• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Bab ini berisi penutup yang meliputi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang bermanfaat bagi bidang yang diteliti

KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan mengalami. Hamalik juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini mecakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan. Menurut W.S.Winkel (2000) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

Dari beberapa pengertian belajar diatas,dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya prubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa,maupun bertindak.

19 2. Ciri-ciri Belajar

Djamarah (2011: 15-17) menyatakan, jika hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar.

a. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan ini atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu. b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi dapat menulis.

Perubahan itu berlangsung terus menerus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Disamping itu, dengan kecakapan

20

menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain. Misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-soal, dan sebagainya.

c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif

Ketika melakukan perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

d. Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara

Perubahan yang bersifat sementara (Temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti keringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang, melainkan akan terus

21

dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.

e. Perubahan dalam Belajar Bertujuan dan Terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian, perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

f. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya, jika seseorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi, ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda,

22

dan sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.

3.Bentuk-bentuk Belajar

Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai bentuk-bentuk belajar, diantaranya adalah:

a. Menurut A. De Block

A De Block menyusun sistematika bentuk-bentuk belajar berpegang pada pembagian aspek-aspek kepribadian yang lazimnya digunakan dalam ilmu psikologi, yaitu aspek kognitif yang mencakup pengetahuan dan kemahiran-kemahiran intelektual, aspek dinamik-afektif yang mencakup perasaan, minat, motivasi, sikap dan nilai-nilai, aspek sensorik-psikomotorik yang meliputi pengamatan dan gerakan-gerakan motorik.

Adapun sistematika bentuk belajar adalah sebagai berikut: 1) Bentuk-bentuk belajar menurut fungsi psikis

a) Belajar dinamik : belajar mengehendaki sesuatu secara wajar, sehingga orang tidak menyerah pada sembarang menghendaki dan juga tidak menghendaki sembarang hal. b) Belajar afektif : belajar menghayati nilai dari obyek-obyek

yang dihadapi melalui alam perasaan, entah obyek itu berapa orang, benda atau kejadian/peristiwa.

c) Belajar kognitif : belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek yang

23

dihadapi, entah obyek itu orang, benda atau kejadian/peristiwa.

d) Belajar sensi-motorik : belajar menghadapi dan menangani obyek-obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri.

2) Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari

a) Belajar teoritis : bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.

b) Belajar teknis : bertujuan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan, dalam menangani dan memegang benda-benda serta menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan.

c) Belajar sosial : bertjuan mengekang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersama dan member kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

d) Belajar estetis : bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang kesenian.

24

a) Belajar insidental : mempelajari sesuatu dengan tujuan tertentu tetapi disamping itu juga belajar hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasaran.

b) Belajar dengan mencoba-coba

c) Belajar tersembunyi: mempelajari sesuatu tanpa ada intense/maksud untuk belajar hal itu, namun tidak adanya maksud hanya terdapat pada pihak orang yang belajar. b. Menurut C. van Parreren

C. van Parreren menaruh banyak perhatian pada variasi dalam bentuk atau jenis belajar. Adapun sistematika bentuk-bentuk belajar yang dikembangkan oleh C. van Parreren adalah sebagai berikut:

1)Membentuk otomatisme: ciri khas dari hasil belajar/kemampuan yang diperoleh terletak dalam otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang terkoordinir satu sama lain, seperti dalam berenang atau menjahit dengan mesin.

2) Belajar insidental: belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal itu, khususnya yang bersifat pengetahuan mengenai fakta atau data.

3) Menghafal: menanamkan suatu materi dalam ingatan sehingga nantinya dapat diproduksikan kembali secara harfiah.

4) Belajar pengetahuan: mulai mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang.

25

5) Belajar arti kata-kata: mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.

6) Belajar konsep (pengertian): mengadakan abstraksi yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang hanya ditinjau aspek-aspek tertentu saja.

7) Belajar memecahkan problem melalui pengamatan: dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan dengan berbuat sesuatu.

8) Belajar berpikir: dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisai dalam pengamatan.

9) Belajar untuk belajar: bentuk belajar ini jauh lebih luas karena mencakup semua bentuk belajar diatas.

10)Belajar dinamik: bersifat sangat kompleks karena menyangkut lahirnya sumber-sumber energy psikis, yang seolah-olah merupakan bahan bakar, yang member dorongan kepada orang untuk melakukan berbagai aktivitas, diantaranya kegiatan belajar.

c. Menurut Robert M. Gagne

Bentuk atau jenis belajar berjumlah jauh lebih dari satu saja.

Robert M. Gagne memjabarkanya dalam sistematika “Lima Jenis Belajar”, yaitu sebagai berikut:

26

1) Informasi verbal (verbal information): pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis.

2) Kemahiran intelektual (intellectual skill): kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambing/symbol (huruf, angka, kata, gambar).

3) Pengaturan kegiatan kognitif (cognitive strategy): suatu kemahiran yang berbeda sifat dengan kemahiran-kemahiran intelektual diatas, maka diberi nama tersendiri supaya tidak dicampur-adukkan dengan konsep dan kaidah.

4) Ketrampilan motorik (motor skill): mampu melakukan suatu rangkaian gerak gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.

5) Sikap (attitude): orang yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna/berharga baginya atau tidak.

Dokumen terkait