• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TERAPI, KETAKUTAN DAN

B. Ketakutan

1. Pengertian Ketakutan

Menurut Ibnu Maskawaih ... 67 2. Sebab-sebab Timbulnya ketakutan Dalam Menghadapi Kematian

Menurut Ibnu Maskawaih ... 68 B. Orang-orang Yang Takut Dalam Menghadapi Kematian Menurut

Ibnu Maskawaih ... 72 C..Terapi Mengatasi Ketakutan Dalam Menghadapi Kematian

1. Menjelaskan Kepada Klien Tentang Semua Hakikat Yang

Berkaitan Dengan Kematian ... 71 2. Membimbing Klien Agar Bisa Mengatasi Ketakutannya

Terhadap Kematian ... 73 BAB V PENUTUP ….……… 76 A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA………. 88  

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TERAPI, KETAKUTAN DAN KEMATIAN

A. Terapi

1. Pengertian Terapi

Dalam beberapa kamus terapi diartikan sebagai cara menyembuhkan, pengobatan dan merawat. Misalnya dalam ”Kamus Besar Bahasa Indonesia” terapi diartikan “usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit”1“pengobatan, ilmu pengobatan, cara pengobatan”.2 Dalam ”Kamus Kedokteran”terapi diartikan “sebagai pemberian

pertolongan kepada orang sakit, usaha menyembuhkan orang sakit atau bisa juga diartikan sebagai cara pengobatan”.3 Dalam kamus yang lain, yakni kamus lengkap psikologi “terapi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan therapy adalah suatu perlakuan atau pengobatan yang ditunjukan kepada penyembuhan suatu kondisi patologis. Sedangkan seorang yang dilatih dalam pengobatan penyakit dan gangguan kejiwaan disebut dengan terapis atau dalam bahasa Inggris disebut therapist”.4

Dalam buku Ensiklopedi Pendidikan dijelaskan bahwa terapi adalah

“cara pengobatan, cara penyembuhan, juga dalam arti kiassan seperti dalam arti

1Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1998), h. 935.

2Pius A Partono dan M Dahlan al-Barry , Kamus Ilmiah Popular (Surabaya: Arkala, 1994), h. 746.

3Med. Ahmad Ramli. Kamus Kedokteran, (Jakarta: Djambatan, 1999), cet. ke-23. h 354.

4James. P Chaplid, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), cet. ke-7, h. 507.

situasi-situasi, masalah-masalah dimana ada kekurangan atau kesalahan-kesalahan, misalnya suatu terapi untuk menyembuhkan suatu masyarakat yang

bobrok”5. Sedangkan M.A Subandi mengatakan bahwa,

“terapi merupakan proses formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah profesional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong) dengan catatan bahwa intraksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan, perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikir, prilaku, dan kebiasaan yang ditimbulkan denagan adanya tindakan profesional (terapis) denagan latar ilmu prilaku dan teknik-teknik

usaha yang dikembangkan”.6

Adapun dalam tatanan bahasa Arab istilah terapi sepadan dengan kata

فشتسلاا

ءا

diambil dari akar kata

افش

-

ىفشي ىفش -

yang artinya menyembuhkan7. Misalnya dalam Al-Quran:

⧫



⬧

◆

⬧→❑



→◼▪

◆

☺





➔◆

◆❑◆◆

⧫✓⬧☺

“Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin)”. (QS. Yunus 10:57)

⧫◆



◆→

⧫

◆❑➔



◆❑◆◆

⧫✓⬧☺

◆

⧫

⧫✓☺→





“Dan kami turunkan dari Al-Quran sesuatu (yang dapat menjadi )penyembuh dari rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin), dan Al-Quran itu tidak akan menambah kepada orang yang berbuat aniaya melainkan

kerugian”(QS. Al Isra: 17: 82)

5Soedarda Doerbakawadja, Ensikolopedi Pendidikan (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), cet. ke-2. h. 359.

