• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Strategi pemberdayaan komunitas punk MUHAMMAD NI'AM FDK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Strategi pemberdayaan komunitas punk MUHAMMAD NI'AM FDK"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Muhammad Ni’am

NIM: 1111054100051

PRODI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Muhammad Ni’am

Strategi Pemberdayaan Komunitas Punk

Istilah punk atau komunitas punk di Indonesia menunjuk pada sekumpulan individu penghuni jalanan yang berdandan ala punk (pakaian lusuh, sepatu booth, badan bertatto, tindikan dan lain-lain). Hal tersebut menimbulkan stigma masyarakat melekat terhadap punk, bahwa punk atau komunitas punk adalah sekumpulan individu yang perusuh, pemabuk, dan meresahkan masyarakat. Komunitas punk atau punk secara umum memang terkesan eksklusif dan menutup diri dari masyarakat umum, sehingga stigma masyarakat terhadap punk dan komunitasnya semakin kuat.

Komunitas Punk Taring Babi merupakan salah satu komunitas punk yang bermarkas di daerah Jakarta Selatan, dimana komunitas ini menunjukkan eksistensi dan aktifitas mereka yang berlabel punk. Dengan kemandirian, menghargai kebebasan dan kedaulatan individu, komunitas ini melakukan aktifitas produktif dengan bermain musik dan berkarya seni. Dengan sistem kolektif, mereka mampu memberdayakan komunitas dan anggotanya, sehingga komunitas ini mampu berbaur dan diterima oleh masyarakat.

Dalam penelitian ini ingin menganalisis bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan di Komunitas Punk Taring Babi, serta bagaimana strategi dalam memberdayakan komunitas dan anggota. Melalui peran yang dimainkan oleh para pendiri dan juga komunitas, bagaimana Komunitas Punk Taring Babi mampu memberdayakan komunitas dan anggota serta mampu berbaur dan diterima oleh masyarakat.

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, terlihat bahwa Komunitas Punk Taring Babi telah melakukan pemberdayaan terhadap anggota, komunitas, dan masyarakat dalam bentuk berkarya seni yang produktif. Strategi pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Direktif dan Non-Direktif.

(6)

ii

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa, atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis akhirnya dapat menyelesaikan

penyusunan hasil penelitian ini menjadi sebuah skripsi yang berjudul “Strategi

Pemberdayaan Komunitas Punk Taring Babi”. Shalawat serta salam selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya hingga akhir zaman.

Setelah lebih kurang 11 semester menimba ilmu di Prodi Kesejahteraan

Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan segala keterbatasan yang ada,

penulis sangat menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini tidak akan pernah

dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan, arahan, dan

motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati, dengan

penuh keikhlasan penulis haturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Abdus Salam dan Tasliyatun, yang telah

menyelipkan nama anak-anaknya dalam setiap do’a yang telah dipanjatkan kepada-Nya. Berkat do’a dan ridlonya, penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.

2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, serta segenap jajaran Dekanat Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, selaku Ketua dan Hj. Nunung

(7)

iii

kepada pak Ismet Firdaus, M.Si, dan pak Ahmad Zaky, M.Si,

terimakasih atas pembelajaran diri yang telah penulis terima selama

menjadi mahasiswa Kesejahteraan Sosial.

4. Kepada dosen pembimbing saya Ibu Nurkhayati Nurbus, M.Si yang

secara ikhlas dan sabar senantiasa memberikan pemahaman, petunjuk

dan arahan baik dalam proses penyusunan skripsi ini, maupun dalam

memberikan pemahaman diri kepada penulis. Dan semoga Allah

memberikan kesehatan dan limpahan rizki kepada beliau.

5. Kepada Komunitas Taring Babi, Khususnya kepada Bang Mike, Bang

Bob, Bang Kenu, Bang Uge, dan Bang Umam yang sudah bersedia

membantu penulis selama proses penelitian. Serta seluruh keluarga

besar Komunitas Taring Babi yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu.

6. Kepada HMI Cabang Ciputat, terkhusus keluarga besar HMI

KOMFAKDA. Terimakasih telah menjadi wadah penggemblengan

bagi penulis, dan semoga apa yang sudah penulis pelajari dan dalami

akan menjadi ilmu yang bermanfaat dan bekal di hari tua, sebagai

kader pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam akan penulis

tanamkan dan tularkan dalam kehidupan sehari-hari.

7. Kepada HMJ Kesejahteraan Sosial dan keluarga besar mahasiswa

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa

(8)

iv

8. Tanpa mengurangi rasa hormat dan bangga, kepada para senior dan

kawan-kawan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah mengenal Muhammad Ni’am. Terimakasih yang sebesar

-besarnya atas segala bantuan baik secara langsung maupun tidak

langsung, dan dukungannya selama penulis berada di Ciputat. Penulis

yakin dan percaya bahwa tanpa bantuan dan dukungan selama ini,

maka proses ini tidak akan sampai disini.

Ciputat, 17 Januari 2017

Penyusun,

Muhammad Ni’am

(9)

v

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI .v

DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6

D. Metodologi Penelitian 7

E. Tinjauan Pustaka 12

F. Pedoman Penulisan 15

G. Sistematika Penulisan . 15

BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi 17

1. Pengertian Strategi 17

(10)

vi

1. Pengertian Pemberdayaan 23

2. Tahapan-tahapaan dalam Proses Pemberdayaan 26

3. Tujuan Pemberdayaan 27

4. Strategi Pemberdayaan 29

C. Komunitas 32

1. Pengertian Komunitas 32

2. Ciri-ciri Komunitas 33

D. Punk 36

1. Pengertian Punk 36

2. Sejarah Punk 37

3. Jenis-jenis Punk 39

BAB III KOMUNITAS PUNK TARING BABI A. Sejarah Komunitas Punk Taring Babi 43

1. Latar Belakang 43

2. Perjalanan Komunitas Punk Taring Babi 48

B. Kepengurusan Komunitas Punk Taring Babi 53

C. Aktifitas Komunitas Punk Taring Babi 55

(11)

vii

3. Strategi Pemberdayaan 82

B. Peran Komunitas Punk Taring Babi 97

1. Peran Pendiri 97

2. Peran Komunitas Punk Taring Babi terhadap Anggota...98

3. Komunitas Punk Taring Babi dan Masyarakat 100

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 104

B. Saran 106

DAFTAR PUSTAKA 108

(12)

viii

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi masyarakat Indonesia istilah punk merupakan sebuah istilah yang

sudah tidak asing lagi, atau bahkan sudah melekat dalam kehidupan sosial

masyarakat Indonesia. Akan tetapi keberadaan punk atau komunitas punk di

Indonesia tersebut dihadapkan pada stigma masyarakat tentang punk sebagai

anak jalanan atau sampah masyarakat saja. Stigma mengacu pada sebuah

tanda akan malu yang dapat mendorong penghindaran atau reaksi negatif

orang lain. Merasa diberikan stigma dapat mengurangi harga diri individu dan

meningkatkan reaksi negatif orang lain.1

Gaya hidup mereka yang cenderung kepada kebebasan individu

seringkali dikaitkan dengan perilaku-perilaku dan tindakan kekerasan, rusuh,

bikin onar, mabuk-mabukan, seks bebas dan bertindak sesuai dengan

keinginannya sendiri. Ditambah lagi dengan kejadian yang seringkali terjadi

dalam masyarakat, yaitu adanya orang-orang yang berdandan ala punk yang

melakukan berbagai tindakan kriminal seperti, pencurian dan pemalakan. Hal

tersebut mengakibatkan pandangan masyarakat akan punk adalah sekumpulan

pemuda berandalan yang mengganggu masyarakat dan ketertiban umum.

