• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian dan Batasan Usia

Berk (2006) mengungkapkan masa pertengahan anak-anak atau middle childhood sebagai masa dimana anak yang berusia 6 hingga 11 tahun. Pada masa pertengahan anak-anak, anak memiliki proses berpikir yang lebih logis dan semakin mampu memahami diri sendiri. Selain itu, perkembangan moral anak pada masa ini juga semakin meningkat. Adanya persahabatan menjadi tanda anak memasuki masa pertengahan anak-anak.

Santrock (2002) menyebut masa periode ini sebagai masa pertengahan dan akhir anak-anak, yaitu periode perkembangan yang merentang dari usia 6 hingga 11 tahun, yang kira-kira setara dengan tahun-tahun sekolah dasar sehingga periode ini kadang-kadang disebut tahun- “tahun-tahun sekolah dasar”. Pada masa ini, anak umumnya menguasai keterampilan-keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung.

McDevitt & Ormrod (2004) juga menggolongkan masa dimana anak berusia 6 hingga 10 tahun sebagai masa middle childhood atau pertengahan anak-anak. Pada masa ini, anak menunjukkan tanggung jawab yang serius terhadap teman sebaya, khususnya kepada teman bermain yang usia dan jenis kelaminnya sama. Pertemanan pada masa pertengahan

anak-anak menjadi penting karena anak banyak belajar melalui interaksi dengan teman-teman dan memecahkan perselisihan. Pada masa ini, anak juga mulai membanding-bandingkan performansi mereka dengan temannya yang lain. Dengan demikian, perbedaan individu dalam performansi akademik menjadi semakin penting dalam melewati tahun-tahun masa ini.

Mengacu pada sumber terbaru, peneliti menggunakan istilah masa pertengahan anak-anak untuk menggambarkan anak yang berusia sekolah dasar atau berusia 6 hingga 11 tahun. Fokus perkembangan pada masa pertengahan anak-anak adalah pencapaian prestasi dan kemampuan kontrol diri yang meningkat. Anak-anak pada masa pertengahan anak-anak akan banyak mengarahkan konsentrasi dan energinya pada penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual dan pengetahuan. Adanya perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif yang dirasakan oleh anak merupakan hal yang berbahaya dalam tahap perkembangan ini. Perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif akan menghambat anak mampu melakukan tugas perkembangannya dalam tahap ini (Santrock, 2007).

2. Karakteristik Sosio-emosional

Menurut Hurlock (1988), kelompok sosial memiliki pengaruh paling besar dalam melakukan identifikasi diri pada masa pertengahan anak-anak dan sebagian pada masa remaja dibandingkan pada masa perkembangan lainnya. Pada masa ini, teman sebaya memberikan

pengaruh yang lebih besar dibandingkan orang-orang dewasa lainnya. Pengaruh yang kuat dari kelompok sebaya pada masa ini sebagian besar berasal dari keinginan untuk dapat diterima oleh kelompok. Selain itu hal ini juga dikarenakan anak banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman sebaya.

Hurlock (1988) menyebutkan pengaruh kelompok teman sebaya bagi anak, yaitu:

a. Keinginan untuk menyesuaikan diri.

Anak menyesuaikan keinginan, sikap dan nilainya dengan tuntutan kelompok supaya dapat mencapai popularitas dan memperoleh kasih sayang dari teman sebaya, terutama apabila tidak mendapat kasih sayang dari keluarga.

b. Membantu anak-anak mencapai kemandirian dari orang tua dan

dirinya sendiri.

Melalui hubungan dengan teman sebaya anak-anak belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, belajar mengenai berbagai pandangan dan sikap yang bukan dari keluarga mereka. Selain itu mereka belajar mengenai pola perilaku yang dapat diterima oleh kelompok.

c. Pembentukan konsep diri

Anak akan menduga pendapat dan makna reaksi orang lain terhadap dirinya. Apabila pendapat orang lain mengenai dirinya menyenangkan,

maka anak juga akan menganggap dirinya menyenangkan, dan begitu juga sebaliknya.