6M.A Subandi, Psikoterapi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 9

7Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indosesia Al Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif: 2002), h. 731

Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda “Tidak diturunkan satu penyakit kecuali diturunkan juga kesembuhannya (obatnya)” hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad juga dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’.8

Dari beberapa pengertian terapi di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa terapi adalah, proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit yang dilakukan oleh seorang terapis baik itu penyakit fisik, psikologis, spiritual maupun moral yang dilakukan oleh seorang yang bertindak sebagai terapis dengan latar belakang ilmu pengetahuannya, teknik serta usaha yang dikembangkannya dengan tujuan menyembuhkan, mengembalikan, memelihara, menjaga dan mengembangkan kondisi yanag diterapi (klien) agar kondisi fisik atau psikisnya berada dalam kondisi sehat.

Adapun dalam konteks ini terapi yang dimaksud diartikan sebagai terapi yang berbentuk psikoterapi, sebagai mana yang diungkapkan M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky bahwa psikoterapi (psychotherapy) yaitu, “pengobatan penyakit dengan cara kebatinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari atau penyembuhan lewat keyakinan agama dan diskusi personal dengan para guru atau teman”.9

2. Macam-Macam Terapi

Menurut Muhammad Abdul Al Aziz Al Kahalidi Sebagaimana dikutip oleh Abdul Mujib membagi obat (Syifa) dengan dua bagian, “pertama obat bissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit pisik, seperti berobat dengan air,

8Diambil dari http://mimbarjumat.com/archives/16. Diakses pada 2 November 2009.

9M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Penerapan Metode Sufistik, (Yogyakarta : Pustaka Baru, 2002), cet. ke-2 h. 228.

madu, buah-buahan yang disebutkan dalam Al-Quran. Kedua obat ma’nawi yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan Al-Quran”.10

Jadi terapi secara garis besar terbagi menjadi dua macam ada yang memang terapi ditujukan untuk penyembuhan dengan menyentuh aspek fisik seperti terapi pijat refleksi, terapi akupuntur, terapi psikoparmaka yaitu dengan obat-obatan atau terapi dengan menggunakan bantuan binatang seperti lebah, lumba-lumba lintah dan lain-lain. dan satu lagi terapi yang ditujukan untuk aspek psikis atau mental yaitu psikoterapi.

Adapun mengenai macam-macam terapi yang di tujukan untuk menyentuh aspek mental ini dalam buku konseling terapi Dr. Musfir Bin Said Az-Zahrani, menuliskan ada dua macam terapi mental yang semuanya itu bersumber dari Al-Quran dan sunah (Hadist) yaitu:11

Pertama, terapi mental dengan keimanan dan rasa aman, dalam Al-Quran telah digambarkan secara gamblang bagaimana iman kepada Allah bisa mendatangkan rasa aman dan ketenagan dalam diri orang yang beriman. Dalam al-Quran Allah SWT berfirman:

⧫

❑⧫◆

⬧◆

❑⧫

◆☺

→

⬧

⬧



➔◆

⧫⧫

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-An’am 06:82)

10Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke-2. h. 209

11Musfir Bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi. Penerjemah Sari Nurlita, (Depok: Gema Insani, 2005), cet ke-1. h. 470.

Yang dimaksud dengan keimanan di atas adalah keimanan murni tanpa adanya campuran dengan ibadah kepada selain Allah. Itulah keimanan yang mendatangkan ketenangan dan juga petunjuk kejalan kebenaran dan kebaikan. Terlealisasinya ketenangan diri dan keamanan dalam hati seseorang mukmin dari hatinya yang murni kepada Allah, hingga ia selalu memiliki harapan dalam mendapatkan pertolongan dan penjagaan dariNya sehingga dirinya terjaga dari berbagai macam penyakit mental (psikologis).12

Kedua, adalah terapi mental dengan ibadah, sesungguhnya menunaikan ibadah yang telah diwajibkan kepada manusia itu mengandung unsur terapi, seperti:

a. Terapi Dengan Sholat

Sholat adalah satu nama yang menunjukan adanya ikatan yang kuat antara hamba dengan Tuhanya, dalam sholat hamba seolah berada di hadapan Tuhannya dan dengan penuh kekhusuan memohon banyak hal kepadaNya. Perasaan ini akhirnya bisa menumbuhkan kejernihan spiritualitas, ketenangan hati, dan keamanan diri di kala ia mengerahkan semua emosi dan anggota tubuhnya mengarahkan kepadanya dengan meninggalkan semua kesibukan dunia dan permasalahannya. Pada saat sholatlah ia bisa sepenuhnya memikirkan Tuhannya tanpa ada intrupsi dari siapapun hingga pada saat itulah ia merasakan ketenangan dan akalnyapun seoalah merasakan menemukan waktu rehatnya.13

Dengan penggambaran di atas maka sholat sangat berperan besar dalam menekan segala bentuk depresi yang timbul dari tekanan dan permasalahan hidup keseharian, juga dalam menekan kekhawatiran dan goncangan kejiwaan yang

12Ibid., h. 471.

