• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK

C. Pengertian Fakta sosial

Dari segi bahasa fakta sosial terdiri dari dua suku kata, yaitu “fakta” dan

“sosial”. Untuk mendefinisikan fakta sesungguhnya tidaklah mudah yang

sering kita bayangkan. Masih terdapat berbagai pendapat dan tafsiran yang cukup melelalahkan.35 Apa sesungguhnya fakta itu?

Di dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English

yang dikutip oleh Dadang Supardan, yang dimaksud fakta adalah sebagai berikut.

1. Sesuatu yang digunakan untuk mengacu pada situasi tertentu atau khusus.

2. Kualitas atau sifat yang aktual (nyata) atau dibuat atas dasar fakta-fakta.

3. Kenyataan; keyataan fisik atau pengalaman praktis sebagaimana dibedakan dengan imajinasi, spekulasi, atau teori.

4. Sesuatu hal yang dikenal sebagai yang benar-benar ada dan terjadi, terutama yang dapat dibuktikan oleh evidensi (bukti) yang benar atau dinyatakan benar-benar terjadi.

5. Hal yang terjadi dibuktikan oleh hal-hal yang benar, bukan oleh berbagai hal yang telah ditemukan.

6. Suatu penegasan, pernyataan atau informasi yang berisi atau berarti mengandung sesuatu yang memiliki kenyataan objektif, dalam arti luas adalah suatu yang ditampilkan dengan benar atau salah karena memiliki realitas objektif.36

Jadi menurut penulis fakta disini lebih mengedepankan kejadian yang sering terjadi dalam suatu lingkungan yang ada disekitar manusia itu baerada. Istilah sosial (social dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda-beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan

34

Ibid., h. 37.

35

Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Edisi I (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. III. h. 49-50.

36 Ibid.

istilah Departemen Sosial, jelas kedua-duanya menunjukkan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Soekanto yang dikutip oleh Dadang Supardan, “apabila istilah sosial dalam menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat sosialisme adalah suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemilikan umum atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi”.37

Sedangkan istilah sosial pada departemen sosial, menunjukkan pada kegiatan-kegiatan di lapangan sosial.38 Secara tidak langsung sosial tidak hanya menyangkut masyarakat itu sendiri, tapi ada suatu prinsip yang tertanam dalam lingkungan masyarakat itu yang menjadi sumber ideologi tak tertulis dalam menjalankan kegiatan di tempat ia tinggal.

Lingkungan sosial merupakan kajian utama dalam pengkajian ilmu sosiologi, di dalamnya terdapat fakta atau realitas sosial yang menjadi saduran utama dalam kajian sosiologi sehingga peranan dari lingkungan sosial tidak akan pernah terpisahkan dalam penelitiannya, dan sudah menjadi satu kesatuan yang baku ketika mempelajari sosiologi berarti di dalamnya ada suatu karakteristik dari penggambaran lingkungan.

Adapun tokoh-tokoh klasik yang mengkaji lingkungan sosial dan teorinya mengacu pada suatu realitas atau fakta yang terjadi pada lingkungan sosial diantaranya sebagai berikut:

1. Karl Marx

Teori Marx ini memberi paradigma baru dalam tatanan paradigma ilmu sosial, karena Marx lebih menekankan praksis, nilai kerja, dan produksi ekonomi. Teori Marx merupakan pandangan kritis atas pemikiran utopis yang tidak bersifat praktis, sehingga jenis realitas dari teori Marx ini dapat dikatakan lebih merupakan realitas objektif dibandingkan realitas subjektif.39 Objektifitas pandangannya lebih tertuju pada gejala dalam lingkungan yang terjadi pada saat itu terutama dalam bidang politik dan ekonomi, sehingga paham sosialnya dikenal dengan 37 Ibid., h. 27. 38 Ibid., 39

I.B. Wirawan, Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi Sosial, dan

paham materialistik dan idiologi perjuangan politiknya disebut marxisme.

