tubuh (inci) 32,2 37,9 3 tahun 31,8 37,7 34,36 39,3 3,5 tahun 33,9 39,2 36,4 40,7 4 tahun 36,2 40,6 38,4 42,0 4,5 tahun 38,5 42,0 40,5 42,8 5 tahun 40,5 42,9 45,6 45,0 5,5 tahun 44,0 44,4 48,3 46,3 6 tahun 46,5 45,6

Dalam tabel 1 menggambarkan bahwa perkembangan tinggi dan berat badan anak pada usia 3-6 tahun, yang mana dari bertambahnya usia maka berat badan seorang anak juga akan bertambah berat dan bertambah tinggi, antara anak laki-laki dan perempuan mempunyai berat badan yang berbeda lebih berat dan tinggi anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.

Selain berat badan dan tinggi, terjadi perkembangan yang pesat pada sistem syaraf, otot, dan kerangka tubuh. Tulang-tulang menjadi semakin padat dan keras. Asupan makan sangat berpengaruh pada proses pematangan pada tulang. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukan bahwa anak yang mengalami kekurangan gizi ternyata perkembangan tulangnya terhambat dan memiliki lingkar kepala yang lebih kecil dibanding ukuran normal. Semua gigi susu telah tumbuh sehingga anak mulai dapat merobek dan menggigit makanan atau benda-benda lainnya. Gigi geligi akan terus tumbuh, apabila anak yang berusia 5 tahun masih suka menghisap ibu jari maka akan berpengaruh terhadap gigi dan dimungkinkan mengalami gangguan emosional.

b) Perkembangan perilaku

Perkembangan perilaku pada anak yang berusia diatas 3 tahun, dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan anak usia 4-6 tahun (kombinasi antara Milestone dengan Gesell dan Matruda)

Usia Perkembangan motorik Perilakuadaptif Kemapuanberbahasa sosial-pribadiPerilaku 4 tahun Mampu melompat dengan su kaki, mampu menangkap bola, mampu berjalan mengikuti garis Mampu membangun jembatan dari 5 kubus, mampu menggamba r orang Mampu menggunaka n kata sambung, memahami preposisi dalam kalimat, perbedan dengan bahasa orang dewasa terletak pada gayanya bukan struktur kalimatnya Mampu membasuh dan menyeka wajah, dapat diperintah, mampu bermain bersama. 5 tahun Mampu melompat lompat dengan menggunakan satu kaki bergantian Mampu menghitung sampai 10 Mampu berbicara tanpa nada kekanak- kanakan, mampu bertanya mengapa? Mengenakan baju sendiri, menanyakan arti kata.

Sumber : Wiwien Dinar Prastiti (2008 : 82-86) c) Perkembangan Kognitif

Ketika anak usia 3 tahun, terjadi perkembangan kognitif yang tidak terduga. Semakin dipelajari semakin disadari bahwa anak mengalami perkembangan kognitif yang pesat hanya dalam waktu yang relatif singkat.

Menurut Piaget dalam Wiwien (2008:85), memasuki usia 2 tahun fungsi kognisi anak memasuki tahap praoperasional yang ditandai oleh

kemampuan untuk menggunakan simbol sebagai pengganti objek, peristiwa, ataupun orang, anak mampu berpikir kembali ke belakang dan memberikan antisipasinya di waktu yang akan datang. Pada perkembangan ini anak sudah bisa memiliki konsep, berpikir, mengingat, menalar dan mengambil keputusan. Sebagi contohnya, seorang anak melihat guru yang sedang mengajar, maka anak akan memainkan sekolah-sekolahan dan anak menjadi gurunya.

d) Perkembangan kepribadian

Menurut Wiwien Pratisti (2008:85), anak yang berusia 3-4 tahun berada pada masa Oedipus complex , yakni sindrom yang ditandai oleh keinginan anak untuk menggantikan orang tua yang berjenis kelamin sama untuk memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang sejenis kelamin berbeda.

Misalnya anak laki-laki dia akan berusaha menggantikan perhatian seorang ayahnya supaya dia bisa memperoleh perhatian dari ibunya. Sekitar usia 5-6 tahun, tumbuh superego yang berfungsi untuk menekan id agar tidak muncul ke dalam perilaku, superego pada masa ini bersifat sangat kaku. Anak perempuan yang berasal dari keluarga yang sangat menghargai kebersihan akan menjadi pribadi yang kompulsif sehingga mendorong anak untuk berganti baju enam kali sehari karena tidak suka kotor. Karena hal ini anak belajar di rumah ketika orang tuanya mengajari suatu hal perilaku atau pun sikap yang berulang-ulang kepada

anaknya maka anak akan menjadi terbiasa dan dibawa dimana pun anak berada.

Maka hal dari itu pembentukan kepribadian seorang individu tergantung atau dipengaruhi oleh peran orang tua dan lingkungan sosial dimana anak tinggal.