Berbagai macam pemaknaan negatif sering kali dilabelkan kepada para

punker2. Di sisi lain, persepsi tentang menjadi punk itu sendiri juga

disalahpahami oleh sebagian generasi muda yang mengaku-ngaku sebagai

1

Laura A. King, Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h. 294

2

(14)

punker. Dengan berpakaian ala punk, bersepatu boot, ditindik, ditato, mereka

sudah punker, dan sebagian pemuda mengartikan punk sebagai hidup bebas

tanpa aturan. Pemahaman yang salah dan setengah-setengah itu

mengakibatkan banyak dari mereka melakukan tindakan yang meresahkan

masyarakat.3

Bagi sebagian masyarakat yang masih awam tentang punk

menganggap bahwa punk hanyalah sekumpulan pemuda dengan dandanan

yang aneh dan berperilaku negatif. Dengan tampilan luar mereka yang

nyeleneh tersebut, bagi sebagian masyarakat mereka dianggap menyimpang,

perusuh yang mengganggu, dan dianggap sebagai gangguan bagi ketentraman

dan ketertiban umum, kriminal dan berbahaya.

Dalam pengertiannya, punk merupakan perilaku yang lahir dari sifat

benci, melawan, tidak puas hati, dan tidak suka pada sesuatu yang tidak pada

tempatnya (sosial, ekonomi, politik, dan budaya), terutama terhadap tindakan

yang menindas. Para punker mewujudkan rasa itu kedalam musik dan

pakaian mereka dan kemudian menyampaikan kritikan.4 Akan tetapi masih

banyak masyarakat menilai bahwa tindakan yang dilakukan oleh punk dalam

kehidupannya tidak mencerminkan bentuk kritik, malahan cenderung negatif.

Hal tersebut yang membentuk stigma masyarakat tentang punk.

Keberadaan punk di Indonesia tidak hadir karena gejolak yang terjadi

di Inggris dan Amerika. Punk merupakan sebuah gerakan subkultur di Inggris

dan Amerika yang muncul dari kantong-kantong kehidupan perkotaan

(urban), muncul dari masyarakat industrial. Masuknya punk di Indonesia

3

Widya G, PUNK: Ideologi Yang Disalahpahami, (Yogyakarta: Garasi House of Book, 2010), h. 11-12.

4

(15)

berkat pemberitaan media mainstream, kultur punk yang dikenal pertama kali

dalam bentuk musik dan fasion.5 Pada masa awal, punk digandrungi oleh

kelas menengah-atas kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta atau

Bandung, sebagai bentuk sikap atau gaya hidup anak muda perkotaan. Hingga

saat ini perkembangan punk sudah masuk ke berbagai lapisan masyarakat

hingga ke pelosok pedesaan di Indonesia.

Ideologi kuat yang mendasari gerak punk adalah anarkisme, dimana

dalam kehidupan sehari-hari anarkis dimaknai tanpa aturan-aturan yang

mengekang baik dari masyarakat atau pemerintah. Karena mereka bisa

menciptakan sendiri aturan hidup sesuai dengan keinginan sendiri. Keadaan

seperti ini lazim disebut do it yourself (DIY / lakukan sendiri). Dalam

kehidupan sehari-hari punk atau komunitas punk senantiasa mengaplikasikan

konsep DIY dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya.

Misalnya yang terjadi dalam Komunitas Punk Taring Babi atau

Marjinal, budaya DIY di tangan Taring Babi menjadi ekonomi kreatif dengan

memproduksi hingga pendistribusian barang hasil produksi. Konsep DIY

tersebut juga membuat Komunitas Punk Taring Babi menjadi independen dan

mengembangkan sikap Berdikari (berdiri di kaki sendiri).

Komunitas Punk Taring Babi yang bermarkas di Jalan Moh. Kaffi II,

Gang Setiabudi No. 39 Srengseng Sawah, Jagakarsa-Jakarta Selatan tersebut

merupakan sebuah komunitas yang independen, dan juga dikenal sebagai

Marjinal. Mereka menganggap bahwa punk bukan sekedar pernyataan

fashion, punk adalah cara hidup tentang menjadi independen dan menentang

5

(16)

ketidakadilan.6 Markas Komunitas Punk Taring Babi tersebut juga dijadikan

sebagai distro, tempat mereka menjual kaos, lencana, pin, dan album yang

telah mereka buat, serta sebuah studio cetak.

Dalam istilah pemberdayaan masyarakat, budaya DIY yang dijalankan

oleh Komunitas Punk Taring Babi tersebut merupakan suatu bentuk upaya

pemberdayaan. Komunitas tersebut menjalankan peran untuk

mengembangkan anggota, komunitas atau masyarakat yang berada diluar

komunitas agar mempunyai daya guna untuk mencapai kehidupan yang lebih

baik. Sesuai dengan pandangan Shardlow mengenai pemberdayaan, dimana

dia menganggap bahwa pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana

individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka

sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan

keinginan mereka.7

Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan tentang sebuah perubahan ke arah yang lebih baik, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-Ra’d: 11,

ا رِيغي َ َّٱ َنإ ۗ َّٱ ر أ ن هن ظفحي هف خ ن هي ي نيب نِ ٞتٰبِقع هل ا ْا رِيغي ٰىَتح قب

د نِ ل ا ۚهل َدر َف اءٓ س قب َّٱ دارأ ٓا إ ۗ سفنأب لا ن هن

١١

Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu

mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya

atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu

6

Dokumen Komunitas Taring Babi, “Sejarah Komunitas Taring Babi”, Diakses dari

https://id-id.facebook.com/notes/komunitas-taring-babi/sejarah-komunitas-taring-babi/164902803582529. Pada Selasa 18 Agustus 2015.

7

(17)

kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak

ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka

selain Dia.” (QS. Al-Ra’d: 11)

Sesuai dengan makna dalam surah di atas, bahwa tidak ada suatu

perubahan sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka

sendiri. Hal tersebut sesuai dengan konsep pemberdayaan, dimana pemberian

daya untuk perubahan kearah yang lebih baik senantiasa dimulai dan

dilakukan oleh diri sendiri.

Melihat latar belakang diatas, dan stigma yang muncul terhadap punk

maupun komunitas punk. Khususnya dinamika yang terjadi dalam Komunitas

Punk Taring Babi. Atas dasar tersebut penulis tertarik untuk membahas

Strategi Pemberdayaan yang dijalankan oleh Komunitas Punk Taring Babi

dalam memberdayakan anggota dan komunitasnya. Sehingga keberadaan

Komunitas Punk Taring Babi mampu membentuk anggota dan komunitas

lebih berdikari serta diterima dan mampu memberikan kontribusi terhadap

masyarakat sekitar dan masyarakat secara umum.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas dan guna mempermudah dalam

proses penulisan skripsi ini, maka penulis perlu membatasi kajian pada

Strategi Pemberdayaan Komunitas Punk Taring Babi. Dimana akan dikaji

(18)

Babi kepada anggota dan komunitas. Dalam penelitian kali ini akan dikaji

pula bagaimana peran dari para pendiri Komunitas Punk Taring Babi

terhadap anggota, komunitas, dan masyarakat luas.

