• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN TINJAUAN UMUM MENGENAI AKAD MUDHARABAH

TINJAUAN UMUM MENGENAI AKAD MUDHARABAH

E. Pengertian dan Jenis Akad Mudharabah

Istilah mudharabah berasal dari kata dharb, artinya memukul atau berjalan.

Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan 100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian itu.32

Para fuqaha dan sebagian para sejarawan muslim secara umum mendefinisikan mudharabah sebagai kerja sama antar dua pihak, yaitu pihak pertama memberikan tenaga atau kerja. 33

32Muhammad Syafii Antonia, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta:Gema Insani, 2001), hal. 97

33 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal 27

Definisi umum mudharabah secara fiqih, yaitu kontrak khusus antara pemilik modal dan pengusaha dalam rangka mengembangkan usaha yang berasal dari pihak pertama dan kerja dari pihak kedua, mereka bersatu dalam keuntungan dengan pembagian berdasarkan persentase, jika usaha mendatangkan keuntungan, maka laba dibagi berdasarkan kesepakatan yang

terjalin antara keduanya, jika modal tidak mempunyai kelebihan atau kekurangan, maka tidak ada dibagi pemilik modal selain modal pokok tersebut,34 begitu pula dengan pengusaha tidak mendapatkan apa-apa, jika proyek rugi yang mengakibatkan hilangnya modal pokok maka kerugian itu sedikit ataupun banyak ditanggung oleh pemilik modal. Tidak diperkenankan kerugian itu ditanggung oleh pengusaha dan menjadikannya sebagai jaminan bagi modalnya kecuali proyek itu didasarkan pada kontrak pinjaman dari pemilik modal kepada pengusaha. Jika demikian, maka pemilik modal tidak mendapatkan keuntungan tersebut.35

Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (25) yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil, sewa-menyewa jasa berdasarkan persetuuan atau kesepakatan antara Bank Syariah/UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai/ diberi fasilitas dana untuk mengembalika dana tersebut setelah jangka waktu yang telah ditentukan dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.36

Mudharabah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.37

34Ibid, hal 27-28

35Ibid

36 Anggota IKAPI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Lima Undan-Undang Moneter dan Perbankan, (Bandung: Fokusmedi, 2009), hal138

37Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta:Pranada Media, 2005), hal 130

Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati di awal akad. Aplikasinya dalam perbankan Islam pada penghimpunan dana, yaitu pada deposito dan tabungan. Di sini antara bank dan

debitur penyimpan telah melakukan kesepakatan di awal akad mengenai nisbah bagi hasil. Dana debitur yang disimpan di bank akan dikelola oleh bank untuk mendapatkan keuntungan. Hasil pengelolaannya itulah yang kemudian harus dibagikan di antara bank dan debitur.

Murabahah adalah akad jual-beli barang dengan menyertakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.38 Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan ataupun tanpa pesanan. Di dalam murabahah berdasarkan pesanan, BMT melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari debitur. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika BMT mendapatkan potongan dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak debitur. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad, maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat berdasarkan akad.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua pihak yang satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan seluruh modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yaitu pengelola usaha dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola usaha.

Secaraumum,mudharabah terbagimenjadiduajenisantaralain sebagaiberikut:

38 Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. (Jakarta:Salemba Empat, 2007), hal 102

1. MudharabahMuthlaqah

Mudharabah Muthlaqahadalahbentukkerjasamaantara shahibulmaaldanMudharibyangcakupannyasangatluas dantidak dibatasiolehspesifikasijenisusaha,waktudantempat.

2. MudharabahMuqayyadah

Mudharabah Muqayyadahadalahkerjasamamudharabah dimanaShahibulMaalmembatasiMudharib antaralainmengenaijenis usaha,waktudantempat.39

Istilah “akad” dalam hukum Islam disebut “perjanjian” dalam hukum Indonesia. Kata akad berasal dari kata alaqd yang berarti mengikat,menyambung atau menghubungkan (ar-rabt). 40 Selanjutnya, dikemukakan akad (perjanjian) menurut Pasal 262 Mursyid al-Harian, yaitu pertemuan ijab yang diajukan oleh salah satu pihak dengan kabul dari pihak lain yang menimbulkan akibat hukum pada objek akad. Akad, yaitu pertemuan ijab dan kabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya.41

Akad Mudharabah adalah akad yang oleh para ulama telah disepakati akan kehalalannya. Karena itu, akad ini dianggap sebagai tulang punggung praktek perbankan syariah. Dewan Syariah NasionalMajelis Ulama Indonesia (DSNMUI) telah menerbitkan fatwa no: 07/DSN-MUI/IV/2000, yang kemudian menjadi

39MuhammadSyafi’iAntonio,BankSyariahdariTeorikePraktik, Cetakan Pertama( Jakarta:

Gema Insani,2001), hal97.

40S. Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat.

(Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hal 65

41Ibid

pedoman bagi praktek perbankan syariah, akan tetapi praktek bank syariah yang dilakukan saat ini perlu ditinjau ulang.42

Syahdeini menyatakan bahwa Akad mudharabah merupakan suatu transaksi investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. Oleh karena itu kepercayaan merupakan unsur terpenting, maka mudharabah dalam istilah bahas inggris disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan investor disebut beneficial ownership atau sleeping partner, dan pengelola dana disebut managing trustee atau labour partner.43

Dokumen terkait