• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Ketentuan Kontrak Standar Pada Pembiayaan Syariah Bank Syariah Mandiri Dikaitkan Dengan Ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Ketentuan Kontrak Standar Pada Pembiayaan Syariah Bank Syariah Mandiri Dikaitkan Dengan Ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM KETENTUAN KONTRAK STANDAR PADA PEMBIAYAAN SYARIAH BANK SYARIAH

MANDIRI DIKAITKAN DENGAN KETENTUAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

(STUDI PADA BANK SYARIAH MANDIRI KRAKATAU MEDAN)

OLEH

ROMMY YUDISTIRA LUBIS 107005017/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM KETENTUAN KONTRAK STANDAR PADA PEMBIAYAAN SYARIAH BANK SYARIAH

MANDIRI DIKAITKAN DENGAN KETENTUAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

(STUDI PADA BANK SYARIAH MANDIRI KRAKATAU MEDAN)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH

ROMMY YUDISTIRA LUBIS 107005017/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

JUDUL : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM KETENTUAN KONTRAK STANDAR PADA PEMBIAYAAN SYARIAH BANK SYARIAH MANDIRI DIKATIKAN DENGAN KETENTUAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI PADA BANK SYARIAH MANDIRI KRAKATAU MEDAN)

NAMA MAHASISWA : ROMMY YUDISTIRA LUBIS NOMOR POKOK : 107005017/HK

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM

Menyetujui : Komisi Pembimbing

K e t u a

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH.

A n g g o t a

Prof. Dr. Tan Kamelo, SH., MS.

A n g g o t a

Dr. Utary Maharany Barus, SH., M.Hum.

Ketua Program Studi Ilmu Hukum D e k a n

Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum.

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 April 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH. Anggota : 1. Prof. Dr. Tan Kamelo, SH., MS.

2. Dr. Utary Maharany Barus, SH., M.Hum. 3. Prof. Dr. Suhaidi, SH., MH.

(5)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM KETENTUAN KONTRAK STANDAR PADA PEMBIAYAAN SYARIAH BANK SYARIAH

MANDIRI DIKAITKAN DENGAN KETENTUAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

(STUDI PADA BANK SYARIAH MANDIRI KRAKATAU MEDAN)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 25 April 2013 Penulis,

(6)

A B S T R A K

Perjanjian baku atau kontrak standar digunakan dalam pelaksanaan pemberian fasilitas pembiayaan Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan kepada calon nasabahnya. Nasabah bank yang mengajukan permohonan pembiayaan kredit hanya mempunyai dua pilihan apakah bersedia menerima isi perjanjian pembiayaan yang sudah baku tersebut, atau menolaknya dengan konsekuensi calon nasabah tidak akan mendapatkan dana yang dibutuhkannya. Mengingat banyaknya calon nasabah yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan dan untuk mempermudah bank dalam memproses permohonan tersebut, maka dibuatlah akad pembiayaan baku/standar. Hal ini berlaku di seluruh Bank Syariah Mandiri, baik di Kantor Pusat maupun di Kantor-kantor Cabang.

Pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen merupakan piranti hukum yang melindungi nasabah dari hal-hal yang dapat merugikan nasabah. Dengan demikian, pihak Bank yang sudah mempersiapkan akad kredit pembiayaan syariah wajib menyesuaikan klausula yang terdapat dalam perjanjian pembiayaan dengan ketentuan tersebut. Kontrak standar yang digunakan pada akad kredit pembiayaan syariah pada Bank Syariah Mandiri Karakatau Medan tidak boleh bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Apabila ada yang bertentangan maka berdasarkan Pasal 18 ayat (3) ketentuan tersebut, akad kredit pembiayaan syariah yang menggunakan kontrak standar tersebut menjadi batal demi hukum.

Penelitian ini penting untuk menjawab : 1) Bagaimana latar belakang Bank Syariah Mandiri menggunakan kontrak standar dalam akad pembiayaan syariah? 2) Bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan syariah dengan menggunakan kontrak standar pada pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan? dan 3) Bagaimana perlindungan hukum kepada nasabah dalam ketentuan penggunaan kontrak standar pembiayaan syariah pada Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan dikaitkan dengan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normatif dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan bersifat deskriptif analitis. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah studi kasus dan wawancara. Sumber data yang digunakan menitikberatkan pada data sekunder berdasarkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder didukung dengan bahan hukum tertier berupa wawancara. Data-data yang didapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir deduktif – induktif.

Alasan Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan menggunakan kontrak standar dalam melakukan pengikatan akad kredit pembiayaan syariah adalah untuk mempercepat fungsi pelayanan, meminimalisir biaya, dan efisiensi waktu. Pelaksanaan akad kredit pembiayaan syariah dilakukan dengan menggunakan standar kontrak yang sudah disesuaikan dengan Pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dengan demikian, perlindungan hukum bagi nasabah terhadap penggunaan kontrak standar dalam akad kredit pembiayaan syariah adalah dengan disesuaikannya kontrak standar yang digunakan dengan Pasal 18 No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Kepentingan nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan syariah sebaiknya diperhatikan dan dianggap sebagai rekan bisnis; Penggunaan kontrak standar pada Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan sebaiknya menggunakan prinsip-prinsip yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits disamping mengacu juga pada KUHPerdata; dan Bank Indonesia sebagai bank sentral sebaiknya membuat pengaturan tentang penggunaan kontrak standar dalam pembiayaan syariah dimana peraturan tersebut.

Kata Kunci : Kontrak Standar; Perlindungan Hukum bagi Nasabah; dan Akad Kredit

(7)

A B S T R A C T

Contract used in the implementation of the financing facility of Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan to prospective investors. Bank customers who apply for credit financing only have two choices whether to accept the agreement the financing that is standard, or reject the consequences of prospective customers will not get the funds they need. Given the number of potential customers who apply for a financing facility and to facilitate the bank in processing the request, then made financing agreement raw / standard. This applies across Bank Syariah Mandiri, both at head office and at branch offices.

Article 18 of Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection is a legal device that protects customers from things that can harm customers. As such, the Bank is already preparing for the Islamic financing loan agreement shall adjust clause contained in the funding agreement with these provisions. Standard contracts used in Islamic financing loan agreement with Bank Syariah Mandiri Karakatau Medan must not be contrary to Article 18 paragraph (1) of Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection. If there is a conflict then under Article 18 paragraph (3) the provision, Islamic finance credit agreement that uses the standard contract to be null and void.

This research is essential to answer: 1) What is the background of Bank Syariah Mandiri using standard contracts in Islamic financing agreement? 2) How does the implementation of Islamic financing agreement using a standard contract on financing at Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan? and 3) What legal protection to customers in the use of standard contract provisions of Islamic finance at Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan associated with the provision of Article 18 of Law No.. 8 of 1999 on Consumer Protection?

The method used in this research is the normative juridical approach is normative and descriptive. Data collection tool used was a case study and interview. Source of data used focused on secondary data based on primary legal materials and secondary legal materials supported with legal materials tertiary form of interviews. The data obtained were analyzed using qualitative descriptive analysis method. Inference is done using deductive thinking logic - inductive.

The results showed that: The interests of customers applying for Islamic finance should be noted and considered a business associate; Uses standard contract with Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan should use the principles derived from the Quran and Al-Hadith besides also refer to Civil Code, and Bank Indonesia, the central bank should make arrangements about the use of standard contracts in Islamic finance where these rules.