Agar skripsi ini lebih terarah, maka penulis akan memberikan

pembatasan dan perumusan masalah yang akan dibahas. Masalah akan

dibatasi pada kajian tentang strategi yang dilakukan oleh Komunitas Punk

Taring Babi dalam pemberdayaan terhadap anggota dan komunitasnya.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas dan untuk mempermudah

pemahaman, maka diperlukan perumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana strategi pemberdayaan Komunitas Punk Taring Babi?

b. Bagaimana peran Pendiri, Komunitas Punk Taring Babi terhadap

anggota komunitas?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan dan pembatasan masalah dalam

penulisan skripsi ini, maka terdapat pula beberapa tujuan dalam penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui strategi pemberdayaan

yang dilakukan oleh Komunitas Punk Taring Babi, pemberdayaan

terhadap anggota dan komunitas, serta mengetahui peran komunitas Punk

(19)

2. Manfaat Penelitian

Penelitian dalam bentuk skripsi ini tidak hanya bertujuan untuk

mendapatkan gelar sarjana pada universitas. Akan tetapi diharapkan

penulisan skripsi ini mempunyai manfaat dan nilai guna baik secara

akademis ataupun secara praktis.

Secara akademis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna

baik bagi pengajar maupun pelajar di lembaga pendidikan sebagai bentuk

pengembangan sebuah teori dan juga menambah khazanah keilmuan

pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial. Khususnya pembahasan tentang

pemberdayaan komunitas.

Secara praktis, diharapkan penulisan skripsi ini mampu

memberikan gambaran dan juga tuntunan bagi aktivis maupun praktisi

yang bergerak dalam bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial pada

level komunitas. Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi koreksi atas

stigma pembaca atau masyarakat luas tentang punk, serta memberikan

tambahan informasi aktifitas komunitas punk.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini dilakukan di Komunitas Punk Taring

Babi, yang bermarkas di gang Setia Budi, Srengseng Sawah, Jakarta

Selatan. Dalam penelitian ini diharapkan untuk mengetahui dan

(20)

yang dilakukan oleh Komunitas Punk Taring Babi, serta bagaimana bentuk

pemberdayaan terhadap komunitas dan anggota.

Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif, dimana

dalam pengertianya, penelitian kualitatif merupakan sebuah metode

penelitian yng digunakan dalam mengungkapkan permasalahan dalam

kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta, kemasyarakatan

kepemudaan, perempuan, olahraga, seni dan budaya, sehingga dapat

dijadikan suatu kebijakan untuk dilaksanakan demi kesejahteraan

bersama.8

Sedangkan menurut Bogdad dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J.

Moleong, bahwasanya metodologi kualitatif sebagai prosedur sebuah

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9

2. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat

sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual

sebagaimana adanya saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian

deskripti, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang

8

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) h. 80-81.

9

(21)

menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap

peristiwa tersebut.10

Berdasarkan pemaknaan diatas, maka dalam penelitian ini penulis

berusaha untuk menggambarkan dan menganalis terkait dengan strategi

pemberdayaan pada level komunitas yang dijalankan oleh Komunitas

Punk Taring Babi terhadap anggota komunitas.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini sedikitnya terdapat dua jenis sumber data

yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Sumber data tersebut

dibagi menjadi data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh melalui proses penelitian langsung terhadap

sasaran penelitian yang dilakukan dilapangan. Data yang diperoleh berasal

dari pendiri Komunitas Punk Taring Babi, anggota, dan masyarakat sekitar

komunitas.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari

catatan-catatan atau dokumen dan data yang terkait dengan penelitian. Diantaranya

yaitu buku referensi, dokumentasi terkait Komunitas Punk Taring Babi

dari berbagai pihak, dan bahan bacaan pendukung.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam menemukan data-data yang absah secara objektif, maka

dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik pengumpulan data yang

10

(22)

dapat dilakukan dengan Observasi (pengamatan), Interview (wawancara),

Dokumentasi, dan Triangulasi atau gabungan.11

a. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta

pencatatan secara sistematis. Istilah observasi diarahkan pada

kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang

muncul, dan mempertimbangkan antaraspek dalam fenomena

tersebut.12

b. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dalam

penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi

partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan

observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang

yang ada di dalamnya.13

c. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap

dari metode observasi dan wawanara dalam penelitian kualitatif.14

11

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2010) h. 62-63.

12

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, h. 143.

13

Sugiyono, Memahami Peneelitian Kualitatif, h. 72.

14

(23)

5. Tehnik Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini, sebjek penelian dalam skripsi ini adalah

orang-orang yaang terlibat dalam pemberdayaan yaang dilakukan di

Komunitas Punk Taring Babi. Diantaranya yaitu, pendiri dan anggota

Komunitas Punk Taring Babi. Sedangkan objek penelitian ini adalah

Strategi Pemberdayaan yang terdapat di Komunitas Punk Taring Babi.

Teknik pemilihan subjek penelitian dalam penelitian ini

menggunakan tehnik purposive sampling (bertujuan).Dimana dalam tehnik

tersebut pemilihan subjek penelitian dengan memilih orang-orang yang

mengetahui dan atau memiliki pengetahuan tentang objek penelitian.

Maka dari itu terdapat beberapa pembagian subjek penelitian

sesuai dengan kapasitas pengetahuan yang ingin diteliti. Berikut ini adalah

tabel informan dan objek yang terpilih dalam pengumpulan data

penelitian, diantara yaitu:

Tabel 1.

Rancangan Informan

No. Informan Informasi yang dicari Jumlah

1. Stakeholder

Komunitas

Mengetahui Latar Belakang dan

Gambaran Komunitas, Strategi dan

Bentuk Pemberdayaan, serta peran dari

Stakeholder.

2 Orang

(24)

Komunitas pemberdayaan, bidang keterampilan,

serta menggali keterlibatan anggota

dalam pemberdayaan.

3. Stakeholder

warga sekitar

Mengetahui pandangan warga sekitar

terhadap Komunitas Punk Taring Babi,

mengetahui program atau kegiatan yang

dilakukan Taring Babi dengan warga.

1 Orang

6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Komunitas Punk Taring Babi, jln. Moh.

Kaffi II, Gang Setiabudi No. 39, Rt/Rw 08/11, Kelurahan Srengseng

Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Waktu penelitian dalam

penelitian ini dimulai bulan September hingga Desember 2016.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis melanjutkan pembahasan dalam tulisan ini, terdapat

beberapa karya tulis yang membahas tentang strategi pemberdayaan dan juga

tentang komunitas Punk Taring Babi. Diantaranya yaitu:

1. Skripsi dengan judul “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Program Pemberdayaan Masyarakaat Kelurahan (PPMK) di Kelurahan

Semper Barat Jakarta Utara” yang ditulis oleh Erniyati, NIM :

104054002083, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas

(25)

2011. Dalam pembahasannya, penulis memaparkan tentang strategi

aras mezzo yang dilakukan oleh PPMK melalui pelatihan komputer

dan dana bergulir. Lebih spesifiknya, strategi pelaksanaan program

PPMK di kelurahan Semper barat, yaitu; pelatihan komputer kepada

warga sekitar (28 orang), dan pemberian dana bantuan langsung

kepada masyarakat melalui tribina (bina fisik, sosial, dan ekonomi).

