• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Sumardjo (2007: 92), cerpen adalah seni keterampilan menyajikan cerita. Oleh karena itu, seorang penulis harus memiliki ketangkasan menulis dan menyusun cerita yang menarik. Perbedaan antara cerpen dengan novel dapat dilihat dari segi bentuk atau panjang ceritanya.

Cerpen salah satu karya sastra yang memiliki jalan cerita peristiwa lebih padat. Karena jalan peristiwa dalam cerpen lebih padat sehingga berimpilikasi pada formalitas bentuk, yaitu penulisan cerita yang tidak terlalu panjang. Oleh karenanya, cerpen biasanya akan selesai dibaca sekali duduk. Meskipun jalan

cerita dikemas secara padat namun keutuhan cerita mulai dari tema, tokoh, karakter,alur,latar dan amanat cerita tetap ada.

Menurut KBBI cerpen ialah berasal dari dua kata yaitu cerita yang artinya tuturan tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal dan pendek berarti kisah yang diceritakan pendek (tidak lebih dari 10.000 kata) yang memberikan kesan dominan dan memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam ceritanya.

Menurutnya tidak ada cerpen yang panjangnya sampai 100 halaman.

Sedangkan menurut pendapat Burhan Nurgiyantoro (2002:10) cerpen atau cerita pendek adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira selama 30 menit hingga 2 jam atau suatu hal yang sekiranya waktu membaca tidak mungkin dilakukan untuk pembacaan novel.

Dan dipertegas kembali Tarigan (1984:176) cerpen ialah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

Sebuah cerpen tak akan sempurna bila tak adanya unsur-unsur yang membangun cerpen tersebut, unusu-unsur pendukung cerpen yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

1. Unsur-unsur Intrinsik Cerpen a. Plot/alur

Plot memiliki makna struktur gerak. Artinya suatu fiksi haruslah bergerak dari permulaan, kemudian melewati pertengahan, dan selesai pada akhir cerita. Pemisahan bagian plot tersebut sering

disebut eksposisi, komplikasi, dan resolusi. Titik diantara komplikasi dan resolusi biasa disebut klimaks.

Plot dalam cerpen umunya bersifat tunggal. Artinya hanya terdiri dari satu urutan peristiwa saja yang diikuti sampai cerita berakhir. Urutan peristiwa dapat dimulai dari mana saja, misalnya dari konflik yang ada. Jadi, plot dalam cerpen tidak harus diawali dengan tahap perkenalan para tokoh cerita. Seandainya ada unsur perkenalan tokoh cerita, biasanya tidak berkepanjangan. Sebagai akibat plot bersifat tunggal maka konflik yang dibangun dan klimaks yang diperoleh pun, biasanya bersifat tunggal.

Pada penyampaian cerita, ada tahap-tahap alur yang disampaikan oleh sang penulis yaitu:

1. Tahap perkenalan 2. Tahap penanjakan 3. Tahap klimaks 4. Anti klimaks 5. Tahap penyelesaian

Tahap-tahap alur tersebut harus ada dalam sebuah cerita.

Tujuannya adalah agar cerita itu tak membingungkan sang pembaca.

Ada 2 jenis alur yang biasanya digunakan oleh penulis, yaitu :

1. Alur maju, alur ini menceritakan jalan cerita yang urut dari awal perkenalan tokoh, situasi lalu memunculkan masalah. Jadi

intinya, pada alur maju ditemukan jalan cerita yang urut sesuai dengan tahapan-tahapannya.

2. Alur mundur, di alur ini, penulis menceritakan jalan cerita secara tidak urut. Bisa sjaa penulis menceritakan konflik terlebih dahulu, lalu kemudian menengok kembali peristiwa yang menjadi sebab konflik itu terjadi.

b. Tema

Tema merupakan hal yang penting dalam sebuah cerita.

Tema adalah dasar atau makna sesuatu cerita atau novel.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa tema merupakan pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu, yang membangun dasar atau ide utama suatu karya sastra. Jadi tema merupakan unsur yang harus ada dalam sebuah cerita, karena tema menjadi pijakan dalam penceritaan.

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.

Tema dalam banyak hal bersifat “mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu termasuk

berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.

c. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan individu ciptaan atau rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umunya tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

Tokoh cerita merupaka orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Sedangkan penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwataka, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Ada 3 jenis tokoh yang ditampilkan dalam cerpen Nurgiyantoro (1995 : 79), diantaranya :

1. Antagonis, tokoh yang biasanya berperan sebagai tokoh jahat.

Tokoh ini akan terlibat konflik dengan sang tokoh utama di dalam cerita. Tokoh antagonis memiliki watak yang negative seperti : sombong, angkuh, jahat dan lain-lain.

2. Protagonis, tokoh ini adalah tokoh ini merupakan tokoh yang membintangi cerpen tersebut (tokoh utama) tokoh ini biasannya berprilaku baik.

3. Tritagonis, tokoh ini merupakan tokoh pembantu protagonis dan yang nantinya akan menjadi penengah konflik antara antagonis dengan protagonist. Tokoh ini biasanya memiliki sifat penolong dan bijaksana.

d. Latar

Unsur latar terdapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut :

1. Latar Tempat

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.

2. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu.

3. Latar Sosial

Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status social tokoh yang bersangkutan.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan strategi yang digunakan oleh pengarang cerpen untuk menyampaikan ceritanya. Entah itu sebagai orang pertama, kedua, ketiga. Bahkan ada beberapa penulis yang menggunakan sudut pandang orang yang berada di luar cerita. Sudut pandang memiliki beberapa bagian yaitu :

1. Sudut Pandang Orang Pertama

Pada sudut pandang orang pertaman tunggal, penulis sebagai pelaku sekaligus narator yang menggunakan kata ganti “aku”

dan “saya”. Sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan

dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya.

2. Sudut Pandang Orang Ketiga

Pada sudut pandang orang ketiga biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia” atau “dia”. Bisa juga dengan

menyebut nama tokohnya.

3. Sudut Pandang Campuran

Sudut pandang campuran merupakan gabungan dari sudut pandang pertama dan ketiga. Pengarang menyampaikan ceritanya dengan cara kadang kala sebagai orang yang terlibat dan kemudian menjadi orang ketiga yang serba tahu di dalam cerita tersebut.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya kepada publik. Entah itu penggunaan diksinya, majas dan pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpennya.

Menurut Aminuddin (1995 : 5) mengemukakan bahwa style atau gaya bahasa merupakan cara yang digunakan oleh pengarang dalam memaparkan gaagasannya sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai.

Karya sastra yang memiliki gaya bahasa yang baik akan berdampak pada minat pembaca untuk membaca karya tersebut, semakin indah gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang maka makin indah pula karya tersebut.

g. Amanat

Amanat merupakan pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita tersebut. Para pembaca mengambil pesan moral yang terdapat dalam cerita.

Pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca berupa nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan contoh atau teladan. Penyampaian pesan selalu didasarkan tema dan tujuan yang telah ditetapkan penulis pada saat menyusun rancangan cerita. Pesan atau amanat dalam sebuah tulisan tidak selalu tersurat (jelas), tapi bisa juga tersirat (tersembunyi).

2. Unsur-unsur Ekstrinsik Cerpen

Dokumen terkait