TERAPI MEGATASI KETAKUTAN DALAM MENGHADAPI
KEMATIAN MENURUT IBNU MASKAWAIH
Oleh :
Harid Isnaeni Nim : 105052001745
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430/2009
ABSTRAK Harid Isnaeni
Terapi Mengatasi Ketakutan Dalam Menghadapi Kematian Menurut Ibnu Maskawaih
Salah satu peristiwa yang harus dilalui oleh manusia dalam perjalanan keberadaannya adalah kematian. Kematian adalah peristiwa yang tidak jauh berbeda dengan kelahiran dan pernikahan cuma dalam menghadapinya saja yang berbeda. Kematian merupakan keniscayaan, siapapun pasti mengalaminya, tidak kenal usia, waktu dan tempat. Kapanpun siapapun pasti mengalaminya, kematian tidak dapat dicegah baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain.
Dalam menghadapi kematian ini, tidak semua orang bisa menerimanya dengan senang hati, bahkan bisa jadi menolaknya dan takut menghadapi kematian ini. Rasa takut yang merupakan luapan emosi yang timbul dalam diri individu itu dan takut ini merupakan ungkapan emosi yang bersiat fitrah yang dirasakan oleh manusia pada situasi berbahaya atau dalam situasi yang mengancam keselamatan dirinya padahal kejadiannya belum terjadi dan mungkin terjadi atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
Banyak sebab yang mengakibatkan seseorang takut akan kematian ini, diantaranya karena tidak tahu kejadian seperti apa yang akan terjadi terhadap dirinya, persepsi yang salah terhadap kejadian yang akan terjadi setelah kematian, perbuatan-perbuatan dosa yang dilakukan semasa hidupnya sehingga takut akan siksaan yang ditimpakan kepada dirinya dan rasa sayang akan harta dan keluarga yang ditinggalkan ketikan mati.
Rasa takut dalam menghadapi kematian ini telah dibahas oleh salah satu tokoh filsafat Islam asal Ray yaitu Ibnu Maskawaih (320H/932M-421H/1030M). Menurut Ibnu Maskawaih seseorang yang merasa takut akan kematian hanyalah orang-orang yang memang ketidak tahuannya dalam memahami seluk beluk tentang kematian ini, misalnya dia tidak tahu akan hakikat kematia itu seperti apa, karena individu tidak mengetahui nasib jiwa setelah kematian itu seperti apa dan maukemana, kepercayaan bahwa dia akan mendapatkan siksaan setelah kematian dan sebab-sebab yang lain yang membuat individu itu takut akan menghadapi kematian.
Adapun terapi yang ditawarkan oleh Ibnu Maskawaih untuk mengatasi ketakutan dalam menghadapi kematian ini adalah dilihat dari segi yang menyebabkan seseorang itu takut kepada kematian. Karena sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa banyak sebab yang mengakibatkan seseorang itu takut akan kematian dan dari sebab itu seorang terapis bisa memberikan pemahaman-pemahaman baru yang mengubah pola berfikir si individu tersebut. Karena banyak sebab-sebab yang ditimbulkan dari pemikiran individu yang tidak tepat. Dan yang selanjutnya untuk untuk menghilangkan rasa takut ini seorang terapis memberikan bimbingan kepada individu itu (klien) sehingga jalan hidupnya berubah menuju yang lebih baik.
Kata Pengantar
Alhamdullilah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Illahi
Rabbi, yang telah memberikan nikmat yang tidak pernah berhenti, yang telah
menghidupkan yang mati sehingga itu menjadi bukti akan kekuasaanNya yang
tidak tertandingi. Shalawat beserta salam tidak lupa kita sampaikan kepada Nabi
kita, Nabi besar Muhammad saw, kepada para sahabatnya, tabi’in dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Tidak ada kata lain yang dapat penulis ucapkan selain kata terima kasih atas
keterlibatan semua pihak yang dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini telah
banyak memberikan bantuan. Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak luput
dari dorongan dan bantuan berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
2. Drs. M. Lutfi, MA. Selaku ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam
3. Ibu Nasichah, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam.
4. Drs. S. Hamdani, MA. Selaku pembimbing dalam penulisan sekripsi ini,
penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingannya, semoga Allah SWT
membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda.
5. Ayahanda dan Ibu beserta keluarga besar tercinta di rumah, yang tidak
henti-henti memberikan bantuan dan motivasi baik moril maupun materil.
6. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, yang telah banyak
memberikan ragam pengetahuan kepada penulis.
7. Almarhum M. Idas dan Fadil Mubarok, terimakasih atas dorongannya dan
semoga semua amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT dan setiap
kesalahannya diampuni oleh Allah SWT.
8. Segenap pegawai Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang
telah banyak membatu dalam mencarikan buku-buku yang penulis cari,
penulis ucapakan terimakasih banyak semoga mendapatkan balasan yang
berlipat ganda.
9. Segenap pegawai Perpustakaan Umum, semoga setiap kebaikannya dalam
membantu penulis dijadikan tabungan amal buat bekal nanti.
10.Keluarga besar BPI terutama angkatan 2005 Jaya Supriatna, Jefriadi, Agus
Sulaiama, Madinah, Syukron Jamil, Muslihun, Jamaldin Sidik, Rahmat
Hidayat, Wahyu Dwisaputro, Laily Hidayati, Eneng Susliah, Nandianti
Harelina, Khoerul Mutaqoribain, Mulya Rahmawati, Siti Umayah,
Maryanah, Dwika Nofrianti, Lestari, Astti, Ina Nuru Lestari, Juvendra dan
yang lainya. Juga kepada teman-teman BPI Angkatan 2006 Tiyo, Aniz,
Hafiz, Vita, Yuswandi, Dani dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
11.Keluarga besar pengasuh Pondok Pesantren daar el-Hikam, Abi beserta
keluarga yang selalu memberikan perhatiannya kepada penulis.
12.Teman-teman ISDAH (Ikatan Santri Daar el-Hikam) priode 2007-2008,
Baijuri, Ahmad Fauji, Heriyanto, Mami, Ubaidillah. Priode 2008-2009,
Matsani, Oma, Ahmad, Saeful Amri, Lulu, Rahmat BTW, Rahmat Sogir,
Azis Rosdiyansah, Ahmad Fatoni, Firman, dan yang lainnya penulis
ucapkan terimakasih atas setiap bantuannya.
13.Teman-teman Bio, Andi Hastono, Sofyan Amrullah, Anang Lukman dan
yang lainnya, penulis ucapkan terimakasih atas setiap bantuannya, tertama
atas pinjaman laptopnya buat penulisan skripsi ini.
14.Sahabat-sahabat di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Wapa,
Nasihin, Iduy, Hamdi, Alip, Abdulrahman Sutara (Bedul), Hera, Asif,
Juiatul, Ade, Tofik, Mas Yadi dan sahabat-sahabat yang lainnya.
15.Teman-teman IKBAS (Ikatan Keluarga Besar Sunanul Huda Sukabumi),
Holid Amsyi, Deden Misbahudin, Rini, Asep Ridwan, Iwan Wahyudin,
Maslam, Maria Ulfal (MU), Firman, Abu Bulaini dan yang lainnya penulis
ucapkan terimakasih atas setiap bantuannya.
16.Teman-teman yang di IMARFA (Ikatan Remaja Mesjid Fatullah),
terutama saudara Rian Hidayat, terimakasih atas buku-buku pinjamannya,
semoga Allah membalasnya dengan balesan yang berlipat ganda, saudara
Ruslan Buadiarto terima kasih atas masukan-masukannya.
