• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Dan Konsep HAM

B. KONSEP HAM (Hak Asazi Manusia)

B.1. Pengertian Dan Konsep HAM

30 demokratisasi, media massa, hak asasi manusia dan pembangunan masyarakat sipil.

Selain itu, salah satu fungsi terpenting LSM Nasional berfungsi sebagai sumber pengetahuan dan informasi lokal, yang penting untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi proyek kemanusiaan. Misalnya, selama konflik atau dalam fase awal bencana, N-LSM berfungsi sebagai sumber informasi tentang apa yang terjadi di lapangan dan bertindak sebagai sistem peringatan dini untuk intervensi kemanusiaan internasional39. LSM Nasional dalam aksi kemanusiaan merupakan akar untuk membangun sektor masyarakat sipil di masyarakat pasca-konflik.

31 dibawahnya bersamaa dengan kelahirannya di dalam kehidupan masyarakat.

Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan arena itu bersifat universal. Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa manusia memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan harkat dan cita – citanya.41

Kemudian Leach Levin seorang aktivis hak asasi manusia Perserikatan Bangsan – Bangsa mengemukakan bahwa konsep hak asasi manusia ada dua pengertian dasar, yaitu : 42

Peratama, ialah bahwa hak asasi manusia tidak bisa dipisihkan dan dicabut adalah hak manusia karena ia seorang manusia. Hak adalah hak – hak moral yang berasal dari kemanusiaan setiap insan dan hak – hak itu bertujuan untuk menjamin martabat setiap manusia (Natural Right).

Kedua, hak asasi manusia adalah hak – hak menurut hukum, yang dibuat melalui proses pembentukan hukum dari masyarakat itu sendiri, baik secara nasional maupun secara internasional. Dasar dari hak – hak ini adalah persetujuan dari yang diperintah, yaitu persetujuan dari para warga negara yang tunduk kepada hak – hak itu dan tidak hanya tata tertib alamiah yang merupakan dasar dari arti yang pertama.

Pengertian hak asasi manusia sebagai hak – hak menurut hukum mempunyai pengertian yang lebih luas, bukan saja hak – hak alamiah atau hak

41 Meriam Budiadjo, 1980, Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT. Gramedia, Hal. 120.

42 I Made Subawa, 2008, Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya Menurut Perubahan UUD 1945, Jurnal Kertha Patrika vol. 33 no. 1, Januari 2008, hal 2.

32 moral saja, tetapi juga meliputi hak – hak menurut hukum yang dibuat oleh badan yang berwenang dalam negara. Yang dimaksud dengan hak dalam pembicaraan mengenai hak asasi manusia diartikan sebagai suatu lingkungan keadaan atau daerah kebebasan bertindak dimana pemerintah tidak mengadakan pembatasannya, sehingga membiarkan kepada individu atau perseorangan untuk memilih sendiri. Oleh karena itu maka hak mengandung arti membatasi kekuasaan berdaulat dari pemerintah.

Terdapat berbagai batasan mengenai HAM, Hendarmin Ranadirekasa memberikan definisi tentang HAM pada hakekatnya adalah seperangkat ketentuan atau aturan untuk melindungi warga negara dari kemungkinan penindasan, pemasungan dan atau pembatasan ruang gerak warga negaraoleh negara, artinya ada pembatasan – pembatasan tertentu yang di berlakukan pada negara agara hak warga negara yang paling hakiki terlindungi dari kesewenang – wenangan kekuasaan. Sedangkan Mahfu MD mengartikan HAM sebagai hak yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan, dan hak tersebut dibawa manusia sejak lahir dimuka bumi sehingga hak tersebut bersifat fitra (kodrat), bukan merupakan pemberian manusia atau negara. Sehingga dari dua pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa HAM adalah hak dasar yang melekat setiap individu sejak dilahirkan kemuka bumi dan bukan merupakan pemberian manusia atau negara yang wajib dilindungi oleh negara.43

43 Muladi, 2005,Hak Asasi Manusia : Hakekat, Konsep dan implikasinya dalam perspektif hukum dan masyarakat, bandung : Refrika Aditama, hal. 39.

33 Dengan definisi diatas kita bisa melihat bagaimana posisi HAM dengan hukum yang dibuat oleh negara. Keberadaan HAM mendahului hukum44 dengan kata lain bahwa Hak asasi manusia adalah hak dasar yang secara kodrat melekat pada diri manusia sepanjang hidupnya sebagai anugerah Tuhan, bersifat universal dan harus dilindungi secara hukum atau Ham diformalkan kedalam seperangkat aturan hukum yang ada. Dari posisi tersebut, hukum menjadi conditio sine qua non dalam penegakan HAM, lengkapnya instrumen hukum tentang HAM menjadi salah satu sumber human right law yang menunggu langkah politik pemimpin dunia dan pemimpin negara untuk menegakkannya.45

