• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

2.2.2.2. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Salah satu sumber daya yang dimiliki oleh badan usaha adalah sumber daya manusia, yang terdiri dari orang-orang yang berbeda latar belakang, pendidikan, pengalaman, dan status sosial ekonomi yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh badan usaha. Untuk dapat menciptakan suatu kerja sama yang baik diantara orang-orang yang berbeda

tersebut bukanlah suatu hal yang mudah. Karena itulah dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu untuk mengarahkan dan mengkoordinasi semua aktivitas anak buah serta mampu menganalisa situasi untuk dapat menciptakan kerja sama yang baik dalam unit kerjanya. Untuk itu seorang pemimpin yang baik tidak hanya asal memberi perintah saja tetapi juga harus mampu memahami situasi kerja yang terjadi dalam unit kerjanya sehingga dapat mengkoordinasi aktivitas karyawan dengan cara yang tepat sehingga tujuan dari badan usaha dapat tercapai. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa seorang pemimpin mempunyai peranan yang menentukan bagi kelancaran aktivitas badan usaha.

Secara sederhana kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Menurut Robbins (2001: 413) Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi bawahan yang dipimpinnya supaya dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh unit kerjanya.

Schemerhorn (2001: 326) memberikan pernyataan bahwa pusat dari penelitian tentang perilaku kepemimpinan ini secara langsung adalah gaya kepemimpinan yaitu suatu pola perilaku yang secara berulang diperlihatkan oleh seorang pemimpin. Penelitian mengenai perilaku kepemimpinan ini digunakan untuk menguji alternatif-alternatif gaya kepemimpinan yang paling baik untuk dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan menurut Flippo seperti yang diterjemahkan oleh Mas'ud (2000: 394) : Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan

individu untuk mencapai tujuan tertentu. Hersey dan Blanchard (2002: 100) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu gaya yang dapat memaksimalkan produktivitas dan kepuasan dan pertumbuhan maupun pengembangan dalam semua situasi dari kepemimpinan.

Riyadi (2011; 41) bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang dapat menjadi pemimpin (leader) melalui aktivitas yang terus menerus sehingga dapat mempengaruhi yang dipimpinnya (followers) dalam rangka mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Hubungan antara seorang pemimpin maupun yang dipimpin merupa-kan suatu proses kepemimpinan karena leader needs followers and followers needs leader. Meskipun leader dan followers saling terkait, namun para pemimpin seharusnya yang seringkali berinisiatif menjalin hubungan, komunikasi dan memelihara hubungan sehingga tujuan perusahaan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam visi, misi, rencana dan strategi perusahaan dapat tercapai.

Thoha (2001) dalam Mamik (2010; 84) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah kemampuan (seni) pemimpin atau manajer untuk mempengaruhi orang lain berupa perilaku baik secara perorangan maupun kelompok dalam mengikuti kehendaknya baik langsung maupun tidak langsung. Kepemimpinan tersebut muncul bersamaan dengan perannya sebagai manajer. Peran manajer tersebut mengarahkan karyawan pada peningkatan kesadaran, pemahaman, dan kesediaan untuk mengikuti saran dan petunjuknya.

Kepemimpinan menurut Davis (2000) dalam Riyadi (2011; 42) “Leadership is the relationship in which one person, or the leader, influences others to work togethet willingly on related tasks to attain that which the leader

desires”, kepemimpinan adalah proses mendorong dan membantu orang lain untuk bekerja dengan antusias guna mencapai tujuan.

Menurut Newstrom (2004: 228) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah seluruh pola tindakan seorang pemimpin baik secara eksplisit maupun secara implisit seperti yang dilihat oleh bawahan. Jadi gaya kepemimpinan adalah sesuatu yang diperlukan dalam proses mempengaruhi serta mengarahkan orang lain dalam kelompok agar dapat bekerja sama melaksanakan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Menurut Stoner (2001: 473) terdapat dua gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin dalam memimpin bawahannya yaitu gaya yang berorientasi tugas dan gaya yang berorientasi bawahan. Manajer yang berorientasi pada tugas memberikan pengarahan dan melakukan pengawasan secara ketat terhadap bawahannya untuk memastikan bahwa tugas yang dilakukan sesuai dengan apa yang diinginkan para manajer tersebut. Bagi para manajer bahwa pekerjaan itu dapat diselesaikan lebih penting daripada pengembangan bawahan. Para manajer yang berorientasi bawahan mencoba untuk memotivasi dan bukannya mengawasi bawahan.

Gaya kepemimpinan menurut Yukl (2004: 132) cenderung digolongkan menjadi :

1. Gaya Otokrasi atau Gaya Militer

Yaitu gaya kepemimpinan yang berlandaskan kekuasaan. Dalam memberikan perintah, pemimpin tidak memberikan satu kesempatan kepada anak buah untuk bertanya atau mengemukakan pendapat. Tidak ada pendelegasian wewenang dan pemimpin tidak menjelaskan tentang keputusan yang diambil. Anak buah melaksanakan perintah karena rasa takut. Pemimpin yang menerapkan gaya ini umumnya dijauhi dan tidak diundang oleh karyawan. 2. Gaya Demokrasi atau Partisipasi

Gaya kepemimpinan yang memberikan kesempatan kepada anak buahnya untuk ikut mengambil bagain dalam pengambilan keputusan, hubungan antara anggota mencegah perselisihan dan ketegangan dalam organisasi, mengurangi frustasi dan sikap agresif, serta meningkatkan kepuasan kerja.

