• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KOMPETENSI GURU SMK

A. Pengertian Kompetensi

Guru yang efektif dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki kompetensi. Menurut Spencer dan Spencer (1993), yang dimaksud dengan kompetensi adalah sebagai berikut. "A competency is an underlying characteristic of an individual that is casually related to criterion-referenced effective and/or superior performance in a job or situation. Spencer dan Spencer memberikan penjelasan sebagai berikut:

Underlying characteristic means the competency is a fairly deep and enduring part or a person's personality and can predict in a wide of situations and job tasks. Causally related means that a competency causes or predict behavior and performance. Criterion-referenced means that the competency actually predicts who does something well or poor, as measured on a specific criterion or standard. Example of criteria are the dollar volume of sales for salesperson of a number or clients who stay "dry" for alcohol-abuse counselors.

Lebih lanjut Spencer dan Spencer mengkategorisasikan kompetensi menjadi dua yaitu threshold competencies dan differentiating competencies berdasarkan dengan the job performance criterion they predict, dengan penjelasan sebagai berikut:

Threshold competencies. These are the essential characteristics (usually knowledge or basic skills, such as the ability to read) that everyone in a job needs to be minimally effective but that do not distinguish superior from average performers. A threshold competency for a salesperson is knowledge of the product or ability to fill out invoice.

33

Kompetensi Threshold merupakan kompetensi umum (berupa pengetahuan, ketrampian dasar, seperti kemampuan untuk membaca) yang dimiliki setiap orang dalam melaksanakan pekerjannya, agar tercapai tujua minimal. Setiap orang memiliki kompetensi sama, sehingga tidak ada perbedaan kompetensi yang dimiliki pegawai tingkat atas dan pengawai pada umumnya. Kompetensi Threshold untuk penjualan adalah pengetahuan tentang produk dan keampuan memasarkannya.

Differentiating competencies. These factors distinguish superior form average performers. For example, achievement orientation expressed in a person's setting goals higher than those required by the organization, is a competency that differentiates superior form average salesperson.

Kompetensi Differentiating adalah kompetensi yan menbedakan antara pegawai atasan dengan pegawai pada umumnya. Sebagai contoh prestasi kerja yang diekspresikan sesorang pegawai bisa lebih tinggi dari standar yang ditetapkan organisasi. Hal ini yang mmebedakan kompetensi antara atasan dengan pegawai pada umumnya.

Masih berkaitan dengan konsep standar kompetensi, Australia national Training Board (NTB) menguraikan sebagai berikut (Smith,1995:97). Competencies bring all these elements of task, skill and knowledge together and add a performance standard. Thus a competency is written in the form of a task to be carried out, the skill required to do it and the standard to which the task must be performed. In a bid standardize the construction of competency statements, the NBT has divided the notion into the following:

1. Unit of competency referring to the general area of the job;

2. Elements of competency describing the precise tasks to be carried out and the skill required;

3. Performance criteria defining the standard that should be met before the trainee can be described as competent.

34

Hooghiemstra (1992) menjelaskan threshold and differentiating competencies dapat membantu menyediakan pola untuk memandu dalam seleksi pegawai, perencanaan pemilihan (succession planning), penilaian dan pengembangan kinerja. Lebih detail disebutkan :

"competencies can be motives, traits, self-concepts, attitudes or values, content knowledge, or cognitive or behavioral skill -any individual characteristic that can be measured or counted reliably and that can be shown to differentiate significantly between superior arid average performers, or between effective and ineffective performers."