2. Skripsi dengan judul “Strategi Panti Asuhan Baiturrahman dalam

Pemberdayaan Anak Asuh di Yayasan Masjid Jami’ Bintaro Jaya”

ditulis oleh Iin Nurhayati, NIM: 10605400039, Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam (PMI), Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi-UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2010. Skripsi ini membahas tentang

strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh panti asuhan dalam

pemberdayaan anak asuh melalui pelayanan dan pengembangan bidang

pendidikan, keagamaan, fisik, dan bantuan sosial. Dalam penelitiannya

tersebut difokuskan pada program kemandirian anak asuh, melalui

pembinaan fisik, mental, kemandirian maupun keterampilan terhadap

anak asuh.

3. Skripsi dengan judul “Strategi Perlindungan dan Pemberdayaan Anak

Terlantar Melalui Program Rumah Belajar Anak Lembaga

Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Di Kampung Muka Ancol

Pademangan Jakarta Utara” oleh Amy Habibulhadi, NIM:

1110054100016, Prodi Kesejahteraan Sosial. Dalam penelitiannya

(26)

untuk di bina dan di didik dengan ilmu pengetahuan sekolah secara

non formal dan keterampilan life skill.

4. Skripsi dengan judul “ Persepsi Komunitas Punk Taring Babi Terhadap

Pendidikan ” yang ditulis oleh Cessna Oki Triputra, NIM :

109015000112, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Pada pembahasan tulisan

tersebut lebih dikhususkan pada persepsi komunitas Punk Taring Babi

terhadap pendidikan.

5. Buku yang ditulis oleh Widya G, dengan judul PUNK: Ideologi Yang

Disalah pahami. Dalam buku ini dibahas tentang punk atau komunitas

punk dalam sejarah perjalanannya serta identitas punk itu sendiri.

Buku atau karya tulis yang mengkaji tentang punk atau komunitas

punk di Indonesia memang belum banyak, dan masih jarang untuk bisa di

konsumsi secara umum. Dari literatur yang pernah penulis baca tentang

punk memang belum ada karya ilmiah yang membahas dan mengupas

tuntas tentang bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas punk

di Indonesia.

Pembahasan tentang punk di Indonesia memang banyak

dipublikaskan lewat media-media sosial, dan masih jarang yang

dipublikasikan melalui buku agar bisa dikonsumsi oleh masyarakat umum.

Sehingga dalam penulisan skripsi yang mengangkat tema tentang strategi

pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas punk, khususnya pada

Komunitas Punk Taring Babi ini merupakan kompilasi dari berbagai

(27)

F. Pedoman Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang tergabung dalam Pedoman

Akademik Program Strata 1 tahun 2011/2012. Diterbitkan oleh Biro

Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2011.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, maka penulisan

skripsi akan dibagi menjadi beberapa bab yang didalamnya terdapat sub-bab.

Agar lebih sistematis dan terarah, akan dibagi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, terdiri atas latar belakang masalah yang

menjadi dasar dalam penulsan skripsi ini. Selanjutnya terdapat pembatasan

dan perumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian, metodologi penelitian,

tinjauan pustaka, pedoman penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI, dimana didalamnya membahas tentang

pengertian strategi, dimensi strategi dan faktor-faktor yang mempengaruhi

strategi. Selanjutnya tentang pengertian pemberdayaan, tujuan pemberdayaan

serta strategi dalam pemberdayaan. Dan yang terahir yaitu pembahasan

tentang komunitas serta pengertian, sejarah dan jenis punk.

BAB III PROFIL KOMUNITAS PUNK TARING BABI, terdiri dari

sejarah Komunitas Punk Taring Babi, bentuk kepengurusan, dan aktifitas yang

(28)

BAB IV ANALISIS DAN HASIL TEMUAN LAPANGAN, dalam

bab ini akan diuraikan tentang pemberdayaan yang dilakukan oleh Komunitas

Punk Taring Babi terhadap komunitas, anggota, dan masyarakat. Pembahasan

selanjutnya yaitu tentang bentuk pemberdayaan dan strategi pemberdayaan

yang dilakukan oleh Komunitas Punk Taring Babi. Selain itu akan dibahas

juga tentang peran Komunitas Punk Taring Babi terhadap anggota dan

masyarakat.

BAB V PENUTUP, terdiri dari kesimpulan dalam penulisan skripsi,

(29)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Kata “Strategi” berasal dari bahasa Yunani “Strategos” (Stratos =

militer, dan ag= memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang

dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat rencana untuk

memenangkan perang.1 Sedangkan definisi strategi menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan

untuk mencapai sasaran khusus.2

Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara terbaik untuk

mempergunakan dana, daya tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntunan

perubahan lingkungan.3 Menurut Chandler, Strategi adalah penuntun dasar

penyelesaian jangka panjang.4 Sementara Lawrence R. Jauch dan William

F. Glueck menyatakan bahwa strategi adalah rencana yang disatukan,

menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan

dengan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan

1

Agustinus Sri Wahyudi. Manajemen Strategik Pengantar proses berpikir strategik, (Binarupa Aksara, 1996), h. 19.

2

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses dari

http://kamusbahasaindonesia.org/strategi pada Selasa, 03 Januari 2016.

3

Sondang P. Siagian, Analisis serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), h. 17.

4

(30)

utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh

perusahaan.5

Dalam pengertian tentang strategi, terdapat perbedaan antara

Strategi dan Taktik. Perbedaan yang paling mudah antara strategi dan

taktik yaitu, saat kita memutuskan apa yang seharusnya kita kerjakan, kita

memutuskan sebuah Startegi. Sedangkan jika kita memutuskan

bagaimana untuk mengerjakan sesuatu, itulah yang disebut Taktik.

Dengan kata lain, menurut Drucker, Strategi adalah mengerjakan sesuatu

yang benar (doing the right things) dan taktik adalah mengerjaakaan

sesuatu dengan benar (doing the thing right).6

Selanjutnya menurut Karl von Clausewitz, strategi merupakan

suatu seni menggunakan pertempuran untuk memenangkan suatu perang.

Sedangkan taktik adalah seni menggunakan tentara dalam sebuah

pertempuran.7 Dalam kehidupan sehari-hari, strategi sering diartikan

sebagai langkah-langkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi

tercapainya suatu tujuan atau penerima manfaat yang dikehendaki, oleh

karena itu, pengertian strategi sering rancu dengan: metoda, teknik, atau

taktik.8

Berbagai pengertian diatas tentang strategi sudah banyak

dikemukakan oleh para tokoh dan pakar di bidangnya, dimana dijelaskan

5

Lawrence R. Jauch dan William F. Glueck, Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan, Edisi ke-3 (Jakarta: Erlangga, 1988), h. 13.

6

Agustinus Sri Wahyudi. Manajemen Strategik Pengantar Proses Berpikir Strategik, h. 16.

7

Ibid., h. 16.

