• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN DALAM KUMPULAN CERPEN CINTA LAKI-LAKI BIASA KARYA ASMA NADIA (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN DALAM KUMPULAN CERPEN CINTA LAKI-LAKI BIASA KARYA ASMA NADIA (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Nurlinda NIM 10533747213

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSSAR JUNI 2017

(2)

Tapi datang dari keyakinan dan kerja keras kita sendiri.

Seseorang yang telah mempunyai tujuan yang pasti Dan bisa membangun kehidupan secara matang, Maka orang itu adalah orang yang bisa berpikir serta berjiwa

Dan berkarakter yang jelas dan pasti

Skripsi ini kupersembahkan untuk yang telah dan tak akan pernah berhenti memeberikan segalanya bagiku dan menyayangiku, orang tuaku, Ayahanda dan Ibunda tercinta Ayah Muh. Rais dan Ibu Erni.

Saudara-saudaraku yang selalu menyemangatiku untuk menyelesaikan skripsi ini

Sahabat-sahabatku, serta rekan-rekan kelas F, angkatan 2013

vi

(3)

Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia. Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Andi Sukri Syamsuri dan Asis Nojeng.

Penelitian ini bertujuan mendeksripsikan aspek sosiologis yang terdapat dalam cerpen, berdasarkan pendidikan, jabatan, penghasilan, dan konflik yang terjadi dalam cerpen Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia. Manfaat dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman kepada penikmat karya sastra mengenai aspek yang terdapat dalam cerpen Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia.

Berdasarkan karakteristik, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan memfokuskan kajian pada aspek sosiologis yang meliputi pendidikan, jabatan, penghasilan, dan konflik dari tokoh utama dalam cerita. Sumber data adalah cerpen Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia. Terbit tahun 2016 dengan jumlah halaman 17 halaman, diterbitkan oleh AsmaNadia Publisihing House.

Sedangkan yang menjadi data adalah ungkapan atau kalimat yang terdapat dalam cerpen tersebut.

Hasil analisis data penelitian ini diperoleh data, Pendidikan merupakan salah satu tingkatan yang dapat menjadi penilaian seseorang dalam masyarakat,dalam cerita tokoh utama yang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda sehingga menimbulkan konflik dalam hubungannya. Jabatan merupakan pencapaian seseorang dalam dunia karir atau pekerjaan, dalam cerpen tersebut mengisahkan tentang rendahnya jabatan salah satu tokoh utama (laki-laki) sehingga dimata masyarakat hubungan mereka tak pantas. Penghasilan merupakan upah yang didapatkan dari hasil pekerjaan, ke dua tokoh utama menjadi perbandingan dari segi penghasilan dalam keluarga tokoh utama (wanita) karena penghasilan tokoh utama (wanita) lebih banyak dibandingkan tokoh utama (pria). Konflik merupakan pertentangan diri atau beberapa tokoh dalam cerpen.

Kata kunci : aspek sosiologi, pendidikan, jabatan, penghasilan, dan konflik

vii

(4)

atas rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga skripsi yang berjudul “Problematika Masyarakat Modern dalam Kumpulan Cerpen Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia (Tinjauan Sosiologi Sastra)” dapat terselesaikan sebagai mana mestinya. Karya

ini merupakan persyaratan akhir guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini sebagai keterbatasan dan pengetahuan penulis, sehubungan dengan hal tersebut penulis selalu membuka dan menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun perbaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari berbagai macam rintangan. Namun berkat rahmat dan ridho Allah Swt, semua rintangan dapat terlewati oleh penulis dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penulis patut bersujud dan bersyukur kepada-Nya. Dan tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum dan Asis Nojeng, S.Pd., M.Pd.

sebagai pembimbing I dan pembimbing II, yang begitu ikhlas dalam meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi.

Ucapan terima kasih kepada Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM. sebagai rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib , S.Pd.,M.Pd. sebagai

viii

(5)

Ucapan terima kasih kepada ke dua orang tua saya tercinta, ayahanda Muh.

Rais dan ibunda Erni yang tulus dan ikhlas membesarkan, mendidik, membiayai dan memberikan kasih sayang tiada tara serta selalu mendoakan demi kesuksesan penulis dalam meraih cita-cita, serta keluarga yang turut memberikan motivasi dan selalu mendoakan ananda selama proses pendidikan hingga penyusunan skripsi ini.

Teman-teman seperjuangan di Universitas Muhammadiyah Makassar, FKIP jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2013 kelas F khusunya (Fathiyah, Siti Aminah, Aswandi, Irfan Sagita, Andi Ardiansyah, dan Jumaldin) yang selama ini membantu penulis selama menempuh studi. Dan ucapan teristimewa kepada sahabatku Rosmawati, Karmawati, Sri Lestari, dan Asfar yang telah memberikan dukungan, motivasi dan semangat kepada penulis.

Segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak semoga mendapatkan imbalan dari Allah Swt. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, Juni 2017

Penulis

ix

(6)

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka... 7

1. Penelitian Relevan... 7

2. Teori-teori Pendukung ... 10

a. Hakikat Sastra ... 10

b. Jenis-jenis Sastra ... 13 x

(7)

B. Kerangka Pikir ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 42

B. Definisi Istilah ... 42

C. Data dan Sumber Data... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

B. Pembahasan ... 62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN A. Korpus Data ... 67

B. Sinopsis Cerpen Cinta Laki-Laki Biasa ... 72

C. Daftar Riwayat Hidup ... 73

xi

(8)

Judul slnipsi

Nama Nim

Program Studi Fakultas

$x''ilitlx*i*:''r;;il:

E E

'amsuri, M. Hum.

Diketahui oleh

.-a<cga Prodi Pend id ikan 2L,.Qf#qqildeP Sastra Indonesia

' ,Lf ,4""" 'n . t', ,x, \

Setelah diperiksa dan diteliti, skripsi ini rctah meirenuhi persyaratan untuk orujiKan.

&Iakassar,27 hruJri}Afi Disetujui oleh

bim$ng

I

h

-

Dr.H.^\T

Dekan FKIP

NBM:951576

(9)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi atas nama I\URLII{DA.

NIM:

10533747213 diterima dan

drsahkan oleh Panitia Uiian Skripsi berdasarkan Strat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nornor: 128 Tahun 1438 H/2017 il,4,

Tanggal 22

Juli

2017 M, sebagai salah satu syarat gufla memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan triinu Pendidikan lJnrvcrsitas Muhammadiyah Makassar

pada. hari Selasa f*nggal 25 l'et"i )017 .

Makassar. 2a *\-r,aUAl-i 43!- H 18

iull

20 t ,r M

l.

Ketrra

-1.

Sekretari:

+.

Pengrrii

P,^"\r'; i.tr li.lL{N

Dr iJ. rrl"irri l.'.ahman Rkiilnl, S. F.. M.

l.

Dr. *{. Andi Sukri Syarnsuri. M. Hun

2.

Dr. Muhammad Akhir, M. Pd.

3.

Dra. Hj. Rosleny B, M. Si.

4.

Iskandar, S. Pd., M. Pd.

nrnadiyah Matr<assar i-,;'r.ritt ,zikib N4. ird." j'}h. D.

Dr. Khasruridiii, M. Pcl.

.

.)

:...)

( :.. ..