Isi dari pada hak asasi manusia hanya dapat ditelusuri lewat penelusuran aturan hukum dan moral yang berlaku dalam masyarakat. Jhon Locke (1632-1704) yang dikenal sebagai bapak hak asasi manusia, dalam bukunya yang berjudul “Two Treatises On Civil Government”, menyatakan tujuan Negara adalah untuk melindungi hak asasi manusia warga negaranya. Manusia sebelum hidup bernegara atau dalam keadaan alamiah (status naturalis) telah hidup dengan damai dengan haknya masing – masing, yaitu hak untuk hidup, hak atas kemerdekaan dak hak atas penghormatan terhadap harta miliknya, yang semua itu merupakan propertinya.46

Dalam HAM terdapat dua prinsip penting yang melatar belakangi konsep HAM itu sendiri yakni Prinsip Kebebasan dan Persamaan, dimana dua hal tersebut merupakan dasar dari adanya sebuah keadilan. Jhon Rawis, berpendapat

44 Masyur Efendi dan Taufani Sukmana E, 2007, HAM: Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, Bogor : Ghalia Indonesia, Hal. 35.

45 Ibid

46 I Made Subawa, Log Cit. Hal 3.

34 bahwa terdapat tiga hal yang merupakan solusi bagi problem utama keadilan yaitu :47

1. Prinsip kebebasan yang sebesar – besarnya bagi setiap orang (principle of greatest equel liberty). Prinsip ini mencakup kebebasan untuk berperan serta dalam kehidupan politik, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan memeluk agama, kebebasan menjadi diri sendiri, kebebasan dari penangkapan dari penahanan yang sewenang – wenangnya dan hak untuk mempertahankan milik pribadi.

2. Prinsip perbedaan (the difference principle). Inti dari prinsip ini adalah perbedaan sosial ekonomi harus diatur agar memberikan kemanfaatan yang besar bagi mereka yang kurang diuntungkan.

3. Prinsip persamaan yang adil atas kesempatan (the principle of fair equality of opportunity). Inti dari prinsip ini adalah bahwa ketidaksamaan sosial ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga membuka jabatan dan kedudukan sosial bagi semua orang dibawah kondisi persamaan kesempatan.

Dari prinsip diatas dapat dilihat bahwa ketiga prinsip tersebut merupakan hal – hal pokok yang ada dala HAM, dimana HAM tidak melihat kedudukan ekonomi, sosial dan budaya seseorang, serta tidak melihat bagaimana kedudukannya sebagai orang sipil maupun kedudukannyadalam hal politik, semua orang memiliki kebebasan dan juga mempunyai kedudukan yang sama.

47 Masyur Efendi, Op Cit, Hal 40-41.

35 B.2. Keberlakuan HAM

Perangkat hukum tentang HAM secara Internasional sangat banyak dan lengkap, meliputi hukum HAM material maupun hukum HAM formal. Dengan definisi Ham seperti yang telah dikemukakan diatas maka HAM pada hakikatnya adalah bersifat universal, dimanapun sama tanpa memandang dimana dia tinggal atau berdomisili. Namun dengan adanya berbagai instrumen internasional dan juga nasional yang ada menyebabkan dalam menegakkan hukum HAM mengalami hambatan, keengganan untuk menyerahkan para penjahat HAM pada pengadilan HAM tigkat nasional, lebih – lebih pada pengadilan HAM Internasional, masih banyak hambatan akibatnya terdapat dua pandangan yang menyatakan Ham berlaku partikular.

Dalam tatanan teori wacana tersebut menghasilkan 4 kelompok berbeda yang masing – masing pandangan tersebut diikuti oleh masing – masing negara secara berbeda. Ke empat pandangan tersebut adalah : 48

1. Pandangan Universal Absolut.

Pandangan ini melihat HAM sebagai nilai – nilai Universal sebagaimana dirumuskan dalam dokumen HAM internasional, seperti the international Bill of Rights. Dalam hal ini profil sosial budaya yang melekat pada masing – masing bangsa tidak diperhitungkan. Penganut pandangan ini adalah negara – negara maju.

2. Pandangan Universal Relatif

48 Ibid, Hal.81-81.

36 Pandangan ini melihat persoalan HAM sebagai masalah Universal namun perkecualian dan pembatasan yang didasarkan atas asas – asas hukum nasional tetap diakui keberadaannya.

3. Pandangan Partikularistis Absolute

Pandangan ini melihat HAM sebagai persoalan masing – masing bangsa tanpa memberikan alasan yang kuat, khususnya dalam melakukan penolakan terhadap berlakunya dokumen – dokumen Internasional.

Pandangan ini sering kali menimbulkan kesan chauvinist, egois, defensif dan pasif tentang HAM.

4. Pandangan Partikularistis Relatif.

Dalam pandangan ini HAM dilihat disamping sebagai masalah Universal juga merupakan masalah nasional masing – masing bangsa. Berlakunya dokumen – dokuman HAM internasional harus diselaraskan, diserasikan dan diseimbangkan serta memperoleh dukungan budaya bangsa.

Pandangan ini tidak hanya menjadikan kekhususan yang ada pada masing – masing bangsa sebagai sasaran untuk bersikap defensif, tetapi dilain pihak juga aktif mencari perumusan dan pembenaran (vindication) terhadap karakteristik HAM yang dianutnya. Pandangan ini yang kemudian dianut oleh indonesia.

Dokumen terkait