• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Deskripsi Kerja, Lingkungan Kerja, Dan Pengembangan Karir Terhadap Prestasi Kerja Pegawai di Kantor PTPN IV Kebun Laras

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Deskripsi Kerja, Lingkungan Kerja, Dan Pengembangan Karir Terhadap Prestasi Kerja Pegawai di Kantor PTPN IV Kebun Laras"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH DESKRIPSI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN PENGEMBANGAN KARIR, TERHADAP PRESTASI KERJA

PEGAWAI DI KANTOR PTPN IV KEBUN LARAS

TUGAS AKHIR

NURASIAH ADE LINA 112407093

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH DESKRIPSI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN PENGEMBANGAN KARIR, TERHADAP PRESTASI KERJA

PEGAWAI DI KANTOR PTPN IV KEBUN LARAS

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

NURASIAH ADE LINA 112407093

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Analisis Pengaruh Deskripsi Kerja, Lingkungan

Kerja, Dan Pengembangan Karir Terhadap Prestasi

Kerja Pegawai di Kantor PTPN IV Kebun Laras

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Nurasiah Ade Lina

Nomor Induk Mahasiswa : 112407093

Program Studi : D3 Statistika

Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Juni 2014

Disetujui Oleh

Ketua Program Studi D3 Statistika FMIPA Pembimbing,

USU

Dr. Faigiziduhu Bu’ulölö, M.Si Dr. Suwarno Ariswoyo, M.Si

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS PENGARUH DESKRIPSI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DAN PENGEMBANGAN KARIR, TERHADAP PRESTASI KERJA

PEGAWAI DI KANTOR PTPN IV KEBUN LARAS

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali

beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

NURASIAH ADE LINA

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini dengan judul Analisis Pengaruh Deskripsi Kerja, Lingkungan

Kerja, dan Pengembangan Karir, Terhadap Prestasi Kerja Pegawai di Kantor

PTPN IV Kebun Laras.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Suwarno Ariswoyo,

M.Si selaku pembimbing sekaligus Sekretaris Program Studi D3 Statistika

FMIPA USU yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir

ini. Terimakasih kepada Bapak Dr. Faigiziduhu Bu’ulölö, M.Si selaku Ketua

Program Studi D3 Statistika FMIPA USU, Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si dan Ibu

Dr. Mardinigsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika

FMIPA USU Medan, Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU dan

rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Bapak Adlan Wibisono,

Ibu Jumini dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Batasan Masalah 4

1.4 Tinjauan Pustaka 4

1.5 Tujuan Penelitian 6

1.6 Manfaat Penelitian 6

1.7 Kerangka Pikiran 6

1.8 Hipotesis 9

1.9 Metode Penelitian 9

1.10 Sistematika Penulisan 10

BAB 2 LANDASAN TEORI 12

2.1 Data 12

2.1.1 Data Menurut Sifatnya 13

2.1.2 Data Menurut Sumbernya 13

2.1.3 Data Menurut Cara Memperolehnya 13

2.1.4 Data Menurut Cara Pengumpulannya 14

2.2 Skala Pengukuran Data 15

2.3 Skala Untuk Istrumen 16

2.4 Variabel 18

2.5 Teori Tentang Deskrisi Kerja 20

2.5.1 Pengertian Deskripsi kerja 20

2.5.2 Faktor-Faktor Deskripsi Kerja 21

2.6 Teori Tentang Lingkungan Kerja 23

2.6.1 Pengertian Lingkungan Kerja dan Jenis Lingkungan Kerja 23

2.6.2 Manfaat Lingkungan Kerja 29

2.7 Teori Tentang Pengembangan Karir 29

2.7.1 Pengertian Pengembangan Karir dan Faktor yang Harus

Diperhatikan dalam Pengembangan Karir 29

2.7.2 Tanggung Jawab Pengembangan Karir 35

2.8 Teori Tentang Prestasi Kerja 38

(7)

2.8.2 Tujuan Prestasi Kerja 41

2.8.3 Penilaian Kinerja 42

2.8.4 Faktor-faktor Penilaian Prestasi 44

2.8.5 Metode Penilaian Prestasi Kerja 44

2.9 Analisa Regresi 46

2.9.1 Regresi Linear Berganda 46

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 48

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 48

3.1.1 Tempat Penelitian 48

3.1.2 Waktu Penelitian 48

3.2 Metode Penelitian 48

3.2.1 Pendekatan Peneletian 48

3.2.2 Jenis Penelitian 48

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 49

3.3.1 Populasi 49

3.3.2 sampel 49

3.4 Alat Pengumpulan 50

3.5 Rancangan penelitian 50

3.6 Teknik Pengumpulan Data 50

3.7 Jenis dan Sumber Data 50

3.8 Gambaran Tempat Riset 51

3.8.1 Latar Belakang 51

3.8.2 Letak Geografis 52

3.8.3 Logo PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Laras 53 3.8.4 Visi dan Misi, Kebijakan Perusahaan, Budaya (Kultur)

Perusahaan 55

3.8.5 Strategi Perusahaan 56

3.8.6 Maksud dan Tujuan Perusahaan 57

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 58

4.1 Populasi dan Pengambilan Sampel 58

4.1.1 Populasi 58

4.1.2 Pengambilan sampel 58

4.2 Analisis Deskriptif 60

4.2.1 Definisi Operasional 60

4.2.2 Deskriptif Variabel 62

4.2.3 Karakter Responden 71

4.2.3.1.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 71

4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 71

4.3.1 Uji Validitas instrumen 71

4.3.2 Uji reliabilitas Instrumen 76

4.4 Pengujian Asumsi Klasik 80

4.4.1 Uji Normalitas 80

4.5 Metode Analisis 82

(8)

4.5.2 Uji Signifikan Serempak (Uji F) 83

4.5.3 Uji signifikan Parsial (Uji T) 85

4.5.3.1 Pengaruh Antara Deskripsi Kerja Terhadap Prestasi

Kerja 86

4.5.3.2 Pengaruh Antara Lingkungan Kerja Terhadap Prestasi

Kerja 87

4.5.3.3 Pengaruh Antara Pengembangan Karir Terhadap

Prestasi Kerja 88

4.6 Rumus Regresi 89

BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM 90

5.1 Pengenalan SPSS 90

5.2 Cara Mengaktifkan SPSS 91

5.3 Membuka Lembar Baru 91

5.4 Menyusun Data 92

5.4.1Menginput Data 92

5.4.2 Mengubah Nama Variabel 93

5.5 Cara Menguji Validitas dan Reliabilitas 95

5.6 Cara Menguji Regresi Linear Berganda 97

5.7 Cara Menguji Normalitas dengan Pedekatan Kolmogorov-Smirnov 99

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 101

6.1 Kesimpulan 101

6.2 Saran 101

DAFTAR PUSTAKA 102

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Kantor PTPN IV Kebun Laras 58

Tabel 4.2 Penggolongan Pengambilan Sampel Penelitian 60

Tabel 4.3 Definisi Operasional Variabel 61

Tabel 4.4 Alternatif Jawaban Responden 62

Tabel 4.5 Deskripsi Mengenai Variabel Deskripsi Kerja (X1) 63

Tabel 4.6 Deskripsi Mengenai Variabel Lingkungan Kerja (X2) 65

Tabel 4.7 Deskripsi Mengenai Variabel Pengembangan Karir (X3) 67

Tabel 4.8 Deskripsi Mengenai Variabel Prestasi Kerja (Y) 69 Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin 71

