G. Metode Penelitian
2. Pengertian Kontrak Standar
Bentuk perjanjian kredit perbankan dalam praktiknya telah disediakan oleh pihak bank sedangkan pihak debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku (standard contarct), dimana debitur hanya dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk tawar-menawar.102
102
Perjanjian standar (baku), sebenarnya dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Plato (423-347 SM), misalnya pernah memaparkan praktik penjualan makanan yang harganya ditentukan secara sepihak oleh si penjual, tanpa memperhatikan perbedaan mutu makanan tersebut. Dalam perkembangannya, tentu saja penentuan secara sepihak oleh produsen atau pelaku usaha, tidak lagi sekedar masalah harga, tetapi mencakup syarat-syarat yang lebih detil.
Latar belakang tumbuhnya perjanjian baku disebabkan karena keadaan sosial ekonomi. Perusahaan besar dan perusahaan pemerintah mengadakan kerja sama dalam suatu organisasi dan untuk kepentingan mereka ditentukan syarat-syarat secara sepihak. Tujuan dibuatnya perjanjian standar adalah untuk memberikan kemudahan (kepraktisan) bagi para pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, bertolak dari tujuan itu, Mariam Darus Badrulzaman lalu mendefenisikan perjanjian standar sebagai perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.103
103
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cet. Kesepuluh, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995), hal.
1.
Di satu sisi, bentuk perjanjian seperti ini sangat menguntungkan, jika di lihat dari berapa banyak waktu, tenaga dan biaya yang dapat dihemat. Akan tetapi, di sisi yang lain bentuk perjanjian seperti ini tentu saja menempatkan pihak yang tidak ikut membuat klausul-klausul di dalam perjanjian itu sebagai pihak yang baik langsung maupun tidak langsung sebagai pihak yang dirugikan, yakni di satu sisi ia sebagai salah satu pihak dalam perjanjian itu memiliki hak untuk memperoleh kedudukan seimbang dalam menjalankan perjanjian tersebut, di sisi yang lain ia
harus menurut terhadap isi perjanjian yang disodorkan kepadanya.104
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memberikan pengertian mengenai klausula baku, yaitu setiap aturan atau ketentuan dari syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi konsumen.
Perjanjian baku tersebut sedikit banyaknya telah menunjukkan perkembangan yang sangat membahayakan kepentingan masyarakat, terlebih dengan mengingat awamnya masyarakat terhadap aspek hukum secara umum dan khususnya pada aspek hukum perjanjian.
Perjanjian baku menurut Sudaryatmo mempunyai ciri-ciri sebagai berikut105 a. Perjanjian sepihak yang oleh produsen yang posisinya lebih kuat dari
konsumen;
:
b. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian; c. Dibuat dalam bentuk tertulis dan missal;
d. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh kebutuhan.
Perjanjian baku yang banyak terdapat di masyarakat dapat dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain106
104 Ibid.
:
105
Sudaryatmo, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya
Bakti, 1996), hal. 93. 106
Udjiani Hatiningrum, “Modul ke-5 Perkuliahan : Aspek Hukum Dalam Ekonomi, Azas Kebebasan Berkontrak dan Kaitannya Dengan Perjanjian Baku”, (Jakarta : Universitas Mercu Buana, tanpa tahun), hal. 4.
a. Perjanjian baku sepihak, adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat di sini adalah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi ekonomi kuat dibandingkan pihak debitur. Kedua pihak lazimnya terikat dalam organisasi, misalnya pada perjanjian buruh kolektif.
b. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah, ialah perjanjian baku yang isinya ditentukan pemerintah terhadap perbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian yang mempunyai objek hak atas tanah.
c. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan notaris atau advokat. Adalah perjanjian yang konsepnya sejak semula disediakan. Untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat yang meminta bantuan notaries atau advokat yang bersangkutan. Dalam perpustakaan Belanda jenis ini disebutkan contract model.
B. Pembiayaan Syariah di Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan 1. Jenis-Jenis Pembiayaan Syariah
Bank syariah adalah lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai islam yang mempunyai sifat khusus yakni bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian, bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (tidak pasti), berprinsip pada keadilan dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.107
107
Ascarya, dalam Diana Yumanita, Bank Syariah Gambaran Umum Seri Kebanksentralan
Nomor 14, (Jakarta : Bank Indonesia Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, 2005), hal. 4. Selain itu juga didasari oleh larangan dalam
agama islam untuk memungut ataupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba108 serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan.109
Dalam menjalankan kegiatan operasional Bank Syariah harus mematuhi prinsip syariah serta Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), yakni satu-satunya dewan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa atas jenis-jenia kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah, serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia.
Dalam pelaksanaannya yang menjadi tujuan bank syariah adalah tercapaianya kesejahteraan sosial yang baik.