Dijelaskan pula bahwa kompetensi dapat dikaitkan dengan kinerja, dimana mengindikasikan bahwa motif, sifat, konsep diri dan kompetensi pengetahuan dapat ditimbulkan oleh situasi yang mengharapkan kecakapan perilaku dan kinerja. Kompetensi itu sendiri termasuk juga intensi (intention), tindakan (action), dan hasil (outcome). Kedua penjelasan definisi di alas (Boyatzits dan Hoogheimstra) mengandung arti bahwa kompetensi adalah setiap karakteristik seseorang yang dapat membedakan tingkat kinerja, sebagaimana digambarkan oleh Hooghiemstra (1992) pada Gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3. 1. Competency casual flow model Motive Trait Self-concept Knowledge Skill Personal Characteristics Behaviour Job Performance

35

Kompetensi menurut Shuttleworth (1993) adalah:

”.the combination of learn think' and 'can do' may synergize to generate a 'can cope' expertise which transcends competence into the capability to deal effectively with contingency. This represents a powerful combination of the reflective practitioner and the competent doer to yield the practitioner who can do and who, equally, can reflect.. .on what she/he is dding.. .the competence movement will gain wider integrity and acceptance from being underpinned by a development approach of human need that must be satisfied to secure a solid foundation for a professional career'.

Sedangkan The International Board of Standards for Training, Performance and Instruction mendefinisikan kompetensi sebagai "a set of related knowledge, skills and attitudes that enable a person to effectively perfonn the activities of a given occupation or function to standards expected in employment. n Selain itu the International Board of Standards for Training, Perfonnance and Instruction (IBSTPI) memberikan kriteria suatu kompetensi (a competency) sebagai berikut:

1. A competency is a short, general description of complex effort

2. A competency is demonstrated in behavior -not a personality trait or belief

3. A competency provides accepted standards of performance for a profession

4. A competency can be developed through training The Office of Personnel Management (US) mendefinisikan kompetensi sebagai "a measurable pattern of knowledge, skills, abilities, behaviors, and other characteristics that an individual needs to perform work roles or occupational functions successfully". Sementara National Public Administration Competency Standards (Australia) mendefinisikan kompetensi sebagai "the necessary knowledge and skills to perform a particular work role to the standard required within industry".

Penetapan standar kompetensi dimaksudkan agar guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki acuan yang jelas dalam lima tipe dari karakteristik kompetensi, yaitu motif

36

(motive), sifat (traits), konsep pribadi (self-concept), pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill), (Spencer and Spencer, 1993). Aparatur yang bersangkutan harus selalu mengacu kepada standar yang telah ditetapkan ini. Hal ini penting agar modal pengetahuan, keahlian dan perilaku yang dimiliki oleh sumber daya manusia aparatur serta pengembangannya dapat memiliki konstribusi yang signifikan untuk mencapai aims, objectives, indicators dan target organisasi.

Penetapan standar kompetensi juga merupakan langkah mampertegas dan memperjelas kualifikasi guru dalam melaksanakan tugas-tugas atau tanggung jawabnya sesuai dengan kompetensi jabatan yang telah ditentukan sehingga kinerja satuan pendidikan akan lebih baik. Standar kompetensi memiliki multi fungsi yang berguna sebagai acuan dalam rangka seleksi/rekruitmen (selection/recruitment), promosi/penempatan (promotion/placement), kompensasi, observasi/pelatihan (observation/coarching), penilaian kinerja (performance appraisal), penilaian kebutuhkan pendidikan dan pengembangan (training and development needs assessment), daya adaptasi organisasi (organizational alignment), perencanaan karier (career planning), dan perencanaan suksesi (suc-cession planning). Standar kompetensi akan banyak berguna untuk evaluasi kinerja organisasi dan jabatan (job and performance appraisal) maupun untuk pembinaan dan pengembangan pegawai yang selama ini belum sepenuhnya mengacu pada standar kompetensi.

B. Kompetensi Guru

Unesco (2010) membedakan antara skill (ketrampilan) dengan competence (kompetensi). Dalam hal skill dinyatakan sebagai berikut. "Skill: the relevant knowledge and experience needed to perform a specific task or job and/or the product of education, training and experience which, together with relevant know-how, is characteristic of technical knowledge". Ketrampilan adalah pengetahuan dan pengalaman yang relevan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan yang spesifik, atau sebagai produk dari pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang relevan

37

dengan "tahu bagaimana caranya" (know- how) yang merupakan karakteristik dari pengetahuan teknis.