Menurut Elizabeth, perkembangan fisik sangat penting untuk dipelajari karena baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari (Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (2009:29). Perkembangan fisik itu akan mempengaruhi perkembangan yang lainnya juga, apabila fisik seorang anak tidak sehat hal tersebut akan mempengaruhi perkembangan yang lainnya seperti perkembangan kognitifnya, karena fisik yang tidak sehat dan sesuai dengan perkembangannya maka anak tidak bisa melakukan aktifitas atau kegiatan sehari-hari anak, seperti sekolah, bermain atau pun bersosialisasi, tidak bisa menerima stimulus dari orang tua atau pun orang lain tidak bisa berpikir.

Menurut Beaty dalam Lilif Mualifatu ( 2014:59), kemampuan motorik kasar seorang anak paling tidak dapat dilihat melalui empat aspek, yaitu 1) berjalan atau walking, dengan indikator berjalan naik turun tangga dengan menggunakan kedua kaki, berdiri pada satu kaki 2) berlari atau running, dengan indikator menunjukkan kekuatan dan kecepatan berlari, berbelok ke kanan kiri tanpa kesulitan dan mampu berhenti dengan mudah, 3) melompat atau jumping, dengan indikator mampu melompat ke depan ke belakang dan ke samping. 4) memanjat atau climbing dengan indikator memanjat naik turun tangga dan memanjat pepohonan.

Perkembangan fisik motorik itu berkaitan dengan tinggi, berat badan dan kemampuan anak dalam melakukan kecepatan, kelincahan dan kekuatan

seorang anak dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dimana anak tersebut berada. Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget pada anak berusia 2-7 tahun yang disebut masa praoperasional, pada masa ini seorang anak sudah memiliki kemampuan menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep. Perkembangan emosi menurut Muhammad Fadhillah (2014:64), masa perkembangan emosi ini akan muncul ketika anak berinteraksi pada lingkungannya.

Karena saat berinteraksi dengan lingkungan, anak akan melakukan sosialisasi dengan orang-orang baru, baik dengan teman sebaya ataupun dengan anak yang umurnya lebih tua. Melalui interaksi dengan lingkungan seperti bermain dengan teman-temannya, akan terlihat emosi yang dimilikinya sebagai contoh apabila anak tidak mendapatkan mainan seperti temannya dia akan marah kemudian menangis, akan tetapi apabila anak mendapatkan permainan yang dia inginkan seperti punya temannya maka anak akan senang, tersenyum bahkan tertawa. Karakteristik emosi anak dalam tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Perbedaan Karakteristik Emosi

Emosi yang stabil (sehat) Emosi yang tidak stabil ( tidak sehat)

1. Menunujukan wajah yang ceria

2. Mau bergaul dengan teman secara baik

3. Bergairah dalam belajar 4. Dapat berkonsentrasi

dalam belajar

5. Bersikap respek atau menghargai terhadap diri sendiri dan orang lain

1. Menunjukkan wajah yang murung

2. Mudah tersinggung

3. Tidak mau bergaul dengan orang lain

4. Suka marah-marah 5. Suka mengganggu teman 6. Tidak percaya diri

Sumber : Muhammad Fadhillah (2014:65)

Perkembangan moral menurut piaget dalam Muhammad Fadhillah (2014:69), “pada awalnya pengenalan nilai dan pola tindakan masih bersifat paksaan, dan anak belum mengetahui maknanya”. Anak masih dipaksa dalam perkenalan nilai dan pola tindakan, karena pada masa usia dini anak belum tahu dan paham mengenai moral perbuatan yang baik dan tidak, sehingga anak harus dipaksa untuk menerimanya dengan diberikan hukuman atau imbalan apabila anak melakukan tindakan yang salah, akan tetapi anak akan mengerti perbuatan yang salah dan benar pada saat anak sudah bertambah usianya dengan berkembanganya kecerdasan dan pemahaman anak.

Berkaitan dengan perkembangan moral, Lawrence Kohlberg yang dikutip oleh Santrock dalam bukunya Lilif Mualifatu K (2014:69), “tahap prakonvesional untuk usia 2-8 tahun, pada tahap ini anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan atau hadiah dan hukuman eksternal, anak- anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat, dan apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah”.

Pada usia 2-8 tahun anak belum mengetahui perbuatan yang salah dan benar, mereka tahu dengan cara meraka dituntut oleh orang tua ataupun orang yang lebih tua agar mereka mematuhi hal tersebut apabila tidak patuh maka akan diberikan hukuman, dari hal tersebut anak belajar sesuatu yang baik dan salah yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas terkait karakter anak usia 3- 6 tahun dapat disimpulkan dalam hal karakteristik perkembangan fisik motorik, anak berusia 3-6 tahun mengalami kenaikan berat badan dan tinggi dari tiap bertambah usianya. Pada perkembangan motorik anak sudah mampu melakukan berbagai gerakan seperti melompat, berjalan, berlari dan memanjat dengan benar dan baik. Pada perkembangan kognitif anak sudah bisa berpikir, menghapal apapun yang dia liyat dengan mempraktekannya saat bermain. Pada perkembangan bahasa anak bisa bertanya kata yang dianggap belum pernah didengar dengan menanyakan kenapa dan mengapa. Pada sosial perilaku, anak sudah bisa membasuh wajahnya sendiri, sudah bisa diperintah, sudah bisa memakai baju sendiri, dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.

5. Tinjauan Pola Asuh

Dokumen terkait