13Ibid., h. 481.  

sering dialami banyak manusia umumnya. Setelah menyelesaikan sholat seorang hamba akan berzikir mengingat Tuhannya serta bertasbih diiringi munajatnya kepada Allah, yang dilanjutkan dengan membaca ayat Al-Quran, berdoa kepadaNya dan mengadukan semua permasalahan hidupnya yang menggangu dan meresahkannya serta memohon kepada Allah agar membantunya dalam memecahkan permasalahannya tersebut.14

Keutamaan shalat juga disebut dalam hadis dari Abu Hurairah yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :“Apakah pendapat kalian jika ada sebuah

sungai di depan pintu rumah seseorang dari kalian, lalu dia mandi di dalamnya lima kali sehari, apakah masih melekat ditubuhnya? para sahabat menjawab: kotoran tidak akan melekat di tubuhnya. Beliau bersabda: itulah perumpamaan shalat lima waktu. Dengan mengerjakannya Allah akan menghapus dosa-dosanya”

(HR Ibnu Majah).15

b. Terapi Dengan Zakat Dan Sedekah

Mengeluarkan zakat dan sedekah merupakan suatu proses terapi mental, Allah SWT berfirman:

➔



⚫◆❑

⬧

➔⬧➔

⧫➔◆



◆

◼⧫



⬧❑◼

⬧

⚫

◆

☺

⧫

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-Taubah 09:103)

14Ibid., h. 482.

15Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat, (Jakarta : Pustaka Irvan, 2008), cet ke-1, h. 6.  

Dalam ayat di atas tampak bagiamana zakat dapat mebersihkan dan menyucikan jiwa dengan cara meningkatkan posisinya karena kebaikan dan keberkahan hartanya hingga ia berhak untuk mendapatkan kebahagian baik di dunia dan akhirat.

”Dalam sebuah Hadis Rasullullah saw bersabda: “Wahai anak

Adam apabila kamu mengeluarkan kelebihan yang kau dapat (dari rezekimu) maka hal itu akan membawa kebaikan bagimu dan apabila kau menahannya maka hal itu akan membawa keburukan bagimu, janganlah kau mencela orang yang tidak mampu dan mulailah dari orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Tangan di atas lebih baik dari tangan di

bawah.” ( HR. Muslim dan Tirmidzi dari Abu Ummah)

Dari hadis diatas jelas bahwa dijangjikna kepada orang yang memang memberikan sedekah maka akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya sendiri dan ini bisa menimbulkan ketenangan dalam jiwanya ketika dia memberikan zakat atau shadaqohnya dengan ikhlas kepada orang yang memang membutuhkan”.16

c. Terapi Dengan Puasa

Puasa merupakan salah satu latihan dan didikan bagi jiwa, puasa banyak mengandung unsur terapi penyakit kejiwaan dan penyakit fisik, Allah SWT berfirman:

⧫

⧫

❑⧫◆



→◼⧫

◆

☺



◼⧫

16Az-Zahrani, Konseling Terapi, h. 484.

 





→⬧

➔⬧

⧫❑→⬧

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

(QS. Al-Baqoroh 02:183)

Dalam Tafsir Jalalain, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini

adalah “supaya kalian menghindari maksiat. Sesungguhnya puasa meredakan

keinginan syahwat dari akarnya”.17

Sesungguhnya puasa adalah satu latihan untuk mengendalikan syahwat dan menguasainya penuh selama satu bulan lamanya pada setiap tahunnya, dan pada puasa-puasa sunah lainnya di waktu-waktu tertentu. Dalam waktu berpuasa itulah seorang muslim mempelajari kuatnya kemauan dalam dirinya dan kukuhnya keinginan dalam prilakunya dan dalam melaksanakan kewajibannya dan tanggung jawabnya serta dalam menjalankan semua perintah Allah kepadanya.