Tabel 4.10 Uji Validitas Variabel Deskipsi Kerja 73

Tabel 4.11 Uji Validitas Variabel Lingkungan Kerja 74

Tabel 4.12 Uji Validitas Variabel Pengembangan Karir 75

Tabel 4.13 Uji Validitas Variabel Prestasi Kerja 76

Tabel 4.14 Uji Reliabilitas Variabel Deskipsi Kerja 77

Tabel 4.15 Uji Reliabilitas Variabel Lingkungan Kerja 78

Tabel 4.16. Uji Reliabilitas Variabel Pengembangan Karir 79

Tabel 4.17 Uji Reliabilitas Variabel Prestasi Kerja 80

Tabel 4.18 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 81

Tabel 4.19 Model Summaryb 83

Tabel 4.20 ANOVAb 83

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pikiran Hipotesis 9

Gambar 3.1 Logo PTPN IV (Persero) 56

Gambar 5.1 Mengaktifkan SPSS 96

Gambar 5.2 Tampilan Awal SPSS 96

Gambar 5.3 Data yang telah dimasukkan ke dalam SPSS 98

Gambar 5.4 Layar Kerja Variabel View 100

Gambar 5.5 Langkah Uji Validitas dan Reliabilitas 100

Gambar 5.6 Kotak Reliability Analysis: Memindahkan Variabel ke

dalam kotak items 101

Gambar 5.7 Kotak Reliability Analysis: Mengklik Descriptives for 102

Gambar 5.8 Langkah Pengujian Regresi Linear Berganda 103

Gambar 5.9 Kotak Linear Regression: Variabel Dependent, Variabel

Independent, Case Labels dan Method 103

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam masyarakat modern ini, terlebih-lebih dunia era globalisasi dituntut

menghadapi persaingan yang lebih kompetitif. Tuntutan pasar tenaga kerja sendiri

telah menginginkan kualitas sumber daya manusia yang sesuai dengan

perkembangan teknologi yang diterapkan. Peran ilmu administrasi semakin

menentukan dalam berbagai hal. Manakala ditinjau dari dimensi ilmu

administrasi, maka pembangunan administrasi diarahkan kepada semakin

terciptanya administrasi yang mampu untuk dapat menjamin percepatan,

kelancaran, keserasian, keterpaduan tugas, dan fungsi penyelengara pemerintah,

pembangunan maupun kehidupan masyarakat. Dimensi lain pada administrasi

negara adalah upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),

khususnya aparatur pemerintah, agar lebih andal, profesional, efektif, dan efisien

serta tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat dan terhadap dinamika

proses perubahan lingkungan strategis.

Administrasi dan manajemen Sumber Daya manusia (SDM) merupakan

modal dasar pembangunan sekaligus menjadi tujuan dari pembangunan yang terus

setiap tahap dapat meningkat ke arah yang lebih baik melalui berbagai bidang :

sosial, ekonomi, politik, budaya, ideologi, dan keamanan. Bagi negara yang besar

penduduknya seperti indonesia yang mempunyai kekayaan Sumber Daya Manusia

(12)

Demikian halnya didalam kantor, peningkatan Sumber Daya Manusia

(SDM) juga sangat diperlukan demi tercapainya visi dan misi suatu kantor. Hal ini

tidak lepas dari pengaruh beberapa faktor, diantaranya: deskripsi kerja,

lingkungan kerja, pengembangan karir, dan juga prestasi kerja para pegawai.

Harus ada pemberian deskripsi kerja yang jelas untuk dapat menentukan

pekerjaan tersebut dapat menentukan pekerjaan tersebut dapat dikerjakan atau

diselesaikan dengan baik. Semakin jelas deskripsi kerja yang diberikan akan

semakin cepat suatu pekerjaan, tugas-tugasnya, tanggung jawabnya,

wewenangnya dan sebagainya. Penjelasan tentang hal ini semua adalah penting,

sebab jika tidak dijelaskan akan dapat menimbulkan perbedaan pengertian.

Dengan demikian diharapkan setiap karyawan/pegawai tahu batas-batas antara

lain tugas-tugasnya, tanggung jawab serta wewenangnya. Hal ini mencegah

kemungkinan timbulnya kesimpangsiuran dan dobel pekerjaan antara pekerjaan

yang satu dengan pekerjaan yang lain.

Disamping faktor di atas masih ada faktor lain yang juga dapat

mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan yaitu

lingkungan kerja. Meskipun faktor ini penting dan besar pengaruhnya, tapi banyak

perusahaan atau instansi-instansi pemerintahan yang sampai saat ini kurang

memperhatikan faktor ini. Yang dimaksud dengan lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang ada disekitar para pekerja/pegawai dan yang dapat mempengaruhi

dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.

Apabila faktor deskripsi kerja dan lingkungan kerja sudah bisa dijalankan

sebagaimana mestinya maka akan mendorong para karyawan/pegawai untuk dapat

(13)

Pengertian karir adalah orang yang selalu bergerak maju dan meningkat dalam

suatu jabatan yang didudukinya. Bergerak maju mengandung arti tuntutan gaji

yang lebih besar, serta gengsi yang meningkat. Perlu ditekankan lagi bahwa

meskipun bagian pengelola sumber daya manusia dapat berperan dalam

pengembangan tersebut, sesungguhnya yang paling bertanggung jawab adalah

pekerja/pegawai yang bersangkutan karena dialah yang paling berkepentingan dan

dialah yang kelak akan memetik dan menikmati hasilnya.

Oleh karena itu, agar terbuka kemungkinan bagi seseorang untuk

mewujudkan rencana dan tujuan karirnya, prestasi kerjanya haruslah sedemikian

rupa sehingga bukan hanya memenuhi berbagai standar yang telah ditentukan,

akan tetapi sedapat mungkin dapat digunakan sebagai bukti bahwa seseorang

sudah berusaha semaksimal mungkin dan bahwa usaha tersebut sekaligus

merupakan indikator bahwa karyawan/pegawai yang bersangkutan memiliki

potensi yang dapat dikembangkan dalam rangka mempersiapkan memikul tugas

dan tanggung jawab yang lebih besar lagi di masa depan.

Sesuai dengan penjelasan di atas maka penulis ingin mengetahui pengaruh

antara deskripsi kerja, lingjungan kerja, dan pengembangan karir terhadap prestasi

kerja pegawai. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian dengan

(14)

1.2Rumusan Masalah

Sesuai dengan alasan-alasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka

permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh deskripsi kerja,

lingkungan kerja, dan pengembangan karir terhadap prestasi kerja pegawai di

Kantor PTPN IV Kebun Laras.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mengarahkan pembahasan dalam tugas akhir iniagar tidak menyimpang

dari sasaran yang dituju, maka perlu membuat batasan ruang lingkup

permasalahan. Sebagai pembatasan masalah ini adalah hanya terbatas pada analisa

untuk mengetahui pengaruh deskripsi kerja, lingkungan kerja, dan pengembangan

karir terhadap prestasi kerja pegawai.

1.4 Tinjauan Pustaka

Beberapa buku yang menjadi tinjauan pustaka yang digunakan untuk mewujudkan

tulisan ini dikutip dari situs-situs internet yang membantu penulis menguraikan

tentang teori deskripsi kerja, lingkungan kerja, dan pengembangan karir terhadap

prestasi pegawai. Beberapa buku pendukung teory adalah sebagai berikut:

1. Prosedur penelitian ( Prof.Dr.Suharsini Arikunto, 2005 )

Menerangkan bagaimana prosedur penelitian yang baik, dan cara-cara

(15)

2. Analisis jalur ( Issac & Michael, 1981 : 192 )

S =

²

��

(

1−�

)

2

(

�−1

)

+�

²

(

1−�

)

Keterangan :

S = Jumlah sampel yang dicari

N = Jumlah Populasi

P = Proporsi populasi sebagai dasar asumsi pembuatan table. Harga

ini diambil P = 0,50

d = Derajat ketetapan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat

ditoleransi dalam fluktuasi proporsi sampel (P), d umumnya

diambil 0,050.

X² = Nilai table chi-square untuk satu derajat kebebasan (dk) relatif

level konfiden yang diinginkan X² = 3,841 tingkat kepercayaan 0,95.

3. Metode Statistika ( Sudjana, 1994 : 250 )

Menerangkan bahwa analisis regresi linear berganda digunakan untuk

menganalisa pengaruh variabel Independen yang terdiri dari : Deskripsi

Kerja (X1), Lingkungan Kerja (X2), dan Pengembangan Karir (X3), terhadap Variabel Dependen yaitu Prestasi Kerja (Y). Model analisis data

pada hipotesa adalah sebagai berikut:

(16)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan melakukan penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh deskripsi kerja,

lingkungan kerja, dan pengembangan karir terhadap prestasi kerja

pegawai di Kantor PTPN IV Kebun Laras.

2. Untuk mengetahui sejauh mana prestasi pegawai di Kantor PTPN IV

Kebun Laras.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi PTPN IV Kebun Laras.

2. Sebagai bahan untuk menambah dan memperkaya penelitian ilmiah di

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera

Utara, khususnya Program Studi D3 Statistika.

3. Sebagai penambah wawasan bagi penulis dan melatih diri berpikir secara

ilmiah pada bidang sumber daya manusia khususnya yang berkaitan

dengan deskripsi kerja, lingkungan kerja, pengembangan karir, dan

prestasi kerja.

1.7 Kerangka Pikiran

Keberhasilan suatu organisasi/instansi dalam mencapai tujuannya tergantung pada

kualitas kegiatan dan upaya bersama dari orang-orang yang terlibat didalamnya

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan-kegiatan yang harus

(17)

jabatan yang ada dalam organisasi/instansi, lingkungan kerja pegawai/karyawan

serta kesempatan yang diberikan kepada pegawai/karyawan untuk

mengembangkan karir.