110
Prinsip syariah yang dimaksud adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.111
Dengan adanya ketentuan-ketentuan baku yang harus ditaati oleh bank-bank yang menjalankan syariah secara benar, ternyata telah membuktikan bahwa bank syariah telah teruji keberadaannya dengan keadaan pada saat krisis keuangan global. Inilah yang merupakan salah satu keunggulan yang dapat dibuktikan oleh
108
Dadang Romansyah, “Penentuan Rate Bagi Hasil Deposito Mudharabah Bank Syariah di
Indonesia : Analisis Teori dan Praktik”, disampaikan pada acara “MES GOES TO CAMPUS National
Seminar on Islamic Banking Research”, Aula Universitas Paramadina, 30 Juli 2009, hal. 3. 109
Website Resmi Bank Indonesia, “Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia”,
110 Ibid. 111
Pasal 1 angka 12, Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, menyatakan bahwa : “Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah”.
keberadaan bank syariah. Secara fisik dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perbankan syariah harus memastikan dengan jelas transaksi yang dilakukan olehnya. Aset yang jelas merupakan hal utama yang mutlak. Sistem keuangan syariah hanya membolehkan memberikan pembiayaan berdasarkan aset jelas dan nilai pembiayaan yang wajar. Hal ini pun yang dikemukakan oleh Bank Syariah Mandiri, setiap pembiayaan yang diajukan oleh para nasabah kepada bank tersebut haruslah secara jelas maksud, tujuan dan pemakaian pembiyaan tersebut.112
Salah satu kegiatan operasional perbankan syariah adalah memberikan pembiayaan-pembiayaan yang dapat membantu masyarakat dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pasal 1 angka 25 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah memberikan pengertian mengenai pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah yaitu :
“Penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
musyarakah muntahiya bittamlik; transaksi jual beli dalam bentuk piutang
murabahah, salam, dan istishna’; transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau unit usaha syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil”.
Bank Syariah Mandiri dalam melaksanakan kegiatan usahanya mempunyai suatu prinsip dasar yang digunakan untuk mendasari setiap kegiatan yang akan
112
Wawancara dengan Yan Syahrizal, Bagian Pembiayaan Syariah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Krakatau pada 27 Oktober 2012.
dilakukannya. Prinsip dasar yang digunakan Bank Syariah Mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya adalah113
a. Prinsip Keadilan
:
Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati antara Bank dan Nasabah. b. Prinsip Kemitraan
Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana, nasabah pengguna dana, maupun Bank pada kedudukan yang sama dan sederajat dengan mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko dan keuntungan yang berimbang di antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai intermediary institution lewat skim-skim pembiayaan yang dimilikanya.
c. Prinsip Keterbukaan
Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas manajemen bank.
d. Prinsip Universalitas
Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil‘alamiin.
113
Website Resmi Bank Syariah Mandiri, “Perbankan Syariah : Perkembangan dan Penjelasan”, 2012.
Jenis pembiayaan atau yang disebut dengan financing yang ditawarkan oleh Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut114
a. “BSM Pembiayaan Mudharabah :
Pembiayaan dimana seluruh dari modal usaha/kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Skim pembiayaan jenis ini, bank bertindak sebagai shahibul maal dan pengelola usaha disebut bertindak sebagai mudharib (pengelola dan).115 Fasilitas ini dapat diberikan pada jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil yang menjadi bagian bank.
b. BSM Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan yang khusus untuk modal usaha/kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari saham/modal usaha/kerja nasabah. Musyarakah merupakan akad antara dua orang atau lebih dengan menyetorkan modal dan dengan keuntungan dibagi sesama mereka menurut porsi/nisbah yang disepakati.116 Musyarakah lebih dikenal dengan sebutan syarikat merupakan gabungan pemegang saham/modal untuk membiayai suatu proyek, keuntungan dari proyek tersebut dibagi menurut persentase yang disetujui dan seandainya proyek tersebut mengalami kerugian maka beban kerugian tersebut ditanggung bersama oleh pemegang saham/modal secara proporsional.117
c. BSM Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dapat dipergunakan untuk keperluan usaha (investasi, modal kerja) dan pembiayaan konsumer.
d. BSM Pembiayaan Talangan Haji
114
Yusak Laksamana, Op.cit., hal. 157-159.
115
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasurasian Syariah di
Indonesia, (Jakarta : Prenada Media Group, 2007), hal. 85. 116
Jafril Khalil, Prinsip Syariah Dalam Perbankan, Jurnal Hukum Bisnis, hal. 50.