Eiwin Aki ., Ph. D.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai alat utama untuk mengomunikasikan segala perasaan dan pikiran, dan yang menjadi dasar penggunaan bahasanya terletak pada keberdayaan pilihan kata yang digunakan sehingga mengusik dan meninggalkan kesan kepada sensitifitas pembaca. Sebagai karya sastra memiliki imaginasi dan emosi, maka dalam hal ini karya sastra dimanfaatkan sebagai komsumsi intelektual dan emosional. Karya sastra yang dalam bentuk penyajiannya berupa cerita yang mengangkat persoalan kehidupan sebagai tema ceritanya, dan dalam cerita itulah dituangkan gagasan- gagasan pengarang mengenai hidup dan kehidupan. Namun akan sia-sia ketika mengharapkan kehidupan sebagaimana disajikan dalam karya sastra.

Menurut pandangan Sugihastuti (2007: 81) karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya. Sebagai media, peran karya sastra sebagai media untuk pikiran pengarang untuk disampaikan kepada pembaca. Selain itu, karya sastra juga dapat merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungannya. Realitas sosial yang dihadirkan melalui teks kepada pembaca merupakan gambaran tentang berbagai fenomena sosial yang pernah terjadi di masyarakat dan dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk dan cara yang

1

(11)

berbeda. Selain itu, karya sastra dapat menghibur, menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan pembacanya dengan cara yang unik, yaitu menuliskannya dalam bentuk naratif. Sehingga pesan disampaikan kepada pembaca tanpa berkesan mengguruinya.

Cerpen atau cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kebulatannya itu, sebuah cerita pendek adalah lengkap, bulat, dan singkat (Purba, 2010:50). Cerpen juga bisa disebut sebagai karangan fiktif yang berisikan tentang sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh saja. Dalam cerpen terdapat unsur-unsur yang membangun cerpen yaitu tema, penokohan, alur dan bahasa yang digunakan. Unsur tersebut memiliki hubungan fungsional dalam membangun cerita sehingga menghasilkan pemaknaan yang utuh terhadap karya. Karya sastra seperti maupun cerpen mengungkapkan permasalahan manusia, yakni segala hal persoalan hidup dan kehidupan. Unsur penokohan dalam sebuah cerpen memiliki peranan penting dalam mengungkapkan permasalahan-permasalahan tersebut. Masalah-masalah tersebut muncul disebabkan oleh adanya kesenjangan yang dialami tokoh cerita dengan lingkungannya sehingga melahirkan suatu konflik. Konflik-konflik inilah yang kemudian membuat sebuah cerpen menjadi menarik untuk dibaca.

Konflik adalah Suatu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, paham atau kepentingan di antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini dapat

(12)

berbentuk non fisik, bisa juga berkembang menjadi benturan fisik, bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent) ataupun berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent) Eep Saeffullah Fatah (1994:46).

Keterhubungan konflik dengan kehidupan yang takkan terpisahkan, penulis akan mengulas konflik yang terjadi dalam masyarakat modern.

Masyarakat modern adalah masyarakat yang telah mengalami transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu mereka yang telah mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi zamannya atau hidup dengan konstelasinya zaman. Karena kondisi dan situasi setiap masyarakat berbeda, maka modernisasi (proses menuju masyarakat modern) antara masyarakat satu dengan yang lain berbeda.

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini (Adhyzal Kandar, 2010). Masyarakat modern yang optimis terhadap kehidupan ini. Kemajuan yang dicapai oleh masyarkat modern bukan berarti melupakan nilai-nilai luhur masa lalunya, akan tetapi pandangan modern adalah pandangan yang melihat dari ukuran kesesuaian. Nilai-nilai lama yang masih sesuai dan dianggap baik masih tetap dipertahankan dan nilai-nilai yang baru dianggap sesuai akan dipergunakan. Hal ini terjadi karena masyarakat modern merupakan masyarakat yang rasional.

Pada tulisan ini penulis meneliti salah satu cerpen Indonesia yaitu Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia. Penulis akan menganalisis konflik dalam

(13)

cerpen Cinta Laki-Laki Biasa, untuk itu peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra dalam menjawab permasalah-permasalahan dalam cerpen ini.

Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu mampu merefleksikan zamannya (Endraswara, 2003: 77). Melalui pendekatan sosiologi sastra ini penulis akan menganalisis konflik-konflik yang terjadi dalam cerpen tersebut kemudian menghubungkannya dengan realitas di masyarakat.

Banyaknya masalah dalam masyarakat salah satunya yaitu masalah mengenai status sosial yang menjadi ajang gengsi pada kalangan masyarakat, entah kalangan atas, menengah mau pun kalangan paling rendah menjadi sorotan dalam kasus ini. Semakin majunya teknologi dan pendidikan dinomor satukan pada masyarakat modern, hal ini membuat masyarakat cenderung serakah untuk menguasai dunia melalui pendidikan.

Perbedaan kelas sosial inilah yang akan penulis deskripsikan melalui cerpen Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia, yang mana pada cerpen tersebut menceritakan tentang adanya hubungan percintaan yang menjadi konflik dikarenakan perbedaan kelas sosial antara laki-laki dan perempuan. Sehingga hubungan mereka tak mendapat restu dari keluarga. Pada masyarakat modern kini

(14)

sangatlah matrealistis, mereka dapat menolak dan menerima seseorang berpandangan dari stastus sosialnya.

Cerpen ini sangat realitas di masyarakat, banyak orang tua tidak ingin menikahkan anaknya dengan seseorang yang tak memiliki kelas sosial yang jelas.

Cerpen ini mengangkat konflik pada masyarakat yang nyata sehingga penulis tertarik untuk menganalisis salah satu karya sastra Asmarani Rosalba atau Asma Nadia, salah satu penulis Indonesia yang sangat produktif, lahir pada 26 Maret 1972 di Jakarta. Sudah 51 bukunya diterbitkan dalam bentuk novel, kumpulan cerpen, dan nonfiksi. Berbagai penghargaan di bidang penulisan diraihnya : Derai Sunyi terpilih sebagai novel terpuji Majelis Sastra Asia Tenggara 2005. Istana Kedua (Surga yang Tak Dirindukan) terpilih sebagai novel terbaik IBF 2008. Awal 2016, dua novelnya telah difilmkan: Pesantren Impian dan Jilbab Traveler-Love Sparks in Korea (tayang lebaran 2016). Cinta Laki-Laki Biasa adalah karya Asma Nadia yang menyusul akan diangkat ke layar lebar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan satu masalah yaitu :

“Bagaimanakah gambaran aspek sosiologis dalam cerpen Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia ? “(Ditinjau dari aspek sosiologis berdasarkan (1) Pendidikan, (2) Jabatan, (3) Penghasilan, dan (4) konflik)”.

(15)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendekskripsikan aspek sosiologis yang terdapat dalam cerpen, berdasarkan pendidikan, jabatan, penghasilan, dan konflik yang terjadi dalam cerpen Cinta Laki-Laki Biasa.

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi pengembangan disiplin ilmu penulis, khususnya dalam bidang kesusastraan.