Di saat berpuasa inilah seorang muslim selalu berusaha untuk berprilaku baik dengan mendengarkan kata hatinya tanpa harus ada seorangpun yang mengawasi semua gerak gerik perilakunya. Dengan berpuasa pula maka seorang akan melatih untuk bersabar atas lapar haus serta dalam menahan syahwatnya. Iapun bersabar dalam memikul beratnya tanggung jawab dalam mencari nafkah dan dalam setiap permasalahan hidup. Dalam berpuasa pula maka seoarang yang kaya akan merasakan kelaparan hingga akan timbul dalam dirinya rasa kasih kepada para pakir miskin. Juga memotivasi mereka untuk berbuat baik dan kebaikan kepada para fakir miskin hingga hubungan di antara kedua belah pihak akan kuat serta adanya rasa saling menolong di antara mereka.18

17Jalaludin Assyuti dan Jalaludin al Mahali, Tafsir Jalalain, (Surabaya: Darul Nasri Masyiroh).

18Az-Zahrani, Konseling Terapi, h. 490.  

d. Terapi Dengan Haji

Haji adalah rukun Islam yang kelima, ia dilakukan bagi siapa yang telah mampu mengerjakannya dan hanya sekali seumur hidup. Haji merupakan pusat pelatihan dari segalanya bagi muslim. Dalam haji seorang muslim akan selalu mengingat Allah, selalu berdoa kepadanya setiap waktunya, mengerjakan sholat dengan kekhusyuan. Di sana ada kerendahan hati dimana seseorang akan melepaskan pakaian kebesarannya dan mengenakan pakaian haji yang sederhana yang tidak membedakan tingkatan. Haji akan selalu menguatkan persaudaraan antara sesama muslim dengan berbagai bentuk, suku, jenis, warna kulit dengan kumpul bersamaan pada satu tempat dan satu waktu berdoa kepada Allah serta memohon dan mengharap hanya kepadanya. Haji adalah pelatihan bagi kaum muslimin agar mereka bisa mengendalikan syahwat dan hawa nafsunya, seorang muslim yang sedang dalam keadaan ihram tidak diperkenankan untuk menggauli wanita, bertengkar, mencela, berdebat mengucapkan hal-hal yang dapat membangkitkan gairah dan sejeninya. Dan juga tidak menimbulkan hal-hal yang menimbulkan kefasikan, dalam hajipun diwajibkan untuk meninggalkan dosa-dosa kecil apalagi dosa-dosa-dosa-dosa besar, hingga kaum muslimin bisa meluruskan prilakunya dan dapat berinteraksi dengan sesamanya dengan baik.19

Dalam haji juga mengandung makna kemanusiaan dan pengalaman nilai-nilainya tidak hanya terbatas pada persamaan nilai kemanusiaan, ia mencakup seperangkat nilai-nilai luhur yang seharusnya menghiasi jiwa pemikirnya, ia

19Ibid., h. 492.  

bermula dari kesadaran akan fitrah dirinya serta keharusan menyesuikan dirinya dengan tujuan kehadiran dipentas bumi ini.20

e. Terapi Dengan Kesabaran

Sabar adalah salah satu penyebab datangnya keberuntungan sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al Imran ayat: 200

⧫



❑⧫◆



◆

❑◆◆

❑→◆



➔⬧

❑⬧➔

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga, (diperbatasan negrimu) dan bertakwalah

kepada Allah supaya kamu beruntung” (QS. Al-Imran 03:200)

Sabar dan sikap saling mengingatkan untuk bersabar adalah dua hal yang masuk dalam cakupan ibadah dan juga cakupan hubungan interaksi manusia dengan sesamanya. Sabar memiliki faidah yang besar dalam mendidik jiwa dan menguatkan keperibadian muslim hingga menambah kekuatnannya untuk dapat memikul beban kehidupan, juga memperbaharui kembali semangat untuk menghadapi segala permasalahan hidup.21

Bagi seorang muslim hendaknya menghiasi hidupnya dengan penuh kesabaran, di antaranya sabar dalam menghadapi celaan manusia pada dirinya, sabar dalam beribadah kepada Allah, sabar dalam mematuhi semua ajaran Allah, ataupun sabar dalam menunaikan tugas keduniaan, sehingga keperibadian muslimpun akan matang seimbang, sempurna, dan produktif serta tidak sedikitpun perasaan cemas dalam hatinya, ia akan hanya merasakan rasa aman dari

20M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan 1999), cet. Ke- 19, h. 354.