Sedangkan kompetensi diartikan sebagai berikut. "Competence: the proven and individual capacity to use know- how, skills, qualifications or knowledge in order to meet both familiar and evolving occupational situations and requirements". Kompetensi adalah kemampuan individu dalam menggunakan "pengetahuan bagaimana caranya, ketrampilan dan pengetahuan untuk mememenuhi tuntutan pekerjaan.

Terdapat dua macam kompetensi, yaitu generic skill dan transferable comptence. Genric skill dinyatakan sebagi berikut. "Generic skills: the skills that support lifelong learning, including not only literacy and numeracy (i.e. basic skills), but also communication skills, problemsolving skills, teamworking skills, decision-making skills, creative thinking, computer skills and continuous learning skills". Selanjutnya transferable comptence dinyatakan sebagai berikut. "Transferable competences: the competences individuals have which are also relevant to jobs and occupations others than the ones they currently have or have recently had".

Kompetensi kunci atau inti kompetensi adalah seperangkat ketrampilan pelengkap yang mendukung generic skill yang ada pada individu yaitu :

1. to acquire new qualifications more easily;

2. to adapt to changing technological or organisational contexts; and/or

3. to achieve mobility on the labour market, including by means of career development.

Jean-Claude Vachon dan Richard Gagnon dalam bukunya Teacher Training in Vocational Education (2002), menyatakan bahwa, suatu kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Competency exists in a real-life setting. Kompetensi itu ada pada kondisi yang riil yang bisa diamati

38

2. Competency follows a progression from simple to complex. Kompetensi itu berjenjang dari pekerjaan yang sederhana sampai yang rumit

3. Competency is based on a set of resources. Kompetensi didasarkan dari seperangkat sumber daya

4. Competency is based on the ability to mobilize resources in situations requiring professional action. Kompetensi didasarkan pada kemampuan menggunakan sumber daya dalam menunjang unjuk kerjanya

5. Competency is part of intentional practice. Kompetensi merupakan bagian dari praktik yang intensif

6. Competency is demonstrated as a successful, effective, efficient, recurrent performance. Kompetensi dapat diemontrasikan secara sukses, efektif, efisien

7. Competency is a project, an ongoing pursuit. Kompetensi merupakan suatu jenis pekerjaan yang berkemang terus

Gambar 3.2 Kualitas Guru yang Efektif (Jean-Claude Vachon dan Richard Gagnon : 2002)

39

James H Stronge (2004) dalm Handbook of Qualities Teahers menyatakan bahka, kompetensi guru ditunjukkan pada gambar 3.2. Pada gambar 3.2 ditunjukan bahwa elemen kompetensi guru meliputi:

1. Prerequisites of effective Teaching. Elemen kompetensi ini

meliputi: verbal ability, content knowledge, educational cource work, teacher sertification, teaching experience. Setiap guru memerlukan persyaratan untuk bisa mengajar secara efektif. Persyaratan tersebut adalah: kemampuan berkomunikasi secara verbal (verbal ability), menguasai bidang studi yang akan diajarkan (content knowledge), menguasai metode mengajar (educational cource work), memiliki sertifikat guru (teacher sertification), dan pengalaman mengajar (teaching experience) Secara visual hubungan antara kemampuan verbal, penguasaan

materi yang diajarkan, metode mengajar dan pengalaman mengajar dapat digambarkan seperti gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3. Persyaratan pengajaran yang efektif

2. Teacher as Person. Guru sebagai seorang pribadi, oleh

karena itu seorang guru harus memiliki kompetensi kepribadian. Ada perdebatan apakah guru itu dilahirkan atau dibentuk. Pandangan yang bersifat kompromi menyatakan bahwa guru yang baik itu ya dilahirkan, sehingga sejak lahir telah memiliki kepripadian yang cocok sebagai seorang guru, dan dibentuk melalui pendidikan akademik dan profesional

Kemampuan Verbal Penguasaan Materi Ajar Penguasaan Metode Mengajar Sertifikasi Guru Pengalaman Guru