2. Sebagai salah satu bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dengan objek yang relevan.

3. Penelitian tentang “Problematika Masyarakat Modern Dalam Kumpulan Cerpen Cinta Laki-Laki Biasa Karya Asma Nadia (pendekatan sosiologi sastra)” ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa, guru, dan dosen.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian tentang “Problematika Masyarakat Modern Dalam Kumpulan Cerpen Cinta Laki-Laki Biasa Karya Asma Nadia (pendekatan sosiologi sastra)” ini diharapkan dapat dipahami, diterima serta dapat bermanfaat bagi masyarakat.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuaun Pustaka

Usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam membahas masalah yang diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam melakukan penelitian sebagai salah satu sistem berpikir ilmiah sehubungan dengan itu maka penulis membahas beberapa teori yang dianggap relevan dan fokus yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian Relevan

Penulis telah melakukan studi kepustakaan mengenai hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan. Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kolerasi penelitian ini yaitu :

a. Tahun 2014, Hasnawati meneliti aspek sosiologis novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo yang lebih menekankan proses interaksi sosial dalam membangun sistem nilai dan norma sosial yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dikisahkan dalam cerita. (1) Komunikasi adalah alat berupa bahasa yang dapat menjalin hubungan seseorang atau purah tokoh dengan kehidupan masyarakat di dalam novel.

(2) Adaptasi merupakan jalinan penyesuaian orang-orang atau dua orang tokoh dalam novel. Adaptasi dalam novel dapat dilihat dari beberapa

7

(17)

tokoh utama tokoh-tokoh lainnya yang terdapat dalam novel melakukan penyesuaian terhadap lingkungan atau segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupannya. (3) Harmoni merupakan keselarasan yang dicapai seseorang setelah terjadi penyesuaian terhadap lingkungan yang berkaitan dengan kehidupannya. (4) Konflik merupakan pertentangan dalam diri tokoh atau dua tokoh dalam novel.

b. Penelitian lain dilakukan oleh Triyono (1993) berjudul Potret Kemiskinan Masyarakat Perkotaan dalam Novel Ibu Kita Raminten dengan menggunakan analisis sosiologi sastra. Triyono menekankan bagaimana kemiskinan yang terlihat pada struktur intrinsik dan unsur sosiologis novel Ibu Kita Raminten. Selain itu ia juga melihat seberapa jauh novel Ibu Kita Raminten merupakan pencerminan persoalan sosial, dan bagaimana sikap pengarang tentang kemiskinan. Triyono menyimpulkan novel Ibu Kita Raminten merupakan potret kemiskinan di perkotaan yang melanda negara-negara berkembang. Kemiskinan di perkotaan dialami oleh kelompok orang miskin penduduk asli kota ditambah dengan orang miskin yang datang dari pedesaan akibat urbanisasi. Novel ini juga dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan pengarang yang hidup di perkampungan pinggir kota di Surabaya.

c. Penelitian selanjutnya, tesis berjudul “Pertentangan Antar kelas dalam Novel Germinal karya Emile Zola “ Ditulis oleh Suluh Edi Wibowo, mahasiswa magister Ilmu Susastera jurusan Sastra Indonesia, Universitas

(18)

Diponegoro Semarang, tahun 2010. Peneliti memfokuskan penelitiannya pada sudut pandang pertentangan antar kelas yang terjadi di Prancis pada abad ke 19. Dengan tujuan menjelaskan novel Germinal sebagai refleksi kondisi sosial masyarakat Prancis pada abad ke 19.

Menjelaskan peran kapitalisme sebagai pemicu utama munculnya dua kelas yang saling beroposisi dalam konteks marxisme yakni proletar dan borjuis, menjelaskan proses hegemonisasi kapitalisme dan marxisme di kalangan para buruh,menjelaskan pertentangan kelas dengan bertolak pokok 6 pikiran Karl Marx yaitu keterasingan manusia dari pekerjaan dan sesamanya, hak milik pribadi, dikotomi kelas atas dan kelas bawah, individu-kepentingan kelas-revolusi, negara kelas, dan ideologi, serta menjelaskan relaitas konflik sebagai manifestasi dari pertentangan antar kelas. pertentangan antar kelas dalam tesis ini dibahas melalu pendekatan sastra marxisme yang berada dibawah naungan sosiologi sastra dalam menghubungkan teori sosiologi sastra dan teori marxis, konsep relisme- sosialis akan dipakai sebagai perantara.

Hegemoni sebagai penyebab prinsipil terjadinya pertentangan antar kelas dalam novel ini ditinjau melalui teori hegemoni Gramsci diketahui bahwa konflik antara kaum buruh dan batu bara dan majikan yang bernaung di bawah la Comagnie des Mines de Montsou meletus akibat adanya prosos hegemonisasi yang melibatkan para intelektual organik/ hegemon marxisme.

(19)

B. Teori-Teori Pendukung 1. Hakikat Sastra

Sastra berasal dari bahasa sansakerta shastra yang artinya adalah

“tulisan yang mengandung intruksi” atau “pedoman”. Dari makna asalnya

dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan kitab-kitab suci, surat-surat, dan undang-undang. Sastra adalah semua buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan kekuatan moral dengan sentuhan kesucian kebebasan pandangan dan bentuk yang mempesona.

Sumardjo & Saini (1997: 3) menyatakan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sehingga sastra memiliki unsur- unsur berupa pikiran pengalaman, ide, perasaan, semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau ungkapan, bentuk dan bahasa. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Saryono (2009:18) bahwa sastra juga mempunyai kemampuan untuk merekam semua pengalaman yang empiris-natural maupun pengalaman yang nonempiris-supernatural, dengan kata lain sastra mampu menjadi saksi dan pengomentar kehidupan manusia.

(20)

Menurut Saryono (2009: 16) sastra bukan sekedar artefak (barang mati), tetapi sastra merupakan sosok yang hidup. Sebagai sosok yang hidup, sastra berkembang dengan dinamis menyertai sosok-sosok lainnya, seperti politik, ekonomi, kesenian, dan kebudayaan.Sastra dianggap mampu menjadi pemandu menuju jalan kebenaran karena sastrayang baik adalah sastra yang ditulis dengan penuh kejujuran, kebeningan, kesungguhan, kearifan, dan keluhuran nurani manusia. Sastra yang baik tersebut mampu mengingatkan, menyadarkan, dan mengembalikan manusia ke jalan yang semestinya, yaitu jalan kebenaran dalam usaha menunaikan tugas-tugas kehidupannya.

Menurut Fananie (2001: 6) “ Bahwa sastra adalah karya fiksi yang

merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan kemampuan aspek keindahan yang baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna”.

Karya sastra harus bertujuan dan berfungsi utile (bermanfaat) dan dulce (nikmat). Bermanfaat karena pembaca dapat menarik pelajaran yang berharga dalam membaca karya sastra, yang mungkin bisa menjadi pegangan hidupnya karena mengungkapkan nilia-nilai luhur. Adakalanya karya sastra itu mengisahkan hal-hal yang tidak terpuji, akan tetapi bagaimana pun pembaca masih bisa menarik pelajaran darinya sebab dalam membaca dan menyimak karya sastra pembaca dapat ingat dan sadar untuk tidak berbuat demikian. Selain itu karya sastra harus bisa memberi nikmat melalui keindahan isi dan gaya bahasanya.

(21)

Pada suatu karya sastra, bukan hanya berfokus membahas tentang unsur-unsur intrinsik namun membahas pula di luar karya sastra tersebut yaitu ekstrinsik. Adanya unsur dari luar sastra membuat karya sastra semakin komplit, mencampur baurkan sastra dengan kebudayaan serta sosial, semakin majunya ilmu-ilmu tentang sastra sudah semakin banyak pula lahir unsur luar sastra. Sehingga sastra membawa dampak yang sangat universal bagi kehidupan manusia, bukan hanya kebudayaan dan sosial namun politik, ekonomi dan lainnya sudah dapat dipengaruhi oleh sastra.