8

(31)

pula perbedaan pengertian strategi dan taktik yang terkadang menjadi

rancu dalam pengertiannya. Mengingat adanya berbagai pengertian

tentang strategi, maka dalam hal ini diperlukan pandangan tentang strategi

yang sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini.

Diantaranya yaitu pengertian tentang strategi yang dikemukakan

oleh Onong Uchjana, dimana strategi pada hakekatnya merupakan sebuah

perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan.9 Sesuai dengan

pengertian tersebut, terdapat pula pemahaman tentang strategi yang

dikemukakan oleh Steinner dan Minner. Dalam pengertiannya, strategi

adalah penempatan misi, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat

kekuatan eksternal dan internal dalam perumusan kebijaksanaan tertentu

untuk mencapai sasaran dan implementasinya secara tepat, sehingga

sasaran dan tujuan utama organisasi akan tercapai.10

Sebuah strategi tidak dapat berdiri sendiri, terdapat beberapa

dimensi dan faktor dalam strategi untuk menentukan apa yang seharusnya

dikerjakan serta dapat mengurangi ketidakpastian dan kegagalan dalam

perumusan sebuah rencana. Karena strategi merupakan sebuah

perencanaan dan implementasi untuk mencapai sasaran dan tujuan secara

tepat.

9

Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), hal. 32

10

(32)

2. Dimensi Strategi

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dijelaskan bahwa strategi

memiliki beberapa dimensi yang perlu diperhitungkan dan diketahui agar

mengurangi dampak ketidakpastian dan kegagalan dalam merumuskan dan

mengimplementasikan strategi yang telah dibuat serta agar upaya dalam

mencapai tujuan dapat berjalan sesuai dengan rencana atau strategi,

dimensi tersebut antara lain :

a. Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak

Pada tingkat manajemen puncak akan tampak segala bentuk

implikasi berbagai tantangan dan tuntutan lingkungan internal dan

eksternal, pada tingkat manajemen puncaklah terdapat cara pandang

yang holistik dan menyeluruh.11 Selain itu hanya manajemen puncak

yang memiliki wewenang untuk mengalokasikan dana, prasarana, dan

sumber lainnya dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah

diputuskan.

b. Dimensi Lingkungan Internal dan Eksternal

Dimensi lingkungan internal dan eksternal adalah suatu kondisi

yang sedang dihadapi berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman yang harus diketahui secara tepat untuk merumuskan rencana

strategi yang berjangka panjang.12 Dalam kondisi tersebut, manajemen

11

Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 18.

12

(33)

puncak perlu melakukan analisis yang obyektif agar dapat menentukan

kemampuan organisasi berdasarkan berbagai sumber yang dimiliki.

c. Dimensi Konsekuensi Isu Strategi

Dalam mengimplementasikan strategi harus didasarkan pada

penempatan organisasi sebagai suatu sistem. Setiap keputusan strategi

yang dilakukan harus dapat menjangkau semua komponen atau unsur

organisasi, baik arti sumber daya maupun arti satuan-satuan kerja

tersebut dikenal, seperti departemen, divisi, biro, seksi, dan

sebagainya.13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi

Terdapat beberapa faktor yang mendukung dalam merumuskan

strategi agar suatu organisasi tetap eksis, tangguh menghadapi perubahan,

dan mampu meningkatkan efektivitas dan produktivitas. Faktor-faktor

tersebut antara lain:

a. Tipe dan Struktur Organisasi

Tipe dan struktur organisasi yang dipilih untuk digunakan

harus berhubungan dengan kepribadian organisasi tersebut, sebab

setiap organisasi pasti memiliki kepribadian yang khas. Dengan

demikian, dalam struktur organisasi harus terdapat beberapa unsur,

13

(34)

antara lain spesialisai kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau

desentralisasi dalam pengambilan keputusan kerja dan ukuran kerja.14

b. Gaya Manajerial

Dalam teori kepemimpinan dikenal berbagai tipologi

kepemimpinan, antara lain adalah tipe otokratik, parternalistik,

laisezfaire, demokratik, dan kharismatik.15 Namun demikian, tidak ada

satu tipe yang sesuai dan dapat digunakan secara konsisten pada

semua jenis dan kondisi organisasi.

c. Kompleksitas Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal organisasi selalu bergerak dinamis.

Gerakan dinamis tersebut berpengaruh pada cara pengelolaan

organisasi dan termasuk dalam merumuskan dan menetapkan

strategi.16 Karena tidak ada organisasi yang membebaskan diri dari

dampak lingkungan eksternal, maka dinamika tersebut harus dikenali,

dianalisis, diperhitungkan demi mencapai tujuan dan sasaran

organisasi.

d. Hakekat Masalah yang dihadapi

Strategi merupakan keputusan yang diambil oleh manajemen

puncak, oleh karena itu manajemen harus benar-benar mengenali

masalah-masalah yang dihadapi, menganalisis dan mempehitungkan

14

M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjaja Kusuma, Pengantar Manajemen Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2002), h. 131.

15

Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, hal. 32.

16

(35)

masalah-masalah yang akan dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan

serta sasaran organisasi tentunya dengan strategi yang telah

diputuskan.

B. PEMBERDAYAAN

1. Pengertian Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment), berasal dari kata „power’ (kekuasaan atau keberdayaan).17

Dalam definisinnya, pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk

memberikan daya (empowernment) atau penguatan (strengthening) kepada

masyarakat. Karena itu, pemberdayaan dapat disamakan dengan perolehan

kekuatan dan akses terhadap sumberdaya untuk mencari nafkah.18

Istilah pemberdayaan, juga dapat diartikan sebagai upaya

memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok, dan

masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan

pilihan dan mengontrol lingkungannya agar dapat memenuhi

keinginan-keinginan, termasuk aksesibilitasnya terhadap sumberdaya yang terkait

dengan pekerjaannya, aktifitas sosialnya, dll.

Karena itu, World Bank (2001) mengartikan pemberdayaan

sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada

17

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung, Rafika Aditama, 2005). h. 57.

18

(36)

kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice)

atau menyuarakan pendapat, ide, atau gagasan-gagasannya, serta

kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice) sesuatu (konsep,

metoda, produk, tindakan, dll) yang terbaik bagi pribadi, keluarga, dan

masyarakatnya. Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat merupakan

proses meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.19

Selain itu, pemaknaan pemberdayaan dapat dimaknai sebagai

sebuah proses dan tujuan. Pemberdayaan sebagai proses, pemberdayaan

adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau

keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Pemberdayaan sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk

pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial;

yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai

pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik

yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan

diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan

tugas-tugas kehidupannya.20

Disamping pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan,

terdapat pula kelompok yang melihat suatu pemberdayaan dari sisi

keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses.

19

Ibid., h. 26.

20

(37)

Pemberdayaan sebagai suatu program, di mana pemberdayaan dilihat

dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya

sudah ditentukan jangka waktunya. Pemberdayaan sebagai suatu proses,

pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang

hidup seseorang (on-going process).21

Shardlow melihat bahwa berbagai pengertian mengenai

Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok

ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan

mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan

mereka.22

Dalam kesimpulannya, Shardlow menggambarkan bahwa

pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan

gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang pendidikan Ilmu

Kesejahteraan Sosial dengan nama „Self-Determination’. Prinsip ini pada

intinya mendorong klien untuk menentukan sendiri apa yang harus ia

lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia

hadapi. Sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam

membentuk hari depannya.23

21

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam pembangunan kesejahteraan sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002), h. 171-172.

