• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

C. Pengertian Kaum Muda

Adapun kajian pustaka yang terakhir adalah pengertian kaum muda yang mencakup pengertian kaum muda, hakikat kaum muda, serta hidup kaum muda di tengah dunia.

1. Pengertian Kaum Muda (secara umum)

Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang berkembang dalam segala hal meliputi perkembangan fisik, mental, maupun spiritual. Tahap-tahap tersebut tidak hanya sebatas fisik namun juga secara psikologis yang berkaitan satu sama lain dalam rentang kehidupan. Tiap rentang kehidupan mempunyai awal dan terbatas serta mempunyai kekhasan yang menimbulkan karakteristik yang berbeda pula. Melalui hal ini pula tampak bahwa dibutuhkan perlakuan yang berbeda untuk menangani tiap rentang pengelompokan kehidupan. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa bukan hanya dibutuhkan pemahaman yang menyeluruh terhadap karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing tahapan, namun sungguh dibutuhkan perlakuan dan pemahaman yang menyeluruh.

Istilah “kaum muda” adalah kata yang cukup familiar di telinga kita, akan tetapi untuk dapat mendefinisikannya dengan tepat dan jelas banyak sekali mengalami kerancuan. Menurut beberapa ahli salah satunya adalah Hurlock

(1990:206,246) ia menyebutkan bahwa kriteria kaum muda dijabarkan menjadi dua masa, yaitu masa remaja yang berusia tiga belas tahun sampai dengan delapan belas tahun (13-18 tahun) dan masa dewasa yaitu pada usia delapan belas tahun sampai dengan empat puluh tahun (18-40 tahun).

Kaum muda adalah orang yang sekerja, sepaham, sepangkat, dsb. Sedangkan muda mempunyai pengertian belum sampai setengah umur, dan sering juga pada kata “muda” diikutsertakan kata “mudi” untuk konotasi perempuan. Sebenarnya kata “mudi” (perempuan) sudah termasuk dalam kelompok muda ini, tetapi lazim digunakan istilah muda-mudi. (KBBI,1998:596).

Philip Tangdilintin (1984: 4-5) dalam buku Pembinaan Generasi Muda: Visi dan Latihan, mengutip tulisan Dr. J. Riberu dengan memakai istilah “muda-mudi” sebagai berikut:

Dengan “muda-mudi” dimaksudkan kelompok umur sexenium ketiga dan keempat dalam hidup manusia (± 12-24 tahun). Bagi yang bersekolah, usia ini sesuai dengan usia Sekolah Lanjutan dan Perguruan Tinggi. Ditinjau dari segi sosiologis, seringkali patokan usia di atas perlu dikoreksi dengan unsur status seseorang dalam masyarakat tertentu (= kedewasaan psikologis). Status sosial yang dimaksudkan ialah hal dan tugas orang dewasa yang diberikan kepada seseorang yang sesuai dengan tata kebiasaan masyarakat tertentu. Status sosial ini seiring sejalan dengan berdikari di bidang nafkah dan atau status berkeluarga. Unsur status sosial ini meyebabkan seseorang yang menurut usianya masih dalam jangkauan usia muda-mudi, bisa dianggap sudah dewasa dan sebaiknya orang yang sudah melampaui usia tersebut masih dianggap muda-mudi.

Kaum muda harus dilihat sebagai pribadi yang sedang berada pada taraf tertentu dalam perkembangan hidup seorang manusia dengan kualitas dan ciri tertentu dengan potensi dan kebutuhan tertentu.

Kaum muda merupakan suatu kelompok manusia yang terkadang diberi batasan deskriptif berbeda-beda tergantung dari sudut pandang dan konteks penggunanya. Oleh sebab itu selanjutnya kita perlu mengetahui siapa kaum muda sebenarnya. Kaum muda adalah golongan atau kelompok umur orang muda yang berusia 15-21 tahun yang mencakup muda-mudi sekolah menengah pertama serta mereka yang sedang berada dalam umur studi di Perguruan Tinggi. (Mangunhardjana, 1986: 11-12).