Melalui karya sastra, seorang menyampaikan pandangannya tentang kehidupan yang ada di sekitarnya. Oleh sebab itu, mengapresiasi karya sastra berarti kita berusaha menemukan nilai-nilai kehidupan yang tercermin dalam karya sastra. Banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa ditemukan dalam karya sastra tersebut.

Bahasa sastra penuh dengan ambiguitas dan homonym (kata-kata yang sama bunyinya tapi berbeda maknanya), serta memiliki kategori-kategori yang tak beraturan dan tak rasional. Bahasa sastra juga penuh dengan asosiasi mengacu pada ungkapan atau karya yang diciptakan sebelumnya. Dengan kata lain, bahasa sastra sangat konotatif yang hanya mengacu pada satu hal tertentu.

(22)

2. Jenis-Jenis Sastra

Karya sastra terdiri atas 3 jenis yakni prosa, puisi, dan drama :

1. Prosa Fiksi

Prosa merupakan karya sastra yang berbentuk tulisan dan bersifat bebas, yang dimaksud dengan bersifat bebas adalah karya sastra ini tidak terikat oleh aturan-aturan penulisan karya sastra lainnya seperti rima, irama. Prosa merupakan suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian yaitu prosa lama dan prosa baru.

Prosa lama merupakan sebuah karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari kebudayaan barat. Pada awalnya prosa lama terbentuk lisan karena belum ditemukannya alat tulis menulis. Namun, kini prosa lama juga dapat ditemukan dalam bentuk tulisan. Adapun bentuk-bentuk prosa lama yaitu :

a. Hikayat

Hikayat merupakan tulisan fiktif dan tidak masuk akal yang menceritakan tentang kehidupan para dewi, dewa, pangeran, raja, dan

(23)

lain-lain. Contohnya adalah Hikayat Hang Jebat, Hikayat Nabi Sulaiman, Hikayat Raja Bijak, dan lain-lain.

Menurut KBBI (1995) pengertian hikayat adalah prosa karya sastra lama berisi cerita, baik sejarah maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Biasanya cerita hikayat dimulai dengan mengisahkan nenek moyang mereka yang berasal dari dewa-dewa di kayangan. Lukisan peristiwa-peristiwa yang digunakan untuk membangun cerita hikayat sangat dipentingkan, termasuk berkaitan dengan kesaktian-kesaktian sang tokoh dan pengalaman-pengalaman yang menakjubkan sekaligus membahayakan.

b. Sejarah

Sejarah disebut juga Tambo, berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata sajaratun yang berarti pohon. Sejarah adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama.

(24)

c. Kisah

Kisah menceritakan tentang cerita perjalanan, pengalaman atau petualangan orang-orang jaman dulu. Salah satu contoh kisah adalah Kisah Raja Abdullah menuju Kota Mekkah.

d. Dongeng

Bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa dengan penuh khayalan. Fungsi dongeng hanyalah sebagai penghibur hati saja atau pelipur lara. Itulah sebabnya dongeng disebut juga cerita pelipur lara.

Prosa baru merupakan bentuk prosa yang muncul setelah mendapat pengaruh dari budaya-budaya asing atau barat. Bentuk prosa ini muncul setelah prosa lama dianggap telah kuno. Bentuk-bentuk prosa baru yaitu:

a. Roman

Roman berceritakan tentang urutan kejadian yang bersambung satu dengan yang lain yang melukis pengalaman-pengalaman batin dan lahir dari tokoh-tokohnya dalam suatu situasi hidup tertentu.

Roman biasanya lebih panjang daripada novel jika dilihat dari panjang pendeknya cerita. Roman sengaja diciptakan oleh pengarangnya untuk menampilkan keseluruhan perjalanan hidup suatu tokoh, lengkap dengan segala permasalahannya, termasuk bagaimana kehidupan sosial tokoh tersebut.

(25)

b. Novel

Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Atau definisi novel adalah novel yaitu suatu bentuk dari sebuah karya sastra, novel merupakan kisah atau cerita fiksi dalam bentuk tulisan/kata-kata dan memiliki unsur instrinsik dan juga unsur ekstrinsik.

Menurut Nurgiyantoro (2007: 11) novel dapat mengungkapkan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih kompleks. Kelebihan novel yang khas adalah kemampuannya menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang “jadi”.

c. Riwayat

Riwayat bercerita tentang kisah hidup orang atau biasanya tokoh terkenal atau yang menginspirasi. Ada dua jenis riwayat, yaitu biografi (ditulis oleh orang lain) dan otobiografi (ditulis sendiri oleh tokoh tersebut).

d. Kritik

Kritik merupakan masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.

(26)

e. Resensi

Romli (2003:75) mengemukakan bahwa resensi secara bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli.

Perbincangan buku tersebut dimuat di surat kabar atau majalah.

f. Esai

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), esai adalah suatu karangan atau tulisan yang membahas suatu masalah secara sekilas dari sudut pandang pribadi penulisnya. Dari pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa esai adalah tulisan yang mengandung opini dan sifatnya subjektif atau argumentatif.

Pandangan-pandangan pribadi tersebut haruslah logis dan dapat dipahami dengan baik. Tidak hanya itu, argument yang disampaikan dalam esai harus didukung oleh fakta, sehingga esai tersebut tidak menjadi tulisan yang fiktif atau imajinasi sang pengarang belaka.

Tujuan ditulisnya sebuah esai yaitu untuk membuat masyarakat yakin terhadap sudut pandang penulis mengenai suatu isu. Oleh sebab itu, wajib adanya data atau fakta yang mendukung.

(27)

g. Cerpen

Cerpen merupakan cerita pendek, jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek.

2. Puisi

Puisi merupakan bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan perasaan pen yair dengan bahasa yang terikat irama, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh makna. Puisi mengungkap perihal pikiran secara imajinatif. Pikiran serta perasaan penyair itu lalu disusun dengan fokus pada kekuatan berbahasa dengan struktur fisik dan batinnya. Puisi modern dihasilkan tanpa memerhatikan bait, irama, baris, rima. Puisi ini mengandung dua unsur pokok yakni susunan fisik serta susunan batin.

Adapun unsur-unsur puisi yaitu (Waluyo, 1995:27):

a. Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi merupakan unsur pembangun puisi yang bersifat fisik atau tampak dalam bentuk susunan kata-kata.

Struktur fisik puisi yaitu : 1. Perwajahan puisi (tipografi) 2. Diksi

3. Imaji

4. Kata kongkret 5. Bahasa figuratif

(28)

6. Verifikasi b. Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi merupakan unsur pembangun puisi yang tidak tampak langsung dalm penulisan kata-katanya. Struktur batin puisi yaitu :

1. Tema/makna 2. Rasa (feeling) 3. Nada (tone) 4. Amanat (pesan)

Unsur-unsur inilah yang akan menyempurnakan karya puisi tersebut, sehingga para pembaca dapat memahami atau memaknai maksudnya dan pembaca pun dapat mengkritik puisi dengan menganalisis unsur-unsur pembangun tersebut.