117
Pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khsusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi haji dan pada saat pelunasan BPIH.
e. BSM Pembiayaan Istishna
Pembiayaan pengadaan barang dengan skim istishna adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, dan panjang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan barang (obyek istishna) dimana masa angsuran melebihi masa periode pengadaan barang (goods in process financing) dan bank mengakui pendapatan yang menjadi haknya pada periode angsuran, baik pada saat pengadaan berdasarkan persentase penyerahan barang maupun setelah barang selesai dikerjakan.
f. Pembiayaan dengan skim IMBT (Ijarah Muntahiyah Bittamliik)
Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamliik adalah fasilitas pembiayaan dengan skim sewa atas suatu objek sewa antara Bank dan Nasabah dalam periode yang ditentukan yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan nasabah.
g. Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet
Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet adalah penyaluran dana mudharabah muqayyadah di mana Bank bertindak sebagai agen (channelling agent), sehingga bank tidak menanggung resiko.
h. BSM Consumer Network Financing
BSM Consumer Network Financing (BSM-CNF) adalah fasilitas
pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada nasabah (agen, dealer, dan sebagainya) untuk pembelian persediaan dari Rekanan (ATPM, produsen/distributor dan sebagainya) yang menjalin kerjasama dengan Bank.
i. BSM Pembiayaan Resi Gudang
Pembiayaan resi gudang adalah pembiayaan transaksi komersial dari suatu komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan jaminan utama berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada dalam suatu gudang atau tempat yang terkontrol secara independen.
Pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya dengan akad ijarah.
k. PKPA
Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Anggota (PKPA) adalah penyaluran pembiayaan kepada koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan konsumer para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan kepada koperasi karyawaan.
l. BSM Implan
Pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan /anggota kopkar yang pengajuannya dilakukan secara massal (kolektif). BSM Implan dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para karyawan perusahaan, misalnya dalam hal perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan, koperasi karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam atau perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas. BSM Implan digunakan untuk pembelian barang konsumer (halal) dan pembelian/memperoleh atas manfaat jasa (contah: untuk biaya pendidikan). Manfaat BSM Implan yaitu :
1) Bagi Perusahaan :
a) Salah satu bentuk dari penghargaan kepada karyawan
b) Outsourcing sumber sumber dana dan administrasi pinjaman 2) Bagi Karyawan :
Kesempatan dan kemudahan memperoleh fasilitas pembiayaan. Akad pembiayaan yang digunakan untuk pembelian barang yaitu akad Wakalah wal Murabahah sedangkan untuk memperoleh manfaat atas jasa digunakan akad Walkalah wal Ijarah.
m. Pembiayaan Dana Berputar
Fasilitas pembiayaan modal kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
n. BSM Pembiayaan Pemilikan Rumah
Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek, menengah atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal baik baru
maupun bekas di lingkungan developer maupun non developer dengan sistem murabahah.
o. BSM Optima Pembiayaan Pemilikan Rumah
Pembiayaan Griya BSM Optima adalah pembiayaan pemilikan rumah dengan tambahan benefit berupa adanya fasilitas pembiayaan tambahan yang dapat diambil nasabah pada waktu tertentu sepanjang coverage atas agunannya masih dapat meng-cover total pembiayaannya dan dengan memperhitungkan kecukupan debt to service ratio nasabah.
p. Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Bersubsidi
Pembiayaan untuk pemilikan/pembelian rumah sederhana sehat (RSSehat) yang dibangun oleh pengembang dengan dukungan subsidi uang muka dari pemerintah yang ditujukan kepada golongan berpendapatan tetap.
q. Pembiayaan Umrah
Pembiayaan jangka pendek yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah, seperti untuk tiket, akomodasi, dan persiapan biaya umrah lainnya dengan akad ijarah.
r. BSM Pembiayaan Griya DP 0%
Pembiayaan Griya BSM tanpa dipersyaratkan adanya uang muka bagi nasabah dimana nilai pembiayaan adalah sebesar 100% dari harga transaksi rumah.
s. BSM Sistem Pembayaran Off Line
Sistem pembayaran BSM secara off line yang dapat digunakan oleh institusi yang memiliki pelanggan yang banyak untuk melakukan pembayaran dari pelanggan institusi di seluruh konter BSM.
t. Pembiayaan Dengan Agunan Investasi Terikat Syariah Mandiri
Pembiayaan dengan agunan berupa dana investasi (cash collateral) dimana pemilik dana (investor) memberikan batasan kepada bank mengenai tempat, cara dan objek investasinya.
Penyaluran fasilitas pembiayaan konsumer (termasuk pembiayaan multiguna) kepada para pensiunan dengan pembayaran angsuran dilakukan melalui pemotongan langsung uang pensiun yang diterima bank setiap bulannya (pensiun bulanan).
v. Pembiayaan Peralatan Kedokteran
Pemberian fasilitas pembiayaan kepada para profesional di bidang kedokteran/kesehatan untuk pembelian peralatan baru penunjang kerja.
Jadi, pada Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan, setiap masyarakat sebagai nasabah dapat mengajukan permohonan pembiayaan, tergantung dari kebutuhannya. Untuk dapat mengetahui pembiayaan yang cocok dengan kebutuhan nasabah, setiap nasabah dapat berkonsultasi dengan Account Officer yang siap sedia membantu menerangkannya.
2. Alasan Bank Syariah Mandiri Menggunakan Kontrak Standar Dalam