17.Teman-teman di Pondok Pesantren Sunanul Huda Suabumi, Jamaludin
Sidik, Mahbub, Adi Ahmad, Gusfirli Sumafraja, Ijang Salman al-Farisi,
Abdul Qudus dan yang lainnya.
Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah.
berpartisipasi dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga semua
bantuan mereka dalam penulisan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari akan keterbatasan skripsi ini, namun
semoga karya yang masih jauh dari kesempurnaan ini bermanfaat khususnya
dalam bidang bimbingan dan penyuluhan Islam.
Jakarta, 10 Juni 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
C..Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D..Tinjauan Pustaka ... 8
E..Metodologi Penelitian ... 9 F.. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TERAPI, KETAKUTAN DAN KEMATIAN ... 13
A. Terapi ... 13
1.Pengertian Terapi ... 13
2.Macam-macam Terapi ... 16
3. ... P endekatan-pendekatan Dalam Terapi ... 25
B. Ketakutan ... 31
1. Pengertian Ketakutan ... 31
2. Sebab-sebab Timbulnya Ketakutan ... 36
3. Akibat Ketakutan ... 37
C. Kehidupan dan Kematian ... 42
1. Pengertian Kehidupan dan Kematian ... 42
2. Hakikat Kehidupan dan Kematian Dalam Islam ... 46
BAB III BIOGRAFI SINGKAT IBNU MASKAWAIH ... 51
A. Riwayat Hidup dan Keperibadian Ibnu Maskawaih ... 51
B. Karya-Karya Ibnu Maskawaih ... 56
C. Pemikiran Ibnu Maskawaih Terntang Psikologi dan Kematian ... 59
BAB IV TERAPI MENGATASI KETAKUTAN DALAM
MENGHADAPI KEMATIAN MENURUT IBNU MASKAWAIH .. 67 A..Ketakutan Menghadapi Kematian Menurut Ibnu Maskawaih
1. Pengertian Ketakutan Dalam Menghadapi Kematian
Menurut Ibnu Maskawaih ... 67
2. Sebab-sebab Timbulnya ketakutan Dalam Menghadapi Kematian
Menurut Ibnu Maskawaih ... 68
B. Orang-orang Yang Takut Dalam Menghadapi Kematian Menurut
Ibnu Maskawaih ... 72
C..Terapi Mengatasi Ketakutan Dalam Menghadapi Kematian
1. Menjelaskan Kepada Klien Tentang Semua Hakikat Yang
Berkaitan Dengan Kematian ... 71
2. Membimbing Klien Agar Bisa Mengatasi Ketakutannya
Terhadap Kematian ... 73
BAB V PENUTUP ….……… 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA……….
88
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TERAPI, KETAKUTAN DAN KEMATIAN
A. Terapi
1. Pengertian Terapi
Dalam beberapa kamus terapi diartikan sebagai cara menyembuhkan,
pengobatan dan merawat. Misalnya dalam ”Kamus Besar Bahasa Indonesia”
terapi diartikan “usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit”1“pengobatan, ilmu pengobatan, cara
pengobatan”.2 Dalam ”Kamus Kedokteran”terapi diartikan “sebagai pemberian
pertolongan kepada orang sakit, usaha menyembuhkan orang sakit atau bisa
juga diartikan sebagai cara pengobatan”.3 Dalam kamus yang lain, yakni kamus
lengkap psikologi “terapi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan therapy adalah suatu perlakuan atau pengobatan yang ditunjukan kepada penyembuhan
suatu kondisi patologis. Sedangkan seorang yang dilatih dalam pengobatan
penyakit dan gangguan kejiwaan disebut dengan terapis atau dalam bahasa
Inggris disebut therapist”.4
Dalam buku Ensiklopedi Pendidikan dijelaskan bahwa terapi adalah
“cara pengobatan, cara penyembuhan, juga dalam arti kiassan seperti dalam arti
1Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
(Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1998), h. 935.
2Pius A Partono dan M Dahlan al-Barry , Kamus Ilmiah Popular (Surabaya: Arkala,
1994), h. 746.
3Med. Ahmad Ramli. Kamus Kedokteran, (Jakarta: Djambatan, 1999), cet. ke-23. h 354. 4James. P Chaplid, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta:
situasi-situasi, masalah-masalah dimana ada kekurangan atau
kesalahan-kesalahan, misalnya suatu terapi untuk menyembuhkan suatu masyarakat yang
bobrok”5. Sedangkan M.A Subandi mengatakan bahwa,
“terapi merupakan proses formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah profesional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang yang ditolong) dengan catatan bahwa intraksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan, perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikir, prilaku, dan kebiasaan yang ditimbulkan denagan adanya tindakan profesional (terapis) denagan latar ilmu prilaku dan teknik-teknik
usaha yang dikembangkan”.6
Adapun dalam tatanan bahasa Arab istilah terapi sepadan dengan kata
فشتسلاا
ءا
diambil dari akar kata
اف
ش
-ىف
شي
ىفش
-
yang artinyamenyembuhkan7. Misalnya dalam Al-Quran:
⧫
“Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk )penyembuh dari rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin), dan Al-Quran itu tidak akan menambah kepada orang yang berbuat aniaya melainkankerugian”(QS. Al Isra: 17: 82)
5Soedarda Doerbakawadja, Ensikolopedi Pendidikan (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981),
cet. ke-2. h. 359.
6M.A Subandi, Psikoterapi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 9
7Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indosesia Al Munawir, (Surabaya: Pustaka
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda “Tidak diturunkan satu
penyakit kecuali diturunkan juga kesembuhannya (obatnya)” hadis ini
diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad juga dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Shahih Al-Jami’.8
Dari beberapa pengertian terapi di atas maka penulis menarik kesimpulan
bahwa terapi adalah, proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit yang
dilakukan oleh seorang terapis baik itu penyakit fisik, psikologis, spiritual maupun
moral yang dilakukan oleh seorang yang bertindak sebagai terapis dengan latar
belakang ilmu pengetahuannya, teknik serta usaha yang dikembangkannya dengan
tujuan menyembuhkan, mengembalikan, memelihara, menjaga dan
mengembangkan kondisi yanag diterapi (klien) agar kondisi fisik atau psikisnya
berada dalam kondisi sehat.
Adapun dalam konteks ini terapi yang dimaksud diartikan sebagai terapi
yang berbentuk psikoterapi, sebagai mana yang diungkapkan M. Hamdani
Bakran Adz-Dzaky bahwa psikoterapi (psychotherapy) yaitu, “pengobatan penyakit dengan cara kebatinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan
penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari atau
penyembuhan lewat keyakinan agama dan diskusi personal dengan para guru atau
teman”.9
2. Macam-Macam Terapi
Menurut Muhammad Abdul Al Aziz Al Kahalidi Sebagaimana dikutip
oleh Abdul Mujib membagi obat (Syifa) dengan dua bagian, “pertama obat bissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit pisik, seperti berobat dengan air,
8Diambil dari http://mimbarjumat.com/archives/16. Diakses pada 2 November 2009. 9M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Penerapan Metode
madu, buah-buahan yang disebutkan dalam Al-Quran. Kedua obat ma’nawi yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa
dan isi kandungan Al-Quran”.10
Jadi terapi secara garis besar terbagi menjadi dua macam ada yang
memang terapi ditujukan untuk penyembuhan dengan menyentuh aspek fisik
seperti terapi pijat refleksi, terapi akupuntur, terapi psikoparmaka yaitu dengan
obat-obatan atau terapi dengan menggunakan bantuan binatang seperti lebah,
lumba-lumba lintah dan lain-lain. dan satu lagi terapi yang ditujukan untuk aspek
psikis atau mental yaitu psikoterapi.