Mathis dan jackson (2001) menyatakan bahwa deskripsi kerja adalah proses

menyebutkan tugas, tanggung jawab dari suatu pekerjaan. Tugas-tugas perlu

diketahui dengan jelas apa jenisnya, selanjutnya tanggung jawab apa yang harus

dipegang oleh seseorang yang melakukan tugas tersebut, sehingga

karyawan/pegawai tidak melakukan kesalahan dengan adanya kejelsan-kejelasan

pekerjaan yang harus mereka lakukan.

Selanjutnya Mathis dan Jac kson (2001) menyatakan ada tiga hal yang

menjadi ukuran deskripsi kerja yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Tugas dan tanggung jawab esensial.

2. Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan, dan

3. Kerja sama yang dilakukan dalam menjalankan tugas yang

ddelegasikan.

Menurut Mathis dan Jachson (2001) untuk melihat apakah deskripsi kerja

sudah sesuai dengan harapan karyawan/pegawai digunakan model analisis

pekerjaan fungsional yang terdiri dari sasaran organisasi, apa yang akan dilakukan

karyawan/pegawai untuk mencapai sasaran itu dalam pekerjaan mereka, tingkat

dan orientasi apa yang akan dilakukan para tenaga kerja, standar kinerja, standar

(18)

Menurut Nitisemito (2008) mendefenisikan lingkungan kerja sebagai

berikut: “Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang

dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”.

Menurut sedarmayati (2008) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai

berikut: “Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang

dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta

pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”.

Pengembangan karir terdiri atas semua pekerjaan yang dipegang seseorang

selama kehidupan pekerjaannya. Untuk beberapa orang, pekerjaan-pekerjaan

tersebut sebagai bagian dari sebuah perencanaan yang disiapkan secara terarah

sedangkan untuk yang lainnya bisa jadi sebuah karir dikatakan sebagai peristiwa

keberuntungan. Keputusan karir memang hendaknya didasarkan pada ukuran

objektif tetapi tidak jarang muncul karena unsur subjekvifitasnya ari kalanga

otoritas tertentu. Uraian pekerjaan dari spesifikasi pekerjaan yang jelas didalam

perusahaan akan dapat menghindari adanya keputusan karir yang bersifat

subjektif.

Menurut Mangkunegara (2008) bahwa “ prestasi kerja adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai/karayawan

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”.

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan maka kerangka pemikiran dalam

(19)

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Hipotesis

1.8 Hipotesis

Dari kerangka pikiran di atas, maka hipotesisnya adalah ada pengaruh yang positif

dan signifikan antara deskripsi kerja, lingkungan kerja, dan pengembangan karir

terhadap prestasi pegawai di Kantor PTPN IV Kebun Laras.

1.9 Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah salah satu cara yang terdiri dari langkah-langkah atau

urutan kegiatan yang berfungsi sebagai pedoman umum yang digunakan untuk

melaksanakan penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan dari penelitian itu

terwujud. Penulis melakukan langkah-langkah untuk menyelesaikan penelitian,

antara lain:

1. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh data maupun informasi yang dibutuhkan

dengan cara membaca dan mempelajari buku -buku perkuliahan atau

umum, serta mencari sumber informasi yang berhubungan dengan objek

yang diteliti.

Deskripsi kerja

Prestasi Kerja Lingkungan Kerja

(20)

2. Pengumpulan Data

Mengingat judul merupakan jenis penelitian deskripsi kuantitatif maka

penyajian data dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Wawancara (interview) yang dilakukan dengan pihak yang berwenang

untuk memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini.

b. Daftar pertanyaan (questionnaire). Teknik ini dilakukan dengan cara

penyebara daftar pertanyaan kepada seluruh responden yang dalam hal

ini adalah para pegawai yang menjadi sampel pada penelitan ini.

c. Studi dokumentasi yaitu dengan melakukan pengumpulan

dokumen-dokumen pendukung yang diperoleh dari PTPN IV Kebun Laras.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, dengan cara melakukan wawancara dan melalui

penyebaran daftar pertanyaan (kuisioner).

b. Data sekunder, diperoleh dari studi dokumentasi.

1.10 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

batasan masalah, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, manfaat

(21)

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan

penelitian penulis.

BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode-metode yang digunakan

dalam penelitian, dan gambaran tepat riset penulis.

BAB 4 : ANALISIS PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang analisis data dengan menggunakan

analisis regresi linear berganda, karakteristik responden, dan

lainnya dengan bantuan program SPSS.

BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM

Bab ini menjelaskan tentang analisis data menggunakan program

SPSS meliputi uji validitas, uji reliabilitas, dan uji hipotesis.

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil

(22)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Data

Pengertian data menurut webster New World Dictionary, data adalah things

known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau

dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data

dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan.

Data bisa juga didefenisikan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh

dari pengamatan (observasi) suatu objek, data dapat berupa angka dan dapat pula

merupakan lambang atau sifat. Beberapa macam data antara lain: data populasi

dan sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder.

Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai

dasar yang objektif didalam proses pembuatan keputusan-keputusan

(kebijaksanaan-kebijaksanaan) dalam rangka untuk memecahkan persoalan oleh

pengambilan keputusan. Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari

pengambilan keputusan yang objektif, dan didasarkan atas data yang baik.

Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable),

tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan

gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan.

Riset akan menghasilkan data. Ada tiga peringkat data yaitu data mentah,

hasil pengumpulan, data hasil analisis berupa kesimpulan. Yang terakhir ini

mempunyai peringkat tertinggi sebab langsung dapat dipergunakan untuk

(23)

2.1.1 Data Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya, yang selanjutnya dapat dibagi dua :

a. Data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka, misalnya:

kuesioner pertanyaan tentang suasana kerja, kualitas pelayanan sebuah

restoran atau gaya kepemimpinan, dan sebagainya.

b. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka, misalnya: harga

saham, besarnya pendapatan, dan sebagainya.

2.1.2 Data Menurut Sumbernya

Menurut sumber data, yang selanjutnya dibagi dua:

a. Data internal yaitu data dari dalam suatu organisasi yang

menggambarkan organisasi tersebut. Misalnya: jumlah karyawan suatu

perusahaan, jumlah modalnya, dan jumlah produksinya.

b. Data eksternal yaitu data dari luar suatu organisasi yang dapat

menggambarkan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil kerja

suatu organisasi. Misalnya: daya beli masyarakat mempengaruhi hasil

penjualan suatu perusahaan.

2.1.3 Data Menurut Cara Memperolehnya

Menurut cara memperolehnya, juga bisa dibagi dua:

a. Data primer (primer data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh

perorangan atau suatu organisasi secara langsung dari obyek yang

diteliti dan untuk studi yang bersangkutan dan dapat berupa interview,

observasi.

b. Data sekunder (sekundary data) yaitu data yang diperoleh/dikumpulkan

(24)

berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data

dokumentasi dan arsip-arsip resmi.

2.1.4 Data Menurut Waktu Pengumpulannya

Menurut waktu pengumpulannya, dapat dibagi dua:

a. Data cross section ialah data yang dikumpulkan pada suatu waktu

tertentu (at a point of time) untuk menggambarkan keadaan dan kegiatan

pada waktu tersebut. Misalnya: data penelitian yang menggunakan

kuesioner.

b. Data berkala (time series data) ialah data yang dikumpulkan dari waktu

ke waktu untuk melihat perkembangan suatu kejadian/kegiatan selama

periode tersebut. Misalnya: perkembangan uang beredar, harga 9 macam

bahan pokok, penduduk.

Pada prinsipnya seorang peneliti akan menghadapi dua jenis gejala yaitu

gejala nominal dan gejala kontinum.

1. Gejala nominal

Gejala nominal adalah suatu gejala yang hanya dapat

digolong-golongkan secara terpisah, diskrit, secara kategori. Misalnya: jenis

kelamin, tempat kelahiran, kebangsaan, yang dilakukan adalah

menghitung subyek dari tiap-tiap kategori.

2. Gejala kontinum

Gejala kontinum adalah gejala yang bervariasi menurut tingkatan.

(25)

bagi-bagi dalam beberapa taraf, tingkat, derajat, jenjang dan dapat diukur

(kualitasnya) dan dihitung (kuantitasnya).

2.2 Skala Pengukuran Data

Skala merupakan suatu prosedur pemberian angka atau simbol lain kepada

sejumlah ciri dari suatu objek agar dapat menyatakan karakteristik angka pada ciri

tersebut. skala pengukuran oleh S.S Steven (1976) dibagi atas 4 bagian yaitu :

1. Skala Nominal: skala nominal tingkatan pengukuran yang paling

sederhana. Dasar penggolongan ini agar kategori yang tumpang tindih

(mutually exclutive) dan tuntas (exhaustive). Angka yang ditunjuk untuk

suatu kategori tidak merefleksikan bagaimana kedudukan kategori

tersebut tersebut terhadap kategori tersebut terhadap kategori lainnya,

tetapi hanyalah sekedar label atau kode sehingga skala yang diterapkan

pada data yang hanya dibagi ke dalam kelompok-kelompok tertentu dan

pengelompokkan tersebut hanya dilakukan untuk tujuan identifikasi.