21Az-Zahrani,Koneling Terapi, h. 494.  

goncangan jiwa dalam dirinya. Begitu banyak penyakit tubuh dan jiwa dimulai dari ketidak sabaran, seandainyapun dalam kesabaran tidak memiliki keistimewaan, namun cukup manusia bersabar karena sesungguhnya Allah mencintai orang-ornag yang sabar.22

f. Terapi Dengan Istighfar Dan Tobat

Dalam kehidupannya manusia tidak lepas dari kesalahan dan khilaf. Tobat diwajibkan bagi siapapun yang mengerjakan dosa setiap muslim pastinya pernah berdosa dan mengerjakan maksiat kecil ataupun besar. Terkadangpun lalai dalam menjalankan ibadah, namun pintu tobat selalu terbuka hingga ia bisa kembali kepada Allah dan bertobat kepadaNya serta tidak berputus asa atas semua rahmat dan ampunanNya, proses seperti itu merupakan sebagai unsur terapi mental.23

g. Terapi Dengan Zikir

Semua ibadah pada hakikatnya adalah satu usaha untuk mengingat Allah, baik dengan takbir, tahlil, tahmid syukur, pembacaan Al-Quran dalam setiap sholat ruku, sujud duduk di antara dua sujud dan sampai diakhiri dengan salam.

Rasulullah saw banyak menganjurkan para sahabat banyak tasbih dan menerangkan pada mereka keutamaannya dalam menggapai kebaikan dan menghapuskan dosa ataupun kesalahannya serta dalam menggampai ampunan dan ridha Allah dalam mencapai surganya.24

⧫

❑⧫◆

◆⬧◆

❑➔➔











☺⬧

❑➔→

22Ibid., h. 495. 23Ibid., h. 499. 24Ibid., h. 500.  

”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati

menjadi tenteram”. (QS. Ar-Rad 13:28)

h. Terapi Dengan Doa

Doa merupakan terapi yang paling mujarab, ia musuh segala bencana , dapat menolak bahkan dapat pula menghilangkannya minimal menghilangkan bala yang datang25

Doa merupakan salah satu sarana ibadah dan mengingat Allah, doapun merupakan otak dari semua ibadah yang ada. Sesungguhnya dalam doa ada kelapangan hati dan penawar bagi segala keraguan keresahan dan bencana, karena sesungguhnya seorang yang berdoa berharap agar Allah mengabulkan doanya itu dengan berpegang teguh pada ayat 186 Surat Al Baqarah.

⬧◆

⬧

⧫

⧫

⬧

⬧



◼◆❑



⬧

⧫

❑⧫◆⬧



❑⬧◆



➔⬧

⧫

”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar

mereka selalu berada dalam kebenaran”.(QS. Al Baqoroh 02:186)

⧫⬧◆

→◆

❑

⧫

⬧





⧫⧫

⧫

⧫

⧫❑➔◆

⧫➔



”Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri

25Ibnu Qoyyim, Terapi Penyakit Dengan Alquran dan Sunah, (Jakarta: Pustaka Amanah, 1991), h. 9.

dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Almu’min 40:60)26

Itulah macam-macam terapi mental yang bersumber dari Al-Quran dan sunah (hadis) dengan melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan kepada umat muslim.