Adapun mengenai macam-macam terapi yang di tujukan untuk menyentuh
aspek mental ini dalam buku konseling terapi Dr. Musfir Bin Said Az-Zahrani,
menuliskan ada dua macam terapi mental yang semuanya itu bersumber dari
Al-Quran dan sunah (Hadist) yaitu:11
Pertama, terapi mental dengan keimanan dan rasa aman, dalam Al-Quran
telah digambarkan secara gamblang bagaimana iman kepada Allah bisa
mendatangkan rasa aman dan ketenagan dalam diri orang yang beriman. Dalam
al-Quran Allah SWT berfirman:
⧫
❑⧫◆
⬧◆
❑⧫
◆☺
→
⬧
⬧
➔◆
⧫⧫
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-An’am 06:82)
10Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), cet ke-2. h. 209
11Musfir Bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi. Penerjemah Sari Nurlita, (Depok: Gema
Yang dimaksud dengan keimanan di atas adalah keimanan murni tanpa
adanya campuran dengan ibadah kepada selain Allah. Itulah keimanan yang
mendatangkan ketenangan dan juga petunjuk kejalan kebenaran dan kebaikan.
Terlealisasinya ketenangan diri dan keamanan dalam hati seseorang mukmin dari
hatinya yang murni kepada Allah, hingga ia selalu memiliki harapan dalam
mendapatkan pertolongan dan penjagaan dariNya sehingga dirinya terjaga dari
berbagai macam penyakit mental (psikologis).12
Kedua, adalah terapi mental dengan ibadah, sesungguhnya menunaikan
ibadah yang telah diwajibkan kepada manusia itu mengandung unsur terapi,
seperti:
a. Terapi Dengan Sholat
Sholat adalah satu nama yang menunjukan adanya ikatan yang kuat antara
hamba dengan Tuhanya, dalam sholat hamba seolah berada di hadapan Tuhannya
dan dengan penuh kekhusuan memohon banyak hal kepadaNya. Perasaan ini
akhirnya bisa menumbuhkan kejernihan spiritualitas, ketenangan hati, dan
keamanan diri di kala ia mengerahkan semua emosi dan anggota tubuhnya
mengarahkan kepadanya dengan meninggalkan semua kesibukan dunia dan
permasalahannya. Pada saat sholatlah ia bisa sepenuhnya memikirkan Tuhannya
tanpa ada intrupsi dari siapapun hingga pada saat itulah ia merasakan ketenangan
dan akalnyapun seoalah merasakan menemukan waktu rehatnya.13
Dengan penggambaran di atas maka sholat sangat berperan besar dalam
menekan segala bentuk depresi yang timbul dari tekanan dan permasalahan hidup
keseharian, juga dalam menekan kekhawatiran dan goncangan kejiwaan yang
12Ibid., h. 471. 13Ibid., h. 481.
sering dialami banyak manusia umumnya. Setelah menyelesaikan sholat seorang
hamba akan berzikir mengingat Tuhannya serta bertasbih diiringi munajatnya
kepada Allah, yang dilanjutkan dengan membaca ayat Al-Quran, berdoa
kepadaNya dan mengadukan semua permasalahan hidupnya yang menggangu dan
meresahkannya serta memohon kepada Allah agar membantunya dalam
memecahkan permasalahannya tersebut.14
Keutamaan shalat juga disebut dalam hadis dari Abu Hurairah yang
berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :“Apakah pendapat kalian jika ada sebuah sungai di depan pintu rumah seseorang dari kalian, lalu dia mandi di dalamnya
lima kali sehari, apakah masih melekat ditubuhnya? para sahabat menjawab:
kotoran tidak akan melekat di tubuhnya. Beliau bersabda: itulah perumpamaan
shalat lima waktu. Dengan mengerjakannya Allah akan menghapus dosa-dosanya” (HR Ibnu Majah).15
b. Terapi Dengan Zakat Dan Sedekah
Mengeluarkan zakat dan sedekah merupakan suatu proses terapi mental,
Allah SWT berfirman:
➔
⚫◆❑
⬧
➔⬧➔
⧫➔◆
◆
◼⧫
⬧❑◼
⬧
⚫
◆
☺
⧫
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-Taubah 09:103)
14Ibid., h. 482.
15Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat, (Jakarta : Pustaka Irvan, 2008), cet ke-1, h. 6.
Dalam ayat di atas tampak bagiamana zakat dapat mebersihkan dan
menyucikan jiwa dengan cara meningkatkan posisinya karena kebaikan dan
keberkahan hartanya hingga ia berhak untuk mendapatkan kebahagian baik di
dunia dan akhirat.
”Dalam sebuah Hadis Rasullullah saw bersabda: “Wahai anak Adam apabila kamu mengeluarkan kelebihan yang kau dapat (dari rezekimu) maka hal itu akan membawa kebaikan bagimu dan apabila kau menahannya maka hal itu akan membawa keburukan bagimu, janganlah kau mencela orang yang tidak mampu dan mulailah dari orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Tangan di atas lebih baik dari tangan di
bawah.” ( HR. Muslim dan Tirmidzi dari Abu Ummah)
Dari hadis diatas jelas bahwa dijangjikna kepada orang yang memang
memberikan sedekah maka akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya sendiri
dan ini bisa menimbulkan ketenangan dalam jiwanya ketika dia memberikan zakat
atau shadaqohnya dengan ikhlas kepada orang yang memang membutuhkan”.16
c. Terapi Dengan Puasa
Puasa merupakan salah satu latihan dan didikan bagi jiwa, puasa banyak
mengandung unsur terapi penyakit kejiwaan dan penyakit fisik, Allah SWT
berfirman:
⧫
⧫
❑⧫◆
→◼⧫
◆
☺
◼⧫
16Az-Zahrani, Konseling Terapi, h. 484.
→⬧
➔⬧
⧫❑→⬧
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqoroh 02:183)
Dalam Tafsir Jalalain, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini
adalah “supaya kalian menghindari maksiat. Sesungguhnya puasa meredakan
keinginan syahwat dari akarnya”.17
Sesungguhnya puasa adalah satu latihan untuk mengendalikan syahwat
dan menguasainya penuh selama satu bulan lamanya pada setiap tahunnya, dan
pada puasa-puasa sunah lainnya di waktu-waktu tertentu. Dalam waktu berpuasa
itulah seorang muslim mempelajari kuatnya kemauan dalam dirinya dan kukuhnya
keinginan dalam prilakunya dan dalam melaksanakan kewajibannya dan tanggung
jawabnya serta dalam menjalankan semua perintah Allah kepadanya.
Di saat berpuasa inilah seorang muslim selalu berusaha untuk berprilaku
baik dengan mendengarkan kata hatinya tanpa harus ada seorangpun yang
mengawasi semua gerak gerik perilakunya. Dengan berpuasa pula maka seorang
akan melatih untuk bersabar atas lapar haus serta dalam menahan syahwatnya.
Iapun bersabar dalam memikul beratnya tanggung jawab dalam mencari nafkah
dan dalam setiap permasalahan hidup. Dalam berpuasa pula maka seoarang yang
kaya akan merasakan kelaparan hingga akan timbul dalam dirinya rasa kasih
kepada para pakir miskin. Juga memotivasi mereka untuk berbuat baik dan
kebaikan kepada para fakir miskin hingga hubungan di antara kedua belah pihak
akan kuat serta adanya rasa saling menolong di antara mereka.18
17Jalaludin Assyuti dan Jalaludin al Mahali, Tafsir Jalalain, (Surabaya: Darul Nasri
Masyiroh).