Contoh: penggolongan mobil ke dalam kategori sedan, van, mini, truk,

dan bus. Atau penggolongan jenis kelamin, suku, dan sebagainya.

2. Skala ordinal: skala ini memungkinkan peneliti untuk mengurutkan

respondennya dari tingkatan paling tinggi menurut atribut tertentu. Skala

yang diterapkan pada data yang dapat dibagi dalam berbagai kelompok

tersebut.

Contoh: sebuah produk yang diproduksi sebuah pabrik dapat

(26)

3. Skala interval: seperti hal ukuran ordinal, ukuran interval adalah

mengurutkan orang atau objek berdasarkan suatu atribut. Interval atau

jarak yang sama pada skala interval dipandang sebagai mewakili interval

atau jarak yang sama pula pada objek yang di ukur. Skala yang

diterapkan padadata yang dapat dirangking dan dengan peringkat tersebut

kita bisa mengetahui perbedaan diantara peringkat-peringkat tersebut dan

kita bisa menghitung besarnya perbedaan itu. Namun harus diperhatikan

bahwa dalam skala ini perbandingan rasio yang ada tidak di

perhitungkan.

Contoh: nilai mahasiswa A mempunyai IP 4,00 ; B 3,50 ; C 3,00 ; D 2,50

; E 2,00, maka interval mahasiswa A dan C (4 – 3 = 1) adalah sama

dengan interval antara mahasiswa C dan E (3 – 2 = 1).

4. Skala Rasio: suatu bentuk interval yang jaraknya (interval) tidak

dinyatakan sebagai perbedaan nilai antar responden, tetapi antara seorang

dengan nilai absolute, karena ada titik 0 maka perbandingan rasio dapat

ditentukan.

Contoh: kalau harga produk X sebesar Rp. 3.000 dan produk Y sebesar

Rp. 6.000 maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa produk Y dua kali

lebih mahal dibandingkan produk X.

2.3 Skala Untuk Instrumen (Model Skala Sikap)

Bentuk-bentuk model skala sikap sering digunakan dalam penelitian ada lima

macam, yaitu:

(27)

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial.

Pada skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan lagi menjadi

indikator-indikator yang terukur ini yang mana menjadi titik tolak untuk

membuat item instrumen yang berupa pertanyaan yang erlu dijawab

responden. Setiap jawaban diungkapkan dengan kata-kata, misalnya:

Sangat Setuju (SS) = 5

Setuju = 4

Ragu-Ragu/Netral = 3

Tidak Setuju (TS) = 2

Sangat Tidak Setuju = 1

2. Skala Gutman

Skala Gutman digunakan untuk mengukur dimensi untuk mengukur

dimensi saja dari suatu variabel multidimensi. Skala gutman dilakukan

jika peneliti ingin mendapatkan jawaban tegas terhadap suatu

permasalahan yang ditanyakan.

3. Skala Diferensial Semantik

Skala Diferensial Semantik atau skala perbedaan semantik berisikan

serangkaian bipolar (dua kutub). Skala ini digunakan untuk mengukur

sikap, hanya bentuknya bukan pilihan ganda atau checklist, tetapi

tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban negatif terletak

dibagian kanan atau sebaliknya.

Misalnya: cepat-lambat; ramah-tidak ramah; memuaskan-tidak

(28)

4. Rating Scale

Rating Scale adalah data mentah yang didapat berupa angka kemudian

ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Misalnya: ketat-longgar ; kuat-lemah.

Responden tiadak akan menjawabsalah satu dari jawaban salah satu dari

jawaban kuantitatif yang akan disediakan.

5. Skala Thurstone

Skala Thurstone meminta responden untuk memilih jawaban pertanyaan

yang disetujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan

pandangan-pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai

asaosiasi antara 1 sampai 10 tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh

responden.

2.4 Variabel

Dalam melakukan observasi tentunya perlu ditentukan karakter yang akan

diobservasi dari unit pengamatan yang disebut variabel. Variabel dalam penelitian

merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang akan diteliti yang memiliki

variasi antara satu objek dengan objek lain dalam kelompok tersebut.

Bulat atau tidaknya nilai yang diperoleh, variabel terbagi atas beberapa

yaitu:

a. Variabel kontinu adalah variabel yang besarannya dapat menempati semua

nilai yang ada diantara dua titik. Pada umumnya variabel kontinu

diperoleh dari hasil pengukuran. Pada variabel kontinu dapat dijumpai

(29)

b. Variabel diskrit adalah variabel yang besarannya tidak dapat menempati

semua nilai. Nilai variabel diskrit selalu berupa bilangan bulat. Pada

umumnya variabel diskrit diperoleh melalui pencacahan /perhitungan.

Dalam kaitan hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya, dikenal

dengan adanya bermacam-macam bentuk variabel yaitu:

a. Variabel independen (variabel bebas), yaitu variabel yang menjadi sebab

terjadinya (terpengaruhnya) variabel dependen (variabel tak bebas).

b. Variabel dependen (variabel tak bebas), yaitu variabel yang lainnya

dipengaruhi oleh variabel independen.

c. Variabel moderator, yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah

hubungan antara variabel dependen dan independen.

d. Variabel intervening, seperti variabel moderator, tetapi nilainya tidak dapat

diukur, seperti kecewa, gembira, sakit hati, dan sebagainya.

e. Variabel kontrol, yaitu variabel yang dapat dikendalikan oleh peneliti.

Pengamatan utama yang dilakukan pada variabel yang datanya akan

dianalisis, sedangkan pengamatan selintas dilakukan pada variabel yang

datanya tidak dimaksudkan untuk dianalisis. Pada umumnya data

pengamatan selintas menggambarkan keadaan lingkungan atau lokasi

dilakukannya observasi. Data yang diperoleh dari pengamatan selintas

seringkali dipergunakan untuk mendukung pemabahasan hasil dari data

(30)

2.5 Teori tentang Deskripsi Kerja 2.5.1 Pengertian Deskripsi Kerja

Induk kajian dari deskripsi kerja adalah analisa jabatan yang merupakan suatu

aktifitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang harus

melakukan tugas tersebut. aktivitas ini adalah sebuah upaya untuk mencipakan

kualitas dari pekerjaan dan kualitas dari kinerja total suatu instansi.

Deskripsi kerja atau analisis jabatan adalah menganalisis dan mendesain

pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya dan

mengapa pekerjaan itu harus dilakukan. Dijelaskan pula bahwa adanya pengaruh

deskripsi kerja terhadap pekerjaan itu harus dilakukan. Dijelaskan pula bahwa

adanya pengaruh deskripsi kerja terhadap pekerjaan yaitu apabila deskripsi kerja

kurang jelas akan mengakibatkan seorang karyawan/pegawai kurang mengetahui

tugas dan tanggung jawabnya pada pekerjaan itu, mengakibatkan pekerjaan tidak

tercapai dengan baik. Dengan adanya perancangan pekerjaan dan deskripsi kerja

yang jelas, maka akan semakin produktif dan berprestasi sehingga keuntungan

ekonomis dari deskripsi pekerjaan akan diperoleh.

Sedangkan Moekijat (1992) menyatakan bahwa kegunaan analisis jabatan

sebagai berikut:

1. Mendapatkan kualitas dan kuantitas pegawai yang tepat yang diperlukan

untuk mencapai tujuan organisasi/instansi.

2. Pelatihan.

3. Evaluasi jabatan.

(31)

5. Promosi dan pemindahan.

6. Organisasi.

7. Perkenalan.

8. Penyuluhan.

9. Hubungan ketenagakerjaan.

10. Perencaan kembali pekerjaan.

Sebagaimana yang diharapkan, maka dalam penelitian ini mengkaji salah

satu kegiatan dalam analisis jabatan yaitu deskripsi kerja.

Mathis dan Jackson (2001) menyatakan bahwa deskripsi kerja adalah proses

menyebutkan tugas, tanggung jawab dari suatu pekerjaan. Tugas-tugas perlu

diketahui dengan jelas apa jenisnya, selanjutnya tanggung jawab apa yang harus

dipegang oleh seorang yang melakukan tugas tersebut, sehingga

karyawan/pegawai tidak melakukan kesalahan dengan adanya kejelasan-kejelasan

pekerjaan yang harus mereka lakukan.