40

agar menjadi guru yang profesional. Guru yang memiliki kepribadian yang mantap merupakan salah satu indikator guru yang profesional. Indikator yang terkait dengan kompetensi kepribadian guru Jean-Claude Vachon dan Richard Gagnon berikut "The indicators associated with The Teacher as a Person are caring, fairness and respect, attitude toward the teaching profession, social interactions with students, promotion of enthusiasm and motivation for learning, and reflective practice". Indikator yang terkait dengan kepribadian guru adalah: a) caring: guru mampu memahami nilai-nilai dan keunikan setiap murid; b) fairness and respect: memperlakukan murid secara terbuka dan penuh perhatian; c) attitude toward the teaching profession: sikap positif terhadap profesi guru; d) social interactions with students: interaksi sosial terhadap dengan murid; e) promotion of enthusiasm and motivation for learning: memiliki antusias dan motivasi dalam pembelajaran sehingga murid-murid yang diajar mencapai prestasi yang tinggi f) and reflective practic: selalu melakukan refleksi terhadap praktik-pratik yang telah dilakukan untuk mengetahui kekuranganya dan selanjutnya diperbaiki.

Hubungan antara elemen pada guru sebagai pribadi (kompetensi kepribadian) ditunjukkan pada gambar 3.4

Gambar 3. 4 Hubungan antara elemen pada guru sebagai pribadi

Caring Fairness and respect Attitude toward the teaching Teacher as a person Social interactions with students Promotion of enthusiasm and motivation for learning

41

3. Classroom management and organization: guru harus

memiliki kompetensi dalam manajemen dan organisasi kelas. Ruang kelas dalam pendidikan dapat diibaratkan sebagai kendaraan,di mana murid-murid adalah penumpangnya, dan guru adalah sopirnya. Guru bertugas membawa murid untuk mencapai suatu tujuan. Supaya kendaraan yang dipakai murid- murid nyaman sampai tujuan, maka kelas perlu diorganisasikan dan dikelola dengan baik. Sebagai seorang sopir harus tahu rambu-rambu lalu lintas dalam pembelajaran.

Organisasi kelas terkait dengan pengaturan fisik kelas dan manajemen kelas merupakan strategi guru untuk mengoptimalkan dan memecahkan masalah yang timbul di kelas. Guru yang efektif akan menggunakan aturan dan prosedur dalam mengelola kelas agar murid dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Manajemen kelas digunakan tidak untuk mengontrol perilaku murid untuk mengatur kelas agar pelaksanaan pembelajaran di kelas semakin baik.

Worsham (2003) mengemukakan hubungan antara manajemen kelas, organisasi kelas dengan harapan terhadap perilaku murid (expectations for student behavior), yang dapat digambarkan seperti gambar 3.5 berikut. Berdasarkan gambar 3.5 tersebut terlihat bahwa, pola manajemen kelas yang digunakan oleh guru, tergantung pada perilaku murid yang diharapkan dan organisasi kelas.

Gambar 3.5. Hubungan antara perilaku murid yang diharapkan, organisasi kelas dengan manajemen kelas

Classromm Management Expectation for student

behavior

Classromm Organization

42

4. Organization for instruction. Guru yang efektif harus memiliki kompetensi dalam mengorganisaikan pembelajaran, agar pelaksanaan dan hasil pembelajaran menjadi optimal. Komponen dalam pengorganisaian pembelajaran meliputi:

a. focusing on instruction (fokus dalam pembelajaran); pembelajaran merupakan kegiatan utama pada setiap sekolah. Guru yang efektif harus tahu secara mendalam hal-hal yang terkait dengan pembelajaran di sekolah, situasi kelas dan cara mengelola kelas

b. maximizing instructional time (penggunaan waktu secara maksimum); Seorang guru harus dapat mengatur waktu secara optimal untuk pembelajaran, agar materi pembelajaran yang telah disiapkan dapat terlaksana dan tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. c. expecting student to achieve. Guru yang efektif harus

