• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis .1 Earnings Management

2.1.1.1. Pengertian Earnings Management

Beberapa definisi manajemen laba menurut beberapa ahli dalam Sulistyanto (2008: 48-50), yaitu sebagai berikut:

1) Davidson, Stickney, dan Weil (1987)

Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan.

2) Schipper (1989)

Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses).

3) National Association of Fraud Examiners (1993)

Manajemen laba adalah kesalahan yang disengaja dalam membuat laporan keuangan mengenai fakta material atau data akuntansi sehingga menyesatkan ketika semua informasi itu dipakai untuk membuat pertimbangan yang akhirnya akan menyebabkan orang yang membacanya akan mengganti atau mengubah pendapat atau keputusannya.

4) Fisher dan Rosenzweig (1995)

Manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan atau menurunkan laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan atau penurunan keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang.

5) Lewitt (1998)

Manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk meyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk menutupi konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer.

6) Healy dan Wahlen (1999)

Manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan untuk menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Walaupun menggunakan terminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai benang merah yang menghubungkan satu definisi dengan definisi lainnya, yaitu menyepakati bahwa manajemen laba merupakan aktivitas manajerial untuk mempengaruhi dan mengintervensi laporan keuangan.

Sulistyanto (2008: 51) menjelaskan bahwa apa yang dilakukan manajer tersebut bisa diterima atau akan tetap diakui, sejauh yang dilakukan manajer masih dalam ruang lingkup prinsip akuntansi berterima umum. Dengan kata lain,

apabila manajemen laba yang dilakukan oleh seorang manajer merupakan permainan memilih metode dan standar akuntansi yang sesuai dengan kebutuhannya dan diungkapkan secara jelas dalam laporan keuangan, maka tindakan ini tidak dikategorikan sebagai kecurangan.

Menurut Scott (2003: 369), earnings management is the choice by a manajer of accounting policies so as to achieve some specific objective. (Manajemen laba merupakan suatu tindakan manajer yang memilih kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan yang spesifik dan kebijakan akuntansi yang dimaksud adalah penggunaan akrual dalam menyusun laporan keuangan). Scott membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs. Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.

Manajemen laba merupakan tindakan manajer dalam menentukan laba sedemikian rupa dengan mempermainkan pos-pos pendapatan dan biaya dalam laporan laba-rugi baik melalui pemanfaatan pemilihan alternatif metode maupun melalui operasi (Azlina, 2010). Anggraeni (2013) menyatakan bahwa manajemen

laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Tindakan manajemen laba yang memanipulasi laporan keuangan memiliki maksud untuk meningkatkan kesejahteraannya secara personal maupun untuk meningkatkan nilai bagi perusahaan.

Isu-isu dalam manajemen laba menurut Belkaoui (2007: 206-210), antara lain sebagai berikut:

1. Manajemen laba yang bertujuan untuk memenuhi harapan dari analisis keuangan atau manajemen (yang diwakili oleh peramalan laba dari publik). 2. Manajemen laba bertujuan untuk mempengaruhi kinerja harga jangka pendek

dengan berbagai cara.

3. Manajemen laba berakhir dan dapat bertahan karena informasi yang asimetris suatu kondisi yang disebabkan oleh informasi yang diketahui manajemen namun tidak ingin untuk mereka ungkapkan.

4. Manajemen laba terjadi dalam konteks suatu kumpulan pelaporan yang fleksibel dan seperangkat kontrak tertentu yang menentukan pembagian aturan diantara pemegang kepentingan.

5. Strategi perusahaan bagi manajemen laba mengikuti satu atau lebih dari tiga pendekatan (memilih dari pilihan-pilihan yang ada dalam GAAP/ Generally Accepted Accounting Principle, bergantung pada perkiraan subjektif dan

pilihan aplikasi yang ada dalam opsi. Dan menggunakan akuisisi serta disposisi aktiva dan waktu untuk melaporkannya).

6. Manajemen laba merupakan suatu hasil usaha untuk melewati ambang batas. 7. Manajemen laba dapat berasal dari pemenuhan perjanjian dari kontrak

kompensasi implisit.

8. Manajemen laba tumbuh dari ancaman dua bentuk aturan yakni aturan industri spesifik dan aturan antitrust.

9. Laba negatif secara tiba-tiba umumnya lebih merugikan daripada revisi ramalan negatif.

Menurut Watts dan Zimmerman dalam Sulistyanto (2008: 44-46) ada beberapa faktor yang mendorong manajer melakukan praktik manajemen laba, yaitu:

1. Perencanaan Bonus

Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan earnings management dengan memaksimalkan laba saat ini.

