• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pola Asuh a Pengertian Pola Asuh

Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak dengan menggunakan teknik dan metode yang menitik beratkan pada kasih sayang dan ketulusan cinta yang mendalam dari orang tua. Pola asuh tidak akan lepas dari adanya keluarga, dalam lingkungan keluarga ada beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa apakah keluarga itu harmonis atau tidak, akan berpengaruh pada pola asuh yang diterapkan oleh keluarga tersebut. Karakteristik tersebut di antaranya kehidupan beragama yang baik dalam keluarga, mempunyai waktu untuk berkumpul bersama keluarga, mempunyai self of belonging (rasa memiliki) terhadap

keluarga tersebut dari masing-masing anggota keluarga dan apabila terjadi masalah dalam keluarga maka dapat diselesaikan secara positif dan konstruktif.

Menurut Monks dkk (2011) dalam Mohammad Takdir Ilahi (2013: 134), “pola asuh adalah cara orang tua yaitu ayah, ibu dalam memberikan kasih sayang dan cara mengasuh yang mempunyai pengaruh yang besar bagaimana anak melihat dirinya dan lingkungannya”.

Penelitian menunjukan bahwa pola asuh orang tua adalah penting dalam upaya menyediakan suatu model perilaku yang lebih lengkap bagi anak. Peran orang tua dalam mengasuh anak bukan saja penting untuk menjaga perkembangan jiwa anak dari hal-hal yang negatif, melainkan juga untuk membentuk karakter dan kepribadiannya agar menjadi insan spiritual yang selalu taat menjalankan perintah agama.

Pengasuhan (parenting) memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar (menurut John W Santrock, 2007:163). Pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua itu membutuhkan kemampuan untuk memahami orang lain dan menuntut emosi yang besar, karena pengasuhan itu terkait mengasihi, membimbing, mendengarkan, menasehati dan hal itu semua membutuhkan emosi yang kuat antara orang tua dan anak. Ketika anak- anak tumbuh dan berkembang maka usianya pun semakin bertambah maka pengasuhannya berbeda antara anak yang masih kanak-kanak dan anak yang sudah memasuki usia remaja.

Orang tua yang baik menyesuaikan diri terhadap perubahan perkembangan anak tersebut (Macoby, 1984) dalam bukunya John W Santorck (2007:164). Orang tua yang baik harus menyesuaikan diri terhadap perubahan perkembangan anaknya, ketika anak masih usia 3 tahun jangan disamakan pola asuhnya dengan anak usia 12 tahun, karena anak sudah mengalami perubahan baik dalam segi fisik, psikis dan gaya dalam berteman atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Gaya Baumrind penelitian Diana Baumrind (1971) dalam bukunya John W Santrock (2007:166), sangat berpengaruh, ia percaya bahwa orang tua tidak boleh menghukum atau menjauh. Orang tua tidak boleh menghukum anak dan menjauh dalam hal ini hanya akan membuat anak menjadi jauh dari orang tua dan merasa takut terhadap orang tua, karena sikap orang tua yang menghukum dan menjauh apabila anak melakukan kesalahan ataupun anak melakukan hal yang tidak sesuai harapan orang tua.

Menurut Mohamad Takdir Illahi ( 2013: 135), menerangkan bahwa “pola asuh adalah suatu sikap yang dilakukan oleh orang tua yaitu ayah, ibu dalam berinteraksi dengan anaknya, bagaimana cara ayah dan ibu memberikan disiplin, hadiah, hukuman, pemberian perhatian, dan tanggapan-tanggapan lain berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak”.

Menurut M. Noor (2012:134), Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, dan lain-lain), dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, dan lain-lain), serta

sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup seleras dengan lingkungannya.

Dari pengertian pola asuh dari beberapa ahli diatas bisa disimpulkan bahwa pola asuh adalah suatu cara atau metode sikap yang dilakukan oleh orang tua dalam melakukan hubungan dengan anaknya yang berkaitan dengan membimbing, mengasihi, menasehati, mendengarkan apapun yang terkait dengan pembentukan pribadi anak.

b. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua

Metode asuh yang digunakan oleh orang tua kepada anak menjadi faktor utama yang menentukan potensi dan karakter seorang anak. Jenis-jenis pola asuh orang tua ini masing-masing memiliki karakteristik dan ciri khas yang berbeda.