Sri Paus Yohanes Paulus II dalam ajaran Katolik Catechesi Tradendae artikel 38 dan 39 membedakan antara kaum muda dengan kaum remaja. Disebutkan bahwa masa remaja adalah masa pancaroba (masa puber) (CT, art. 38), sedangkan masa muda adalah masa dimana seseorang menghadapi periode keputusan-keputusan penting yang pertama. Sedangkan Catechesi Tradendae 39 menjabarkan bahwa kaum muda barangkali mendapatkan dukungan para anggota keluarga pada masa pancaroba (masa puber), sedangkan masa muda adalah masa dimana seseorang menghadapi periode-periode pengambilan keputusan yang pertama. Dalam art. 39 dijabarkan pula bahwa kaum muda barangkali mendapat dukungan para anggota keluarga mereka dan teman-teman mereka. Kaum muda harus mengandalkan diri sendiri serta suasana hati mereka dan makin sering dan secara menentukan memikul tanggung jawab atas masa depan mereka.

Membuat batasan tentang kaum muda memang sulit karena perlu memperhatikan berbagai segi: psikologis, sosiologis, biologis, dan seterusnya. Perkembangan pribadi kaum muda berbeda-beda, ada yang sudah mencapai umur

kedewasaan tapi sikap masih kekanak-kanakan. Kepribadian kaum muda dapat dilihat sebagai pribadi yang sedang berada pada taraf perkembangan.

Pada masa perkembangan itu kaum muda mampu menemukan hak-haknya, peranannya, kewajibannya, serta kebutuhannya sebagai pribadi yang matang dan dewasa. Melihat realita kehidupan kaum muda yang cepat itu, diharapkan sungguh mampu membuka mata kaum dewasa, orangtua, untuk ambil bagian dalam melayani kebutuhan kaum muda.

2. Pengertian Kaum Muda Kristiani

Masa muda adalah proses peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa ini juga merupakan masa yang paling menentukan perkembangan manusia di bidang emosional, moral, spiritual, dan fisik. Masa muda juga merupakan masa perkembangan dan perubahan yang seringkali terkait dengan goncangan dan penuh pemberontakan. Oleh sebab itu pada masa-masa ini banyak kaum muda kehilangan pegangan dalam usaha menemukan jati diri, sehingga menyebabkan mereka mudah terjerumus pada tindakan-tindakan yang kurang bijaksana dan merugikan diri sendiri.

Masa muda merupakan saat hidup yang amat penting di mana masalah identitas harus dihadapi. Identitas berhubungan dengan tahap perkembangan hidup seseorang dalam mendapatkan perasaan, harga diri, sifat khas mereka sendiri. Dalam usaha menemukan identitas diri, kaum muda mulai menentukan dan mengambil tanggung jawab pribadi untuk mengarahkan diri.

Sebenarnya untuk pengertian kaum muda Gereja hampir sama dengan pengertian kaum muda pada umumnya hanya saja kaum muda Gereja merupakan anggota Gereja atau orang-orang yang beriman akan Yesus Kristus. Selain itu kaum muda dalam Gereja sedang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan mental, sosial dan juga emosional, religius dan moral. Perkembangan maupun pertumbuhan kaum muda dalam Gereja dengan kaum muda lainnya berbeda-beda tergantung situasi hidup sekitarnya. (K3AS.http://www.Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Semarang.com. accessed on February 13,2008 )

3. Hakikat Kaum Muda Gereja

Kaum muda adalah sebagai jantung hati Gereja. Hal ini menunjukkan bahwa perannya sangat penting namun sering kali terabaikan. Keberadaannya kurang diperhatikan dan mereka hanya dianggap senang hura-hura saja. Anggapan negatif pada hidup kaum muda perlu dinetralisir dengan diberikannya kesempatan bagi mereka untuk berkreasi dan menunjukkan eksistensinya. Kaum muda perlu wadah dan kesempatan untuk terus berkembang dalam segala hal asalkan tetap berpegang teguh pada hal-hal positif. (K3AS.http://www.Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Semarang.com. accessed on February 13,2008 )