2. Motif Politik

Earnings management digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi earnings management yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.

4. Pergantian CEO

CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka dan jika kinerja perusahaan buruk akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

5. IPO (Initial Public Offering)

Informasi mengenai laba menjadi sinyal atas nilai perusahaan pada perusahaan yang akan melakukan IPO. Hal ini berakibat bahwa manajer perusahaan yang akan go public melakukan earnings management menaikkan harga saham perusahaan.

6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor

Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

Secara umum, terdapat lima teknik manajemen laba menurut Wolk, Dodd, dan Tearney dalam Sulistiawan (2011:43-51), yaitu:

1. Mengubah Metode Akuntansi

Metode akuntansi merupakan pilihan-pilihan yang disediakan oleh standar akuntansi dalam menilai aset perusahaan. Pemilihan atas metode akuntansi tertentu akan memberikan outcome yang berbeda, baik bagi manajemen, pemilik, maupun pemerintah yang berdampak menimbulkan konflik

kepentingan di antara ketiganya. Namun, pemilihan metode akuntansi tertentu yang dilakukan oleh manajer atau pengelola perusahaan merupakan salah satu bentuk maksimalisasi nilai perusahaan menurut perspektifnya masing-masing, sejalan pemilihan tersebut sejalan dengan rambu-rambu yang sudah diatur. 2. Membuat Estimasi Akuntansi

Teknik ini dilakukan dengan tujuan memengaruhi laba akuntansi melalui kebijakan dalam membuat estimasi akuntansi. Cara untuk mendapatkan tambahan atau pengurangan laba adalah mengubah estimasi akuntansi. Perubahan estimasi akuntansi ini disesuaikan dengan kebutuhan penyajian laporan keuangan. Jika mengharapkan kenaikan laba, perusahaan dapat mengubah estimasi aset tetap atau aset tidak berwujudnya menjadi lebih panjang. Hasilnya, laba menjadi lebih tinggi karena biaya penyusutan menurun. 3. Mengubah Periode Pengakuan Pendapatan dan Biaya

Teknik ini dilakukan untuk mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan dan biaya dengan cara menggeser biaya dan pendapatan ke periode berikutnya agar memperoleh laba maksimum. Teknik ini biasanya dilakukan pada perusahaan yang melakukan IPO. Manajer akan mempercepat pengakuan pendapatan periode mendatang dengan melaporkannya ke periode tahun berjalan agar kinerja perusahaan pada tahun berjalan menjelang IPO terlihat baik, atau menunjukkan laba maksimal.

4. Mereklasifikasi Akun

Teknik ini dilakukan dengan memindahkan posisi akun dari satu tempat ke tempat lainnya. Jadi, sebenarnya laporan keuangan yang disajikan sudah sama,

tetapi karena kelihaian penyajinya, laporan keuangan ini bisa memberikan dampak interpretasi yang berbeda bagi penggunanya. Implikasi dari teknik ini berdampak pada terjadinya kesalahan interpretasi laporan keuangan oleh pengguna, terutama yang tidak memiliki pengetahuan akuntansi. Meskipun laba rugi memberikan informasi lengkap, sampai saat ini banyak pengguna laporan keuangan cenderung hanya membaca bagian laba bersihnya.

5. Mereklasifikasi Akrual Diskresioner dan Akrual Nondisresioner

Akrual diskresioner adalah akrual yang dapat berubah sesuai dengan kebijakan manajemen, seperti pertimbangan tentang umur ekonomis aset tetap atau pertimbangan pemilihan metode depresiasi. Akrual nondiskresioner adalah akrual yang dapat berubah bukan karena kebijakan atau pertimbangan pihak manajemen, seperti perubahan piutang yang besar karena adanya tambahan penjualan yang signifikan.

Pola manajemen laba menurut Scott (2003: 383-384) dapat dilakukan dengan cara:

a. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. Manajemen laba dilakukan untuk mentransfer kemakmuran dirinya dengan kebijakan akuntansi, bukan melalui keputusan operasi.

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

c. Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk memperoleh laba yang lebih besar. Laporan yang menujukkan laba yang besar akan menyebabkan meningkatnya bonus/ kompensasi yang diperoleh oleh manajer. Pola seperti ini mungkin akan dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.

d. Income Smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

Dokumen terkait