Hurlock (1990) dalam Mohammad Takdir Ilahi (2013:136) membedakan pola asuh orang tua menjadi tiga antara lain pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Pola asuh ada tiga jenis otoriter yaitu pola asuh yang kaku, orang tua yang menentukan semuanya buat anak. Pola asuh demokrasi yaitu orang tua memberikan kebebasan kepada anak tetapi anak diberikan tanggung jawab terhadap apa pun yang mereka lakukan dan pilih, pola asuh permisif yaitu pola asuh yang orang tua memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak. Menurut Diana Baumrind (1971) dalam bukunya John W Santrock (2007:167), menjelaskan empat jenis gaya pengasuhan:

a) Pengasuhan Otoritarian

Gaya yang membatasi dan menghukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati

pekerjaan dan upaya mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak dan meminimalisir perdebatan verbal. Orang tua yang otoriter mungkin juga sering memukul anak, memaksakan kehendak atau aturan secara kaku tanpa diberikan pemahaman terlebih dahulu kepada anak, dan menunjukkan amarah kepada anak.

b) Pengasuhan Otoritatif

Mendorong anak untuk mandiri namun masih menetapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Tindakan verbal memberi dan menerima dimungkinkan, dan orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap anak. Orang tua yang otoritatif menunjukan kesenangan dan dukungan sebagai respons terhadap perilaku konstruktif anak. Mereka juga mengharapkan perilaku anak yang dewasa, mandiri dan sesuai dengan usianya. Anak yang memiliki orang tua autoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada prestasi, mereka cenderung untuk mempertahankan hubungan yang ramah dengan teman sebaya, bekerja sama dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi stres dengan baik.

c) Pengasuhan yang mengabaikan

Gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada mereka. Anak-anak ini cenderung tidak memiliki kemampuan sosialnya. Banyak diantaranya memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri. Mereka sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing dari keluarga. Dalam masa remaja mereka mungkin menunjukkan sikap nakal dan membolos.

d) Pengasuhan yang menuruti

Gaya pengasuhan dimana, orang tua sangat terlihat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak melakukan apa yang ia inginkan. Hasilnya anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan keinginannya. Beberapa orang tua sengaja membesarkan anak mereka dengan cara ini karena mereka percaya bahwa kombinasi antara keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan akan menghasilkan anak yang kreatif dan percaya diri. Namun, anak yang memiliki orang tua yang selalu menurutinya jarang belajar menghormati orang lain dan mengalami kesulitan untuk mengendalikan perilakunya. Mereka mungkin mendominasi, egosentris, tidak menuruti aturan, dan kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya (peer).

Pola asuh otoriter mencerminkan sikap orang tua yang bertindak keras dan cenderung diskriminatif. Hal ini ditandai dengan tekanan anak untuk patuh kepada semua perintah dan keinginan orang tua, anak sering dihukum, apabila anak berhasil atau berprestasi jarang diberi pujian dan hadiah. Pola asuh demikian, mencerminkan ketidakdewasaan orang tua dalam merawat anak tanpa mempertimbangkan hak-hak yang melekat pada anak. Akibatnya, anak semakin tertekan dan tidak bisa leluasa menentukan masa depannya sendiri.

Pola asuh otoriter menunjukan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya ditandai melalui sikap yang tidak hangat dan kaku. Intinya, anak kurang diberi kasih sayang, sementara orang tua lebih suka memaksa kehendak, kontrol yang sangat ketat dan anak sering diberi hukuman juga sebaliknya jarang mendapat pujian. Pola asuh yang otoriter memang tidak bisa memberikan jaminan atas terciptanya generasi yang paripurna dan menjadi harapan bangsa, ini karena pola asuh yang demikian, tidak memberikan pendidikan karakter dan penanaman moral yang baik kepada anak.

Sikap orang tua dalam pola asuh permisif biasanya memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berperilaku sesuai dengan apa yang diinginkan. Akibatnya, anak tumbuh menjadi seseorang yang berperilaku agresif dan antisosial karena sejak awal ia tidak diajari untuk patuh pada peraturan sosial. Anak tidak pernah diberikan hukuman ketika melanggar peraturan yang telah ditetapkan orang tua. Sebab, orang tua denga pola asuh permisif menganggap anak mampu berpikir sendiri dan ia sendirilah yang merasakan akibatnya. Selain itu, keacuhan orang tua mengembangkan emosi yang tidak stabil pada anak. Anak akan bersifat mementingkan diri sendiri dan kurang menghargai orang lain ( Bernadib dalam Ancok dkk., 1988) dalam Mohammad Takdir Ilahi (2013:138).

Menurut M. Noor (2012:134), pola asuh otoriter mempunyai ciri orang tua membuat semua keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya. Pola asuh demokratis mempunyai ciri orang tua mendorong anak untuk membicarakan apa yang ia inginkan. Sementara

pola asuh permisif mempunyai ciri orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat. Pola asuh permisif mempunyai ciri dominasi pada anak, sikap longgar atau kebebasan dari orang tua, tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua, kontrol dan perhatian orang tua sangat kurang.

6. Tinjauan Keluarga

Dokumen terkait