Keywords : Contract Standards; Legal Protection for Customer; Islamic

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulilah, Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis serta Nabi Muhammad SAW atas doa serta syafaatnya, penulis masih diberikan kesehatan dan kesempatan serta kemudahan dalam mengerjakan tesis ini.

Pada penulisan tesis ini, penulis dengan ketulusan hati, mengucapkan terima kasih sebesaar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M.&H., M.Sc. (C.T.M.), Sp.A.(K.), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH., sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan masukan dan ide-ide dalam hal penulisan tesis ini sampai dengan selesai.

(9)

5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamelo, S.H., MS., sebagai Sekretaris Program Doktor (S3) Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan merangkap Dosen Pembimbing II pada saat penulis menjalani studi pada Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis.

6. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum., sebagai Dosen Pembimbing III yang telah memberikan mendidik dan mengajarkan penulis dalam hal penulisan penelitian yang benar.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., sebagai Sekretaris Program Magister (S2) Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan merangkap Dosen Penguji II.

8. Para Dosen dan Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu selama penulis menjalani studi di Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Terima kasih yang sangat besar kepada kedua orang tua saya Ayahanda Drs. Syamsul Lubis, AK., dan Ibunda Zulfitriana Nasution, yang selalu mendoakan, mencurahkan segenap kasih sayangnya dan segala pengorbanannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

(10)

11.Tidak ketinggalan terima kasih kepada sahabat-sahabatku rekan mahasiswa, sudah membantu selama penyelesaian tesis, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu.

Akhir kata kiranya tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama dalam penerapan serta pengembangan ilmu hukum di Indonesia.

Wassalamualaikum wr. wb. Medan, 25 April 2013

Penulis

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Rommy Yudistira Lubis Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Morawa, 19 Maret 1989

Alamat : Komplek Citra Wisata Blok VII No. 14, Jalan Karya Wisata, Kec. Medan Johor, Kota Medan

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Nama Ayah : Drs. Syamsul Lubis, AK Nama Ibu : Zulfitriana Nasution Saudara : Rosi Febriana Lubis Suku / Bangsa : Mandailing / Indonesia

E-mail : [email protected] II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

SD : Negeri 105855, Lulus Tahun 2000 SMP : Swasta Harapan 1, Lulus Tahun 2003 SMA : Swasta Harapan 1, Lulus Tahun 2006

S1 : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Jurusan Hukum Perdata, Lulus Tahun 2010

S2 : Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010.

III. PEKERJAAN

PT. Bakrie Sumatera Plantation, Tbk. dari tanggal 4 Desember 2012 sampai dengan tanggal 4 Maret 2013

Sebagai Management Trainee IV. PENDIDIKAN TAMBAHAN

SEMINAR

1. Pelatihan Penulisan Tesis Magister Ilmu Hukum Sekolah Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, The Hill Hotel & Resort, Sibolangit 4-5 Februari 2012;

2. Executive Sharing Management Trainee Business Enterpreneurship, PT.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Keaslian Penelitian ... 14

F. Kerangka Teori dan Konsep ... 16

1. Kerangka Teori ... 16

2. Kerangka Konsepsi ... 26

G. Metode Penelitian ... 32

1. Jenis, Sifat Penelitian, dan Pendekatan ... 33

2. Sumber Data ... 34

3. Alat Penelitian ... 35

(13)

BAB II : KONTRAK STANDAR DALAM AKAD PEMBIAYAAN

DI BANK SYARIAH MANDIRI ... 37

A. Pengertian Perjanjian Kredit Menggunakan Kontrak Standar dan Dasar Hukumnya ... 37

1. Pengertian Perjanjian dan Perjanjian Kredit ... 37

a. Adanya Kesepakatan ... 41

b. Kecakapan Untuk Membuat Suatu Perikatan (Cakap Hukum) ... 45

c. Suatu Hal Tertentu ... 47

d. Suatu Sebab yang Halal (Causa yang Halal) ... 49

2. Pengertian Kontrak Standar ... 62

B. Pembiayaan Syariah di Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan ... 65 1. Jenis-Jenis Pembiayaan Syariah ... 65

2. Alasan Bank Syariah Mandiri Menggunakan Kontrak Standar Dalam Perjanjian Pembiayaannya ... 73

BAB III : PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN KONTRAK STANDAR DI BANK SYARIAH MANDIRI DIKAITKAN DENGAN PERLINDUNGAN KONSUMEN ... 77

A. Syarat Sah Pembiayaan Syariah Pada Bank Syariah Mandiri ... 77

B. Pembiayaan Syariah Mandiri Menggunakan Kontrak Standar Pada Bank Syariah ... 91

(14)

BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA NASABAH DALAM KETENTUAN KONTRAK STANDAR PADA PEMBIAYAAN SYARIAH BANK SYARIAH MANDIRI KRAKATAU MEDAN DIKAITKAN DENGAN KETENTUAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN ... 106

A. Faktor-Faktor Penghambat Penerapan Kontrak Standar Dalam Akad Pembiayaan Syariah di Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan ... 106

B. Solusi Terhadap Penghambat Penerapan Kontrak Standar Dalam Akad Pembiayaan Syariah di Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan ... 109

C. Perlindungan Hukum Kepada Nasabah Dalam Ketentuan Kontrak Standar Pada Pembiayaan Syariah Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan Dikaitkan Dengan Ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen ... 117

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(15)

DAFTAR TABEL

(16)

A B S T R A K

Perjanjian baku atau kontrak standar digunakan dalam pelaksanaan pemberian fasilitas pembiayaan Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan kepada calon nasabahnya. Nasabah bank yang mengajukan permohonan pembiayaan kredit hanya mempunyai dua pilihan apakah bersedia menerima isi perjanjian pembiayaan yang sudah baku tersebut, atau menolaknya dengan konsekuensi calon nasabah tidak akan mendapatkan dana yang dibutuhkannya. Mengingat banyaknya calon nasabah yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan dan untuk mempermudah bank dalam memproses permohonan tersebut, maka dibuatlah akad pembiayaan baku/standar. Hal ini berlaku di seluruh Bank Syariah Mandiri, baik di Kantor Pusat maupun di Kantor-kantor Cabang.

Pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen merupakan piranti hukum yang melindungi nasabah dari hal-hal yang dapat merugikan nasabah. Dengan demikian, pihak Bank yang sudah mempersiapkan akad kredit pembiayaan syariah wajib menyesuaikan klausula yang terdapat dalam perjanjian pembiayaan dengan ketentuan tersebut. Kontrak standar yang digunakan pada akad kredit pembiayaan syariah pada Bank Syariah Mandiri Karakatau Medan tidak boleh bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Apabila ada yang bertentangan maka berdasarkan Pasal 18 ayat (3) ketentuan tersebut, akad kredit pembiayaan syariah yang menggunakan kontrak standar tersebut menjadi batal demi hukum.

Penelitian ini penting untuk menjawab : 1) Bagaimana latar belakang Bank Syariah Mandiri menggunakan kontrak standar dalam akad pembiayaan syariah? 2) Bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan syariah dengan menggunakan kontrak standar pada pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan? dan 3) Bagaimana perlindungan hukum kepada nasabah dalam ketentuan penggunaan kontrak standar pembiayaan syariah pada Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan dikaitkan dengan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normatif dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan bersifat deskriptif analitis. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah studi kasus dan wawancara. Sumber data yang digunakan menitikberatkan pada data sekunder berdasarkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder didukung dengan bahan hukum tertier berupa wawancara. Data-data yang didapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir deduktif – induktif.

