• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

2.6 Teori tentang Lingkungan Kerja

2.6.1 Pengertian Lingkungan Kerja dan Jenis Lingkungan Kerja

Sebagaimana kita ketahui bahwa semangat dan kegairahan kerja para

karyawan/pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas dipengaruhi banyak faktor.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tersebut antara lain adalah jumlah dan

komposisi dari kompensasi yang diberikan, penempatan yang tepat, latihan, rasa

aman di masa depan, mutasi, promosi dan masih banyak faktor-faktor lain yang

tidak dapat desebutkan.

Di samping faktor-faktor di atas masih ada faktor lain yang juga dapat

mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja dalam pelaksanaan tugas yaitu

lingkungan kerja. Meskipun faktor lain adalah penting dan besar pengaruhnya,

faktor ini. Misalnya soal musik yang merdu, meskipun kelihatan remeh, tapi

ternyata besar pengaruhnya terhadap efektivitas dan efesiensi dalam pelaksanaan

tugas. Mengapa demikian? Sebab hal ini dapat mengurangi rasa kelelahan dari

para pegawai/pekerja.

Lingkungan kerja adalah tempat di mana karyawan/pegawai melakukan

aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman

dan memungkinkan pegawai/karyawan untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan

kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai/karyawan. Jika pegawai/karyawan

menyenangi lingkungan di mana dia bekerja, maka pegawai/karyawan tesebut

akan betah ditempat kerjanya, melakukan aktifitas sehingga waktu bekerja

dipergunakan secara efektif. Produktivitas akan tinggi dan optimis prestasi kerja

pegawai/karyawan juga tinggi. Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja

yang terbentuk antara sesama pegawai/karyawan dan hubungan kerja antar

bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai/karyawan bekerja.

Menurut Nitisemito (2008) mendefenisikan lingkungan kerja sebagai

berikut: “Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang

dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”.

Menurut Serdamayanti (2008) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai

berikut: “Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang

dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya serta

pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja

bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak

langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.

Lingkungan kerja yang mendukung produktivitas kerja akan menimbulkan

kepuasan kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi/instansi. Menurut

Serdamayanti (2008) yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja adalah

sebagai berikut:

a. Penerangan,

b. Suhu udara,

c. Suara bising,

d. Pengguna warna,

e. Ruang gerak yang dipergunakan,

f. Keamanan kerja,

g. Hubungan karyawan/pegawai.

Menurut Pattayak (2008) motivasi kerja pegawai/karyawan akan terdorong

dari lingkungan kerja. Jika lingkungan kerja mendukung, maka akan timbul

keinginan ini pegawai/karyawan untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

Keinginan ini kemudian akan timbul persepsi pegawai/karyawan yang

diwujudkan dalam bentuk tindakan. Persepsi pegawai/karyawan juga dipengaruhi

oleh faktor insentif yang diberikan instansi/perusahaan.

Lingkungan kerja dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:

a. Lingkungan kerja sosial

Lingkungan kerja sosial yang mencakup hubungan kerja yang terbina

dalam instansi/perusahaan. Kita bekerja dalam instansi/perusahaan tidaklah

orang lain. Dengan demikian kita wajib membina hubungan yang baik antar rekan

kerja, bawahan maupun atasan karena kita saling membutuhkan. Hubungan kerja

yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologis pegawai/karyawan.

Mangkunegara (2008) menyatakan bahwa: “ untuk menciptakan

hubungan relasi yang harmonis dan efektif, pimpinan dan manager perlu (1)

meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi emosi pegawai/karyawan

dan bagaimana mereka berhubungan dengan tim kerja, serta (2) menciptakan

suasana memperhatikan dan memotivasi kreativitas”. Dari pernyataan ini dapat

kita simpulkan bahwa pengelolaan hubungan kerja dengan pengendalian

emosional di tempat kerja itu sangat perlu untuk diperhatikan karena akan

memberikan dampak terhadap prestasi kerja pegawai/karyawan. Hal ini

disebabkan karena manusia itu bekerja bukan sebagai mesin. Manusia mempunyai

perasaan untuk dihargai dan bukan untuk uang saja.

b. Lingkungan kerja fisik

Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai/karyawan

melakukan aktivitasnya. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan

emosi kerja para pegawai/karyawan.

Robbins (2008) menyatakan bahwa: “ faktor-faktor yang mempengaruhi

lingkungan kerja fisik adalah:

a. Suhu

Suhu adalah variabel dimana terdapat perbedaan individual yang

besar. Dengan demikian untuk menghasilkan produktivitas, adalah

mana suhu diatur sedemikian rupa sehingga berada di antara rentang

kerja yang dapat diterima setap individu.

b. Kebisingan

Bukti dari telaah-telaah suara menunjukkan bahwa suara-suara yang

konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak menyebabkan

penurunan kinerja sebaliknya efek dari suara-suara yang tidak dapat

diramalkan memberikan pengaruh negatif dan menggannggu

konsentrasi pegawai/karyawan.

c. Penerangan

Bekerja pada ruangan yang gelap dan samar-samar akan

menyebabkan ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat

dapat membantu pegawai/karyawan dalam memperlancar aktivitas

kerjanya.

d. Mutu Udara

Merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jika menghirup

udara yang tercemar membawa efek yang merugikan pada kesehatan

pribadi. Udara yang tercemar dapat mengganggu kesehatan pribadi

pegawai/karyawan.

Faktor lain yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah rancangan

ruang kerja. Rancangan ruang kerja yang bak dapat menimbulkan kenyamanan

bagi pegawai/karyawan di tempat kerjanya. Faktor-faktor dari rancangan ruang

kerja menurut Robbins (2008) tediri atas:

Ruang kerja sangat mempengaruhi kinerja pegawai/karyawan. Ruang

kerja yang sempit dan membuat pegawai/karyawan sulit bergerak

akan menghasilkan kinerja yang lebih rendah jika dibandingkan

dengan pegawai/karyawan yang memiliki ruang kerja yang luas.

b. Pengaturan ruang kerja

Jika ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per

pegawai/karyawan, pengaturan merujuk pada jarak antara orang dan

fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu penting karena sangat

mempengaruhi interaksi sosial. Orang lebih mungkin berinteraksi

dengan individu-individu yang dekat secara fisik. Oleh karena itu,

lokasi kerja pegawai/karyawan mempengaruhi informasi yang ingin

diketahui.

c. Privasi

Privasi dipengaruhi oleh dinding, partisi, dan sekatan-sekatan fisik

lainnya. Kebanyakan pegawai/karyawan menginginkan tingkat

privasi yang besar dalam pekerjaan mereka (khususnya dalam posisi

manajerial, di mana privasi diasosiasikan dalam status). Namun

kebanyakan pegawai/karyawan juga menginginkan peluang untuk

berinteraksi dengan rekan kerja, yang dibatasi dengan meningkatnya

privasi. Keinginan akan privasi itu kuat dipihak banyak orang. Privasi

membatasi gangguan yang terutama sangat menyusahkan orang-

Dokumen terkait