3. Gaya yang berorientasi pada kerja yang mengutamakan jumlah produksi a. Gaya yang mengutamakan pekerja, karyawan bebas melakukan pekerjaan

menurut cara mereka terbaik.

b. Gaya yang mengutamakan jumlah produksi, pekerja ditekan untuk meningkatkan jumlah produksi setinggi-tingginya, jadwal produksi dan target lebih diperhatikan daripada aspek manusiawi

4. Gaya Suportif atau Gaya yang mendukung anak buah

Pemimpin berusaha mendapatkan dukungan psikologis dari anak buahnya. Hubungan antara pemimpin dan anak buah didasarkan pada saling pengertian dan kebutuhan untuk saling mendukung. Pemimpin yang menganut suportif akan berlaku sebagai berikut :

a. Menyampaikan pujian bila anak buah melaksanakan pekerjaan dengan baik.

b. Tidak menuntut lebih dari kemampuan.

c. Membantu anak buah dalam mengatasi masalah.

d. Membela anak buah meskipun terpaksa bersitegang dengan orang lain. e. Tidak mencela anak buah dalam mengatasi masalah.

f. Memperjuangkan imbalan yang layak bagi anak buah. g. Tidak mengabaikan usulan anak buah.

Tanggung jawab manajer adalah memastikan bahwa pekerjaan direncanakan dan dikoordinasikan oleh koordinator masing-masing bagian sesuai sasaran. Karena itu sasaran harus dipahami dengan jelas oleh semua karyawan dan harus realistis. Konflik dan perbedaan pendapat dianggap wajar dan tidak perlu dihindari. Sebaliknya setiap masalah harus dipecahkan secara langsung dan terbuka.

2.3.3.3. J enis-J enis Kepemimpinan

Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh Hersey dan Blanchard dihasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Teori kepemimpinan itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan Menurut Teori Sifat

Pendekatan ini menurut Hersey dan Blanchard diasumsikan bahwa dapat ditemukan sejumlah ciri individu terbatas dari kepemimpinan yang

efektif. Ciri-ciri tersebut antara lain menyangkut tentang intelektualitas, emosional, fisik, kepercayaan diri, kepandaian berbicara dan lain-lain.

Dalam pendekatan menurut teori sifat dikatakan bahwa keberhasilan kepemimpinan terutama diakibatkan oleh dimilikinya sifat-sifat tertentu, yang merupakan kepribadian pemimpin yang menonjol dibanding dengan sifat-sifat yang ada pada para bawahannya. Tetapi walaupun semua sifat yang dikemukakan para peneliti merupakan sifat ideal yang diinginkan dalam diri seorang pemimpin, dalam kenyataan tidak satupun pemimpin mempunyai seluruh sifat yang ideal secara sempurna.

2. Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku

Pendekatan menurut teori perilaku mencoba untuk menentukan apa yang dilakukan oleh para pemimpin yang efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas, berkomunikasi dan memotivasi bawahan, bagaimana mereka menjalankan tugas-tugas dan lain sebagainya.

3. Kepemimpinan menurut teori situasional

Kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard adalah didasarkan atas hubungan antara :

1. Perilaku tugas

Perilaku tugas ini diartikan sebagai tingkatan sejauh mana pemimpin memberikan petunjuk dan pengarahan kepada bawahannya, yaitu dengan memberitahukan mereka apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan melakukannya, dimana melakukannya dan siapa yang melakukannya.

2. Perilaku hubungan

Perilaku hubungan merupakan tingkatan sejauh mana pemimpin berhubungan dua arah dengan bawahan, yaitu dengan cara mendengarkan dan memberikan dukungan atas pekerjaan yang dilakukan bawahan.

3. Tingkat kematangan bawahan

Kematangan bawahan diartikan sebagai besarnya kemampuan dan kemauan dari bawahan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Variabel-variabel kematangan itu sebaiknya hanya dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pekerjaan tertentu yang perlu dilaksanakan. Jadi seorang yang matang dalam suatu pekerjaan tidak berarti bahwa dia matang untuk pekerjaan lainnya.

2.3.3.4. Indikator- Indikator Gaya Kepemimpinan

Menurut Kreitner dan Kinicki (2004) dalam Mamik (2010: 88) menyatakan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur gaya kepemimpinan diadaptasi dari dari gaya kepemimpinan situasional Fiedler antara lain:

1. Orientasi tugas, merupakan pemberian tugas oleh atasan kepada bawahannya 2. Orientasi hubungan, merupakan kualitas hubungan yang terjalin antara atasan

kepada bawahannya

3. Kekuasaan jabatan, merupakan kemampuan seorang atasan dalam menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi bawahannya

Dokumen terkait