Alasan Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan menggunakan kontrak standar dalam melakukan pengikatan akad kredit pembiayaan syariah adalah untuk mempercepat fungsi pelayanan, meminimalisir biaya, dan efisiensi waktu. Pelaksanaan akad kredit pembiayaan syariah dilakukan dengan menggunakan standar kontrak yang sudah disesuaikan dengan Pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dengan demikian, perlindungan hukum bagi nasabah terhadap penggunaan kontrak standar dalam akad kredit pembiayaan syariah adalah dengan disesuaikannya kontrak standar yang digunakan dengan Pasal 18 No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Kepentingan nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan syariah sebaiknya diperhatikan dan dianggap sebagai rekan bisnis; Penggunaan kontrak standar pada Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan sebaiknya menggunakan prinsip-prinsip yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits disamping mengacu juga pada KUHPerdata; dan Bank Indonesia sebagai bank sentral sebaiknya membuat pengaturan tentang penggunaan kontrak standar dalam pembiayaan syariah dimana peraturan tersebut.

Kata Kunci : Kontrak Standar; Perlindungan Hukum bagi Nasabah; dan Akad Kredit

(17)

A B S T R A C T

Contract used in the implementation of the financing facility of Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan to prospective investors. Bank customers who apply for credit financing only have two choices whether to accept the agreement the financing that is standard, or reject the consequences of prospective customers will not get the funds they need. Given the number of potential customers who apply for a financing facility and to facilitate the bank in processing the request, then made financing agreement raw / standard. This applies across Bank Syariah Mandiri, both at head office and at branch offices.

Article 18 of Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection is a legal device that protects customers from things that can harm customers. As such, the Bank is already preparing for the Islamic financing loan agreement shall adjust clause contained in the funding agreement with these provisions. Standard contracts used in Islamic financing loan agreement with Bank Syariah Mandiri Karakatau Medan must not be contrary to Article 18 paragraph (1) of Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection. If there is a conflict then under Article 18 paragraph (3) the provision, Islamic finance credit agreement that uses the standard contract to be null and void.

This research is essential to answer: 1) What is the background of Bank Syariah Mandiri using standard contracts in Islamic financing agreement? 2) How does the implementation of Islamic financing agreement using a standard contract on financing at Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan? and 3) What legal protection to customers in the use of standard contract provisions of Islamic finance at Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan associated with the provision of Article 18 of Law No.. 8 of 1999 on Consumer Protection?

The method used in this research is the normative juridical approach is normative and descriptive. Data collection tool used was a case study and interview. Source of data used focused on secondary data based on primary legal materials and secondary legal materials supported with legal materials tertiary form of interviews. The data obtained were analyzed using qualitative descriptive analysis method. Inference is done using deductive thinking logic - inductive.

The results showed that: The interests of customers applying for Islamic finance should be noted and considered a business associate; Uses standard contract with Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan should use the principles derived from the Quran and Al-Hadith besides also refer to Civil Code, and Bank Indonesia, the central bank should make arrangements about the use of standard contracts in Islamic finance where these rules.

Keywords : Contract Standards; Legal Protection for Customer; Islamic

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan ekonomi pada umumnya dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi baik orang perorangan yang menjalankan perusahaan atau badan usaha yang mempunyai kedudukan sebagai badan hukum atau bukan badan hukum. Kegiatan ekonomi pada hakekatnya adalah kegiatan menjalankan perusahaan yaitu, suatu kegiatan yang mengandung pengertian bahwa kegiatan yang dimaksud harus dilakukan1 :

1. Secara terus menerus dalam pengertian tidak terputus putus;

2. Secara terang-terangan dalam pengertian yang sah (bukan ilegal); dan

3. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan baik untuk diri sendiri atau orang lain.

Kegiatan ekonomi yang terjadi di dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan rangkaian berbagai perbuatan hukum yang luar biasa banyak jenis, ragam, kualitas dan variasinya yang dilakukan oleh antar pribadi, antar perusahaan, antar negara dan antar kelompok dalam berbagai volume dengan frekuensi yang tinggi setiap saat di berbagai tempat. Peranan tersebut baik dalam hal mengumpulkan dana dari masyarakat maupun menyalurkan dana yang tersedia untuk membiayai

1

Sri Redjeki Hartono, Husni Syawali, dan Neni Sri Imaniyati, Kapita Selekta Hukum

(19)

kegiatan perekonomian yang ada.2 Mengingat dengan semakin tinggi frekuensi kegiatan ekonomi yang terjadi pada masyarakat tentunya semakin banyak pula kebutuhan akan dana sebagai salah satu faktor pendorong dalam menggerakkan roda perekonomian. Seiring pesatnya perkembangan ekonomi dunia telah berdampak pada meningkatnya transaksi perdagangan antar pelaku usaha, dimana satu pelaku usaha melakukan usaha atau investasi di beberapa negara berdasarkan hukum negara setempat.3

Sektor perbankan di Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam perekonomian, mengingat peranannya sebagai lembaga intermediasi dan penunjang sistem pembayaran. Terlebih lagi perbankan masih mendominasi sektor keuangan Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah menaruh perhatian yang besar terhadap kebijakan pengaturan dan pengawasan bank, apalagi setelah terjadinya krisis perbankan. Salah satu pelajaran penting yang dapat ditarik dari krisis perbankan adalah bahwa kegagalan suatu bank, apalagi yang berdampak sistemik,

2

Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas 2 (dua) tujuan. Tujuan pertama adalah sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efisien bagi nasabah. Bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Hal ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efisien, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu lama.

Tujuan kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Apabila kedua peranan ini dapat berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan meningkat. Tanpa adanya perputaran arus dana ini, uang hnya berdiam pada saku seseoranga saja, karena uang tidak beredar maka masyarakat tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun dan dijalankan karena mereka tidak memiliki dana pinjaman. Lembaga keuangan bank mempunyai peranan strategis dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, lembaga

keuangan bank merupakan suatu lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) dari

penabung (lender) kepada peminjam (borrowers). Sumber : United Nations, Economic and Social

Commission for Asia and the Pacific, (Asia : United Nations, 1998), hal. 72. 3

Mustafa Siregar, Efektivitas Perundang-Undangan Perbankan dan Lembaga Keuangan

(20)

mengakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada sistem perbankan nasional menjadi sangat menurun, selain itu berakibat pula pada terganggunya kegiatan perekonomian.4

Berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia adalah otoritas perbankan yang kewenangannya meliputi : menetapkan peraturan (power to regulate), memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank (power to license),5 melaksanakan pengawasan bank (power to supervise) dan mengenakan sanksi terhadap bank (power to impose sanction). Selaku otoritas perbankan, maka kebijakan pengaturan dan pengawasan bank yang dirumuskan dan diimplementasikan oleh Bank Indonesia bertujuan untuk mengupayakan terciptanya individual bank yang sehat yang pada gilirannya mendukung sistem perbankan yang sehat.6

4

Kelompok Kerja Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan, ”Cetak Biru Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan”,

Dengan demikian, ada dua dimensi yang harus tercakup dalam

2011.

5

Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, otoritas

yang mempunyai power to license adalah Menteri Keuangan. Namun, setelah berlakunya

undang-undang tersebut, Bank Indonesia-lah yang mempunyai kewenangan untuk memberikan izin kepada Bank.