3. Drama

Drama dikelompokkan sebagai karya sastra karena media yang dipergunakan untuk menyampaikan gagasan atau pikiran pengarangnya adalah bahasa (Budianta, dkk, 2002: 112). Drama merupakan karya sastra yang ditulis dengan bahasa dalam bentuk dialog. Perbedaan drama dengan puisi dan prosa adalah terletak pada tujuan penulisan naskah. Naskah drama ditulis dengan tujuan utamanya untuk dipertunjukkan, bukan untuk dibaca dan dihayati seperti pada prosa dan puisi.

(29)

Dalam drama hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai pelakon adalah lafal, intonasi, ekspresi, penghayatan, dan gerak tubuh yang sesuai dengan watak tokoh yang dilakonkan. Menurut Tarigan (1993:177) bahwa bermain peran lebih sederhana dalam segala hal dibandingkan dengan bermain drama. Pada dasarnya bermain peran adalah bagian dari bermain drama sehingga cakupan pementasannya lebih sederhana, yaitu pemeain hanya memerankan tokoh dalam naskah drama. Walaupun ketika memerankan tokoh didukung dengan unsur-unsur yang lain namun bermain peran hanya sebatas memerankan tokoh dalama naskah lengkap dengan dialog dan itu sudah cukup. Kedua permainan ini sama-sama dapat dijadikan siswa untuk latihan mengekspresikan pikiran dan perasaan dalam bentuk lisan.

3. Pengertian Cerpen

Menurut Sumardjo (2007: 92), cerpen adalah seni keterampilan menyajikan cerita. Oleh karena itu, seorang penulis harus memiliki ketangkasan menulis dan menyusun cerita yang menarik. Perbedaan antara cerpen dengan novel dapat dilihat dari segi bentuk atau panjang ceritanya.

Cerpen salah satu karya sastra yang memiliki jalan cerita peristiwa lebih padat. Karena jalan peristiwa dalam cerpen lebih padat sehingga berimpilikasi pada formalitas bentuk, yaitu penulisan cerita yang tidak terlalu panjang. Oleh karenanya, cerpen biasanya akan selesai dibaca sekali duduk. Meskipun jalan

(30)

cerita dikemas secara padat namun keutuhan cerita mulai dari tema, tokoh, karakter,alur,latar dan amanat cerita tetap ada.

Menurut KBBI cerpen ialah berasal dari dua kata yaitu cerita yang artinya tuturan tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal dan pendek berarti kisah yang diceritakan pendek (tidak lebih dari 10.000 kata) yang memberikan kesan dominan dan memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam ceritanya.

Menurutnya tidak ada cerpen yang panjangnya sampai 100 halaman.

Sedangkan menurut pendapat Burhan Nurgiyantoro (2002:10) cerpen atau cerita pendek adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira selama 30 menit hingga 2 jam atau suatu hal yang sekiranya waktu membaca tidak mungkin dilakukan untuk pembacaan novel.

Dan dipertegas kembali Tarigan (1984:176) cerpen ialah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

Sebuah cerpen tak akan sempurna bila tak adanya unsur-unsur yang membangun cerpen tersebut, unusu-unsur pendukung cerpen yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

1. Unsur-unsur Intrinsik Cerpen a. Plot/alur

Plot memiliki makna struktur gerak. Artinya suatu fiksi haruslah bergerak dari permulaan, kemudian melewati pertengahan, dan selesai pada akhir cerita. Pemisahan bagian plot tersebut sering

(31)

disebut eksposisi, komplikasi, dan resolusi. Titik diantara komplikasi dan resolusi biasa disebut klimaks.

Plot dalam cerpen umunya bersifat tunggal. Artinya hanya terdiri dari satu urutan peristiwa saja yang diikuti sampai cerita berakhir. Urutan peristiwa dapat dimulai dari mana saja, misalnya dari konflik yang ada. Jadi, plot dalam cerpen tidak harus diawali dengan tahap perkenalan para tokoh cerita. Seandainya ada unsur perkenalan tokoh cerita, biasanya tidak berkepanjangan. Sebagai akibat plot bersifat tunggal maka konflik yang dibangun dan klimaks yang diperoleh pun, biasanya bersifat tunggal.

Pada penyampaian cerita, ada tahap-tahap alur yang disampaikan oleh sang penulis yaitu:

1. Tahap perkenalan 2. Tahap penanjakan 3. Tahap klimaks 4. Anti klimaks 5. Tahap penyelesaian

Tahap-tahap alur tersebut harus ada dalam sebuah cerita.

Tujuannya adalah agar cerita itu tak membingungkan sang pembaca.

Ada 2 jenis alur yang biasanya digunakan oleh penulis, yaitu :

1. Alur maju, alur ini menceritakan jalan cerita yang urut dari awal perkenalan tokoh, situasi lalu memunculkan masalah. Jadi

(32)

intinya, pada alur maju ditemukan jalan cerita yang urut sesuai dengan tahapan-tahapannya.

2. Alur mundur, di alur ini, penulis menceritakan jalan cerita secara tidak urut. Bisa sjaa penulis menceritakan konflik terlebih dahulu, lalu kemudian menengok kembali peristiwa yang menjadi sebab konflik itu terjadi.

b. Tema

Tema merupakan hal yang penting dalam sebuah cerita.

Tema adalah dasar atau makna sesuatu cerita atau novel.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa tema merupakan pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu, yang membangun dasar atau ide utama suatu karya sastra. Jadi tema merupakan unsur yang harus ada dalam sebuah cerita, karena tema menjadi pijakan dalam penceritaan.

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.

Tema dalam banyak hal bersifat “mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu termasuk

(33)

berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.

c. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan individu ciptaan atau rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umunya tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

Tokoh cerita merupaka orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Sedangkan penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwataka, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

(34)

Ada 3 jenis tokoh yang ditampilkan dalam cerpen Nurgiyantoro (1995 : 79), diantaranya :

1. Antagonis, tokoh yang biasanya berperan sebagai tokoh jahat.

Tokoh ini akan terlibat konflik dengan sang tokoh utama di dalam cerita. Tokoh antagonis memiliki watak yang negative seperti : sombong, angkuh, jahat dan lain-lain.

2. Protagonis, tokoh ini adalah tokoh ini merupakan tokoh yang membintangi cerpen tersebut (tokoh utama) tokoh ini biasannya berprilaku baik.

3. Tritagonis, tokoh ini merupakan tokoh pembantu protagonis dan yang nantinya akan menjadi penengah konflik antara antagonis dengan protagonist. Tokoh ini biasanya memiliki sifat penolong dan bijaksana.

d. Latar

Unsur latar terdapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut :

1. Latar Tempat

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.

(35)

2. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu.

3. Latar Sosial

Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status social tokoh yang bersangkutan.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan strategi yang digunakan oleh pengarang cerpen untuk menyampaikan ceritanya. Entah itu sebagai orang pertama, kedua, ketiga. Bahkan ada beberapa penulis yang menggunakan sudut pandang orang yang berada di luar cerita. Sudut pandang memiliki beberapa bagian yaitu :

1. Sudut Pandang Orang Pertama

Pada sudut pandang orang pertaman tunggal, penulis sebagai pelaku sekaligus narator yang menggunakan kata ganti “aku”

(36)

dan “saya”. Sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan

dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya.

2. Sudut Pandang Orang Ketiga

Pada sudut pandang orang ketiga biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia” atau “dia”. Bisa juga dengan

menyebut nama tokohnya.