18Az-Zahrani, Konseling Terapi, h. 490.
d. Terapi Dengan Haji
Haji adalah rukun Islam yang kelima, ia dilakukan bagi siapa yang telah mampu mengerjakannya dan hanya sekali seumur hidup. Haji merupakan pusat
pelatihan dari segalanya bagi muslim. Dalam haji seorang muslim akan selalu
mengingat Allah, selalu berdoa kepadanya setiap waktunya, mengerjakan sholat
dengan kekhusyuan. Di sana ada kerendahan hati dimana seseorang akan
melepaskan pakaian kebesarannya dan mengenakan pakaian haji yang sederhana
yang tidak membedakan tingkatan. Haji akan selalu menguatkan persaudaraan
antara sesama muslim dengan berbagai bentuk, suku, jenis, warna kulit dengan
kumpul bersamaan pada satu tempat dan satu waktu berdoa kepada Allah serta
memohon dan mengharap hanya kepadanya. Haji adalah pelatihan bagi kaum
muslimin agar mereka bisa mengendalikan syahwat dan hawa nafsunya, seorang
muslim yang sedang dalam keadaan ihram tidak diperkenankan untuk menggauli
wanita, bertengkar, mencela, berdebat mengucapkan hal-hal yang dapat
membangkitkan gairah dan sejeninya. Dan juga tidak menimbulkan hal-hal yang
menimbulkan kefasikan, dalam hajipun diwajibkan untuk meninggalkan
dosa-dosa kecil apalagi dosa-dosa-dosa-dosa besar, hingga kaum muslimin bisa meluruskan
prilakunya dan dapat berinteraksi dengan sesamanya dengan baik.19
Dalam haji juga mengandung makna kemanusiaan dan pengalaman
nilai-nilainya tidak hanya terbatas pada persamaan nilai kemanusiaan, ia mencakup
seperangkat nilai-nilai luhur yang seharusnya menghiasi jiwa pemikirnya, ia
19Ibid., h. 492.
bermula dari kesadaran akan fitrah dirinya serta keharusan menyesuikan dirinya
dengan tujuan kehadiran dipentas bumi ini.20
e. Terapi Dengan Kesabaran
Sabar adalah salah satu penyebab datangnya keberuntungan sebagaimana
yang dijelaskan dalam surat Al Imran ayat: 200
⧫
❑⧫◆
◆
❑◆◆
❑→◆
➔⬧
❑⬧➔
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga, (diperbatasan negrimu) dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu beruntung” (QS. Al-Imran 03:200)
Sabar dan sikap saling mengingatkan untuk bersabar adalah dua hal yang
masuk dalam cakupan ibadah dan juga cakupan hubungan interaksi manusia
dengan sesamanya. Sabar memiliki faidah yang besar dalam mendidik jiwa dan
menguatkan keperibadian muslim hingga menambah kekuatnannya untuk dapat
memikul beban kehidupan, juga memperbaharui kembali semangat untuk
menghadapi segala permasalahan hidup.21
Bagi seorang muslim hendaknya menghiasi hidupnya dengan penuh
kesabaran, di antaranya sabar dalam menghadapi celaan manusia pada dirinya,
sabar dalam beribadah kepada Allah, sabar dalam mematuhi semua ajaran Allah,
ataupun sabar dalam menunaikan tugas keduniaan, sehingga keperibadian
muslimpun akan matang seimbang, sempurna, dan produktif serta tidak sedikitpun
perasaan cemas dalam hatinya, ia akan hanya merasakan rasa aman dari
20M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan 1999), cet. Ke- 19, h.
354.
21Az-Zahrani,Koneling Terapi, h. 494.
goncangan jiwa dalam dirinya. Begitu banyak penyakit tubuh dan jiwa dimulai
dari ketidak sabaran, seandainyapun dalam kesabaran tidak memiliki
keistimewaan, namun cukup manusia bersabar karena sesungguhnya Allah
mencintai orang-ornag yang sabar.22
f. Terapi Dengan Istighfar Dan Tobat
Dalam kehidupannya manusia tidak lepas dari kesalahan dan khilaf. Tobat
diwajibkan bagi siapapun yang mengerjakan dosa setiap muslim pastinya pernah
berdosa dan mengerjakan maksiat kecil ataupun besar. Terkadangpun lalai dalam
menjalankan ibadah, namun pintu tobat selalu terbuka hingga ia bisa kembali
kepada Allah dan bertobat kepadaNya serta tidak berputus asa atas semua rahmat
dan ampunanNya, proses seperti itu merupakan sebagai unsur terapi mental.23
g. Terapi Dengan Zikir
Semua ibadah pada hakikatnya adalah satu usaha untuk mengingat Allah,
baik dengan takbir, tahlil, tahmid syukur, pembacaan Al-Quran dalam setiap
sholat ruku, sujud duduk di antara dua sujud dan sampai diakhiri dengan salam.
Rasulullah saw banyak menganjurkan para sahabat banyak tasbih dan
menerangkan pada mereka keutamaannya dalam menggapai kebaikan dan
menghapuskan dosa ataupun kesalahannya serta dalam menggampai ampunan dan
ridha Allah dalam mencapai surganya.24
⧫
❑⧫◆
◆⬧◆
❑➔➔
☺⬧
❑➔→
22Ibid., h. 495. 23Ibid., h. 499. 24Ibid., h. 500.
”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allahlah hati
menjadi tenteram”. (QS. Ar-Rad 13:28)
h. Terapi Dengan Doa
Doa merupakan terapi yang paling mujarab, ia musuh segala bencana ,
dapat menolak bahkan dapat pula menghilangkannya minimal menghilangkan
bala yang datang25
Doa merupakan salah satu sarana ibadah dan mengingat Allah, doapun
merupakan otak dari semua ibadah yang ada. Sesungguhnya dalam doa ada
kelapangan hati dan penawar bagi segala keraguan keresahan dan bencana, karena
sesungguhnya seorang yang berdoa berharap agar Allah mengabulkan doanya itu
dengan berpegang teguh pada ayat 186 Surat Al Baqarah.
⬧◆
”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran”.(QS. Al Baqoroh 02:186)
⧫⬧◆
”Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
25Ibnu Qoyyim, Terapi Penyakit Dengan Alquran dan Sunah, (Jakarta: Pustaka Amanah,
dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Almu’min 40:60)26
Itulah macam-macam terapi mental yang bersumber dari Al-Quran dan
sunah (hadis) dengan melaksanakan ibadah yang telah diperintahkan kepada umat
muslim.
3. Pendekatan-Pendekatan Dalam Terapi
"Pendekatan adalah sebuah cara yang telah diatur dan dipikir baik-baik
untuk mencapai satu maksud”27 Sebagai mana dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya bahawa banyak sekali macam-macam terapi ada terapi yang
menyentuh aspek pisik dan yang menyentuh aspek psikis yaitu psikoterapi,
adapun penedekatan-pendekatan yang digunakan dalam psikoterapi diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Psikoanalitik
Psikoanalitik beranggapan bahwa di dalam individu terdapat
kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan komplik internal tidak
terhindarkan, komplik yang tidak disadari itu mepunyai pengaruh yang kuat pada
perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam
kehidupan.28 “Psikoanalisis adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud,
tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak
disadarinya dan mekanisme pertahanannya untuk mengendalikan kecemasan,
26Az-Zahrani,Koneling Terapi, h. 508.
27Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan, ”Artikel diakses pada 12 Juni 2009” dari
htt:/www.Kumpulan Artikel Pendidikan.com.
28Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, h. 212.
apabila motif dan rasa takut yang tidak disadari telah diketahui, hal-hal tersebut
dapat diatasi dengan cara yang lebih rasional”.29
Menurut pandangan psikoanalisis struktur kepribadian terdiri dari tiga
sistem, id ego dan super ego, ketiganya adalah nama bagi proses psikologis dan
bukan merupakan agen yang terpisah mengoperasikan kepribadian, melainkan
merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai tiga bagian keseluruhan yang
terasing satu sama lain, id adalah komponen biologis ego adalah komponen
psikologis sedangkan super ego merupakan komponen sosial.30
Id adalah sistem kepribadian yang orisinil, kepribadian seseorang hanya
terdiri dari id sejak lahir, id merupakan tempat bersemayam naluri-naluri. Id
kurang terorganisir buta menuntut, dan mendesak. Id bersifat tidak logis, amoral
dan didorong oleh satu kepentingan memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah
sesuai dengan asas kesenangan. Id tidak pernah matang dan selalu menjadi anak
manja dari keperibadian, tidak berfikir dan hanya menginginkan atau bertindak id
bersifat tak sadar. Adapun super ego adalah cabang moral atau hukum dari
keperibadian, super ego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah
apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah, super ego
merepresentasikan hal yang ideal alih-alih yang rill, dan mendorong bukan kepada
kesenangan melaikan kepada kesempurnaan. Super ego menggambarkan
nilai-nilai tradisional dan ideal-ideal masyarakat, yang diajarkan oleh orang tua kepada
anak.31
29Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Penerjemah: E. Koeswara
(Bandung: PT Refika Aditama, 2007), cet ke-2 h.13.
30Ibid h.15 31Ibid., h.16.
Adapun dalam proses terapi, karakteristik pesikoanalisis adalah terapis
atau analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan
pengalaman sehingga klien memproyeksiakan dirinya kepada terapis,
proyeksi-proyeksi klien yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis.32
b. Pendekatan Behaviorristik (Tingkah Laku)
Terapi ini merupakan pendekatan aplikasi sistematis dari prinsip-prinsip
belajar untuk menangani gangguan psikologis. Karena fokusnya pada perubahan
prilaku bukan perubahan kepribadian atau menggali masa lalu secara mendalam,
terapi perilaku berlangsung singkat berlangsung umumnya dari beberapa minggu
sampai beberapa bulan.33
Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik antara lain, desentisasi
sistematik, floding, penguatan sistematis, pemodelan dan pengulangan prilaku
yang pantas. Desentitasi sistematik, dipandang sebagai proses deconditioning atau
countercontitioning, prosedurnya adalah memasukan suatu respons yang
bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi, individu belajar untuk relaks
dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan. Floding adalah prosedur
terapi prilaku dimana orang yang ketakutan memaparkan dirinya sendiri dengan
apa yang membuatnya takut, secara nyata atau khayal, untuk priode waktu yang
cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.34
c. Pendekatan Clien-Centred
Pendekatan clien-centred, atau yang berpusat pada klien menekankan pada
kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinyadan pemecahan
32Ibid., h. 38.
33Jeffrey, dkk, Psikologi Abnormal, Penerjemah: Tim Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2005), h.108.
34Coory, Teori dan Prkatekl Konseling dan Psikoterapi, h. 89.
masalah dirinya, yang paling penting dalam kualitas hubungan terapi adalah
pembentukan suasana hangat, permisif dan penerimaan yang dapat membuat klien
untuk menjelajahi struktur dirinya dalam hubungan dengan pengalaman
dirinyan.35
Terhadap pandangan manusia pendekatan ini, menolak konsep tentang
kecendrungan-kecendrungan negatif dasar, sementara beberapa pendekatan
beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irasional dan
berkecendrungan merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain
kecuali jika telah mengalami sosialisasi, Cal R Rogers (tokoh pendekatan terapi
ini) menunjukan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang
manusia tersosialisasi dan bergerak kemuka, berjuang untuk berfungsi penuh,
serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata
manusia dipercayai dan pada dasarnya koperatif dan konstruktif tidak perlu
diadakan terhadap dorongan-dorongan agresifnya36 ”... pendekatan Clien-Centred
difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan
cara-cara menghadapi kenyataan secara-cara lebih penuh.”37
d. Pendekatan Gestal
Kata gestalt berasal dari bahasa Jerman yang artinya: bentuk konfigurasi
atau keseluruhan, agak sulit kata yang dianalogkan dengan perkataan gestal ini
namun yang mendekati arti sebenarnya adalah ”organisasi dari keseluruhan yang bermakna”.38
35H. Mohamad Surya, Teori-Teori Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003),
h.51.
36Coory, Teori Dan Prkatekl Konseling Dan Psikoterapi, h.92. 37Ibid., h.92.
38Sigih D Gusana, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2007),
Asumsi dasar pendekatan terapi ini adalah bahwa individu mampu
menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif, tugas utama terapi
adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan
sekarang dengan menyadarkan atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan
dan mengalami saat sekarang, oleh karena itu terapi gestal pada dasarnya
noninterpretif dan sedapat mungkin, klien menyelenggarakan terapi sendiri.39
e. Pendekatan Rasional Emotif Terapi
Terapi ini dikembanagkan oleh Albert Elis, rasional emotif terapi adalah
aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan
potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun untuk berfikir irasional dan
jahat, manusia memiliki kecenderungan-kecendrungan untuk memelihara diri,
berbahagia berfikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain,
serta tumbuh dan mengaktualkan diri, akan tetapi manusia juga memiliki
kecendrungan-kecendrungan ke arah menghancurkan diri, menghindari
pemikiran, berlambat-lambatan menyesali kesalahan-kesalahan secara tak
berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta
menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusiapun cenderung untuk
terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungsional dan mencari
berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri.40 ”...terapi rasional emotif ini
mengajarkan bahwa masalah-masalah dalam hidup berasal dari asumsi irasional
(pikiran) yang kita punya tentang dunia intinya adalah mengubah cara kita
berfikir.”41
39Coory, Teori dan Prkatekl Konseling dan Psikoterapi, h.125. 40Ibid., h. 238.
41Lynn Wilcox, Psychosufi, Terapi Psikologi Sufistik Pemberdayaan Diri, (Jakarta:
f. Pendekatan Eksistensial Humanistik
Eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia, pendekatan ini
adalah satu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu
sistem tekhnik-tekhnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena
itu pendekatan eksistensial humanistik bukan satu aliran terapi, bukan pula satu
aliran tunggal yang sistematik, pendekatan terapi eksistensial juga bukan suatu
pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup
terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan
asumsi-asumsi tentang manusia.42
Pada dasarnaya tujuan terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri
klien, dan karennya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas
dan bertanggung jawab atas arah hidupnya, penerimaan tanggung jawab ini bukan
hal yang mudah, banyak orang yang takut akan beratnya tanggung jawab atas
menjadi apa dia sekarang dan akan menjadi apa dia selanjutnya, mereka harus
memilih misalnya akan tetap berpegang pada kehidupan yang dikenalnya atau
akan membuka diri kepada kehidupan yang kurang pasti dan lebih menantang.
Justru tiadanya jaminan dalam kehidupan itulah yang menimbulkan kecemasan,
oleh karena itu terapi eksistensial juga bertujuan membantu klien agar mampu
menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri lebih dari
sekedar korban kekuatan-kekuatan diterministik diluar dirinya.43
Dan masih banyak pendekatan yang lain dalam psikoterapi yang
dikembangkan misalnya makna hidup, pendekatan keluarga, kolompok dan yang
lainnya.
42Ibid., h. 54. 43Ibid., h. 56.