6

Bagian yang juga sangat penting dalam rangka mengupayakan terciptanya bank dan sistem perbankan yang sehat adalah kualitas dan integritas pemegang saham pengendali, pengurus, dan

pegawai bank, serta iklim usaha yang kondusif. Sumber : Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan

(21)

penyelenggaraan kebijakan perbankan, yaitu fokus terhadap individu bank dan fokus terhadap sistem perbankan nasional.7

Perbankan sebagai entitas bisnis yang berperan penting dalam kegiatan pembangunan mengalami perkembangan yang signifikan. Paket kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88), Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah melalui Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menjadi dasar hukum bagi perkembangan dimaksud, serta memberikan sumbangan yang penting, inovatif, dan prospektif bagi operasional dan produk perbankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.8

Sistem perbankan konvensional yang telah ada sebelumnya menjadi semakin lengkap dengan diintrodusirnya sistem perbankan syariah sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan semua elemen masyarakat akan jasa perbankan tanpa perlu ragu lagi mengenai boleh tidaknya memakai jasa perbankan terutama jika ditinjau dari kaca mata agama. Bahwa yang menjadi kritik sistem perbankan syariah terhadap perbankan konvensional bukan dalam hal fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), akan tetapi karena di dalam operasionalnya terdapat unsur-unsur yang dilarang, berupa unsur perjudian (maisyir), unsur ketidakpastian/keraguan (gharar), unsur bunga (interest/riba), dan unsur kebathilan.9

7

Sistem perbankan dapat diartikan sebagai kumpulan dari lembaga, kegiatan usaha, serta cara dan proses pelaksanaan kegiatan usaha yang memungkinkan bank melaksanakan fungsinya

dengan baik. Dalam : Ibid.

8

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perbankan Syariah (UU No. 21 Tahun 2008), (Bandung :

Refika Aditama, 2009), hal. 1. 9

(22)

Pada tingkat konstitusi, legitimasi perbankan syariah di Indonesia tertuang dalam Pasal 29 UUD 1945, yakni bahwa : “Negara berdasar atas Ke-Tuhanan Yang Maha Esa” dan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Sementara pada tingkat undang-undang, telah disahkan RUU Perbankan Syariah pada tanggal 17 Juni 2008 dan telah diundangkan dalam Lembaran Negara melalui Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada tanggal 16 Juli 2008.

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, menyatakan bahwa : “Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.10 “Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah, (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)”.11

Bank syariah bukan saja dapat memberikan jasa-jasa sebagaimana yang dilakukan oleh suatu bank konvensional, melainkan juga dapat memberikan jasa-jasa yang tidak dapat diberikan oleh suatu bank konvensional karena jasa-jasa tersebut biasanya diberikan oleh suatu lembaga pembiayaan non-bank.12

10

Pasal 1 angka 1, Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 11

Pasal 1 angka 7, Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 12

Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999),

(23)

Jasa-jasa yang ditawarkan dan diberikan oleh bank syariah adalah jasa-jasa yang berlandaskan pada konsep transaksi keuangan yang sangat modern dan maju. Selain itu, hubungan antara bank sebagai pemberi jasa keuangan dan nasabahnya juga berlandaskan konsep keadilan yang memperhatikan perlindungan yang seimbang terhadap kepentingan kedua belah pihak, baik pihak bank maupun nasabah.13

Istilah kredit tidak dikenal di dalam perbankan syariah, karena Bank Syariah memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional yang dalam menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan. Bank Syariah menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan. Sifat pembiayaan bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha.14

Pembiayaan dalam Bank Syariah merupakan pembiayaan yang mengacu pada Hukum Islam, dan dalam pembiayaan tersebut tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

13

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan

Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta : Djambatan, 1999), hal. 29. 14

(24)

syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariah Islam.15

Praktik perbankan syariah yang lazim di Indonesia, termasuk juga pada Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan, pada umumnya akad atau perjanjian pembiayaan yang dipakai adalah akad standar atau akad baku yang klausul-klausulnya telah disusun sebelumnya oleh bank. Dengan demikian, nasabah sebagai pihak debitur hanya mempunyai pilihan antara menerima seluruh isi atau klausula dari akad tersebut atau tidak seluruhnya yang berakibat nasabah tidak akan menerima pembiayaan tersebut.

Pelaksanaan pemberian fasilitas pembiayaan Bank Syariah Mandiri Karakatau Medan kepada calon nasabahnya dilakukan melalui akad/perjanjian pembiayaan baku/standar dimana calon nasabahnya mempunyai dua pilihan apakah bersedia menerima isi perjanjian pembiayaan baku tersebut atau menolak dengan konsekuensi calon nasabah tidak akan mendapatkan dana yang dibutuhkan. Mengingat banyaknya calon nasabah yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan dan untuk mempermudah pihak bank dalam memproses permohonan tersebut, maka dibuatlah akad pembiayaan baku/standar. Hal ini berlaku dan sama di seluruh Bank Syariah Mandiri, baik di kantor pusat maupun di kantor-kantor cabang Bank Syariah Mandiri.

15

Ditinjau dari ketetapan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 53 Tahun 2002,

Paragraf 6, menyatakan bahwa : “Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara shahibul maal

(pemilik dana) dan mudharabah (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di

muka”. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa mudharabah yaitu perjanjian atau akad kerja

sama yang dilakukan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) dan pihak bank sebagai pemilik

dana (shahibul maal) dengan pembagian hasil usaha sesuai dengan nisbah yang disepakati

(25)

Perjanjian baku dalam praktiknya merugikan pihak yang lebih lemah, sedangkan bila dilihat dari keabsahan berlakunya perjanjian baku dapat dilihat dari syarat-syarat subjektif dan objektif dari Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu kesepakatan, kecakapan, hal tertentu, dan sebab yang halal.16

Dua syarat yang pertama dinamakan syarat-syarat subjektif karena mengenai orang-orang atau subjek yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat terakhir dinamakan syarat-syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Apabila syarat objektif tidak dipenuhi, perjanjian itu batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian. Apabila syarat subjektif tidak dipenuhi, salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan itu adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas.17

Menurut Sutan Remy Sjahdeini, perjanjian baku adalah perjanjian yang hampir seluruh klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan.18

16

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 2002), hal. 17.

Dalam hal ini konsumen selaku calon debitur berada dalam posisi yang lemah jika dibandingkan dengan bank sebagai kreditur, dimana terdapat kedudukan yang tidak seimbang antara konsumen sebagai debitur dan juga bank sebagai kreditur. Mengingat di dalam perjanjian pembiayaan seharusnya berdasarkan asas

17 Ibid 18

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi

(26)

kebebasan berkontrak dan dapat bermanfaat jika para pihak berada dalam posisi yang sama kuatnya, jika salah satu pihak berada dalam posisi yang lemah, pihak yang kuat akan menentukan secara sepihak isi dari perjanjian yang dimaksud.19

Tidak adanya pilihan bagi salah satu pihak dalam perjanjian ini cenderung merupakan pihak yang kurang dominan. Terlebih lagi dengan sistem pembuktian yang berlaku di Indonesia saat ini, jelas tidaklah mudah bagi pihak yang cenderung dirugikan tersebut untuk membuktikan tidak adanya kesepakatan pada saat dibuatnya perjanjian baku tersebut, atau atas klausul baku yang termuat dalam perjanjian yang ada.20

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) merupakan piranti hukum yang melindungi konsumen, sehingga tidak dirugikan oleh para produsen. Hal tersebut perlu diatur karena pada umumnya konsumen di satu sisi berada pada pihak yang lemah dan sering dirugikan ketika mengkonsumsi suatu barang dan jasa dan/atau jasa.