3. Sudut Pandang Campuran

Sudut pandang campuran merupakan gabungan dari sudut pandang pertama dan ketiga. Pengarang menyampaikan ceritanya dengan cara kadang kala sebagai orang yang terlibat dan kemudian menjadi orang ketiga yang serba tahu di dalam cerita tersebut.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya kepada publik. Entah itu penggunaan diksinya, majas dan pemilihan kalimat yang tepat di dalam cerpennya.

Menurut Aminuddin (1995 : 5) mengemukakan bahwa style atau gaya bahasa merupakan cara yang digunakan oleh pengarang dalam memaparkan gaagasannya sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai.

(37)

Karya sastra yang memiliki gaya bahasa yang baik akan berdampak pada minat pembaca untuk membaca karya tersebut, semakin indah gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang maka makin indah pula karya tersebut.

g. Amanat

Amanat merupakan pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita tersebut. Para pembaca mengambil pesan moral yang terdapat dalam cerita.

Pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca berupa nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan contoh atau teladan. Penyampaian pesan selalu didasarkan tema dan tujuan yang telah ditetapkan penulis pada saat menyusun rancangan cerita. Pesan atau amanat dalam sebuah tulisan tidak selalu tersurat (jelas), tapi bisa juga tersirat (tersembunyi).

2. Unsur-unsur Ekstrinsik Cerpen a. Latar Belakang Masyarakat

Berupa penulusuran terhadap peristiwa yang terjadi pada masyarakat ketika cerpen ditulis. Karya sastra dalam bentuk apa pun pada dasarnya merupakan penanda zaman. Kehadirannya ikut menjadi saksi terhadap peristiwa bersejarah yang terjadi saat itu.

(38)

b. Latar Belakang Pengarang

Berupa penelusuran terhadap kehidupan pengarang secara keseluruhan dan keadaan kejiwaannya pada saat cerpen ditulis.

Kondisi psikologi ini dipengaruhi oleh permasalahan pribadi yang dihadapi, kekecewaan terhadap peristiwa yang terjadi di masyarakat, dan keadaan yang diharapkan berdasarkan keinginannya.

Terkadang teknik penceritaan dan gaya penulisan (penggunaan bahasa) seorang pengarang tidak selalu sama.

Perubahan tersebut biasanya disebabkan aliran yang dianut oleh pengarang.

2. Ciri-ciri Cerpen

a. Jalan ceritanya lebih pendek dari novel

b. Sebuah cerpen memiliki kata yang tidak lebih dari 10.000 kata.

c. Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari

d. Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja.

e. Tokoh dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau suatu konflik hingga pada tahap penyelesaian.

(39)

f. Pemakaian kata yang sederhana serta ekonomis san mudah dikenal pembaca.

g. Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita tersebut.

h. Biasanya hanya 1 kejadian saja yang diceritakan

i. Memiliki alur cerita tunggal dan lurus

j. Penokohan pada cerpen sangatlah sederhana, tidak mendalam serta singkat.

3. Struktur Cerpen

1. Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau dalam artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut.

2. Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen tersebut.

3. Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun watak dari berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena pada bagian komplikasi kerumitan mulai bermunculan.

(40)

4. Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut.

5. Resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami tokoh.

6. Koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari cerita pendek tersebut oleh pembacanya.

4. Sosiologi Sastra

1. Konsep Sosiologi Sastra

Di dalam berbagai buku sejarah sosiologi selalu dikatakan bahwa ilmu tersebut ditemukan dan dibangun untuk pertama kalinya oleh Auguste Comte pada pertengahan abad XIX. Sebagaimana yang sudah diketahui secara umum, pada masa Comte yang berkembang pesat adalah ilmu-ilmu alam yang terus-menerus berusaha dan menemukan berbagai keteraturan atau hukum- hukum universal yang bersifat tetap yang mengatur segala gejala alamiah yang tampaknya berubah-ubah. Sebagai tantangan terhadap cara pandang abad pertengahan yang cenderung memahami gejala alam dalam kerangka kepercayaan religius dan mistis, kaum pencerahan mencoba memahaminya secara positif dalam pengertian dapat dibuktikan secara empiris dan disimpulkan secara logis. Comte mencoba menerapkan cara kerja dalam ilmu alam untuk memahami masyarakat. Karena itu, pada mulanya ia menyebut sosiologi sebagai fisika sosial (Faruk, 2016:15).

(41)

Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Muncul pemahaman bahwa sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya. Konsep dasar sosiologi sastra sebenarnya sudah dikembangkan oleh Plato dan Aristoteles yang mengajukan istilah ‘mimesis’ yang menyinggung hubungan antara sastra dan masyarakat

sebagai cermin.

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sastra merupakan pencerminan masyarakat melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat.

Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu atau pengetahuan yang sistematis tentang kehidupan berkelompok manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya yang secara umum disebut masyarakat.

Sosiologi sastra tidak hanya membicarakan karya sastra itu sendiri melainkan hubungan masyarakat dan lingkungannya serta kebudayaan yang menghasilkannya. Atmazaki dalam Sutri (1990 : 7) menyatakan bahwa

(42)

pendekatan sosiologi sastra mempunyai tiga unsur di dalamnya. Unsur-unsur tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Konteks Sosial Pengarang

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengarang dalam menciptakan karya sastra. Faktor-faktor tersebut antara lain mata pencaharian, profesi kepegawaian, dan masyarakat lingkungan pengarang.

2. Sastra Sebagai Cerminan Masyarakat

Karya sastra mengungkapkan gejala sosial masyarakat dimana karya itu tercipta dalam sastra akan terkandung nilai moral, politik, pendidikan, dan agama dalam sebuah masyarakat.

3. Fungsi Sastra

Fungsi sastra dalam hal ini adalah nilai seni dengan masyarakat, apakah di antara unsur tersebut ada keterkaitan atau saling berpengaruh.

Sosiologi sastra merupakan pengetahuan tentang sifat dan perkembangan masyarakat dari atau mengenai karya sastra para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya.

Sosiologi sastra merupakan kajian ilmu dan objektif mengenai manusia dan masyarakat., mengenai lembaga dan proses sosial. Sosiologi mengkaji struktur sosial dan proses sosial termasuk didalamnya perubahan-

(43)

perubahan sosial yang mempelajari lembaga sosial, agama, politik, ekonomi dan sebagainya secara bersamaan dan membentuk struktur sosial guna memperoleh gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mekanisme kemasyarakatan dan kebudayaan. Sastra sebagaimana sosiologi berurusan dengan manusia, karena keberadaannya dalam masyarakat untuk dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat itu sendiri. Sastra sebagai lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya karena bahasa merupakan wujud dari ungkapan sosial yang menampilkan gambaran kehidupan.

Pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap aspek dokumenter sastra dan landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cerminan zamannya.

Dalam hal itu tugas sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayal dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asal-usulnya.

Pendekatan yang dilakukan terhadap karya sastra pada dasarnya ada dua, yaitu pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Unsur-unsur merupakan unsur- unsur dalam yang diangkat dari isi karya sastra, seperti tema, alur, perwatakan, gaya bahasa dan penokohan. Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik berupa pengaruh dari luar yang terdapat dalam karya sastra itu diantaranya sosiologi, politik, filsafat, antropologi dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini merupakan pendukung dalam pengembangan karya sastra dengan demikian ilmu-ilmu

(44)

tersebut erat hubungannya dengan karya sastra. Analisis aspek ekstrinsik karya sastra adalah analisis karya sastra itu sendiri dari segi isinya, dan sepanjang mungkin melihat kaitannya dengan kenyataan-kenyataan dari luar karya sastra itu sendiri.

