• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.4. Lingkungan Kerja

2.2.4.1. Pengertian Lingkungan Kerja

Yang di maksud dengan lingkungan kerja yaitu: segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Misalnya kebersihan, musik tempat kerja, peralatan kerja dan lain-lain. Lingkungan kerja akan mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja meskipun demikian banyak perusahaan yang sampai saat ini kurang memperhatikan faktor ini. Beberapa faktor yang dapat dimasukan dalam lingkungan kerja serta berpengaruh terhadap semangat dan kegairahan kerja antara lain: tempat kerja, peralatan kerja, kebersihan, pewarnaan, pertukaran udara, penerangan, keamanan kebisingan (Sumber: Drs.ec. Alex Soemadji Nitisemito: 2002 : 183 )

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prouduktivitas karyawan adalah lingkungan kerja. Meskipun faktor tersebut sangatlah penting dan besar pengaruhnya, tetapi masoh banyak perusahaan-perusahaan yang kurang

memperhatikan hal tersebut. ”Yang disebut lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Misalnya kebersihan, musik dan lain-lain.” (Nitisemito, 2002:183).

Dari faktor-faktor diatas, dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja dapat berpangaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan, sehingga setiap perusahaan yang ad aharus mengusahakan agar faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan kerja dapat diusahakan sedemikian rupa sehingga nantinya mempunyai pengaruh yang positif bagi perusahaan.

Menurut Sedarmanyanti, 2001, lingkungan fisik dalam arti semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, akan mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung.

1. Lingkungan fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu:

a. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pegawai (seperti: pusat kerja, kursi, merja, dan sebagainya)

b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum (seperti: rumah, kantor, pabrik, sekolah, kota, sistem jalan raya, dan lain-lain

2. Lingungan perantara, dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan.

2.2.5. Kepemimpinan

2.2.5.1. Penertian Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata leadership, yaitu sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Sedangkan pemimpin adalah orang yang memimpin. Kepemimpinan mempunyai hubungan erat dengan sekelompok orang yang mempunyai tujuan yang sama, sedangkan tujuan tersebut telah ditentukan sebelumnya dalam suatu organisasi.

Handoko (2000:294) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang memenuhi kemampuan tersebut, karena bakat kepemimpinan tidak dimiliki oleh setiap orang dan berhubungan dengan penguasaan seni dan teknis dalam melakukan tindakan-tindakan seperti teknik dalam memberikan perintah, teguran, memberikan anjuran, memberikan pengertian, memperoleh saran, memperkuat identitas kelompok, yang dipimpin, memudahkan pendatang baru untuk menyesuaikan diri menanamkan rasa disiplin dan dikalangan bawahan serta menyelesaikan konflik yang terjadi dilingkungan kerjanya.

Menurut Stoner dan Freeman (2002:53), bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Dari pendapat Stoner dan Freeman dapat

disimpulkan bahwa kepemimpinan itu merupakan suatu upaya dalam mempengaruhi suatu kelompok.

Menurut Martoyo (2003:161) bahwa kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama. Robbins (2002:347) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi sesuatu kearah tercapainya tujuan. Tampaknya yang dikemukakan Robbins telah mencakup semua pendekatan yang luas terhadap topik kepemimpinan.

Menurut Nawawi (2003: 72), kepemimpinan merupakan kegiatan sentral d idalam sebuah kelompok maupun organisasi, dengan seorang pimpinan puncak sebagai figur sentral yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya.

Menurut Handoko (2004:295) mengungkapkan bahwa penelitian kepemimpinan telah memunculkan beberapa teori kepemimpinan yang diklasifikasikan kedalam tiga teori kepemimpinan, meliputi: pendekatan sifat-sifat kepemimpinan, pendekatan perilaku kepemimpinan, pendekatan

situasional-contingency.

Istilah kepemimpinan diartikan bermacam-macam tergantung pada sudut pandang dan konteks pengertian para ahli yang membahasnya. Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian kepemimpinan yang dikaitkan dengan konteks penelitian dan variabel yang menjadi sasaran penelitian.

Abraham Zalenik dari Sekolah Bisnis Harvard, berpendapat bahwa pemimpin dan manajer sangat berbeda. Mereka berbeda dalam motivasi, sejarah

pribadi, dan cara berpikir serta bertindak. Zalenik mengatakan manajer cenderung mengambil sikap impersonal, jika tidak pasif terhadap tujuan. Sedangkan pemimpin mengambil sikap pribadi dan aktif terhadap tujuan. Manajer cenderung memandang kerja sebagai suatu proses yang memungkinkan, mencakup suatu kombinasi dari orang dan gagasan yang berinteraksi untuk menetapkan strategi dan mengambil keputusan.

Menurut Umar (2000:64), secara umum kepemimpinan atau leader dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku seperti yang dikehendaki. Pengertian ini tidak menggambarkan adanya ikatan organisasi, oleh karenanya proses kepemimpinan dapat saja terjadi di luar batas-batas organisasi, jadi menurut Umar kepemimpinan akan selalu ditemukan unsur pemimpin dan pengikut.

Sementara menurut Nawawi (2003:72), kepemimpinan merupakan kegiatan sentral d idalam sebuah kelompok maupun organisasi, dengan seorang pimpinan puncak sebagai figur sentral yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Sedangkan Robbins (2002:3) menyatakan pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan.

Effendy, (2002:183) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, atau tingkah laku orang lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ordway Tead (Sugandha,

2000:208) “kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain, untuk bekerja sama mencapai tujuan yang diinginkan”.

2.2.5.2. Fungsi kepemimpinan

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu:

Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.

Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.

Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Hadari Nawawi (2001:74), fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan berada di luar situasi itu Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian d idalam situasi sosial keiompok atau organisasinya.

2.2.5.3. Karakteristik Kepemimpinan

Robins (2002: 178) menyatakan adanya karakteristik tertentu yang membedakan antara pemimpin dan yang bukan pemimpin, di antaranya :

1. Percaya diri

Harus benar-benar percaya diri akan penilaian dan kemampuan diri sendiri.

2. Memiliki wawasan

Ini merupakan hal yang ideal guna menghadapi masa depan yang lebih baik daripada status quo. Semakin jauh perbedaan antara tujuan yang ideal dengan status quo, semakin jelas para bawahan atau mampu meningkatkan wawasan yang luar biasa kepada sang pemimpin. 3. Pendirian yang kuat

Pemimpin harus memiliki komtitmen yang kuat. Mereka harus rela menghadapi resiko yang tinggi, rela menyumbangkan biaya yang tinggi, dan rela mengorbankan kepentingan pribadi untuk mencapai visi mereka

4. Perilaku yang luar biasa

Pemimpin terbawa dalam perilaku seperti dalam novel, perilaku yang tidak biasa dan melawan norma yang bila berhasil akan menimbulkan kejutan dan kekaguman pengikutnya.

5. Tampil sebagai agem perubahan

Pemimpin lebih merupakan agen perubahan yang radikal daripada pemeliharaan status quo.

Dokumen terkait