Apabila dilihat dari UUPK, pencantuman klausul baku secara jelas dibatasi, seperti yang tercantum dalam ketentuan Pasal 18 undang-undang tersebut. Dengan demikian, para pelaku usaha, dalam hal ini bank syariah yang menyiapkan akad pembiayaan wajib menyesuaikan klausula yang terdapat dalam perjanjian pembiayaan dengan aturan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

19

Ibid, hal. 5 20

Gunawan Widjaja dan Ahmad Miru, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta :

(27)

Pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan bahwa :

(1) “Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila :

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;

c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa;

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;

h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti;

(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum;

(28)

Standar akad pembiayaan syariah pada Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan harus tidak boleh bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Apabila ada bertentangan dan ada klausula yang terdapat di dalam standar akad pembiayaan syariah yang digunakan Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan maka berdasarkan Pasal 18 ayat (3) ketentuan tersebut, akad pembiayaan syariah yang menggunakan standard contract tersebut menjadi batal demi hukum.

Apabila suatu akad pembiayaan syariah mengandung unsur yang dilarang sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka kedua belah pihak, baik itu Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan ataupun pihak Nasabah akan dirugikan. Kerugian tersebut adalah tidak ada perlindungan hukum baik bagi pihak bank maupun pihak nasabah itu sendiri. Perlindungan hukum di dalam akad pembiayaan syariah adalah terdapat di dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tersebut. Perlindungan hukum dimaksud bertujuan agar kedua belah pihak, baik itu pihak Bank maupun pihak Nasabah mempunyai kepastian hukum dalam melakukan transaksi bisnis.

Pengaturan mengenai penggunaan standard contract pada akad pembiayaan syariah ini tidak diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang ada. Oleh karena itu, diasumsikan di dalam penelitian ini bahwasanya pengaturan penggunaan standard

contract yang digunakan oleh bank-bank syariah perlu dibuat Bank Indonesia

(29)

Untuk melakukan analisis yang lebih komprehensif dan dapat dipertanggung-jawabkan secara metodologi tentang permasalahan tersebut, maka penelitian dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM KETENTUAN KONTRAK STANDAR PADA PEMBIAYAAN SYARIAH BANK SYARIAH MANDIRI DIKAITKAN DENGAN KETENTUAN PASAL 18 UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI PADA BANK SYARIAH MANDIRI KRAKATAU MEDAN)” perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, langkah utama yang perlu diperhatikan adalah apa yang menjadi masalah pokok penelitian tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Apakah latar belakang Bank Syariah Mandiri menggunakan kontrak standar dalam akad pembiayaannya?

2. Bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan syariah dengan menggunakan kontrak standar pada pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan? 3. Bagaimana perlindungan hukum kepada nasabah dalam ketentuan kontrak

(30)

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis latar belakang Bank Syariah Mandiri menggunakan kontrak standar dalam akad pembiayaannya.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan akad pembiayaan syariah dengan menggunakan kontrak standar pada pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum kepada nasabah dalam ketentuan kontrak standar pada pembiayaan syariah Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan dikaitkan dengan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

D. Manfaat Penelitian

Terhadap manfaat penelitian ini, dapat dilihat pada 2 (dua) cara, yaitu : secara teoretis dan secara praktis.21

1. Secara Teoretis

Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Penelitian ini dapat menambah referensi atau khasanah kepustakaan di bidang ilmu pengetahuan, khususnya hukum perbankan.

21

Penulisan yang benar adalah “Teoretis” dimana pengertian manfaat penelitian secara teoretis adalah hasil penelitian bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan objek penelitian. Pengertian “Teoretis” di dalam KBBI adalah berdasar pada teori; menurut

teori. Sumber : Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(31)

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi penelitian yang akan datang apabila sama bidang penelitiannya.

2. Secara Praktis

a. Bagi Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan, secara praktis penelitian ini dapat membantu Bagian Legal Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan tentang akad pembiayaan perbankan syariah yang tidak boleh bertentangan dengan Pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

b. Bagi Nasabah, agar mengetahui perlindungan hukum baginya apabila akan melakukan pengikatan akad pembiayaan syariah;

c. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya kepada pelaku usaha perbankan dalam membuat suatu perjanjian dalam akad pembiayaan.

E. Keaslian Penelitian

(32)

asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari penelitian orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada penelitian yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan topik yang sama namun dengan permasalahan dan pembahasan yang berbeda, yaitu :

1. Suatu Kajian Tentang Klausula Eksenorasi Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Kota Kisaran (Kajian Dari Profesi Notaris), diteliti oleh Timbang Laut. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

a. Kedudukan perjanjian kredit bank dalam hukum perikatan;

b. Proses pembuatan klausula-klausula dalam perjanjian kredit bank; dan c. Keberadaan klausula eksenorasi dalam perjanjian kredit yang dibuat

dihadapan notaris.

2. Eksistensi Klausula Eksonerasi Dalam Kontrak Baku Di Dunia Perbankan Dan Implikasinya, diteliti oleh Intan Sahat Sitompul. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

a. Dampak industrialisasi terhadap penggunaan kontrak baku dalam bisnis perbankan;

(33)

c. Penggunaan kontrak baku dalam bisnis perbankan menimbulkan ketidakadilan bagi nasabah.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

F. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian.22 Burhan Ashshofa mengungkapkan bahwa : “Suatu teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan antara konsep”.23

Teori menurut Snelbecker adalah sebagai perangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat diamati dan fungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.24

Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka teori dapat diartikan sebagai kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis si penulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahan (problem), yang menjadi bahan perbandingan,

22

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hal. 80.

23

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 19.

24

Lexy J Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990),

(34)

pegangan yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal dalam penelitian ini.25

Teori yang digunakan untuk menganalisa masalah dalam penelitian ini adalah teori penegakan hukum progresif yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo, yang menyatakan bahwa26

“Pemikiran hukum perlu kembali pada filosofis dasarnya, yaitu hukum untuk manusia. Dengan filosofis tersebut, maka manusia menjadi penentu dan titik orientasi hukum. Hukum bertugas melayani manusia, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, hukum itu bukan merupakan institusi yang lepas dari kepentingan manusia. Mutu hukum ditentukan oleh kemampuannya untuk mengabdi pada kesejahteraan manusia. Ini menyebabkan hukum progresif menganut ideologi hukum yang pro-keadilan dan hukum yang pro rakyat”.

:

Jadi, hukum bertujuan sebagai perlindungan bagi manusia itu sendiri untuk menjamin terpenuhinya hak-hak agar dapat hidup, berkembang dan partisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.

Terkait dengan penggunaan kontrak standar akad pembiayaan syariah di Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan, Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, wajib ditaati karena nasabah merupakan rakyat, dan hukum haruslah pro rakyat. Dengan demikian, terciptalah perlindungan hukum bagi nasabah bank.

Hukum melindungi manusia secara aktif dan pasif. Secara aktif, dengan memberikan perlindungan yang meliputi berbagai usaha untuk menciptakan

25

M. Solly Lubis, Op.cit., hal. 80. 26

(35)

keharmonisan dalam masyarakat dan mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang manusiawai. Melindungi secara pasif adalah memberikan perlindungan dalam berbagai kebutuhan, menjaga ketertiban dan keamanan, taat hukum dan peraturan sehingga manusia yang diayomi dapat hidup damai dan tentram.27

Selanjutnya penelitian ini juga menggunakan teori pendukung, yakni teori falah. Teori ini berasal dari ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Tujuan hukum perbankan syariah terkait dengan sistem hukum Islam secara keseluruhan, dan sistem hukum Islam ini adalah yang ada pada Al-Quran dan Sunnah. Falah berasal dari bahasa arab yang secara literal berarti kemuliaan dan kemenangan dalam hidup.28

27

Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Pembangunan,

1993), hal. 245.