Bias yang sangat menonjol dalam teori Karl Marx adalah determinan yang dianut, juga penekanan pada praksis membuat segala sesuatu yang bersifat materialistik menjadi penting sedangkan yang nonmaterialistik menjadi kurang penting. Negara, institusi, filsafat, dan pandangan dunia, menurut teori Marx hanyalah dianggap sebagai pelengkap dan oleh karenanya tidak mempunyai peran penentu. Faktor yang sangat menentukan dalam pandangan Marx adalah alat-alat produksi dan hubungan produksi, dan inilah yang sebenarnya menjadi bias dari teori itu.40

2. Talcott Parsons

Parsons menginginkan suatu spektrum teori yang umum yang melingkupi skala mikro dan makro. Hal ini menyebabkan para ahli kesulitan untuk menempatkannya kedalam paradigma mana sebenarnya persepektif teorinya itu. Ritzer, misalnya menempatkannya di dalam paradigma definisi sosial, sebab teori ini menempaatkan manusia sebagai aktor kreatif yang memiliki tujuan sendiri dan memiliki cara-cara tersendiri untuk mencapai tujuan tersebut. Itulah sebabnya, Parsons membedakan antara tindakan (action) dengan perilaku (behavior). Tindakan menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, kreativitas dan menghayatan diri individu, sedangkan perilaku menyatakan secara tidak langsung kesesuaian secara mekanik antara perilaku (respons) dan rangsangan dari luar (stimulus). Adapun di sisi lain ada juga yang menempatkannya ke dalam paradigma fakta sosial. Tokoh yang berpandangan seperti itu adalah, Zamroni meskipun dia sebenarnya tetap menerima anggapan seperti yang dimaksud dalam pandangan George Ritzer. Tetapi tampaknya, pengelompokan di dalam paradigma ini lebih

40

didasari oleh pengelompokan teoritis Parsons yang dianggap sebagai teori struktural fungsional.41

Sebagaimana telah diungkapkan di muka, Parsons berkeinginan untuk menyatukan teori yang terkotak-kotak. Oleh karena itu, tampak juga agak sulit untuk membuat kategorisasi di mana sebenarnya posisi teori tersebut dalam paradigma ilmu sosial. Namun, secara umum dapat dinyatakan bahwa sebagai general theory ada tarik-menarik di antara realitas subjektif –di mana aktor memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan tindakan- dan bergerak kearah realitas objektif- di mana tindakan tersebut didasari oleh norma yang berlaku umum atau berangkat dari lingkup realitas mikro ke makro, inilah sebabnya mengapa muncul anggapan lain dalam perdebatan itu bahwa teori aksi Parsons sebetulnya merupakan jembatan penghubung antar paradigma dalam ilmu sosial.42

3. Robert King Merton

Ada beberapa catatan yang dapat diungkapkan terkait dengan posisi teori Merton dalam perdebatan teori sosial. Berdasarkan filsafat sosialnya, teori ini tergolong ke dalam filsafat positivistik, sebab yang dikaji ialah fakta objektif dari kehidupan masyarakt. Misalnya, dalam melihat fungsi sosial dia beranggapan bahwa yang dikaji ialah hal-hal yang observable, dan bukan disposisi psikologis. Oleh karena itu, dilihat dari paradigmanya, maka termasuk berada dalam paradigma fakta sosial. Hal ini dapat dimaklumi mengingat bahwa anggapannya bahwa struktur sosial bersifat mengekang dan mempengaruhi terhadap perilaku manusia. Adapun penjelasan teoritisnya ialah penjelasan fungsional, artinya dia melihat sebagaimana Durkheim dan Spencer, dia melihat bahwa masyarakat merupakan suatu bangunan yang tersusun dan berbagai

41

Ibid., h. 26-27.

42

subsistem yang antara satu dengan lainnya saling terkait dan mendukung.43

Dokumen terkait