Penulis memfokuskan penelitiannya pada teori sosiologi sastra Marxis (Karl Marx), sastra dapat ditemukan sebagai salah satu superstruktur yang menjadi kekuatan reproduktif dari infrastruktur atau struktur sosial yang berdasarkan pembagian dan relasi sosial secara ekonomis. Sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pertentangan antarkelas di dalam masyarakat, dapat sebagai kekuatan konservatif yang berusaha mempertahankan struktur sosial yang berlaku atau pun sebagai kekuatan progresif yang berusaha merombak struktur tersebut demi terbangunnya sebuah struktur sosial yang baru di bawah dominasi kelas sosial yang baru pula (Faruk, 2016:52) .

Teori sosial Karl Marx terbangun suatu totalitas kehidupan sosial secara integral dan sistematik yang di dalamnya kesustraan ditempatkan sebagai salah satu lembaga sosial yang tidak berbeda dari lembaga-lembaga sosial lainnya seperti ilmu pengetahuan, agama, politik dan sebagainya, sebab semuanya tergolong dalam satu kategori sosial, yaitu sebagai aktivitas mental yang dipertentangkan dengan aktivitas material manusia (Faruk, 2016:6).

Kurniawan, (2012:40) mengembangkan teori sastranya dengan menyatakan bahwa kegiatan manusia yang paling penting adalah kegiatan

(45)

ekonomi (produksi unsur-unsur materi). Hal ini menunjukkan kerangka kerja sosiogi yang bersifat material, yaitu ekonomi menjadi faktor determinasi kehidupan manusia dengan struktur sosial masyarakat.

Marx mengidentifikasi struktur sosial masyarakat menjadi dua kelas, yaitu kelas atas dan kelas bawah yang faktor utamanya didasarkan pada penguasaan alat-alat produksi pada zamannya. Kelas atas adalah kelas yang memiliki sarana produksi, sedangkan kelas bawah adalah mereka yang tidak memiliki alat-alat produksi. Relasi kelas ini meciptakan kelas dominan dengan subordinat, majikan dengan budak, tuan tanah dengan pelayan, dan borjuis dengan proletar. Relasi hubungan ini didasarkan pada faktor determinasi ekonomi. (Kurniawan, 2012:42).

Dapat disimpulkan bahwa teori Karl Marx mengacu pada kelas sosial masyarakat. Dalam kelas sosial merujuk adanya pembedaan hierarki atau tingkatan antara individu-individu dalam sebuah masyarakat. Pengertian kelas sosial dapat berbeda-beda dalam tiap zaman dan masyarakat. Namun kelas sosial secara umum ditentukan oleh tingkat pendapatan, pendidikan dan kekuasaan.

5. Problematika Masyarakat Modern

Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia (himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu).

Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Jadi

(46)

masyarakat modern berarti suatu himpunan yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.

Revolusi teknologi atau yang terkadang dikaitkan dengan revolusi industri lahir dari sebuah perkembangan zaman. Revolusi ini telah menjadi titik awal dimana mayoritas manusia meningkatkan kontrol pada materi, ruang dan waktu. Selain itu juga, menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola pikir dan sistem rujukan.

Masyarakat modern dituntut untuk exist dalam kehidupan, berbagai problem-problem yang terjadi pada masyarakat modern diantaranya yaitu:

1. Desintegrasi Ilmu Pengetahuan

Kehidupan modern ditandai dengan adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki caranya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Jika seseorang menghadapi masalah lalu ia pergi kepada kaum teolog, ilmuan, politisi, sosialog, ahli biologi, psikolog dan lain-lain. Maka jawaban yang ia

(47)

dapatkan akan berbeda satu sama lain. Bahkan terkadang jawaban tersebut sering bertolak belakang. Inilah yang akan membuat manusia kebingungan.

2. Kepribadian Yang Terpecah

Kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual. Ini akan menyebabkan manusia pribadi yang terpecah. Kehidupan masyarakat modern diatur menurut rumus ilmu yang eksak dan kering. Akibatnya, kini tengah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah.

Jika proses keilmuan yang berkembang itu tidak berada di bawah kendali agama. Maka proses kehacuran pribadi manusia akan terus berjalan. Dengan berlangsungnya proses tersebut, semua kekuatan yang lebih tinggi untuk meningkatkan derajat kehidupan manusia akan musnah.

Sehingga, tidak hanya kehidupan kita yang mengalami kemerosotan, tetapi juga kecerdasan dan moral kita.

3. Penyalahgunaan Iptek

Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual, maka iptek telah disalahgunakan dengan segala impikasi negatifnya. Kemampuan membuat senjata telah diarahkan untuk tujuan penjajahan suatu bangsa atau bangsa lain, subversi dan lain-lain.

Kemampuan dibidang rekayasa genetika diarahkan untuk tujuan jual-beli manusia. Kecanggihan di bidang teknologi komunikasi dan lain-lain telah menghacurkan umat manusia.

(48)

4. Pedangkalan Iman

Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan yang disebut diatas, khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya. Ia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu. Bahkan informasi yang dibawa oleh wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap tidak ilmiah dan kampungan.

5. Pola Hubungan Materialistik/Kelas Sosial

Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.

Demikian pula penghormatan yang diberikan seseorang atas orang lain banyak diukur oleh sejauh mana orang tersebut dapat memberikan manfaat secara materialistis.

Pola hubungan yang lainnya ditentukan oleh status sosial diantara mereka. Hubungan yang terjalin membedakan kelas atas dan kelas bawah, dengan membedakan status pendidikan, jabatan dan material seseorang.

Akibatnya ia menempatkan perimbangan material diatas pertimbangan akal sehat, hati nurani, kemanusiaan dan imannya.

6. Penghalalan Segala Cara

Sebagai imbas atas pola hidup yang matelialis dan dangkalnya iman seseorang, maka seseorang akan mengedepankan segala yang sekiranya mampu memenuhi kebutuhannya. Termasuk dalam hal ini adalah dengan

(49)

menghalalkan segala cara tanpa memikirkan dampak spiritual bagi dirinya sendiri.

7. Stress dan Frustasi

Kehidupan modern yang demikian kompleks menggiring manusia untuk mengarahkan seluruh fikiran, tenaga, kemampuan. Mereka terus bekerja dan memenuhi hasrat tanpa mengenal batas dan waktu.

Dampaknya, mereka begitu mendewakan sesuatu yang bersifat duniawi.

Ketika mereka gagal, maka cenderung tertekan dalam dinamika zaman. Hal buruk lainnya, karena dari awal mereka tidak mempunyai pegangan yang jelas maka ketika hancur pun mereka tetap tidak memiliki pegangan dasar. Sehingga nantinya mereka akan frustasi akan segala hal buruk yang menimpa mereka.

8. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya

Terdapat sejumlah orang yang terjerumus dan salah memilih jalan.

Masa mudanya dihabiskan untuk menuruti hawa nafsu dan segala daya dan cara telah ditempuhnya. Ada suatu saat dimana mereka sudah tua renta.