Selanjutnya Mathis dan Jackson (2001) menyatakan ada tiga hal yang

menjadi ukuran deskripsi kerja yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Tugas dan tanggung jawab esensial.

2. Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan, dan

3. Kerja sama yang dilakukan dalam menjalankan tugas yang

didelegasikan.

2.5.2 Faktor-faktor Deskripsi Kerja

Menurut Mathis dan Jackson (2001) untuk melihat apakah deskripsi kerja sudah

(32)

fungsional yang terdiri dari sasaran organisasi, apa yang akan dilakukan

karyawan/pegawai untuk mencapai sasaran itu dalam pekerjaan mereka, tingkat

dan orientasi apa yang dilakukan para tenaga kerja, standar kinerja dan isi

pelatihan.

Penjelasan dari hal di atas sebagai berikut:

Sasaran organisasi, sasaran organisasi merupakan tujuan-tujuan yang hendak

dicapai oleh suatu organisasi, baik sarana jangka pendek, menengah, maupun

sasaran jangka panjang.

a. Apa yang akan dilakukan karyawan untuk mencapai sasaran itu dalam

pekerjaan mereka. Sasaran yang menjadi tujuan organisasi dicapai

melalui aktivitas karyawan dalam bentuk pelaksanaan kerja untuk

mewujudkan sasaran-sasaran tersebut.

b. Tingkat dan orientasi apa yang dilakukan para tenaga kerja.

Karyawan-karyawan dalam organisasi perlu memiliki orientasi dalam bekerja,

dalam bentuk pemahaman-pemahaman maksud dari pekerjaan yang

dilakukan masing-masing karyawan.

c. Standar kerja, organisasi umumnya memiliki standar kinerja yang

menjadi titik tolak karyawan dalam melakukan pekerjaannya sehingga

menghasilkan sesuatu yang termuat dalam standar yang ada.

d. Isi pelatihan. Pelatihan mempengaruhi pelaksanaan kerja, pelatihan

diadakan untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan bekerja

(33)

Ranupandojo dan Husnan (2002) menyatakan bahwa beberapa faktor yang

harus dipenuhi dalam menyusun suatu pernyataan yang teratur dari berbagai tugas

dan kewajiban suatu pekerjaan atau jabatan tertentu, diantaranya identifikasi

jabatan, tugas yang dilaksanakan, pengawasan yang diberikan dan yang diterima,

hubungan dengan jabatan-jabatan lain, bahan-bahan, dan alat-alat yang

dipergunakan, kondisi kerja, penjelasan, istilah-istilah yang tidak lazim, komentar

tambahan untuk melengkapi penjelasan di atas.

Seluruh faktor-faktor di atas merupakan unsur-unsur yang diperlukan untuk

menyusun suatu deskripsi kerja yang baik pada suatu organisasi/instansi, terutama

organisasi/instansi yang memiliki kapasitas besar serta memiliki banyak tenaga

kerja.

2.6 Teori tentang Lingkungan Kerja

2.6.1 Pengertian Lingkungan Kerja dan Jenis Lingkungan Kerja

Sebagaimana kita ketahui bahwa semangat dan kegairahan kerja para

karyawan/pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas dipengaruhi banyak faktor.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tersebut antara lain adalah jumlah dan

komposisi dari kompensasi yang diberikan, penempatan yang tepat, latihan, rasa

aman di masa depan, mutasi, promosi dan masih banyak faktor-faktor lain yang

tidak dapat desebutkan.

Di samping faktor-faktor di atas masih ada faktor lain yang juga dapat

mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja dalam pelaksanaan tugas yaitu

lingkungan kerja. Meskipun faktor lain adalah penting dan besar pengaruhnya,

(34)

faktor ini. Misalnya soal musik yang merdu, meskipun kelihatan remeh, tapi

ternyata besar pengaruhnya terhadap efektivitas dan efesiensi dalam pelaksanaan

tugas. Mengapa demikian? Sebab hal ini dapat mengurangi rasa kelelahan dari

para pegawai/pekerja.

Lingkungan kerja adalah tempat di mana karyawan/pegawai melakukan

aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman

dan memungkinkan pegawai/karyawan untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan

kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai/karyawan. Jika pegawai/karyawan

menyenangi lingkungan di mana dia bekerja, maka pegawai/karyawan tesebut

akan betah ditempat kerjanya, melakukan aktifitas sehingga waktu bekerja

dipergunakan secara efektif. Produktivitas akan tinggi dan optimis prestasi kerja

pegawai/karyawan juga tinggi. Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja

yang terbentuk antara sesama pegawai/karyawan dan hubungan kerja antar

bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai/karyawan bekerja.

Menurut Nitisemito (2008) mendefenisikan lingkungan kerja sebagai

berikut: “Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang

dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”.

Menurut Serdamayanti (2008) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai

berikut: “Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang

dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya serta

pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja

(35)

bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak

langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.

Lingkungan kerja yang mendukung produktivitas kerja akan menimbulkan

kepuasan kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi/instansi. Menurut

Serdamayanti (2008) yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja adalah

sebagai berikut:

a. Penerangan,

b. Suhu udara,

c. Suara bising,

d. Pengguna warna,

e. Ruang gerak yang dipergunakan,

f. Keamanan kerja,

g. Hubungan karyawan/pegawai.

Menurut Pattayak (2008) motivasi kerja pegawai/karyawan akan terdorong

dari lingkungan kerja. Jika lingkungan kerja mendukung, maka akan timbul

keinginan ini pegawai/karyawan untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

Keinginan ini kemudian akan timbul persepsi pegawai/karyawan yang

diwujudkan dalam bentuk tindakan. Persepsi pegawai/karyawan juga dipengaruhi

oleh faktor insentif yang diberikan instansi/perusahaan.

Lingkungan kerja dapat dibagi atas dua jenis, yaitu:

a. Lingkungan kerja sosial

Lingkungan kerja sosial yang mencakup hubungan kerja yang terbina

dalam instansi/perusahaan. Kita bekerja dalam instansi/perusahaan tidaklah

(36)

orang lain. Dengan demikian kita wajib membina hubungan yang baik antar rekan

kerja, bawahan maupun atasan karena kita saling membutuhkan. Hubungan kerja

yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologis pegawai/karyawan.

Mangkunegara (2008) menyatakan bahwa: “ untuk menciptakan

hubungan relasi yang harmonis dan efektif, pimpinan dan manager perlu (1)

meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi emosi pegawai/karyawan

dan bagaimana mereka berhubungan dengan tim kerja, serta (2) menciptakan

suasana memperhatikan dan memotivasi kreativitas”. Dari pernyataan ini dapat

kita simpulkan bahwa pengelolaan hubungan kerja dengan pengendalian

emosional di tempat kerja itu sangat perlu untuk diperhatikan karena akan

memberikan dampak terhadap prestasi kerja pegawai/karyawan. Hal ini

disebabkan karena manusia itu bekerja bukan sebagai mesin. Manusia mempunyai

perasaan untuk dihargai dan bukan untuk uang saja.

b. Lingkungan kerja fisik

Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai/karyawan

melakukan aktivitasnya. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan

emosi kerja para pegawai/karyawan.

Robbins (2008) menyatakan bahwa: “ faktor-faktor yang mempengaruhi

lingkungan kerja fisik adalah:

a. Suhu

Suhu adalah variabel dimana terdapat perbedaan individual yang

besar. Dengan demikian untuk menghasilkan produktivitas, adalah

(37)

mana suhu diatur sedemikian rupa sehingga berada di antara rentang

kerja yang dapat diterima setap individu.

b. Kebisingan

Bukti dari telaah-telaah suara menunjukkan bahwa suara-suara yang

konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak menyebabkan

penurunan kinerja sebaliknya efek dari suara-suara yang tidak dapat

diramalkan memberikan pengaruh negatif dan menggannggu

konsentrasi pegawai/karyawan.

c. Penerangan

Bekerja pada ruangan yang gelap dan samar-samar akan

menyebabkan ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat

dapat membantu pegawai/karyawan dalam memperlancar aktivitas

kerjanya.

d. Mutu Udara

Merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jika menghirup

udara yang tercemar membawa efek yang merugikan pada kesehatan

pribadi. Udara yang tercemar dapat mengganggu kesehatan pribadi

pegawai/karyawan.