memiliki kompetensi untuk merumuskan apa yang harus dicapai oleh murid. Oleh karena itu guru harus dapat merumuskan tujuan pada setiap pembelajaran, dan tujuan ini harus disampaikan pada murid agar dapat difahami semua murid untuk dicapai melalui proses pembelajaran. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran maka tujuan harus dirumuskan secara realistik, dengan memperhatikan an murid dan sumber daya yang dimiliki

d. planning and preparing for instruction (perencanaan dan persiapan untuk pembelajaran). Guru yang efektif harus memiliki kompetensi untuk membuat rencana pembelajaran dan bahan-bahan pendukungnya agar yang digunakan dalam pembelajaran agar tujuan pembeajaran tercapai secara efektif dan efisien.

Hubungan antara organisasi pembelajaran dengan focusing on instruction, maximizing instructional time, expecting student to achieve, planning and preparing for instruction dapat digambarkan seperti gambar 3.6 berikut.

5. Implementing Instruction. Implementasi pembelajaran. Kelas yang efektif dapat dirumuskan secara sederhana, yaitu guru mengajar dengan baik, dan murid belajar dengan baik.

43

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, implementasi dalam pembelajaran meliputi: instructional strategies that work; communicational of content and skill knowledge; instructional compexity; quentioning stretegies; student engagement.

Gambar 3.6. Hubungan antar komponen dengan organisasi pembelajaran (Jean-Claude Vachon dan Richard Gagnon : 2002)

a. Instructional Strategis: strategi pembelajaran. Hal ini terkait dengan kompetensi guru untuk memilih strategi pembelajaran. Perlu diketahui bahwa, menggunakan strategi yang sama untuk murid dalam satu kelas akan direspon yang berbeda untuk setiap murid. Oleh karena itu guru yang efektif harus memiliki kompetensi untuk mengembangkan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik murid dan materi yang diajarkan.

Organizing for Instruction Expecting Student To

Achieve Focusing on instruction

Maximizing Instructional Time Planning and preparing for instruction Goal Supportl Activities Instructional strategies Management Executive planning

Organization around important concep & question

Reflective of student concern Oriented toward standar bassed -assessments

Knowledge of the curriculum

Instructional material and resources Short-term planning

44

b. Communicational of content and skill knowledge. Guru harus memiliki kompetensi untuk mengkomunikasikan materi pelajaran dan pengetahuan ketrampilan. Komunikasi antara guru dengan murid berlangsung dua arah, sehingga guru tidak boleh mendonimasi kelas. Isi materi yang akan diajarkan harus mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran dan sesuai dengan harapan para murid,

c. Instructional compexity. Guru harus memahami bahwa pembelajaran itu merupakan hal yang kompleks, yang terkait dengan karakteristik dan kapasisttas murid, karakteristik materi yang diajarkan, kemampuan guru, dan model-model pembalajaran. Oleh karena itu guru dalam mengajar tidak hanya memberikan materi pembelajaran fakta yang hanya bersifat mengingat (memorizing), tetapi juga mengakaitkan fakta dengan pemikiran sehingga bermakna bagi murid. Untuk memperdalam pada proses pembelajaran maka materi yang diajarkan meliputi aspek pemikiran dan fakta-fakta riil yang dapat diaplikasikan, dianalisis, disintesakan dan dievaluasi

d. Questioning stretegies. Strategi bertanya. Guru yang kompeten memiliki pertanyaan yang baik untuk mengetahui seberapa jauh pelajaran yang diberikan difahami oleh murid. Pertanyaan yang diberikan berjenjang dari yang mudah sampai yang sulit. Dengan adanya pertanyaan yang proporsional dengan waktu dan materi pelajaran, maka murid akan semakin rajin untuk belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, guru yang menguasai materi pelajaran akan memiliki pertanyaan-pertanyaan yang relavan dengan materi yang diajarkan

e. Student engagement. Keterlibatan murid dalam setiap pembelajaran, merupakan esensi dari pembelajaran. Oleh karena itu guru yang kompeten harus mampu mengelola kelas agar setiap murid terlibat aktif pada setiap pembelajaran. Dalam hal ini harus tidak ada murid di kelas yang berbicara sendiri,

45

bekerja sendiri dan tidak memperhatikan pembelajaran. Guru harus dapat memotivasi murid dengan berbagai cara agar murid terlibat aktif pada setiap pembelajaran.