Peran kaum muda dalam hidup bersama, digambarkan oleh Konsili Vatikan II dalam AA art.12. Artikel tersebut menegaskan bahwa kaum muda merupakan

kekuatan penting dalam masyarakat sekarang. Pernyataan ini menekankan bahwa peran kaum muda sangat dibutuhkan dalam masyarakat karena mereka merupakan tulang punggung bangsa dan Gereja. Mereka menentukan perkembangan bangsa dan Gereja dikemudian hari. Dengan semakin bertambahnya peran mereka dalam masyarakat, mereka juga dituntut untuk mampu menjadi rasul-rasul pertama dan juga bagi kaum muda di kalangan mereka sendiri. Dengan keterlibatan mereka, baik dalam lingkup Gereja maupun masyarakat luas, mereka mampu menampakkan iman akan Kristus dalam sikap dan tindakan. Dengan demikian kehadiran mereka sungguh berarti bagi orang lain khususnya dalam memperbaharui hidup sesama.

Gereja memandang kaum muda sebagai potensi yang luar biasa bagi perkembangan Gereja. Dalam rangka perkembangan itulah Gereja memandang sebagian dirinya ada dalam kaum muda. Kaum muda tidak boleh begitu saja dipandang sebagai obyek perhatian pastoral bagi Gereja. Sebenarnya kaum muda memang dan seharusnya didorong supaya aktif, atas nama Gereja, sebagai tokoh-tokoh terkemuka di dalam evangelisasi dan peserta di dalam pembaharuan masyarakat. Dengan demikian masa muda merupakan masa penemuan diri dan pilihan hidup yang intensif dan istimewa, dan masa pertumbuhan yang seharusnya berkembang maju dalam kebijaksanaan, usia serta rahmat di hadirat Allah dan manusia (CL, art 46).

4. Situasi Kaum Muda dalam Hidup Menggereja

Banyak kaum muda Katolik tidak begitu tertarik atau tersentuh dengan kegiatan-kegiatan keagamaan ataupun kerohanian. Beberapa kaum muda

berpendapat bahwa pergi ke gereja tiap hari Minggu hanya untuk sekedar cuci mata, memperlihatkan baju, atau untuk mengobrol dengan teman. Ada pula yang mengatakan bahwa pergi ke gereja hanya sebagai formalitas atau rutinitas semata karena aneh jika orang Katolik tidak ke gereja tiap hari Minggu. Serta masih banyak hal lain yang dikemukakan sehubungan dengan alasan mereka ke gereja. (Khoo, 2001:16-18).

Terhadap kenyataan yang ada, dapat disimpulkan bahwa kaum muda ke gereja bukan karena kesadaran yang muncul dari dalam diri mereka sendiri, tetapi sekedar rutinitas atau formalitas yang harus dijalankan. Dengan demikian kaum muda dalam mengikuti Perayaan Ekaristi belum sampai pada perjumpaan dengan Allah yang Maha Kasih, sehingga kadang mereka mengalami kekosongan atau kekeringan batin. Banyak kaum muda yang kurang diberi kepercayaan dan kesempatan dalam mengembangkan kreativitasnya. Padahal dalam diri kaum muda terdapat potensi-potensi: bakat dan kemampuan untuk dikembangkan. Namun mereka terbentur dengan berbagai hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam diri sendiri.