22

Ibid., h. 162.

23

(38)

2. Tahapan-Tahapan dalam Proses Pemberdayaan

Hogan menggambarkan proses pemberdayaan yang

berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima (5) tahapan

utama, yaitu:

a. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak

memberdayakan (recall depowering/empowering experienes);

b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan (discuss reasons

for depowerment/empowerment);

c. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem

or project);

d. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna (identify useful power

bases); dan

e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya

(develop and implement action plans).24

Selanjutnya, dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat

dilihat dari tiga sisi, yaitu:

Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah

pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi

yang dapat dikembangkan.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat

(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,

24

(39)

selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi

langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan

(input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities)

yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam

proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah

lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat.

Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat

mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.25

3. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan,

baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun

karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak

adil).26

Meskipun demikian, target dan tujuan pemberdayaan itu sendiri

dapat berbeda sesuai dengan bidang pembangunan yang digarap. Tujuan

pemberdayaan bidang ekonomi belum tentu sama dengan tujuan

pemberdayaan di bidang pendidikan ataupun di bidang sosial.27

Dalam kaitan dengan konsep pemberdayaan, banyak ahli

membahas tentang ini. Salah satunya adalah Payne, yang mengemukan

25

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato. Pemberdayaan Masyarakat, h. 32.

26

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 60.

27

(40)

bahwa suatu pemberdayaan (empowernment), pada intinya, ditujukan

guna:

“to help clients gain power of decision and action over their own

lives by reduing the effect of social or personal blokcs to exerising existing power, by increasing capacity and sel-confidence to use

power and by transferning power from the enironment to clients.”

(membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menetukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya).28

Maka tujuan pemberdayaan meliputi beragam upaya perbaikan

sebagai berikut:

a. Perbaikan pendidikan (better education), dalam arti bahwa

pemberdayaan harus dirancang sebagai suatu bentuk pendidikan yang

lebih baik. Dan yang lebih penting adalah perbaikan pendidikan yang

mampu menumbuhkan semangat belajar seumur hidup;

b. Perbaikan aksesibiltas (better accessibility), diharapkan adanya

perbaikan aksesibilitas yang menunjang;

c. Perbaikan tindakan (better action), dengan perbaikan pendidikan dan

aksesibilitas diharapkan akan terjadi tindakan-tindakan yang semakin

lebih baik;

d. Perbaikan kelembagaan (better institution), memperbaiki kelembagaan

termasuk pengembangan jejaring kemitraan-usaha;

28

(41)

e. Perbaikan usaha (better busines), diharapkan akan memperbaiki usaha

yang dilakukan;

f. Perbaikan pendapatan (better income), dengan adanya perbaikan usaha

diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperoleh;

g. Perbaikan lingkungan (better environment), perbaikan pendapatan

dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial);

h. Perbaikan kehidupan (better living), tingkat pendapatan dan keadaan

lingkungan yang membaik diharapkan mampu memperbaiki

kehidupan;

i. Perbaikan masyarakat (better community), kehidupan yang lebih, yang

didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik,

diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik

pula.29

4. Strategi Pemberdayaan

Strategi dalam memberdayakan masyarakat bisa dilakukan dengan

dua pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan Direktif, yakni pendekatan yang berlandaskan asumsi

bahwa community worker sangat dominan dalam menentukan upaya

pemberdayaan masyarakat.

b. Pendekatan Non Direktif, yakni pendekatan yang berlandaskan bahwa

masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang

baik untuk mereka. Pemeran utama dalam pendekatan ini adalah

29

(42)

masyarakat itu sendiri, community worker hanya bersifat menggali dan

mengembangkan potensi masyarakat.30

Mengacu kepada Korten, Sumaryadi mengemukakan adanya lima

generasi strategi pemberdayaan, yaitu:

Pertama: generasi yang mengutamakan relief and welfare, yaitu strategi

yang lebih mengutamakan pada kekurangan dan kebutuhan setiap individu

dan masyarakat.

Kedua: startegi community development atau small sale reliant local

development, yang lebih mengutamakan pada kesehatan, penerapan

teknologi tepat-guna, dan pembangunan infrastruktur.

Ketiga: generasi sustainable system development, yang lebih

mengharapkan terjadinya perubahan pada tingkat regional dan nasional.

Keempat: merupakan generasi untuk mengembangkan gerakan masyarakat

(people movement), melalui pengorganisasian masyarakat, identifikasi

masalah, dan kebutuhan lokal, serta mobilisasi sumberdaya lokal yang ada

dan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan.

Kelima: generasi pemberdayaan masyarakat (empowering people) yang

memperhatikan arti penting perkembangan, teknologi, persaingan, dan

kerjasama, generasi ini memperjuangkan ruang gerak yang lebih terbuka

30

(43)

terhadap kemampuan dan keberanian massyarakat, dan pengakuan

pemerintah terhadap inisiatif lokal.31

Dalam pengembangan masyarakat, istilah intervensi yang sering

digunakan adalah intervensi makro atau intervensi komunitas. Intervensi

komunitas (makro) merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang

dalam rangka melakukan perubahan secara terencana pada tingkat

organisasi dan komunitas.32

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan

melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro,

mezzo, dan makro.

a. Aras Mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.

Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam

menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut

sebagai Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (task centered

approach).

b. Aras Mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.

Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai

media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,

biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,

pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki

kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi.

31

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat, h. 170.

32

(44)

c. Aras Makro, pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar

(large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada

sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan

sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,

manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.

Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orang yang memiliki

kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk

memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.33

C. Komunitas

1. Pengertian Komunitas

Menurut Larry Lyon, komunitas adalah kelompok orang yang

bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kepentingan

bersama, saling berinteraksi satu dengan lainnya.34 Definisi lain tentang

komunitas adalah sejumlah keluarga dan individu-individu yang

menempati sebuah wilayah yang saling berdekatan, ditandai oleh

aspek-aspek kehidupan bersama seperti kesamaan dalam cara produksi,

kebiasaan atau tradisi dan bentuk bahasa.35

Pengertian tentang komunitas dapat pula mengacu pada Komunitas

Fungsional, yaitu komunitas yang disatukan oleh bidang pekerjaan mereka

dan bukan sekedar pada lokalitasnya saja. Misalnya, komunitas yang

33

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 66.

34

Esrom Aritonang, dkk., Pendampingan Komunitas Pedesaan, (Jakarta: Sekretariat Bina Desa, 2001), h. 11.

35

(45)

disatukan pada suatu organisasi profesi, seperti komunitas pekerja sosial,

komunitas dokter, komunitas pengacara, komunitas perawat dan

komunitas psikolog.