Secara fisik sudah tak lagi berdaya. Tenaga sudah tidak mendukung lagi untuk beraktifitas. Manusia yang demikian ini akan merasa kehilangan harga diri dan masa depannya. Fasilitas dan kemewahan hidup sudah tidak berguna lagi, karena fisik dan mentalnya sudah tidak memerlukan lagi.

Manusia yang seperti ini merasa kehilangan harga dirinya dan masa depannya.

(50)

Kerangka Pikir

Karya Sastra

Drama Prosa/Fiksi Puisi

Prosa Lama Prosa Baru

Hikayat Kisah Legenda

Sejarah Dongeng

Novel

Cerpen Cinta Laki-Laki Biasa Karya Asma Nadia

Intrinsik Ekstrinsik

Sosiologi Sastra (Karl Marx)

Problematika Masyarakat Modern

(Matrealistis/Kelas Sosial)

Analisis

Temuan Cerpen Roman

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pada hakekatnya merupakan strategi yang mengatur ruang atau teknis penelitian agar memperoleh data maupun kesimpulan penelitian.

Menurut jenisnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Oleh karena itu, dalam penyusunan harus dirancang berdasarkan pada prinsip metode deskriptif kualitatif, yang menguraikan, membandingkan, mengklasifikasi, membagankan dan mentabelkan data secara objektif atau sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan untuk memperoleh data. Untuk itu, peneliti dalam menjaring data mendeskripsikan bentuk problematika masyarakat modern (kelas sosial) yang terdapat dalam cerpen Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia sebagaimana adanya.

B. Definisi Istilah

Bagian ini memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan agar terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan. Bagian ini juga memberikan keterangan rinci pada bagian-bagian yang memerlukan uraian, misalnya cerpen, sosiologi sastra dan masyarakat modern.

1. Cerpen sebagai kisahan yang memberi kesan tunggal yang dominan tentang satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi dramatik (Zaidan, dkk., 2004:50).

42

(52)

Semua bagian dari sebuah cerpen mesti terikat pada suatu kesatuan jiwa, yakni pendek, padat, dan lengkap. Tak ada bagian-bagian yang boleh lebih atau bisa dibuang. Berdasarkan pendapat para ahli dapat diambil simpulan mengenai cerpen merupakan karya sastra fiksi yang menceritakan suatu peristiwa cenderung singkat dan padat serta memiliki kesan tertentu dan memungkinkan pembaca untuk menyelesaikan bacaannya dalam sekali duduk. Singkat dan lengkap atau brevity with completeness adalah sifat-sifat pokok cerita pendek (Tarigan, 1985:176).

2. Sosiologi sastra merupakan suatu pendekatan yang terfokus pada masalah manusia. Karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi. Pendapat ini menunjukkan bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra (Endraswara, 2008: 79).

3.

Terdapat beberapa ciri yang menonjol yang ditunjukkan oleh masyarakat kota/modern, sebagaimana yang dijabarkan oleh Soerjono Soekanto (1982) dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar sebagai berikut: (1) pada umumnya bersifat individual, yakni mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung dengan orang lain, (2) adanya pembagian kerja yang jelas sesuai dengan bidang dan profesinya masing-masing, (3) terbukanya kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan sehubungan dengan adanya sistem pembagian kerja yang jelas, (4) penggunaan pola pikir yang secara umum

(53)

bersifat rasional sehingga interaksi yang terjadi lebih didasarkan atas faktor kepentingan tertentu, (5) pentingnya faktor waktu sehubungan dengan adanya pembagian kerja dan jadwal kerja yang padat, dan (6) adanya perubahan- perubahan sosial yang tampak dengan jelas sehubungan dengan keterbukaannya dalam menerima pengaruh budaya asing.

C. Data dan Sumber Data 1. Data

Data dalam penelitian ini adalah keterangan yang dijadikan objek kajian, yakni setiap kata, kalimat ungkapan yang mendukung berbagai bentuk problem masyarakat modern (kelas sosial) yang merepresentasekan sosiologi sastra dalam cerpen Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia. Studi pustaka mencoba sejumlah buku dan tulisan yang relevan atau objek kajian.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah cerpen berjudul Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia yang berjumlah 19 halaman diterbitkan oleh Asma Nadia Publishing House pada tahun 2016 di Depok.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu teknik dokumentasi dengan jalan mengumpulkan data melalui sumber tertulis.

Dengan cara penelitian pustaka yaitu:

1. Membaca berulang-ulang cerpen Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia.

(54)

2. Mencatat data yang termasuk bentuk problematika masyarakat modern (kelas sosial) atau representasi sosiologi sastra yang terdapat di dalam cerpen Cinta Laki-Laki Biasa misalnya bentuk pemikiran, tingkah laku, sifat dan lain-lain serta berapa banyak dalam kartu pencatatan data.

3. Mengklasifikasi data yang termasuk sosiologi sastra (problematika masyarakat modern) misalnya dalam bentuk perbedaan kelas sosial baik berupa pemikiran, tingkah laku, sifat dan lain-lain serta berapa banyak dalam kartu pencatatan data.

E. Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka problematika masyarakat modern (kelas sosial) baik pemikiran maupun tingkah laku serta sifat dapat dicocokkan dengan tinjauan sosiologi sastra yang dimaksud, kemudian diseleksi kutipan atau data yang mana lebih spesifik itulah yang akan diambil.

Sebagai hasil akhir, memaparkan problem masyarakat modern (kelas sosial) baik dalam bentuk pemikiran, tingkah laku, dan sifat dengan senantiasa mengutip bagian cerita yang menunjukkan kebenaran analisis yang dimaksud, selanjutnya dideskripsikan bedasarkan tinjauan sosiologi sastra yang dijadikan acuan penelitian meliputi:

1. Menelaah/menganalisis seluruh data yang telah diperoleh berupa bentuk problematika masyarakat modern (kelas sosial) dalam cerpen Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia.

(55)

2. Mendeskripsikan problematika masyarakat modern (kelas sosial) baik berupa pikiran, tingkah laku, dan sikap masyarakat modern sebagai representase sosiologi sastra yang terdapat pada cerpen Cinta Laki-Laki Biasa karya Asma Nadia.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat kita lihat juga jawaban pada skala perilaku sosial dalam kelompok teman sebaya bahwa skor yang tinggi terdapat pada: Saya sulit berbagi cerita dengan teman-teman

Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan yang digunakan adalah: pendekatan Yuridis dan sosiologis. Adapun sumber data penelitian ini adalah sumber data

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat efisiensi, perubahan total faktor produktivitas dan indeks ketidakstabilan usaha perikanan tuna dengan menggunakan

Faktor Lingkungan yang terdiri dari keberadaan habitat perkembangbiakan nyamuk berdekatan dengan tempat tinggal responden, keberdaan vegetasi seperti semak atau hutan,

12.14.04.08.01.08.037 Jumlah Kondisi Barang Asal usul Tahun Cetak / Pem- belian Unit Organisasi Dinas Pendidikan. UPTD Dinas Pendidikan

Penerimaan Pegawai Subag Umum dan Kepegawaian Subag Umum dan Kepegawaian Setiap ada perubahan Soft copy dan hard copy v Selama berlaku website. Ringkasan Kinerja Program dan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui adakah hubungan antara status sosial dengan hasil belajar siswa kelas V, (2)

Kata kunci: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng, sitotoksik , Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), Larva Artemia salina.. CYTOTOXIC EFFECT OF ETHYLACETATE FRACTION OF