Menurut Santrock (2007), terdapat 3 kemungkinan proses sosial-kognitif yang mempengaruhi anak dalam membangun relasi dengan teman sebaya, yaitu :

a. Social perspective taking

Social perspective taking merupakan kemampuan anak untuk

menerima cara pandang orang lain dan memahami pikiran dan perasaannya. Pada masa usia sekolah dasar, kemampuan ini meningkat sehingga anak bisa memahami bahwa anak yang lain sedang sedih atau senang, dan mengapa mereka sedih atau senang. Berkaitan dengan kemampuan ini, Berk (2006) menyebutkan bahwa anak pada masa pertengahan anak-anak semakin mampu “membaca” pesan yang diterima dari orang lain dan menggabungkannya ke dalam definisi diri mereka. Sebagai anak di usia sekolah, anak menginternalisasikan penerimaan dari teman-temannya, mereka menggunakan ideal-self untuk mengevaluasi real-self.

b. Social information-processing skill

Kenneth Dodge (1993 dalam Santrock, 2007) berpendapat bahwa anak melalui 5 tahapan dalam memproses informasi mengenai dunia sosial mereka, yaitu : menerima isyarat sosial atau decoding sosial cues, melakukan interpretasi, mencari respon, menyeleksi respon yang paling bagus, dan melakukan tindakan.

c. Social Knowledge

Kemampuan anak untuk dekat dengan teman sebayanya juga dipengaruhi oleh pengetahuan sosialnya. Anak harus tahu apa tujuan mengapa mereka harus bertahan ketika situasi ambigu, bagaimana memulai dan bagaimana supaya mereka mempunyai teman, misalnya dengan mengatakan hal-hal yang baik. Apabila anak tidak tahu mengapa mereka harus menjalin relasi dan apa yang harus mereka lakukan supaya mereka bisa menjalin hubungan, maka mereka akan sulit untuk memperoleh teman.

Selain itu, masalah emosi juga mempengaruhi hubungan pertemanan pada masa pertengahan anak-anak. Pada umumnya anak yang dianggap populer atau disukai banyak anak yang lain adalah anak yang memiliki kemampuan untuk mengatur dan menguasai emosinya. Anak yang populer memiliki sejumlah keterampilan sosial yang membuat mereka disukai oleh anak yang lain, misalnya memberikan penghargaan pada anak yang lain, mau mendengarkan, membangun komunikasi terbuka, periang, dapat mengontrol emosi negatifnya, bertindak sebagi dirinya sendiri, antusias dan perhatian, percaya diri tapi tidak sombong (Santrock, 2007). Sebaliknya, anak-anak yang tidak memiliki keterampilan sosial seperti di atas akan cenderung diabaikan. Sementara itu anak-anak yang diabaikan akan kesulitan mengembangkan keterampilan sosialnya karena tidak memiliki teman sehingga akan semakin merasa dikucilkan.

3. Perkembangan Moral dan Pemahaman Sosial

Saat memasuki masa sekolah dasar, anak semakin mampu menggambarkan keadaan mental seseorang. Dengan kata lain, mereka semakin bisa mengerti adanya perbedaan walaupun sangat sedikit dari perilaku seseorang, sehingga mereka menyadari bahwa perilaku seseorang tidak selalu menggambarkan pikiran dan perasaannya. Anak juga mulai menyadari bahwa orang menginterpretasikan apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Dengan demikian mereka menjadi semakin menginginkan penerimaan dari orang lain. Hal itu membuat anak menjadi subyektif dalam menilai apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang lain. Selain itu, anak juga menyadari bahwa pikiran dan perasaan itu sangat berhubungan. Anak masa pertengahan anak-anak pada umumnya menyadari bahwa interpretasi yang mereka buat mengenai situasi tertentu dapat mempengaruhi perasaan mereka terhadap situasi tersebut (McDevitt & Ormrod, 2004).

Anak pertengahan masa kanak-kanak juga menunjukkan tanda-tanda perasaan bersalah atau tidak nyaman saat mereka mengetahui bahwa mereka melakukan kesalahan atau membuat orang lain sakit atau tertekan. Pada masa pertengahan sekolah dasar, anak merasa malu dan tertuduh ketika gagal memenuhi standar perilaku sosial yang telah ditetapkan oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya. Perasaan malu dan tertuduh tersebut ternyata juga dapat menjadi motivasi bagi terbentuknya rasa empati dan prososial apabila tidak ada kesalahan yang dibuat. Anak-anak

pada masa ini mengalami peningkatan rasa simpati terhadap orang-orang yang tidak diketahui bahwa mereka menderita dan membutuhkan bantuan. Anak juga dapat membedakan mana yang merupakan perilaku yang kejam terhadap hak dan martabat manusia dengan yang mengancam ketentuan sosial. Anak pada masa ini memahamai bahwa harus ada seseorang yang berusaha keras supaya dapat memenuhi kebutuhan orang-orang seperti memperjuangkan haknya. Anak mulai menumbuhkan penghargaan untuk bekerja sama dan berkompromi (McDevitt & Ormrod, 2004).

A. Sikap

Dokumen terkait