Ataupun komunitas fungsional berdasarkan pekerjaannya,

misalnya komunitas anak jalanan, komunitas pemulung, komunitas

pedagang asongan, komunitas pengamen, dan juga komunitas pengemis.36

Sedangkan Ferdinand Tonnies menjelaskan dalam bukunya

“Gemeinschaft und Gesellschaft-Community and Society” bahwa,

secara tipikal “gemeinschaft” mengacu kepada tata hubungan manusia

sebagai keluarga besar di pedesaan, sedangkan “geselleschaft” mengacu

kepada tatanan masyarakat yang lebih kapitalistis. Gemeinschaft atau

komunitas didasarkan atas “kehendak alami” seperti sentimen, tradisi, dan

ikatan umum sebagai kekuatan yang mengatur.37

2. Ciri-ciri Komunitas

Suatu komunitas dapat terbentuk berdasarkan ikatan geografis,

mata pencaharian, tingkat usia, jenis kelamin atau berdasarkan

tingkat-tingkat kepentingan. Selain itu, terbentuknya komunitas ditentukan oleh

adanya ikatan-ikatan yang menciptakan kesatuan keluarga dan

individu-individu dalam satu wadah. Ikatan-ikatan tersebut antara lain: ikatan

36

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2001), h. 37.

37

(46)

wilayah, ikatan sosial-ekonomi, ikatan kelas sosial, ikatan usia, ikatan

jenis kelamin dan ikatan kepentingan.38

Jim Ife dan Frank Tesoriero memaknai komunitas sebagai suatu

bentuk organisasi sosial dengan lima ciri terkait berikut ini.

a. Skala Manusia

Suatu komunitas melibatkan interaksi-interaksi pada suatu

skala yang mudah dikendalikan dan digunakan oleh individu-individu.

Jadi, skalanya terbatas pada orang-orang yang saling mengenal atau

dapat dengan mudah untuk saling berkenalan apabila diperlukan, dan

di mana interaksi-interaksi sedemikian rupa sehingga mudah di akses

oleh semua orang

b. Identitas dan kepemilikan

Bagi kebanyakan orang, kata komunitas akan memasukkan

sebentuk perasaan „memiliki’, atau perasaan diterima dan dihargai

dalam lingkup kelompok tersebut. Hal ini menyebabkan penggunaan

istilah anggota komunitas; konsep keanggotaan memiliki arti

memiliki, penerimaan oleh yang lain dan kesetiaan kepada

tujuan-tujuan kelompok.

Termasuk ke dalam suatu komunitas memberikan rasa identitas

kepada seseorang. Komunitas tersebut dapat menjadi bagian dari

38

(47)

konsep-diri sesorang, dan merupakan sebuah aspek penting dari

bagaimana seseorang memandang tempatnya di dunia.

c. Kewajiban-kewajiban

Keanggotaan dari sebuah organisasi membawa baik hak

maupun tanggung jawab, dan sebuah komunitas juga menuntut

kewajiban tertentu dari para anggotanya. Oleh karena itu, menjadi

seorang anggota dari sebuah komunitas seharusnya tidak menjadi

pengalaman yang murni pasif, tetapi seharusnya juga melibatkan

sesuatu partisipasi aktif.

d. Gemeinschaft

Struktur-struktur dan hubungan-hubungan Gemeinschaft

terkandung dalam konsep komunitas, sebagai lawan dari struktur dan

hubungan Gesellschaft dari masyarakat massa (mass society). Jadi,

sebuah komunitas akan memungkinkan orang berinteraksi dengan

sesamanya dalam keragaman peran yang lebih besar, yang

peran-peran tersebut kurang dibeda-bedakan dan bukan berdasarkan kontrak,

dan yang akan mendorong interaksi-interaksi dengan yang lain

sebagai „seluruh warga’ ketimbang sebagai peran atau kategori yang

terbatas dan tetap. Hal ini tidak hanya penting dalam pengertian

pengembangan-diri, kontak antar manusia dan pertumbuhan pribadi –

ia juga memungkinkan individu-individu untuk menyumbangkan

berbagai bakat dan kemampuan untuk keuntungan yang lain dan

(48)

e. Kebudayaan

Sebuah komunitas memungkinkan pemberian nilai, produksi

dan ekspresi dari suatu kebudayaan lokal atau berbasis-masyarakat,

yang akan mempunyai ciri-ciri unik yang berkaitan dengan komunitas

yang bersangkutan, yang akan memungkinkan orang untuk menjadi

produsen aktif dari kultur tersebut ketimbang konsumen yang pasif,

dan yang akan, kemudian, mendorong baik keanekaragaman diantara

komunitas maupun partisipasi yang berbasis-lebar.39

D. Punk

1. Pengertian Punk

Punk adalah perilaku yang lahir dari sifat melawan, tidak puas hati,

marah, dan benci terhadap sesuatu yang tidak pada tempatnya (sosial,

ekonomi, dan budaya) terutama pada tindakan yang menindas. Punk itu

menyampaikan kritikan, mereka hidup bebas dan tetap bertanggung jawab

pada setiap pemikiran dan tindakannya. Oleh sebab itu, mereka

menciptakan perlawanan yang hebat dengan realisasi musik, gaya hidup,

komunitas, dan kebudayaan sendiri.40

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Punk diartikan sebagai

pemuda yang ikut gerakan menentang masyarakat yang mapan, dengan

39

Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014), h. 191-194.

40

(49)

menyatakannya lewat musik, gaya berpakaian, dan gaya rambut yang

khas.41

Pemaknaan tentang Punk juga dipaparkan oleh Mike Marjinal

(salah satu pendiri komunitas Taring Babi) sebagai berikut,

“punk itu identik dengan suatu kebebasan, yang mana di dalamnya

memiliki pesan-pesan yang bicara akan perubahan untuk sebuah keadilan bersama serta memberikan suatu motivasi mengenai bagaimana orang memahami hidup dan lingkungannya sehingga mampu menjadi dirinya sendiri (be your self).42

Bob Oi (salah satu pendiri komunitas Taring Babi), juga

mengungkapkan tentang punk bahwa:

“kita semua sama disini, semua manusia sama, bagaimana kita bisa saling memahami, bisa saling mengerti, bisa saling support, respect, menjaga semua, nah itu, itu punk”43

2. Sejarah Punk

Sejarah punk berawal dari generasi di Amerika dan Inggris yang

berkembang menjadi bervariasi diberbagai belahan dunia secara positif

dan negatif. Kata “Punk” pertama kali muncul dalam esai tahun 1970

Kamus Besar Bahasa Indonesia online, diakses dari http://kbbi.web.id/punk, pada selasa, 17 Januari 2017.

42

Wawancara Pribadi dengan Mike Marjinal, di Sanggar Komunitas Taring Babi, Jakarta, pada Selasa, 15 November 2016.

43

Transkip wawancara dengan Bob Oi, Dokumen “Observasi Komunitas Taring Babi @

(50)

musik punk bagai tangisan pedih menuju jurang omong kosong. Jika

dalam puisi, maka puisi itu dimuntahkan tanpa plot.44

Ketika Punk muncul di Inggris, negara itu sedang mengalami krisis

ekonomi sehingga banyak masalah yang timbul seperti pengangguran yang

parah dan peningkatan kekerasan di jalanan. Oleh sebab itu, generasi muda

di Inggris khususnya yang berasal dari kalangan kelas pekerja, menjadikan

Punk sebagai wadah yang mewakili suara mereka. Punk menjadi sebuah

terobosan dalam hal kebebasan berbicara bagi kaum muda kelas bawah

yang jarang memiliki suara, baik secara budaya maupun politik.45

Punk di Indonesia tidak hadir karena gejolak yang terjadi

sebagaimana di Amerika atau Inggris. Masuknya punk di Indonesia berkat

pemberitaan media mainstream. Kultur punk dikenal pertama kali dalam

bentuk musik dan fashion. Permasalahan nyata disekitar punk ataupun

anggapan keliru tentang punk yang kemudian timbul dalam masyarakat

bukanlah hal yang mengherankan. Hanya saja adopsi mentah secara

mencolok mengakibatkan punk dicap negatif.