Faktor lain yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah rancangan

ruang kerja. Rancangan ruang kerja yang bak dapat menimbulkan kenyamanan

bagi pegawai/karyawan di tempat kerjanya. Faktor-faktor dari rancangan ruang

kerja menurut Robbins (2008) tediri atas:

(38)

Ruang kerja sangat mempengaruhi kinerja pegawai/karyawan. Ruang

kerja yang sempit dan membuat pegawai/karyawan sulit bergerak

akan menghasilkan kinerja yang lebih rendah jika dibandingkan

dengan pegawai/karyawan yang memiliki ruang kerja yang luas.

b. Pengaturan ruang kerja

Jika ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per

pegawai/karyawan, pengaturan merujuk pada jarak antara orang dan

fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu penting karena sangat

mempengaruhi interaksi sosial. Orang lebih mungkin berinteraksi

dengan individu-individu yang dekat secara fisik. Oleh karena itu,

lokasi kerja pegawai/karyawan mempengaruhi informasi yang ingin

diketahui.

c. Privasi

Privasi dipengaruhi oleh dinding, partisi, dan sekatan-sekatan fisik

lainnya. Kebanyakan pegawai/karyawan menginginkan tingkat

privasi yang besar dalam pekerjaan mereka (khususnya dalam posisi

manajerial, di mana privasi diasosiasikan dalam status). Namun

kebanyakan pegawai/karyawan juga menginginkan peluang untuk

berinteraksi dengan rekan kerja, yang dibatasi dengan meningkatnya

privasi. Keinginan akan privasi itu kuat dipihak banyak orang. Privasi

membatasi gangguan yang terutama sangat menyusahkan

(39)

2.6.2 Manfaat Lingkungan Kerja

Menurut Ishak dan Tanjung (2008), manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan

gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang

diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan

dapat diselesaikan dengan tepat. Yang artinya pekerjaan diselesaikan sesuai

standar yang bener dan dalam skala waktu yang ditentukan. Kinerjanya akan

dipantau oleh individu yang bersangkutan, dan tidak akan membutuhkan terlalu

banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.

2.7 Teori tentang Pengembangan Karir

2.7.1 Pengertian Pengembangan Karir dan Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Pengembangan Karir

Pengembangan karir terdiri atas semua pekerjaan yang dipegang seseorang selama

kehidupan pekerjaannya. Untuk beberapa orang, pekerjaan-pekerjaan tersebut

sebagai bagian dari sebuah perencanaan yang disiapkan secara terarah sedangkan

untuk yang lainnya bisa jadi sebuah karir dikatakan sebagai peristiwa

keberuntungan. Keputusan karir memang hendaknya didasarkan pada ukuran

objektif tetapi tidak jarang muncul karena unsur subjektivitasnya dari kalangan

otoritas tertentu. Uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan yang jelas di dalam

perusahaan akan dapat menghindari adanya keputusan karir yang bersifat

subjektif.

Nawawi (2008) menyatakan bahwa: “Uraian pekerjaan dan spesifikasi

pekerjaan mempunyai manfaat: (1) pekerja yang tidak mampu memenuhi

(40)

harus bersedia mengundurkan diri daripada menghadapi resiko yang dapat

merugikan diri sendiri, instansi/perusahaan dan lingkungan sekitarnya, (2) para

pekerja yang ternyata memenuhi persyaratan fungsi esensial perjalanan berhak

memperoleh kompensasi dan akomodasi yang layak melebihi pekerja lainnya.

Sedangkan para manajer berkewajiban memenuhinya agar tidak kehilangan

tenaga kerja yang langka dan mampu meningkatkan kompetitif perusahaan”.

Nawawi (2008) mengartikan pengembangan karir dalam tiga hal, yaitu:

a. Pengembangan karir adalah suatu rangkaian (urutan) posisi atau jabatan

yang ditempati seseorang selama masa kehidupan tertentu. Pengertian ini

menempatkan posisi/jabatan seseorang di lingkungan suatu

instansi/organisasi, sebagai bagian dari posisi/jabatan yang ditempatinya

selama masa kehidupannya sebagai pekerja.

b. Pengembangan karir adalah perubahan nilai-nilai, sikap, dan motivasi

yang terjadi pada seseorang karena dengan penambahan/peningkatan

usianya akan menjadi semakin matang. Pengertian ini menunjukkan

bahwa fokus pengembangan karir adalah peningkatan kemampuan mental

yang terjadi karena pertambahan usia. Oleh karena perubahan itu

berkenaan sebagai proses mental yang berada didalam diri seseorang

maka disebut juga pengertian subjektif.

c. Pengembangan karir adalah usaha yang dilakukan secara formal dan

berkelanjutan dengan difokuskan pada peningkatan dan penambahan

kemampuan seorang pekerja.

Dari ketiga pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pengembangan karir

(41)

diperjuangkan. Mangkuprawira (2008) menyatakan bahwa komponen utama dari

karir terdiri dari:

a. Alur karir adalah pola pekerjaan yang berurutan yang membentuk karir

yang membentuk karir seseorang.

b. Tujuan karir merupakan pernyataan tentang posisi masa depan di mana

seseorang berupaya mencapainya sebagai bagian dari karir hidupnya.

Tujuan ini menunjukkan kedudukan seseorang sepanjang karir

pekerjaannya.

c. Perencanaan karir merupakan proses di mana seseorang menyeleksi

tujuan karir dan arus karir untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Pengembangan karir meliputi perbaikan-perbaikan personal yang

dilakukan untuk mencapai rencana dan tujuan karir.

Ada lima faktor yang terkait dengan karir menurut Davis dan Werther

(2008), yaitu:

a. Keadilan dalam karir

Para pegawai/karyawan menghendaki keadilan dalam sistem promosi

dengan kesempatan sama untuk peningkatan karir.

b. Kesadaran tentang penempatan

Para pegawai/karyawan menghendaki pengetahuan tentang

kesempatan untuk peningkatan karir.

c. Minat pekerja

Para pegawai/karyawan membutuhkan sejumlah informasi berbeda

dalam peningkatan karir yang tergantung pada beragam faktor.

(42)

Para pegawai/karyawan tegantung pada usia dan kedudukan mereka

memiliki tingkat kepuasan berbeda.

Betapa pun baiknya suaru perencanaan karir yang telah dibuat oleh seorang

pekerja disertai oleh tujuan karir yang wajar dan realistik, rencana tersebut tidak

akan menjadi kenyataan tanpa adanya pengembangan karir yang sistematik dan

programatik. Karena per defenisi perencanaan, termasuk perencanaan karir adalah

keputusan yang diambil sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa

depan, berarti seseorang yang sudah menetapkan rencana karirnya, perlu

mengambil langkah-langkah tertentu guna mewujudkan rencana tersebut. Berbagi

langkah yang perlu ditempuh itu dapat diambil atas prakarsa pekerjaan sendiri,

tetapi dapat pula kegiatan yang disponsori oleh instansi/organisasi, ataupun

gabungan dari keduanya.

Perlu ditekankan lagi bahwa meskipun bagian pengelola sumber daya

manusia dapat turut berperan dalam pengembangan tersebut, sesungguhnya yang

paling bertanggung jawab adalah pekerja yang bersangkutan sendiri karena dialah

yang paling berkepentingan dan dialah yang kelak akan memetik dan menikmati

hasilnya. Hal ini merupakan salah satu prinsip pengembangan karir yang sangat

fundamental sifatnya.

Menurut Fathoni (2006), jika seseorang sudah siap memikul tanggung

jawab demikian, tujuh hal yang perlu mendapat perhatiannya, yaitu:

a. Prestasi kerja yag memuaskan

Pangkal tolak pengembangan karir seseorang adalah prestasi kerjanya

melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya sekarang. Tanpa prestasi

(43)

atasannya agar dapat dipertimbangkan untuk dipromosikan ke pekerjaan

atau jabatan yang lebih tinggi dimasa depan. Oleh karena itu agar

terbuka kemungkinan bagi seseorang untuk mewujudkan rencana dan

tujuan karirnya, prestasi kerjanya haruslah sedemikianrupa sehingga

bukan hanya memenuhi berbagi standar yang telah ditentukan tetapi

juga sedapat mungkin digunakan sebagai bukti bahwa seseorang sudah

berupaya semaksimal mugkin dan bahwa usaha tersebut merupakan

indikator bahwa pegawai yang akan bersangkutan memiliki potensi yang

dapat dikembangkan.

b. Pengenalan oleh pihak lain

Yang dimaksudkan dengan pengenalan oleh pihak lain disini adalah

bahwa berbagai pihak yang berwenang memutuskan layak tidaknya

seseorang dipromosikan seperti atasan langsung dan pimpinan bagian

kepegawaian mengetahui kemampuan dan prestasi kerja pegawai yang

ingin merealisasikan rencana karirnya. Sikap yang tepat bagi seorang

pekerja untuk dikenal adalah merendah dengan prestasi kerja yang

memuaskan. Selain dengan prestasi kerja cara lain untuk dikenal adalah

dengan cara pekerja tersebut bersedia dan siap terlibat dengan berbagai

kegiatan organisasi yang sebenarnya berada diluar tuntutan tugas

pokoknya.

c. Kesetiaan terhadap organisasi

Per defenisi pengembangan karir berarti bahwa seorang pegawai ingin

terus berkarya dalam organisasi tempatnya bekerja dalam jangka waktu

(44)

eksekutif dalam organisasi sukar diharapkan memberikan dukungan

pada seorang pegawai yang diduga memiliki tingkat kesetiaan yang

rendah kepada organisasi. Akan tetapi, yang harus diperhatikan adalah

selama seorang berkarya dalam suatu instansi/organisasi, selama itu pun

ia berkewajiban menunjukkan loyalitasnya kepada instansi/organisasi

tersebut.

d. Pemanfaatan mentor dan sponsor

Pengalaman menunjukkan bahwa pengembangan karir seseorang

berlangsung lebih mulus apabila ada orang lain dalam

instansi/organisasi yang dengan berbagai cara dan jalur bersedia

memberikan nasihat kepadanya dalam usaha meniti karir. Nasihat

tersebut dapat berupa informasi tentang kesempatan yang tersedia untuk

dimanfaatkan. Pemberi nasihat dapat berupa atasan langsung atau teman

sekerja yang bertugas dalam satuan kerja lain dalam instansi/organisasi.