Hubungan antara berbagai komponen pembelajaran denga implementasi pembelajaran (implmenting instruction) ditunjukkan pada gambar 3.7 berikut.

Gambar 3.7. Hubungan antara berbagai komponen dengan strategi pembelajaran

6. Monitoring student progess and potential. Monitoring kemajuan dan potensi murid. Guru yang efektif harus memiliki kompetensi untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan belajar murid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah yang efektif adalah apabila para guru melakukan evaluasi untuk mengetahi perkembangan hasil belajar murid. Melalui monitoring akan dapat dipastikan seberapa jauh pembelajaran yang dilaksanakan tercapai. Monotoring dapat dilakukan melalui penilaian (assesment). Standar kompetensi guru dalam penilaian adalah sebagai berikut.

Implementing Instruction Student engagement Communication of content & skill knowledge Questioing stretegis Instructional ststrategis Instructional complexity

46

a. choosing assessment methods appropriate for instructional decisions.

b. developing assessment methods appropriate for instructional decisions.

c. administering, scoring, and interpreting the results of both externally-produced and teacher-produced assessment methods.

d. using assessment results when making decisions about individual students, planning teaching, developing curriculum, and school improvement.

e. developing valid pupil grading procedures which use pupil assessment.

f. communicating assessment results to students, parents, other lay audiences, and other educators.

g. recognizing unethical, illegal, and otherwise inappropriate assessment methods and uses of assessment information. Penilaian difokuskan pada, home work (pekerjaan rumah), student progress (kemajuan belajar murid), responding to student needs and abilities (perhatian pada kebutuhan dan kemampuan murid)

a. home work (pekerjaan rumah). Pekerjaan rumah diberikan pada murid, agar murid dapat memperkaya pengetahuan yang telah diberikan di kelas. Pekerjaan rumah diberikan untuk memperluas dan memperdalam materi pelajaran yang telah diberikan di kelas, melatih murid untuk mencari berbagai sumber belajar, dan melatih murid untuk bekerjasama secara mandiri. Pekerjaan rumah yang diberikan bisa berupa, pekerjaan meringkas isi buku, mengerjakan soal, mengerjakan pekerjaan yang bersifat praktik. Hasil pekerjaan rumah harus dinilai dan nilainya diberitahukan kepada murid. Pekerjaan rumah kemungkinan tidak dikerjakan oleh murid secara mandiri, namun perlu diberi nilai untuk memotivasi belajar murid untuk bekerja secara mandiri.

b. Student progress (kemajuan belajar murid). Penilaian juga dilakukan untuk mengetahui kemajuan belajar murid.

47

Melalui penilaian akan dapat diketahui seberapa jauh murid-murid telah menguasai materi yang diajarkan, dan seberapa jauh tujuan telah dicapai oleh murid. Dengan diketahui posisi murid dalam pencapaian tujuan, maka akan dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan materi pelajaran berikutnya. Penilaian dapat dilakukan dengan test formatif dan sumatif.

c. Responding to student needs and abilities (Perhatian pada kebutuhan dan kemampuan murid). Setiap kelas berisi murid-murid yang berbeda dalam potensi, kemampuan, merespon dalam pembelajaran, kebutuhan, gaya belajar dan motivasi belajar. Guru yang kompeten harus mampu memahami perbedaan ini secara individual, sehingga mampu menciptakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik murid yang ada di kelas.

Hubungan antara pekerjaan rumah, kemajuan belajar murid dan perhatian pada kebutuhan dan kemampuan murid, ditunjukkan pada gambar 3.8 berikut.

Gambar 3.8. Hubungan antara pekerjaan rumah, kemajuan belajar

Dokumen terkait