3. Pendekatan-Pendekatan Dalam Terapi

"Pendekatan adalah sebuah cara yang telah diatur dan dipikir baik-baik

untuk mencapai satu maksud”27 Sebagai mana dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahawa banyak sekali macam-macam terapi ada terapi yang menyentuh aspek pisik dan yang menyentuh aspek psikis yaitu psikoterapi, adapun penedekatan-pendekatan yang digunakan dalam psikoterapi diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Psikoanalitik

Psikoanalitik beranggapan bahwa di dalam individu terdapat kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan komplik internal tidak terhindarkan, komplik yang tidak disadari itu mepunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan.28 “Psikoanalisis adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud, tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak disadarinya dan mekanisme pertahanannya untuk mengendalikan kecemasan,

26Az-Zahrani,Koneling Terapi, h. 508.

27Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan, ”Artikel diakses pada 12 Juni 2009” dari

htt:/www.Kumpulan Artikel Pendidikan.com.

28Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, h. 212.  

apabila motif dan rasa takut yang tidak disadari telah diketahui, hal-hal tersebut dapat diatasi dengan cara yang lebih rasional”.29

Menurut pandangan psikoanalisis struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem, id ego dan super ego, ketiganya adalah nama bagi proses psikologis dan bukan merupakan agen yang terpisah mengoperasikan kepribadian, melainkan merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai tiga bagian keseluruhan yang terasing satu sama lain, id adalah komponen biologis ego adalah komponen psikologis sedangkan super ego merupakan komponen sosial.30

Id adalah sistem kepribadian yang orisinil, kepribadian seseorang hanya terdiri dari id sejak lahir, id merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Id kurang terorganisir buta menuntut, dan mendesak. Id bersifat tidak logis, amoral dan didorong oleh satu kepentingan memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Id tidak pernah matang dan selalu menjadi anak manja dari keperibadian, tidak berfikir dan hanya menginginkan atau bertindak id bersifat tak sadar. Adapun super ego adalah cabang moral atau hukum dari keperibadian, super ego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah, super ego merepresentasikan hal yang ideal alih-alih yang rill, dan mendorong bukan kepada kesenangan melaikan kepada kesempurnaan. Super ego menggambarkan nilai-nilai tradisional dan ideal-ideal masyarakat, yang diajarkan oleh orang tua kepada anak.31

29Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Penerjemah: E. Koeswara (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), cet ke-2 h.13.

30Ibid h.15

31Ibid., h.16.  

Adapun dalam proses terapi, karakteristik pesikoanalisis adalah terapis atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksiakan dirinya kepada terapis, proyeksi-proyeksi klien yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis.32

b. Pendekatan Behaviorristik (Tingkah Laku)

Terapi ini merupakan pendekatan aplikasi sistematis dari prinsip-prinsip belajar untuk menangani gangguan psikologis. Karena fokusnya pada perubahan prilaku bukan perubahan kepribadian atau menggali masa lalu secara mendalam, terapi perilaku berlangsung singkat berlangsung umumnya dari beberapa minggu sampai beberapa bulan.33

Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik antara lain, desentisasi sistematik, floding, penguatan sistematis, pemodelan dan pengulangan prilaku yang pantas. Desentitasi sistematik, dipandang sebagai proses deconditioning atau countercontitioning, prosedurnya adalah memasukan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi, individu belajar untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan. Floding adalah prosedur terapi prilaku dimana orang yang ketakutan memaparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara nyata atau khayal, untuk priode waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.34

c. Pendekatan Clien-Centred

Pendekatan clien-centred, atau yang berpusat pada klien menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinyadan pemecahan

32Ibid., h. 38.

33Jeffrey, dkk, Psikologi Abnormal, Penerjemah: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2005), h.108.

34Coory, Teori dan Prkatekl Konseling dan Psikoterapi, h. 89.  

masalah dirinya, yang paling penting dalam kualitas hubungan terapi adalah pembentukan suasana hangat, permisif dan penerimaan yang dapat membuat klien untuk menjelajahi struktur dirinya dalam hubungan dengan pengalaman dirinyan.35

Terhadap pandangan manusia pendekatan ini, menolak konsep tentang kecendrungan-kecendrungan negatif dasar, sementara beberapa pendekatan beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irasional dan berkecendrungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain kecuali jika telah mengalami sosialisasi, Cal R Rogers (tokoh pendekatan terapi ini) menunjukan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia tersosialisasi dan bergerak kemuka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata

Dokumen terkait