Mereka inilah yang berperan sebagai mentor. Sedangkan sponsor adalah

seseorang yang bersedia mencalonkan pegawai yang bersangkutan

untuk mengikuti program pengembangan karir tertentu yang

diselenggarakan instansi/organisasi. Adapun sponsor sendiri dapat

berupa atasan langsung, pejabat senior, teman disuatu instansi/organisasi

lain dalam instansi/organisasi atau pejabat dalam bagian kepegawaian.

e. Dukungan para bawahan

Bagi mereka yang sudah menduduki posisi manajerial tertentu dan

mempunyai rencana karir yang ingin diwujudkan, dukungan para

(45)

dikembalikan kepadda definisi klasik manejemen yaitu kemampuan dan

kiat memperoleh hasil melalui kegiatan para bawahan dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

f. Pemanfaatan kesempatan untuk bertumbuh

Telah berulang kali ditekankan bahwa pada akhirnya tanggung jawab

dalam pengembangan karir terletak pada masing-masing pekerja. Berarti

terserah pada pegawai yang bersangkutan apakah akan memanfaatkan

berbagai kesempatan mengembangkan diri sendiri atau tidak.

g. Berhenti atas permintaan dan kemauan sendiri

Dalam banyak hal, berhenti atas kemauan dan permintaan sendiri

mungkin pula merupakan salah satu cara terbaik untuk mewujudkan

rencana karir seseorang. Artinya, bukanlah hal yang mustahil bahwa

dalam suatu organisasi seperti dalam organisasi yang kecil jenjang karir

yang mugkin dinaiki demikian terbatasnya sehingga jalan yang dilalui

menjadi sangat terbatas betapa pun besarnya instansi/organisasi untuk

membantu para pegawainya mengembangkan karir dalam

instansi/organisasi tersebut.

2.7.2 Tanggung Jawab Pengembangan Karir

Pengembangan karir pegawai/karyawan bukan merupakan tanggung jawab

pegawai/karyawan saja tetapi merupakan bagian dari tanggung jawab

instansi/perusahaan. Jika perencanaan pengembangan karir di sebuah perusahaan

tidak jelas dan sering kali terjadi peningkatan jabatan dari orang-orang tertentu

(46)

kerja juga akan menurun. Pegawai/karyawan menjadi pasrah dan tidak peduli

serta tidak memiliki rasa tanggung jawab sepenuhnya terhadap tugas yang

dibebankan padanya. Karena karyawan/pegawai tersebut merasa tidak

memperoleh rewards atas kerja kerasnya.

Proses perencanaan dan pengembangan karir berawal dari proses

perencanaan karir, dimana karyawan mengidentifikasikan sasaran-sasaran karir

dan jalur-jalur karir menuju sasaran tersebut. Kemudian melalui kegiatan-kegiatan

atau pengembangan para pegawai/karyawan mencari cara-cara untuk

meningkatkan dirinya dan mengembangkan sasaran-sasaran karir mereka.

Mangkuprawira (2008) menyatakan bahwa keterlibatan departemen sumber

daya manusia dalam perencanaan dan pengembangan karir pegawai/karyawan

memiliki banyak manfaat, yaitu:

a. Meluruskan strategi dan syarat-syarat internal penempatan staf

Dengan membantu pegawai-pegawai melalui perencanaan karir,

departemen SDM dapat mempersiapkan lebih baikuntuk partisipasi

pekerjaan terbuka yang dituangkan dalam perencanaan SDM. Hasilnya

adalah terpenuhinya kebutuhan instansi/perusahaan dengan

pegawai/karyawan yang memiliki bakat dan kemampuan untuk

menduduki posisi tertentu.

b. Mengembangkan pegawai/karyawan yang dapat dipromosikan

Membantu dan mengembangkan pasokan internal bakat-bakat

pegawai/karyawan yang dapat dipromosikan untuk memenuhi posisi

yang terbuka, misalnya karena adanya pegawai/karyawan yang pensiun,

(47)

c. Memfasilitasi penempatan karyawan tingkat internasional

Pada perusahaan yang mengglobal, perencanaan karir digunakan untuk

membantu mengidentifikasikan dan menyiapkan karyawan asing atau

karyawan domestik yang memiliki daya saing tinggi.

d. Membantu pekerjaan yang memiliki keragaman tertentu

Ketika diberi bantuan perencanaan karir, para pekerja dengan latar

belakang berbeda dapat belajar tentang harapan-harapan perusahaan

untuk pengembangan diri.

e. Memperkecil derajat perputaran pegawai/karyawan

Perhatian dan kepedulian yang meningkat untuk karir para individu

pegawai/karyawan dapat meningkatkan kesetiaan pegawai/karyawan

terhadap instansi/perusahaan serta memperkecil terjadinya perputaran

pegawai/karyawan.

f. Membuka jalan bagi pegawai/karyawan potensial

Perencanaan karir mendorong para pegawai/karyawan untuk

menunjukkan kemampun potensial mereka lebih terbuka lagi karena

mereka memiliki tujuan karir yang spesifik. Hal ini tidak hanya

menyiapkan pegawai/karyawan untuk memenuhi peluang masa depan

tetapi dapat mengarahkan kinerja yang lebih baik lagi bagi mereka yang

sedang memegang jabatan.

g. Menunjukkan pertumbuhan personal

Rencana dan tujuan karir memotivasi pegawai/karyawan untuk tumbuh

dan berkembang.

(48)

Perencanaan karir menyebabkan para pegawai/karyawan, manajer dan

departemen SDM sadar tentang kualiatas pegawai/karyawan. Mereka

mencegah para pimpinan/manajer yang egois dari penumpukkan para

bawahan, kunci yang sebenarnya bisa jadi diantara mereka ada yang

memiliki kapasitas potensial.

i. Memuaskan kebutuhan pegawai/karyawan

Dengan tumpukkan pegawai/karyawan yang berkurang dan kesempatan

pengembangan, kebutuhan pengakuan diri pegawai/karyawan (seperti

penghargaan dan prestasi) akan memberikan kepuasan kepada

karyawan.

j. Membantu rencana kegiatan

Perencanaan karir dapat membantu kelompok yang sudah dipromosikan

untuk menyiapkan pekerjan-pekerjaan yang lebih penting.

2.8 Teori tentang Prestasi Kerja

2.8.1 Pengertian dan Manfaat Prestasi Kerja

Menurut Bernandin dan Russell (2008) mengatakan bahwa prestasi kerja adalah

the recordof out comes produced on specified job function or activities during a

specified time period (cacatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu

pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu). Prestasi kerja

pegawai/karyawan sangat penting, baik bagi pegawi/karyawan itu sendiri maupun

bagi instansi/perusahaan. Prestasi kerja yang tinggi akan memberikan rewards

yang lebih baik bagi pegawai/karyawan baik itu mencakup kenaikan jabatan atau

(49)

Menurut Mangkunegara (2008) bahwa “Prestasi kerja adalah hasil kerja

yang dapat dicapai oleh seorang pegawai/karyawan dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan

perusahaan/instansi secara ilegal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan

dengan moral atau etika”.

Setiap perusahaan/instansi selalu mengharapkan memperoleh

pegawai/karyawan yang memiliki prestasi kerja yang baik. Oleh sebab itu disetiap

instansi/perusahaan selalu dilakukan penilaian prestasi kerja pegawai/karyawan

untuk mengetahui kinerja pegawai-pegawainya selama periode waktu tertentu,

apakah terjadi peningkatan prestasi kerja atau bahkan terjadi sebaliknya. Jika dari

hasil penilaian tersebut diperoleh data bahwa terjadi penurunan prestasi kerja,

manajemen perlu mencari tahu sebabnya agar dapat mencari solusinya.