Kecerendungan kaum muda kurang terlibat dalam kegiatan keagamaan atau kerohanian karena kurang minat dalam membaca dan mendalami Sabda Tuhan atau Kitab Suci, jenuh terhadap acara keagamaan, dan ke gereja dipandang sebagai rutinitas atau kewajiban. Oleh sebab itu terhadap kaum muda yang kurang terlibat dalam kegiatan menggereja, pihak Gereja perlu berusaha untuk mengatasi masalah tersebut. Jika kaum muda tidak mendapat perhatian khusus dari pihak Gereja, ajaran Gereja akan kurang berperan sebagai pedoman yang mengatur

hidup mereka. Dengan demikian nilai-nilai Kristiani kurang dihayati dan dihidupi dalam hidup sehari-hari melalui sikap dan tindakan mereka dalam berelasi dengan sesama, baik yang seiman maupun yang berbeda sehingga mereka kurang menjadi saksi-saksi iman Kristiani bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

Buku Dinamika Gereja mengemukakan bahwa hidup menggereja adalah

hidup yang menampakkan iman akan Kristus baik di lingkup Gereja maupun masyarakat luas. Seharusnya kaum muda sebagai anggota Gereja, yang telah diterima secara resmi melalui keterlibatannya, baik lingkup gerejani dengan berbagai kegiatan Gereja maupun masyarakat sekitarnya, mereka mewujudkan hidup berdasarkan nilai-nilai Kristiani yang diajarkan oleh Yesus Kristus. (Jacobs, 1979: 4)

Kaum muda adalah penerus Gereja yang menentukan kehidupan Gereja di masa mendatang. Sebagai generasi penerus kaum muda berhadapan dengan berbagai tantangan yang mempengaruhi kehidupan keagamaan mereka dan terikat dengan hal-hal duniawi yang menawarkan berbagai kesenangan duniawi, dan lebih memilih kesenangan dari pada mengikuti kegiatan-kegiatan menggereja.

5. Hidup Kaum Muda Kristiani di Tengah Dunia

Perkembangan zaman memperlihatkan karakter anak-anak muda sekarang yang berbeda dari dulu. Internet dan televisi telah memproduksi fenomena yang tampaknya berlawanan dengan kaum muda bahwa tidak memiliki waktu untuk menghadiri pertemuan-pertemuan kelompok kaum muda. Kaum muda dapat

menghabiskan waktu berjam-jam per hari di depan monitor untuk browsing, chating, atau fenomena terbaru online melalui jejaring Facebook dan Friendster.

Kaum muda sekarang termasuk generasi yang ingin bebas dan tak terikat dengan apa pun juga dan ingin mengembangkan seluruh kepribadiannya. Penghayatan hidup yang didengung-dengungkan justru memberi mereka kebebasan hidup yang penuh bagi kenikmatan badani. Atmosfir ini dipenuhi oleh hal-hal seksual dan gejala-gejala yang sangat jelas. Misalkan iklan, film bercerita horor dengan bumbu adegan-adegan yang “hot”, maupun lagu-lagu yang penuh kata “cinta” yang berkumandang 24 jam di seluruh dunia. Semangat yang bernyala untuk menghayati hidup kerap kali didukung oleh teori- teori psikologi yang sulit dipahami. (Roger, 1978:13).

Kaum muda saat ini adalah kaum muda yang hidup dalam dunia digital dimana akses yang mudah hanya melalui hand phone dan juga komputer. Hal ini pula menyebabkan kaum muda kurang berkembang dalam komunikasi verbal antar pribadi. Selain itu kekuatan media baru ini digenggam oleh mereka yang muda. (Benediktus, 2009:1).

Dunia membutuhkan kaum muda agar mampu memperbaiki segala segi termasuk dalam komunikasi juga memerlukan hal tersebut. Serta yang terpenting ialah adanya komunikasi iman yang menarik. Kaum muda saat ini kurang tertarik pada kehidupan yang berbau keagamaan bahkan tak jarang kaum muda saat ini berubah menjadi orang yang atheis, egois, dan juga apatis. Pewartaan Gereja yang menarik diharapkan selalu dilakukan mengingat zaman ini adalah zaman audio visual seperti halnya “anggur baru kantong baru”. Komunikasi iman dapat

mengikuti perkembangan media yang ada dan mampu dimanfaatkan sebaik-baiknya. (Iswarahadi, 2003:126)

Dokumen terkait