B. Ketakutan
1. Pengertian Ketakutan
Takut merupakan salah satu bentuk emosi penting dalam kehidupan
manusia, dengannya manusia dapat menjauhi segala bahaya yang akan
mengancamnya. Juga dapat membantunya dalam melanjutkan kehidupannya dan
kelestarian jenisnya di muka bumi, manfaat besar dari adanya rasa takut ini adalah
bagi seorang muslim yang beriman terhindarnya ia dari azab Allah, tapi bukan
berarti takut ini selamanya bersifat positif karena ada beberapa jenis takut yang
memang berdampak negatif. Mengenai definisi dari rasa takut ini ada beberapa
pendapat misalnya Usman Najati mengatakan ”Takut merupakan ungkapan emosi yang bersifat fitrah yang dirasakan oleh manusia pada situasi berbahaya atau
dalam situasi yang mengancam keselamatan dirinya”44 ”Takut adalah manifestasi
dari ketidaktenangan hati karena adanya perasaan cemas terhadap hal-hal buruk,
yang belum tentu terjadi yang dapat merugikan dan mengancam dirinya, disaat
mereka tidak berdaya menghadapinya”.45“Rasa takut ini tidak hanya dialami oleh
manusia saja, hewan juga mengalami bahkan tumbuhan dan segala hal yang
memiliki insting (naluri) penjagaan diri.”46 ”Takut timbul akibat merasa bakal
terjadi sesuatu yang buruk atau bahaya, padahal merasa bakal terjadi (antisipasi)
berkaitan dengan kejadian-kejadian di masa mendatang kejadian-kejadian ini
mungkin serius, mungkin remeh, bisa pasti terjadi, atau belum tentu terjadi.
44M. Usman Najati Psikologi Dalam Tinjauan Hadis Nabi, Penerjemah Djunaidi Soffandi
(Jakarta: Mustaskin, 2003), cet. ke-4. h.126.
45Hana Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Menuju Psikologi Islami.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), cet. ke-2, h.86.
46Adnan Syarif, Psikologi Qurani (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), h. 89.
Kejadian-kejadian yang sifatnya baru kemungkinan saja, bisa kita sendirilah yang
menjadi penyebabnya atau orang lain”.47
Abdul Rahman Saleh mengatakan dalam buku Psikologi Suatu Pengantar
Dalam Persepektif Islam,
Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Bentuk ekstrim dari takut adalah takut yang parhologis, yang disebut pobia, pobia adalah perasaan takut terhadap hal-hal tertentu yang demikian kuatanya, meskipun tidak ada alasan yang nyata, misalnya takut terhadap tempat yang sempit dan tertutup (claustio phobia), takut terhadap ketinggian atau takut berada di tempat-yang tinggi (acrophobia), takut terhadap kerumunan orang atau tempat-tempat yang ramai (achiophobia) Dan rasa takut yang merupakan kelaianan kejiwaan adalah kecemasan (anxiety), yaitu rasa takut yang tidak jelas sasarannya dan juga tidak jelas asalnya, kecemasan yang terus menerus biasanya terdapat pada penderita-penderita (psikoneorosis). 48
Dari berbagai pendapat tersebut maka ditarik kesimpulan bahwasanya
ketakutan adalah luapan emosi yang timbul akibat adanya pergolakan dalam
dirinya tentang sesuatu yang akan menimpa atau berbahaya terhadap dirinya,
padahal kejadiannya belum terjadi, dan mungkin terjadi atau bahkan tidak terjadi
sama sekali, dan ketakutan ini merupakan sunatullah sifat manusia, dan bahkan
ketakutan ini tidak hanya melanda manusia tetapi hewan dan tumbuhan
mempunyai rasa takut ini.
Ketakutan ini bermacam-macam, ada beberapa macam ketakutan yang
dihadapi oleh manusia dalam kehidupanya, di antaranya:
1.Takut kepada Allah SWT
Takut seperti ini adalah takut yang sangat urgen dalam kehidupan manusia.
Dan ini merupakan ketakutan terbesar dalam kehidupan seorang mukmin, dengan
47Ibnu Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Penerjemah Helmi Hidayat,
(Bandung: MIZAN),cet. ke-3. h.183.
48Abdul Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Persepektif Islam (Jakarta:
adanya rasa takut ini ia akan selalu bertakwa mencari ridhaNya, mengikuti
perintahNya dan menjauhi laranganNya. Takut kepada Allah termasuk bagian dari
rukun iman dan landasan bagi pembentukan kepribadian seorang mukmin.49
Dalam al-Quran Allah SWT berfirman:
☺
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal” (QS.Al-Anfal 08:02) 2.Takut Mati
Salah satu penomena yang melanda manusia terhadap kematian adalah rasa
takut mati, bahkan rasa takut mati terhadap kematian adalah ketakutan yang
melanda sebagian besar manusia,50 Eric From, berpendapat bahwa takut mati bisa
disebabkan sebagai ketakutan yang tidak masuk akal, yang lahir dari seseorang
yang merasa telah gagal dalam hidup, ia merasa tidak mampu mewujudkan
keinginan yang dia inginkan.51 Dalam buku Apakah Anda Cemas Akan Masa
Depan, dikatakan bahwa,
”Telah dilakukan penelitian terhadap rasa cemas dan takut mati ini, dan dapat disimpulkan secara keseluruhan orang-oarang yang dites memang takut mati. Kecemasan mereka terfokus pada takutnya siksaan di akhirat, atau takut tentang ketidak jelas keberadaan jasadnya saat ia telah mati. Atau takut berpisah dengan orang-orang yang dia cintai atau memang takut dengan kematian itu sendiri semuanya berkaitan dengan faktor-faktor kejiwaan yang sulit dijelaskan oleh kata-kata misalnya saja ketakutan akan hal yang tidak diketahui setelah mati, atau takut karena berpisah roh dengan
49Muhamad Utsman Najati, Ilmu Jiwa Dalam Al-Quran, ( Jakarta: Pustaka Azam, 2006)
cet.-1. h. 68.
50Az-Zahrani, Konseling Terapi, h. 177
51Yusuf Al AQ.Shari, Apakah Anda Takut Akan Masa Depan. Penerjemah: Anshari
jasad atau takut karena lemahnya iman, atau takut akibat ketidak mampuan
menyelesaikan urusan dunia secara benar”.52
Namun rasa takut terhadap kematian ini tidak akan kena kepada seorang
mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, seorang mu’min tentunya tidak akan pernah takut akan kematian karena ia yakin bahwa kematian justru
akan menghantarkanya kekehidupan yang lebih baik.53 Sebab dalam Al-Quran
dikatakan bahwasannya kita tidak perlu takut akan kematian karena kematian
sudah ditentukan waktunya.
◆❑➔
⬧◼
✓
➔
⬧
◆
◼
➔
⧫⧫☺⬧
“Ialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal
(kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu)”
(QS.lAl-Anam;06:02)
3. Takut Akan Miskin
Ini merupkan salah satu bentuk ketakutan yang paling populer di antara
manusia, manusia senantiasa berusaha memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya
agar dapat menikmati kehidupan.54 Manusia selalu berusaha sepanjang hidupnya
untuk menangis rezeki untuk menghidupi keluarganya dan menjamin kehidupan
keluarganya denagan kehidupan yang aman dan tentram, karena tujuan itulah
manusia rela untuk bekerja keras tanpa kenal lelah, walaupun ada bahaya yang
menghadapinya untuk mendapatkan rezeki itu.
52Ibid., h. 67.
53Az-Zahrani, Konseling Terapi, h.177.
54Utsman Najati, Ilmu Jiwa Dalam al-Quran, h.71.
Rasa takut akan timbul dalam dirinya, jika manusia khawatir akan nasib
dirinya dan keluarganya kalau rizkinya tidak ada atau tidak cukup, dikalangan
orang arab dulu sudah menjadi adat kebudayaan oarang arab untuk membunuh
anak-anak mereka hanya takut akan kemiskinan yang kelak menimpa
keluarganya.55
”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar” (QS. Al Isra 17:31)
Atau dalam surat Al-An’am ayat 151
Artinya:
“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya
kamu memahami(nya)” (QS. Al-Anam 06:151)
Padahal Allah telah mengarahkan semua hambaNya untuk tidak takut akan
kemiskinan sebab sesungguhnya kehidupan dunia hanya bersifat sementara,
semua kenikmatan yang ada didalamnya akan menghilang. Sedangkan kehidupan
akhirat adalah kehidupan yang kekal, sebagaimana firmannya:
⧫◆
”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut 29:64)
4. Takut Kepada Manusia
Banyak orang yang takut ditindas oleh orang-orang yang lebih kuat, dari
mereka ataupun orang-oarang yang memiliki jabatan dan kekuasaan. Allah telah
menunjukan gejala ini sebagaiman ia mengisahkan ketakutan Nabi Musa dan Nabi
Harun akan Firaun yang suka menindas dalam firmanNya
”Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas". (QS. Toha 20:45)
Namun bagi seoarang mukmin tidak akan takut kepada manusia karena ia
tahu bahwa manusia tidak mampu memberikan kemadharatan melainkan hanya
dengan ketentuan Allah SWT.
5. Takut Tua Bagi Para Pemuda
Salah satu fenomena ketakutan paling aneh adalah takut tua, dikatakan
aneh karena perasaan tersebut menyerang di kalangan muda yang baru memasuki
usia belia. Hal itu menyebabkan menderita suatu jenis ketakutan yang cukup
merepotkan para ahli ilmu jiwa dalam mencari solusinya, ”sebagian ahli
mengisyaratkan bahwa fenomen takut tua merupakan salah satu bentuk ketakutan
akan masa depan. Sebagian ahli mengatakan bahwa ketakutan akan masa tua tidak
hanya mengenai orang-orang yang sudah berusia lanjut.”56
6. Takut Gagal
Takut gagal ini juga adalah rasa takut yang menempel pada diri manusia,
sebab tidak semua individu bisa menerima kegagalan ini, takut akan gagal
sebenarnya hanyalah gejala yang mengiringi kondisi psikologis yang menyakitkan
yang diderita oleh pihak yang bersangkutan dalam usaha yang keras mengejar
kesuksesan. Dalam hal ini Eric From mengatakan bahwa “manusia modern yang menderita kecemasan dan ketakutan akan masa depan menjadi seperti penjual
dalam satu sisi, sedangkan dalam sisi lain menjadi barang”.57
2. Sebab-Sebab Timbulnya Ketakutan
56 Yusuf Al AQ.Shari, Apakah Anda Takut Akan Masa Depan, h. 63. 57Ibid h. 70.
Adapun mengenai sebab timbulnya rasa takut ini, kalau dilihat dari zaman
sekarang (zaman modern) ialah bersumber dari hilangnya makna hidup (the
meaning of life) karena merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi, baik untuk
dirinya sendiri maupun orang lain dan tidak bisa merealisasikan dalam
kehidupannya, sehingga mengalami kegelisahan dan ketakutan ( kecemasan) yang
mendalam.58 Akan tetapi pada hakikatnya rasa takut yang dialami bisa timbul dari
kosongnya hati dan pikiran, tampak fisik ia memang ada di alam sadar, secara
batiniah muncul imajinasi-imajinasi atau ilusi yang membuatnya merasa takut.
Sebagaimana teori psikologi analisa (Freud) ia mengemukakan kejiwaan
manusia seperti gunung es yang terapung di tengah lautan, begitulah jiwa manusia
sebagian besar tidak tampak bagi dirinya sendiri, karena tenggelam dalam lautan
ketidaksadarannya dan timbulnya dinamika atau taksadar dibuktikan oleh Frud
pada gejala jiwa yakni gejala tingkah laku seperti, keliru membaca, keliru
mendengar dan melupa, gejala lupa pada impiannya ia berbuat diluar alam
sadarnya dan sebenarnya merupakan gejala yang normal, justru gejala neorosis
(gangguan jiwa) disebabkan karena adanya ketidakselarasan dalam struktur
pribadinya sendiri, sehingga menimbulkan bentrokan di dalam alam tidak
sadarnya.59
3. Akibat Ketakutan
Rasa takut yang dialami manusia dapat menimbulkan dampak terhadap
dirinya, diantaranya adalah terhadap kesehatan mental, kesehatan mental yang
diartikan sebagai terhindarnya orang dari gejala-gala gangguan jiwa (neorosis)
dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (pschoses). secara ringkas dapat dikatakan
58Ahamad Mubarok, Jiwa Dalam Al-Quran, (Jakarta: Penerbit Paramadian, 2002), cet.
ke-1, h. 9.
59W.A Berunagan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1991), cet. ke -12, h. 16.
bahwa orang yang menderita gangguan jiwa dapat di ketahui sebabnya, malas,
tidak ada gairah untuk melakukan segala aktifitas, rasa badan lesu dan sebagainya.
Jadi akibat yang ditimbulkan dari rasa takut ialah terhadap kesehatan mental,
kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri dengan
orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana dia hidup, sehingga ia dapat
menghindarkan tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal yang membawa frustasi.60
Selain itu akibat yang ditimbulkan dari rasa ketakutan ini adalah berdampak
pada fisik, psikis dan tingkah laku:
a. Fisik
Perasaan takut yang berlebihan sangat mempengaruhi keadaan fisik, dan
mental seseorang, secara fisisik emosi takut dapat mempengaruhi perubahan pada
raut wajah, tekanan suara, dan kondisi tubuh melemah tak ada tenaga,
malas-malasan, bekerja tidak efisien dan efektif, lari dari kenyataan, sedangkan secara
mental menyebabkan seseorang tidak bisa berpikir logis (sulit konsentrasi) cepat
ngantuk, pusing emosi tidak stabil mudah tersinggung dan marah-marah, daya
akal menurun mudah lupa, bila keadaan itu terus menyelimuti dapat menyebabkan
stres dan mengalami gangguan kejiwaan (neorosisis) bahkan bisa fatal akibatnya
bisa menghilangkan nyawa (meninggal) oleh sebab itu kesehatan mental sangat
perlu untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan hidup.61
Emosi takut ini tidak hanya membawa pada kenegatifan tetapi ada sisi
positifnya, emosi positif dari rasa takut yag bergejolak dapat mendorong
seseorang menjauhi segala keburukan-keburukan yang akan terjadi, sehingga
60Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001), h. 4 61Ibid., h. 6.
membantunya untuk tetap eksis (hidup) karena dengan takut kepada bahaya yang
mengancam membuat orang untuk bersikap hati-hati dari perbuatan yang tidak
bertanggung jawab dan dosa (maksiat), sedangkan jika rasa takut itu berlebihan
akan menyebabkan ketakutan pada banyak hal, sekalipun tidak mengancam
keselamatannya.
b. Psikis
Dari unsur psikologis seseorang yang gelisah, sedih khawatir, takut, cemas,
panik, dan marah tidak dapat berpikir secara logis, karena ketika emosi memuncak
dan tidak bisa dikendalikan otak kurang mengakses dengan benar, sehingga daya
pikir melemah jadi cepat lupa dan segala hal yang dilakukan jadi kurang
sempurna, selalu salah, oleh karena itu dalam berpikir dibutuhkan ketenangan
jiwa sehat jasmani dan ruhani, jika ketenangan menghilang jasmani melemah dan
ruhani kosong maka akan memunculkan rasa panik, takut dan cemas di saat itu
pula masalah yang dihadapi tidak menjadi tidak terkontrol dan tidak terarah.62
c. Tingkah Laku
Tingkah laku seseorang yang mengalami ketakutan teraplikasi dalam segala
kegiatan yang dilakukan, pada umumnya perasaan takut cemas, gelisah marah
yang tidak diarahkan pada hal-hal yang positif akan melahirkan prilaku atau
tindakan yang tidak bertanggung jawab.63 Jadi terhadap tingkah laku rasa takut ini
sangat berpengaruh sekali, namun bentuk yang dihasilkan bisa berbentuk positif
atau negatif.