Istilah falah sendiri Islam diambil dari kata-kata Al-Quran, yang sering dimaknai

28

Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Al-Falah (keberuntungan) adalah tercapainya tujuan yang dicita-citakan, berkat ilham yang diberikan Allah pada orang-orang yang bertakwa untuk

menuju jalan keberhasilan. Sumber : Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir : Kamus

Arab-Indonesia, Cet. Ke-XIV, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), hal. 1077.

Menurut M. Quraish Shihab, Al-Falah berarti memperoleh apa yang diinginkan, atau dengan kata lain kebahagiaan. Seseorang baru bisa merasakan bahagia jika mendapatkan apa yang diinginkan. Akan tetapi, sesuatu yang dianggap sebagai kebahagiaan tidak akan menjadi kebahagiaan kecuali jika ia merupakan sesuatu yang didambakan serta sesuai dengan kenyataan dan substansinya. Sumber :

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Cet. Ke-V, (Jakarta :

Lentera Hati, 2002), hal. X:256.

Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Al-Falah (keberuntungan) adalah tercapainya tujuan yang dicita-citakan, berkat ilham yang diberikan Allah pada orang-orang yang bertakwa untuk menuju

jalan keberhasilan. Sumber : Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Cet. Ke-I, (Semarang :

Toha Putra, 1986), hal. II : 62.

Menurut Syekh Ibnul Qayyim : “Orang yang beruntung sejati adalah orang setiap kali ia bertambah ilmunya, maka bertambah sifat tawadlu’ dan kasih sayangnya, setiap kali bertambah amalnya, bertambah pula rasa takut dan kewaspadaannya, setiap kali bertambah umurnya, maka berkuranglah kerakusannya kepada dunia”. Sumber : Majalah Suara Muhammadiyah, “Ghofar Ismail : Kunci Kesuksesan”.

Menurut John C. Maxwell, orang yang paling beruntung adalah mereka yang mempunyai visi, mengejarnya, dan membantu orang lain untuk melihatnya (pemimpin). Orang yang memiliki visi lalu mengejarnya, mereka lebih senang membicarakan tentang masa depan, berpikir positif, tampak aktif, dan senantiasa bersemangat. Mereka tahu ke arah mana harus melangkah, apa yang harus dikerjakan, dan selalu berorientasi pada masa depan. Hasilnya, adalah sesuatu yang luar biasa karena

mereka selalu memikirkan rencana untuk masa depan. Sumber : Ary Ginanjar Agustian, Emotional

(36)

sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia akhirat, sehingga tidak hanya memandang aspek material namun justru lebih ditekankan pada aspek spiritual. Dalam konteks dunia, konsep falah merupakan konsep yang multidimensi. Ia memiliki implikasi pada aspek perilaku individu/ mikro maupun kolektif/makro. Aspek mikro termasuk di dalamnya kelangsungan hidup biologis, kelangsungan hidup ekonomi, kelangsungan hidup sosial, kelangsungan hidup politik terbebas dari kemiskinan, hidup mandiri, harga diri, kemerdekaan perlindungan terhadap hidup dan kehormatan. Sementara aspek makro meliputi keseimbangan ekologi dan lingkungan, pengelolaan sumber daya alam yang baik, penyediaan kesempatan berusaha untuk semua penduduk, kebersamaan sosial, ketiadaan konflik antar kelompok, jati diri dan kemandirian, penyediaan sumber daya untuk seluruh penduduk, penyediaan sumber daya untuk generasi yang akan datang, kekuatan ekonomi dan kebebasan dari utang, dan kekuatan militer yang tangguh.29

Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan teori al-falah adalah sebagai berikut :

Jadi garis besarnya teori falah mencakup aspek mikro dan makro sekaligus.

1. QS. Al-Mukminun (23) ayat 1-11, yaitu :

َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ َﺢَﻠْﻓَﺃ ْﺪَﻗ(1) َﻥﻮُﻌِﺷﺎَﺧ ْﻢِﻬِﺗ َﻼَﺻ ﻲِﻓ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ(2) َﻥﻮُﺿِﺮْﻌُﻣ ِﻮْﻐﱠﻠﻟﺍ ِﻦَﻋ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ(3) ِﺓﺎَﻛﱠﺰﻠِﻟ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ

َﻥﻮُﻠِﻋﺎَﻓ(4) َﻥﻮُﻈِﻓﺎَﺣ ْﻢِﻬِﺟﻭُﺮُﻔِﻟ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ(5) َﻦﻴِﻣﻮُﻠَﻣ ُﺮْﻴَﻏ ْﻢُﻬﱠﻧِﺈَﻓ ْﻢُﻬُﻧﺎَﻤْﻳَﺃ ْﺖَﻜَﻠَﻣ ﺎَﻣ ْﻭَﺃ ْﻢِﻬِﺟﺍَﻭْﺯَﺃ ﻰَﻠَﻋ ﱠﻻِﺇ(6) ِﻦَﻤَﻓ

َﻥﻭُﺩﺎَﻌْﻟﺍ ُﻢُﻫ َﻚِﺌَﻟﻭُﺄَﻓ َﻚِﻟَﺫ َءﺍَﺭَﻭ ﻰَﻐَﺘْﺑﺍ(7) ﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ َﻥﻮُﻋﺍَﺭ ْﻢِﻫِﺪْﻬَﻋَﻭ ْﻢِﻬِﺗﺎَﻧﺎَﻣَ ِﻷ ْﻢُﻫ َﻦ(8) ْﻢِﻬِﺗﺍَﻮَﻠَﺻ ﻰَﻠَﻋ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ

َﻥﻮُﻈِﻓﺎَﺤُﻳ(9) َﻥﻮُﺛِﺭﺍَﻮْﻟﺍ ُﻢُﻫ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ(10) َﻥﻭُﺪِﻟﺎَﺧ ﺎَﻬﻴِﻓ ْﻢُﻫ َﺱْﻭَﺩْﺮِﻔْﻟﺍ َﻥﻮُﺛِﺮَﻳ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ(11)

29

Pusat Kajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia

bekerja sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008), hal.

(37)

Artinya :

1. Sungguh beruntunglah orang yang beriman. 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, 3. dan orang-orang-orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. 7. Barangsiapa yang mencari dibalik itu, sungguh mereka itulah orang-orang yang meampaui batas. 8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 9. Dan orang-orang yang memeihara sembahyangnya, 10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, 11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

2. QS. Al-Hasyr (59) ayat 9, yaitu :

َﺗ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ ﱢﻣ ًﺔَﺟﺎَﺣ ْﻢِﻫِﺭﻭُﺪُﺻ ﻲِﻓ َﻥﻭُﺪِﺠَﻳ َﻻَﻭ ْﻢِﻬْﻴَﻟِﺇ َﺮَﺟﺎَﻫ ْﻦَﻣ َﻥﻮﱡﺒِﺤُﻳ ْﻢِﻬِﻠْﺒَﻗ ﻦِﻣ َﻥﺎَﻤﻳِ ْﻹﺍَﻭ َﺭﺍﱠﺪﻟﺍ ﺍﻭُﺅﱠﻮَﺒ ﺎﱠﻤ ُﺤِﻠْﻔُﻤْﻟﺍ ُﻢُﻫ َﻚِﺌَﻟْﻭُﺄَﻓ ِﻪِﺴْﻔَﻧ ﱠﺢُﺷ َﻕﻮُﻳ ﻦَﻣَﻭ ٌﺔَﺻﺎَﺼَﺧ ْﻢِﻬِﺑ َﻥﺎَﻛ ْﻮَﻟَﻭ ْﻢِﻬِﺴُﻔﻧَﺃ ﻰَﻠَﻋ َﻥﻭُﺮِﺛْﺆُﻳَﻭ ﺍﻮُﺗﻭُﺃ َﻥﻮ

Artinya :

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.