Punk yang menciptakan suatu perubahan, gaya hidup, komunitas,

dan budaya sendiri juga berlaku di Indonesia bahkan cukup marak. Taring

Babi adalah salah satu contoh dari komunitas punk yang suka

bersosialisasi. Mereka jauh dari kesan punk yang menyeramkan. Meski

bergaya punk, mereka suka melakukan kegiatan yang melibatkan

44

Widya G, Punk: Ideologi yang Disalahpahami, h. 12-13.

45

(51)

masyarakat sekitar, semisal menyablon, melukis, cukil kayu, membuat

souvenir, atau belajar membuat tatto.46

3. Jenis-jenis Punk

a. Anarcho Punk

Anarcho Punk termasuk salah satu komunitas yang keras dan

idealis dengan ideologi yang mereka anut. Mereka menganut

anti-otoritarian dan anti-kapitalis. Dapat dikatakan mereka menutup diri

dengan orang lain dan kekerasan menjadi bagian kehidupan mereka.

Disisi lain, banyak dari anarcho punk adalah pendukung isu-isu

hewan, kesetaraan ras, anti-homofobia, feminisme,

environmentalisme, otonomi pekerja, gerakan anti-perang, dan

gerakan anti-globalisasi. Anarcho punk juga mengkritik lemahnya

gerakan punk itu sendiri dan budaya pemuda yang lebih luas secara

umum.47

b. Crust Punk

Crusties merupakan istilah untuk anggota sub-kultur yang

sekarang lebih dikenal dengan istilah crust punk yang merujuk pada

punk jalanan atau penghuni liar. Anggota crust punk terkenal

berpenampilan kusut dan kritikannya yang pedas. Mereka juga suka

melakukan protes di jalanan, mengemis, penghuni liar, melompat naik

ke kereta, penghibur jalanan dan tuna wisma muda. Banyak crusties

46

Ibid., h. 117-119.

47

(52)

yang bergaya hidup bermigrasi mengambil pekerjaan sementara atau

musiman seperti panen tanaman. Pekerjaan yang tidak tetap tersebut

sering membuat mereka tampak bagai pengangguran.48

c. Glam Punk

Para anggota dari komunitas ini merupakan para seniman yang

pengalaman sehari-harinya dituangkan sendiri dalam berbagai macam

karya. Mereka menjuhi perselisihan dengan sesama komunitas

maupun orang lain. Band glam punk yang berpengaruh adalah New

York Dolls dengan penampilannya yang androgini49.50

d. Nazi Punk

Nazi punk merupakan minoritas terkecil di sub-kultur punk.

Anggotanya berpaham ideologi nasionalis kulit putih yang erat

kaitannya dengan skinhead kulit putih. Dalam bermusik, seperti

halnya sifat nazi, mereka menggunakan lirik yang mengungkapkan

kebencian terhadap kelompok-kelompok minoritas seperti

orang-orang Yahudi, kulit hitam, multi-ras, dan homoseksual.51

e. Oi

Androgini adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan.

50

Widya G, Punk: Ideologi yang Disalahpahami, h. 56.

51

Ibid., h. 57.

52

(53)

kaum elit atau orang yang bekerja sepanjang hari sebagai budak gaji

atau orang yang selalu merasa berbeda dapat dikaitkan dengan Oi.53

f. Queercore

Queercore adalah budaya dan gerakan sosial yang dimulai pada

pertengahan 1980-an sebagai sebuah cabang dari punk. Anggotanya

terdiri dari orang-orang yang pada umumnya “sakit”, yaitu para

lesbian, homoseksual, biseksual, dan para transeksual. Queercore

mengekspresikan dirinya dalam gaya do it yourself melalui majalah

penggemar, musik, menulis, seni, dan film.54

g. Riot Grrrl

Riot grrrl merupakan gerakan punk feminis bawah tanah yang

dimulai awwal tahun 1990-an. Riot band grrrl sering mengangkat

isu-isu seperti pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, seksualitas,

dan pemberdayaan perempuan.55

h. Scum Punk

Scum punk menamakan anggotanya sebagai straight edge

scene. Mereka sangat peduli dengan kenyamanan, kebersihan,

kebaikan moral, kesehatan, menhahargai diri sendiri juga orang lain.

Mereka berusaha tidak mengkonsumsi zat-zat yang dapat merusak diri

sendiri. Scum punk mencoba menggabungkan antara kehidupan keras

53

Widya G, Punk: Ideologi yang Disalahpahami, h. 57.

54

Ibid., h. 58.

55

(54)

dengan musik punk yang sama kerasnya. Di sisi lain, terdapat

pro-kontra dalam scum punk karena mereka memiliki filosofi hidup life

hard die young. Hidup mereka untuk hari ini, tidak terlalu memikirkan

masa depan.56

i. Skate Punk

Skate punk dimulai pada pertengahan 1980-an di California.

Ketika itu, bermain skateboard semakin populer dan dianggap sebagai

suatu bentuk perlawanan. Adanya tumpang tindih yang signifikan

antara suara skate punk dan bentuk lain dari punk, membuat banyak

band dari skate punk juga termasuk ke dalam genre seperti pop punk,

melodic hardcore, hardcore punk, dan trashcore.57

j. Ska Punk

Ska punk merupakan gabungan antara punk dengan musik asal

Jamaika yang biasa disebut reggae. Mereka juga memiliki jenis tarian

tersendiri yang biasa mereka sebut dengan skanking atau pogo.58

56

Ibid., h. 59.

57

Ibid., h. 60.

58

Gambar

Tabel 1 Rancangan Informan
tabel informan dan objek yang terpilih dalam pengumpulan data
gambar 1. Logo Taring Babi
gambar 3. ruangan depan berisi tempelan hasil karya cukil
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tesis dengan judul

Variabel tersebut memang sudah banyak diambil dalam beberapa penelitian oleh para peneliti sebelumnya, namun masih menunjukkan variasi hasil penelitian atau

Cerita Mahabarata khususnya tokoh Wisanggeni menjadi hipogram terciptanya karya transformasi novel Wisanggeni Sang Buronan dengan mengongkretkan cerita pewayangan yang

Pengeringan yang dilakukan pada buah mahkota dewa bertujuan mengurangi kadar air dalam bahan, sehingga air yang tersisa tidak dapat digunakan sebagai media hidup

Hasil komparasi kedua tabel tersebut menunjukkan bahwa KPP Pratama yang dikategorikan paling efisien pada tabel 5.3 yaitu KPP Pratama Gambir Satu merupakan KPP

Hasil uji perbedaan rata-rata peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan uji-t dan mengambil taraf signifikan  = 0,05, dinyatakan bahwa peningkatan

– Speedup adalah perbandingan antara waktu yang diperlukan algoritma sekuensial yang paling efisien untuk melakukan komputasi dengan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan

(1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan minat belajar IPA materi Struktur Bumi dan Matahari pada siswa kelas V SD Negeri Pesayangan 01 antara pembelajaran