C. Kehidupan dan Kematian
62Siti Muta Mimah, Takut Dalam Perspektif Al-Quran, (Skripsi UIN Jakarta, 2003), h. 32 63Ahmad Mubarok, Sunatullah Dalam Jiwa Manusia Sebuah Pendekatan Psikologi
1. Pengertian Kehidupan dan Kematian
Kehidupan berasal dari kata hidup, yang dalam kamus besar bahasa
Indonesia hidup adalah bergerak,64 perjuangan,65 bagaikan pohon keabadian yang
selalu tumbuh.66 dan kehidupan ini merupakan lawan kata dari kematian. Jadi
lawan dari hidup adalah mati dan begitupun lawan dari mati adalah hidup.
Mengenai pandangan tentang kehidupan di dunia ini para filosof memiliki
dua pandangan sebagaimana yang dikemukakan Qurais Shihab, yang keduanya
bertolak belakang,
”yang pertama adalah yang pesimis sehingga memandang hidup ini sebagai sesuatu yang berat, penuh kesedihan dan kesulitan, lalu berahir dengan maut yang berarti kepunahan. Dan yang kedua yang optimis, menilai hidup sebagai penghormatan dan tanggung jawab yang dapat berahir dengan kebahagiaan dam kekekalan yamg baru diperoleh dengan maut, bagi sebagian yang pesimis menganut paham aji mumpung ”selama anda masih memiliki hidup maka lakukan apa saja yang menyenangkan hati anda sekaligus mewujudkan eksistensi anda jangan hiraukan apapun karena pada akhirnya suka atau tidak suka anda pasti berakhir. Sebagian lainnya yang memandang hidup ini berupa rangkaian dari kepedihan, kesedihan, penyakit dan semacamnya, golongan ini berusaha menghibur diri dengan
berkata ”alam raya terus berubah kelahiran disusul oleh kematian, kehidupan diakhiri oleh ketiadaan dan kepunahan demikian silih berganti karena itu jangan menoklak kematian karena pada akhirnya suka atau tidak suka anda akan punah”.67
Sedangkan kematian, dalam kamus besar bahasa Indosesia mati berarti
sudah hilang nyawa; tidak hidup lagi,68 ”maut atau mati berarti terpisahnya roh
dari zat, jiwa dari badan, atau dari yang ghaib juga dari yang nyata; keluarnya roh
64Tim Penyusun Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan: Balai pustaka, 1998), h. 306.
65A. Aron Lumpin, You Can Chance your life; Aim of Succes, Rahasia menjalani
kehidupan bermakna (Jakarta: Esensi, Erlangga Group, 2006), h. viii.
66Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian, Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme
(Jakarta: Hikmah, 2006), cet. ke-7, h. 80.
67Qurais Sihab Dalam Sambutan buku Psikologi Kematian Mengubah Ketakutan Menjadi
Optimisme, Karangan Komarudin Hidayat. (Jakarta: Mizan Publika. 2008), cet. Ke- XI. h. vii.
68Tim Penyusun Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Depertemen
dari badan atau jasmani,”69 “Kematian adalah terputusnya hubungan roh dengan
badan, perpisahan antara keduanya pergantian keadaan dan perpindahan dari satu
alam kea alam yang lain”70
Lalu apakah seseorang bisa dikatakan mati bila jantungnya sudah tak
berdeyut pernapasan sudah berhenti, dan darahpun sudah tidak mengalir lagi?
Definisi semacam itu mengenai kematian sudah tidak memuaskan untuk zaman
sekarang. Sebab berhentinya pernafasan bisa dibantu dengan alat pernafasan dan
berhentinya denyut jantung dapat diganti dengan jantung buatan.
Perkembangan terakhir disebut mati bila batang otak manusia sudah tidak
lagi berfungsi, meskipun jantung sudah tidak lagi berdenyut ia sudah bisa
dinyatakan mati. Sebab tidak berfungsinya batang otak telah menutup optimisme
kehidupan. Mati yang hakiki terjadi bila semua proses kimia, fisika dan biologi
sudah berhenti. Dalam tubuh manusia terdapat aliran listrik yakni dalam jantung
yang dihitung dengan gelombang-gelombang sebagai akibat bergeraknya organ
tubuh tersebut. Otak juga memiliki gelombang listrik yang berkaitan erat dengan
kejiwaan. Dan kematian merupakan proses kematian-kematian gelombang aliran
listrik tersebut.71
Kematian sebagai suatu proses tidak berfungsinya sel-sel tubuh agaknya
menjadi pendapat umum terutama dalam perkembangan ilmu modern semisal
kedokteran, maka pendapat orang-orang terdahulu bila kematian adalah bila
jantung sudah berhenti berdenyut pernapasan berhenti dan sejenisnya sudah tidak
69Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam III (Jakarta : Ichtiar Baru Van
Hove, 1994), h. 21.
70Ali Muhammad Lagha, Perjalanan Kematian (Jakrta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002),
cet-3, h.17.
71Anis Masykhur, Menyikap Tabir Kematian, (Jakarta: Cv. Sukses Bersama, 2006), cet.
relevan lagi. Sebab berhentinya denyut jantung bisa diatasi dengan transplatansi,
begitu juga dengan pernafasan bisa dihidupkan dengan membuat alat pernapasan
bantu. Maka dari itu yang paling tepat dalam mendefinisikan kematian adalah bila
batang otak sudah tidak berfungsi meskipun jantung masih berdenyut, dan nafas
masih tersenggal-senggal.72
Kematian juga diartikan sebagai perubahan keadaan, setelah meninggalkan
jasad ruh manusia tetap hidup dan merasakan siksaan atau kebahagiaan, maka
perpisahan ruh dengan jasad adalah bahwa ruh sama sekali tidak lagi efektif bagi
jasad. Oleh karena itu, jasadpun tak lagi tunduk kepada perintah-perintahnya,
sesungguhnya anggota-anggota (badan) adalah alat ruh yang dipakai oleh ruh
untuk menggerakan, mendengar dengan telinga, melihat dengan mata, dan
mengetahui hakikat sesuatu dengan kalbunya, di sini hanyalah ungkapan lain
untuk ruh. Kematian adalah ungkapan tentang tidak berfungsinya semua anggota
tubuh yang memang merupakan alat-alat ruh yang saya maksudkan dengan ruh
adalah abstarksi yang melaluinya mencerap pengetahuan, rasa sakit dan lezatnya
kebahagiaan.73
Agar kematian senantiasa diingat, Allah telah menciptakan miniatur dari
kematian yaitu tidur, tidur itu mirip dengan kematian karena itu para ulama
menamakan tidur dengan kematian kecil (maut al-sughro) tidur adalah wafat
sedangkan bangun tidur adalah kebangkitan.74
Dalam surah Al Zumar ayat 42 Allah SWT menjelaskan mengenai tidur
ini,
72Ibid., h. 18.
73Al-Ghozali, Metode Menjemput Maut Persepektif Sufistik, Penerjemah: Ahsin
Muhammad (Bandung: Mizan Pustaka, 2003), cet ke-13 h..121
74Masykhur, Menyikap Tabir Kematian, h. 25.