3. QS. Yunus (1) ayat 77, yaitu :

َﻥﻭُﺮِﺣﺎﱠﺴﻟﺍ ُﺢِﻠْﻔُﻳ َﻻَﻭ ﺍَﺬَﻫ ٌﺮْﺤِﺳَﺃ ْﻢُﻛَءﺎَﺟ ﺎﱠﻤَﻟ ﱢﻖَﺤْﻠِﻟ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﺗَﺃ ﻰَﺳﻮُﻣ َﻝﺎَﻗ(77)

Artinya :

Musa berkata: "Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini?" padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan".

(38)

ﱠﻧِﺇ ِ ّﷲ َﺫﺎَﻌَﻣ َﻝﺎَﻗ َﻚَﻟ َﺖْﻴَﻫ ْﺖَﻟﺎَﻗَﻭ َﺏﺍَﻮْﺑَﻷﺍ ِﺖَﻘﱠﻠَﻏَﻭ ِﻪِﺴْﻔﱠﻧ ﻦَﻋ ﺎَﻬِﺘْﻴَﺑ ﻲِﻓ َﻮُﻫ ﻲِﺘﱠﻟﺍ ُﻪْﺗَﺩَﻭﺍَﺭَﻭ َﻦَﺴْﺣَﺃ ﻲﱢﺑَﺭ ُﻪ َﻥﻮُﻤِﻟﺎﱠﻈﻟﺍ ُﺢِﻠْﻔُﻳ َﻻ ُﻪﱠﻧِﺇ َﻱﺍَﻮْﺜَﻣ

Artinya :

Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.

5. QS. Al-An’am (6) ayat 21, yaitu :

ِﻠْﻔُﻳ َﻻ ُﻪﱠﻧِﺇ ِﻪِﺗﺎَﻳﺂِﺑ َﺏﱠﺬَﻛ ْﻭَﺃ ًﺎﺑِﺬَﻛ ِ ّﷲ ﻰَﻠَﻋ ﻯَﺮَﺘْﻓﺍ ِﻦﱠﻤِﻣ ُﻢَﻠْﻅَﺃ ْﻦَﻣَﻭ َﻥﻮُﻤِﻟﺎﱠﻈﻟﺍ ُﺢ

Artinya :

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.

6. QS. Al-Maidah (5) ayat 60, yaitu :

ِﻥﺎَﻄْﻴﱠﺸﻟﺍ ِﻞَﻤَﻋ ْﻦﱢﻣ ٌﺲْﺟِﺭ ُﻡَﻻْﺯَﻷﺍَﻭ ُﺏﺎَﺼﻧَﻷﺍَﻭ ُﺮِﺴْﻴَﻤْﻟﺍَﻭ ُﺮْﻤَﺨْﻟﺍ ﺎَﻤﱠﻧِﺇ ْﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ ﺎَﻳ ُﻩﻮُﺒِﻨَﺘْﺟﺎَﻓ َﻥﻮُﺤِﻠْﻔُﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

7. QS. Al-Hajj (22) ayat 77, yaitu :

ُﺪُﺒْﻋﺍَﻭ ﺍﻭُﺪُﺠْﺳﺍَﻭ ﺍﻮُﻌَﻛْﺭﺍ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ ﺎَﻳ َﻥﻮُﺤِﻠْﻔُﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ َﺮْﻴَﺨْﻟﺍ ﺍﻮُﻠَﻌْﻓﺍَﻭ ْﻢُﻜﱠﺑَﺭ ﺍﻭ

Artinya :

(39)

8. QS. Al-Maidah (5) ayat 100, yaitu :

َﻻ ْﻞُﻗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ ِﺏﺎَﺒْﻟَ ْﻷﺍ ﻲِﻟﻭُﺃ ﺎَﻳ َ ﱠﷲ ﺍﻮُﻘﱠﺗﺎَﻓ ِﺚﻴِﺒَﺨْﻟﺍ ُﺓَﺮْﺜَﻛ َﻚَﺒَﺠْﻋَﺃ ْﻮَﻟَﻭ ُﺐﱢﻴﱠﻄﻟﺍَﻭ ُﺚﻴِﺒَﺨْﻟﺍ ﻱِﻮَﺘْﺴَﻳ َﻥﻮُﺤِﻠْﻔُﺗ

Artinya :

Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." 9. QS. Al-Maidah (5) ayat 35, yaitu :

ْﻔُﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ ِﻪِﻠﻴِﺒَﺳ ﻲِﻓ ْﺍﻭُﺪِﻫﺎَﺟَﻭ َﺔَﻠﻴِﺳَﻮْﻟﺍ ِﻪﻴَﻟِﺇ ْﺍﻮُﻐَﺘْﺑﺍَﻭ َ ّﷲ ْﺍﻮُﻘﱠﺗﺍ ْﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ ﺎَﻳ َﻥﻮُﺤِﻠ

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.

Teori falah ini dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu untuk kehidupan dunia dan untuk kehidupan akhirat. Untuk kehidupan dunia, teori falah mencakup tidak pengertian, yaitu keberlangsungan hidup, kebebasan berkeinginan, dan kekuatan dan kehormatan. Sedangkan untuk kehidupan akhirat, teori falah mencakup pengertian kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi (bebas dari kebodohan).30

Teori falah digunakan karena teori ini tidak saja memperhatikan masalah individu, tetapi juga masalah yang menyangkut kepentingan kolektif. Bahwa aktivitas perbankan sangat terkait dengan individu dan kolektif dalam pencapaian kebutuhan. Selain itu, moralitas menjadi faktor yang dominan dalam teori ini, sehingga diperlukan adanya kesesuaian dalam pelaksanaannya. Teori ini juga

(40)

memperhatikan masalah waktu, karena penerapan praktik perbankan tidak hanya ditujukan pada saat ini saja, bahkan kepada masa yang akan datang, agar masyarakat bisa hidup lebih sejahtera, nyaman bersahaja, dan berakhlak mulia, dan terakhir, teori ini mengedepankan faktor totalitas, karena praktik perbankan dalam kehidupan manusia dipengaruhi oleh seluruh unsur yang ada di dunia ini.

Relevansi penggunaan teori ini dalam penelitian ini terkait penggunaan kontrak standar dalam akad pembiayaan syariah di Bank Syariah Mandiri, pertama sekali perlu diyakini bahwa pemberian pinjaman kepada nasabah yang ingin membuka usaha atau urusan apapun adalah terkait dengan keberuntungan (Al-Falah) nasabah itu sendiri. Keberuntungan dalam hal melakukan pengembangan usaha, karena setiap usaha yang berkembang pasti akan mampu membayar cicilan pinjaman bank.

Selain menggunakan teori falah tersebut di atas, teori pendukung lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebebasan berkontrak. Persoalan perlindungan nasabah dalam penelitian ini dibatasi dan lebih tertuju pada ketentuan pasal 18 UUPK guna mengatur perjanjian antara bank dengan nasabahnya dalam rangka pelaksanaan akad pembiayaan syariah. Hubungan hukum yang terjadi antara bank dengan nasabah yang terwujud dari suatu perjanjian, dalam hal ini adalah perjanjian yang berbentuk kontrak baku.

(41)

dalam kebebasan berkontrak. Teori Adam Smith menganggap bahwa the invisible hand akan menjamin kelangsungan jalannya persaingan bebas, karena pemerintah

sama sekali tidak boleh mengadakan intervensi di dalam kehidupan sosial (sosial ekonomi) masyarakat. Paham individualisme memberikan peluang yang luas kepada golongan ekonomi kuat untuk menguasai golongan ekonomi lemah. Pihak yang kuat menentukan kedudukan pihak yang lemah. Pihak yang lemah dapat dikatakan berada dalam cengkaraman pihak yang lebih kuat, hal ini diungkapkan dalam exploitation

de homme par l’homme.31

Asas kebebasan berkontrak dalam KUH Perdata dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Ini berarti setiap orang yang dapat melakukan perbuatan hukum dapat membuat suatu kontrak dengan pihak lain tentang apa saja yang mereka inginkan.

Kebebasan berkontrak hanya bisa mencapai tujuannya apabila para pihak mempunyai bargaining position yang seimbang. Jika salah satu pihak lemah, maka pihak yang memiliki bargaining position lebih kuat dapat memaksakan kehendaknya untuk menekan pihak pihak lain demi keuntungannya sendiri. Syarat-syarat dalam kontrak yang semacam itu akhirnya akan melanggar aturan-aturan yang adil dan layak. Di dalam kenyataannya, para pihak yang saling berhubungan tidak selalu

31

Salim H. S, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar

(42)

memiliki bargaining position yang seimbang, sehingga dalam hal inilah diperlukan campur tangan negara untuk melindungi pihak yang lemah.32

Suatu hal yang dapat membatasi kebebasan berkontrak adalah dengan diterapkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, khususnya Pasal 18. Jadi, kontrak standar Bank Syariah Mandiri baik pusat maupun cabang tidak boleh memasukkan ketentuan yang dilarang di dalam Pasal 18 ayat (1) ketentuan perlindungan konsumen tersebut. Oleh karena itu, Pasal 18 ayat (1) dapat dijadikan sebagai perlindungan hukum bagi nasabah bank yang akan mengajukan pembiayaan syariah.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen beranjak dari satu dasar yang asasi, yaitu kesederajatan mendapat akses dalam perlakuan hukum. Kesederajatan untuk mendapatkan akses dalam perlakuan hukum yang dimungkinkan jika konsumen mendapat perlindungan melalui undang-undang yang memberikan aturan yang komprehensif mengenai penyelesaian sengketa konsumen di dalam tatanan hukum di Indonesia, sebagai norma hukum dan delik yang ditetapkan dalam undang-undang ini.33

Nasabah merupakan konsumen dari pelayanan jasa perbankan, perlindungan konsumen baginya merupakan suatu tuntutan yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Dalam dunia perbankan, pihak nasabah merupakan unsur yang sangat berperan

32

Sutan Remy Sjahdeini, Op.cit., hal. 9. 33

Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Pemberdayaan Hak-hak Konsumen di

(43)

sekali, mati hidupnya dunia perbankan bersandar kepada kepercayaan dari pihak masyarakat atau nasabah.34

Selanjutnya untuk membuat pengaturan mengenai penggunaan kontrak standar pada bank-bank syariah dapat dilihat melalui perspektif teori rekayasa sosial yang menyatakan bahwa : “Law as a tool of social engineering”. Teori rekayasa sosial ini diutarakan oleh Roscoe Pound.35

Kepercayaan merupakan inti dari perbankan sehingga sebuah bank harus mampu menjaga kepercayaan dari para nasabahnya. Hukum sebagai alat rekayasa sosial terlihat aktualisasinya di sini. Pada tataran undang-undang maupun Peraturan Bank Indonesia terdapat pengaturan dalam rangka untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan dan sekaligus dapat memberikan perlindungan hukum bagi nasabah.

2. Kerangka Konsepsi

Menurut kamus Bahasa Indonesia konsepsi adalah pendapat atau pangkal pendapat, pengertian pendapat; rancangan: cita-cita, dan sebagainya yang telah ada dalam pikiran.

“Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antar abstrak dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi 34

Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta : Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2004), hal. 35. 35

(44)

yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus dan disebut defenisi operasional”.36

Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum, guna menghindari perbedaan penafsiran dari istilah yang dipakai, selain itu juga dipergunakan sebagai pegangan dalam proses penelitian ini.37

a. Perlindungan hukum adalah suatu pemberian jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang telah menjadi hak dan kewajibannya, sehingga yang bersangkutan merasa aman.38

b. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank Syariah dan/atau UUS;

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen merupakan payung hukum yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen (nasabah/debitur);

39

c. Kontrak Standar adalah perjanjian yang isinya telah ditetapkan terlebih dahulu secara tertulis berupa formulir-formulir yang digandakan dalam jumlah yang tidak terbatas, untuk ditawarkan kepada para konsumen

36

Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 3.

37

Burhan Ashshofa, Op.cit., hal. 28 38

Fahmi Fauzan, “Perlindungan Hukum Nasabah Atas Syarat-Syarat Baku Perjanjian Gadai (Studi Pada Kantor Pegadaian di Kota Binjai)”, (Medan : Tesis, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2011), hal. i.

39

(45)

tanpa memperhatikan perbedaan kondisi para konsumen;40

d. Pembiayaan Syariah Bank Syariah Mandiri adalah

Dalam penelitian ini digunakan istilah Kontrak Standar;

41

1) Pembiayaan Murabahah BSM adalah pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati;

:

2) Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati;

3) Pembiayaan Musyarakah BSM adalah pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati;

4) Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya dengan akad ijarah;

40

Johannes Gunawan, Reorientasi Hukum Kontrak di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.

22 No. 6, 2003, hal. 45-46. 41

Yusak Laksmana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah,

(46)

5) Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumtif), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun non-developer, dengan sistem murabahah;

6) Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah. Membantu menanggulangi kesulitan likuiditas nasabah terutama kebutuhan dana jangka pendek. Nasabah yang memanfaatkan pembiayaan bank secara optimal sesuai dengan kebutuhan riil dengan cara melakukan penarikan sesuai dengan kebutuhan;

7) Pembiayaan BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok);

8) Pembiayaan Resi Gudang BSM adalah pembiayaan transaksi komersial dari suatu komoditas/produk yang diperdagangkan/produk yang dibiayai dan berada dalam suatu Gudang atau tempat yang terkontrol secara independen (independently controlled warehouse); 9) Pembiayaan Kepada Koperasi Karyawan Untuk Para Anggotanya

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dikemukakan pada skripsi ini adalah apakah akad Bai Wafa dapat dijadikan salah satu alternatif pembiayaan dalam pengembangan perbankan syariah di

Yang menjadi permasalahan disini adalah bagaimana kedudukan pihak ketiga (debt collector) dalam perjanjian kredit pembiayaan konsumen, bagaimana ketentuan dan prosedural

Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 3 tidak dijalankan oleh pelaku usaha, badan penyelesaian sengketa konsumen menyerahkan putusan tersebut kepada

Keabsahan kontrak yang tercantum klausula menurut UU Perlindungan Konsumen yaitu diperbolehkan menyebar luas di masyarakat selama kontrak tersebut tidak bertentangan

Penggunaan akad pada produk pembiayaan BSM cicil emas tersebut telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 77/DSN- MUI/V/2010 tentang jual beli