Menurut Mangkuprawira (2008), penilaian kinerja pegawai/karyawan

memiliki manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan perusahaan,

khususnya manejemen sumber data manusia sebagai berikut:

a. Perbaikan kinerja

Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer dan spesialis

personal dalam bentuk upah dan bonus.

b. Penyesuaian kompensasi

Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan menentukan siapa yang

seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk upah dan

bonus.

(50)

Promosi, transper, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada kinerja

masa lalu dan antisipatif lainnya misalnya dalam bentuk penghargaan.

d. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan

Kinerja mengindikasikan sebuah kebutuhan dan melakukan pelatihan

kembali. Setiap karyawan hendaknya selalu mampu mengembangkan diri.

e. Perencanaan dan pengembangan karir

Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang karir

spesifik karyawan.

f. Defisiensi proses penempatan setiap staf

Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan

dalam prosedur penempatan staf di departemen SDM.

g. Ketidakakuratan informasi

Kinerja buruk dapat mengidentifikasi kesalahan dalam informasi analisis

pekerjaan, rencana SDM atau hal lain dari sistem manajemen personal. Hal

demikian akan mengarah pada ketidaktepatan dalam keputusan menyewa

karyawan, pelatihan dan keputusan konseling.

h. Kesalahan rancang pekerjaan

Kinerja buruk mungkin sebagai sebuah gejala dari rancang pekerjaan yang

keliru. Lewat penelitian dapat didiagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.

i. Kesempatan kerja sama

Penilaian kinerja yang akurat yang secara aktual menghitung kaitannya

dengan kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal

bukanlah sesuatu yang diskriminatif.

(51)

Kadang-kadang kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan kerja,

seperti keluarga, finansial, kesehatan atau masalah-masalah lainnya. Jika

masalah-masalah tersebut tidak diatasi melalui penilaian, departemen SDM

mungkin mampu menyediakan bantuannya.

k. Umpan balik pada SDM

Kinerja yang baik dan buruk di seluruh instansi/organisasi mengindikasikan

bagaimana baiknya fungsi departemen SDM diterapkan.

2.8.2 Tujuan Prestasi Kerja

Tujuan penilaian prestasi kerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan

prestasi organisasi/instansi melalui peningkatan prestasi sumber daya manusia

organisasi/instansi. Menurut Sunyoto (2008), secara lebih spesifik tujuan dari

penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan

prestasi.

b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang pegawai/karyawan, sehingga

mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya

berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

c. Memberikan peluang kepada pegawai/karyawan untuk mendiskusikan

keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau

terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

d. Mendefenisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga

(52)

e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan

kebutuhan pelatihan pelatihan, khususnya rencana diklat, dan kemudian

menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu dirubah.

Sedangkan Nawawi (2008), membagi enam tujuan penilaian prestasi kerja, yaitu:

a. Mengambil keputusan tentang pekerjaan pegawai/karyawan

b. Memberikan umpan balik antara karyawan dengan manajer atau pegawai

dengan pimpinan

c. Menghasilkan informasi untuk menentukan kriteria validitas test.

d. Mendiagnosa masalah instansi/organisasi

e. Membangun komunikasi antara atasan dengan bawahan, dan

f. Menjadi dasar bagi penetapan kurikulum program pelatihan

Menurut Gomes (2008), tujuan penilaian prestasi kerja dibedakan atas dua

macam yaitu: (1) untuk merewards penampilan sebelumnya (to rewards past

performance) dan (2) untuk memotivasi perbaikan penampilan pada waktu yang

akan datang (to motivate fiture performance improvement). Informasi-informasi

yang diperoleh dari penilaian performanceitu dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan pemberian gaji, kenaikan gaji, promosi dan penempatan-penempatan.

2.8.3 Penilaian kinerja

Terdapat kurang lebih dua syarat utama yang diperlukan guna melakukan

penilaian performance yang efektif menurut Gomes (2008), yaitu:

a. Adanya kriteria performance yangdapat diukur secara objektif.

(53)

Kriteria performance dapa diukur secara objektif untuk pengembangannya

diperlukan kualifikasi-kualifikasi tertentu. Menurut Gomes dalam Kendida (2008)

ada tiga kualifikasi yang penting bagi pengembangan kritera performance yang

dapat diukur secara objektif yang meliputi:

a. Relevancy

b. Reliability

c. Discrimanation

Relevansi menunjukkan tingkat kesesuaian antar kriteria dengan

tujuan-tujuan performance. Misalnya kecepatan produksi bisa menjadi ukuran

performance yang lebih relevan dibandingkan penampilan seseorang. Reliabilitas

menunjukkan tingkat di mana kriteria menghasilkan hasil yang konsisten.

Diskriminasi mengukur tingkat di mana suatu kriteria performance bisa

memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam performance. Jika nilai cenderung

menunjukkan semuanya baik atau jelek, berarti ukuran performance tidak bersifat

diskriminatif, tidak membedakan performance diantara masing-masing pekerja.

Jika kriteria performance memiliki kualifikasi-kualifikasi penting itu maka

pekerja mungkin akan cenderung lebih menjadi menerima terhadap penilaian

performance. Sebaliknya jika pekerja dievaluasi berdasarkan kriteria-kriteria yang

tidak jelas dan tidak dispesifikasikan, maka para pekerja akan bersikap menentang

bahkan merasa dirinya terancam.

Pendekatan penilaian kinerja hendaknya mengidentifikasikan standar

kinerja pegawai/karyawan. Jika standar kinerja atau perhitungan tidak ada

kaitannya dengan pekerjaan, evaluasi dapat mengarah pada ketidakakuratan atau

(54)

memperkecil kesempatan kerja sama. Tanpa umpan balik, perbaikan dan perilaku

SDM tidak mungkin terjadi dan departemen tidak akan memiliki cacatan akurat

dalam sistem informasi SDM-nya. Dengan demikian keputusan-keputusan dasar

dalam membuat rancangan pekerjaan sampai kompensasi akan terganggu.

2.8.4 Faktor-faktor Penilai Prestasi kerja

Simamora (2008), menyatakan, bahwa ada tiga hal yang dimasukkan dalam

penilaian prestasi kerja, yaitu: tingkat kedisiplinan, tingkat kemampuan, serta

perilaku-perilaku inovatif dan spontan. Sedangkan Werther dan Davis (2008),

menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja yang dilakukan dapat lebih dipercaya

dan objektif, perlu dirumuskan batasan atau faktor-faktor penilai prestasi kerja

sebagi berikut:

a. Performance, yaitu keberhasilan atau pencapaian tugas dalam jabatan.

b. Competency, yaitu kemahiran atau penguasaan pekerjaan sesuai dengan

tuntutan jabatan.

c. Job behavior, yaitu kesediaan untuk menampilkan perilaku atau mentalitas

yang mendukung peningkatan prestasi kerja.

d. Potency, yaitu kemampuan pribadi yang dapat dikembangkan.

2.8.5 Metode Penilaian Prestasi Kerja

Handoko (2008) mengelompokkan metode penilaian prestasi kerja sebagai

berikut:

a. Rating Scale, pengukuran dilakukan berdasarkan skala prestasi

Gambar

Tabel 4.2 Penggolongan Pengambilan Sampel Penelitian
Tabel 4.3 Defenisi Operasional Variabel
Tabel 4.4 Alternatif Jawaban Responden
Tabel 4.5 Deskripsi Mengenai Variabel Deskripsi Kerja (X1)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pada hipotesis pertama menunjukkan bahwa deskripsi kerja, lingkungan kerja, dan pengembangan karir secara serempak maupun parsial berpengaruh

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pengembangan karir (promosi, mutasi, pendidikan dan pelatihan) terhadap motivasi kerja pegawai di Kantor

Analisis Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja, Disiplin Kerja Dan Komitmen Terhadap Promosi Jabatan Pada PTPN X (Persero) Kebun Kertosari Jember ; Ulfatur Rodiyah; 090810201097;

PENGARUH STRESSOR TERHADAP PRESTASI KERJA MELALUI STRESS KERJA PADA KARYAWAN PTPN XII (PERSERO) KEBUN NGRANGKAH PAWON

Sehubungan dengan penyelesaian penelitian yang sedang saya lakukan dengan judul : “PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PENGARUH PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BIRO REKTOR.. UNIVERSITAS

PENGARUH KONFLIK PERAN DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KEPUASAN KERJA (STUDI PEGAWAI DIVISI KONSTRUKSI IV..

Sehubungan dengan penyelesaian penelitian yang sedang saya lakukan dengan judul : “PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK