• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPENSASI, LINGKUNGAN KERJA DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PABRIK GULA WATOETOELIS PRAMBON – KRIAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPENSASI, LINGKUNGAN KERJA DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PABRIK GULA WATOETOELIS PRAMBON – KRIAN."

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan proposal dengan

judul “Pengaruh Kompensasi, Lingkungan Kerja Dan Kepemimpinan

Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Pabrik Gula Watoetolis

Prambon – Krian”.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan

ucapan terima kasih kepada Drs. Nurhadi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk

kepada penulis dan tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1.

Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si., selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Drs. Sadjudi, S.E., M.Si., selaku ketua Progam studi Ilmu Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Drs. Nurhadi, M.Si., selaku sekretaris program studi Ilmu Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5.

Bapak Heru Mintoyo. SP. Selaku administratur Pabrik Gula Watoetolis

Prambon – Krian yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

(2)

7.

Kedua orang tua tercinta, kakak ku dan semua saudara yang telah banyak

memberikan dukungan moral maupun materiil sehingga dapat

terselesaikannya laporan proposal ini.

Penulis menyadari segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan,

sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan

ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan proposal ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Surabaya, Mei 2010

Penulis

(3)

KATA PENGANTAR...

i

DAFTAR ISI ...

iii

DAFTAR TABEL ...

vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...

ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah...

1

1.2. Rumusan Masalah ...

3

1.3.

Tujuan

Penelitian ...

4

1.4. Manfaat Penelitian ...

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu ...

5

2.2. Landasan Teori...

6

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) ...

6

2.2.1.1. Fungsi dan Tujuan Manajemen

Sumber Daya Manusia ...

9

2.2.2. Kepuasan Kerja ...

14

2.2.2.1. Pengertian Kepuasan Kerja ...

14

2.2.3.

Kompensasi ...

24

(4)

2.2.3.3. Kompensasi tidak langsung...

31

2.2.3.4.

Insentif ...

32

2.2.4. Lingkungan Kerja ...

33

2.2.4.1. Pengertian Lingkungan Kerja ...

33

2.2.5.

Kepemimpinan ...

35

2.2.5.1. Pengertian Kepemimpinan ...

35

2.2.5.2. Fungsi kepemimpinan ...

38

2.2.5.3. Karakteristik Kepemimpinan ...

38

2.3. Kerangka Berpikir...

40

2.4. Hipotesis Penelitian...

41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...

43

3.1.1. Definisi Operasional...

43

3.1.2. Pengukuran Variabel...

45

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel...

46

3.2.1.

Populasi ...

46

3.2.2.

Sampel...

47

3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel...

47

3.3. Teknik Pengumpulan Data...

48

3.3.1.

Jenis

Data ...

49

(5)

3.4.1. Uji Instrumen Penelitian ...

50

3.4.1.1. uji validitas ...

50

3.4.1.2. Uji Reliabilitas ...

50

3.4.2. Uji Asumís Klasik ...

51

3.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda ...

54

3.4.4. Uji Hipótesis ...

56

3.4.4.1. Uji Simultan (Uji F) ...

56

3.4.4.2. Uji Parsial (Uji t)...

57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Sejarah

Perusahaan ...

60

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan...

60

4.1.1.1. Sejarah Perusahaan ...

60

4.1.1.2. Lokasi Pabrik Gula Watoe Toelis ...

61

4.1.1.3. Struktur Organisasi...

63

4.1.2. Pengujian Data ...

65

4.1.2.1. Diskriptif Identitas Responden...

65

4.1.2.2. Deskripsi Variabel – Variabel Penelitian...

67

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ...

77

4.2.1. Uji Validitas ...

77

4.2.2. Uji Reliabilitas ...

79

(6)

4.3.2. Uji Autokorelasi ...

81

4.3.3.

Heterokedastisitas ...

82

4.3.4. Uji Normalitas...

82

4.4. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ...

84

4.4.1. Analisis Koefisien Korelasi (R) Dan Koefisien

Determinasi

(R

2

)... 86

4.4.2. Pengujian Hipotesis...

87

4.4.2.1. Uji F (Uji Simultan) ...

87

4.4.2.2. Uji t (Uji Parsial)...

89

4.4.3. Koefisien Korelasi Parsial...

93

4.5.

Pembahasan

...

94

4.5.1. Variabel Kompensasi (X

1

) ... 94

4.5.2. Variabel Lingkungan Kerja (X

2

) ... 95

4.5.3. Variabel Kepemimpianan (X

3

) ... 96

4.5.4. Variabel Kepuasan Kerja Karyawan (Y) ...

97

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ...

98

5.2.

Saran

...

99

DAFTAR PUSTAKA

(7)

tabel 4.2. Deskripsi Jenis Usia Responden ...

66

tabel 4.3. Deskripsi Pendidikan Responden...

67

tabel 4.4. Hasil Tanggapan Responden Terhadap

Variabel Kompensasi (X

1

) ... 68

tabel 4.5. Hasil Tanggapan Responden Terhadap Lingkungan Kerja (X

2

) .... 69

tabel 4.6. Hasil Tanggapan Responden Terhadap Kepemimpinan (X

3

) ... 72

tabel 4.7. Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kepuasan

Kerja Karyawan (Y)...

74

tabel 4.8. Uji Validitas ...

78

tabel 4.9. Uji Reliabilitas...

79

tabel 4.10. Nilai Variance Inflation Variabel Bebas ...

80

tabel 4.11. Nilai Durbin Watson ...

81

tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Model ...

83

tabel 4.13. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ...

84

tabel 4.14. Koefisien Korelasi Dan Koefisien Determinasi ...

86

tabel 4.15. Hasil Perhitungan Uji F...

87

tabel 4.16. Hasil Perhitungan Uji t ...

89

tabel 4.17. Nilai Koefisien Korelasi Parsial ...

94

(8)

Gambar 3.1. Daerah Penerimaan dan Penolakan Untuk Uji F...

57

Gambar 3.2. Daerah Penerimaan Dan Penolakan ...

59

gambar 4.1. Struktur Oraganisasi...

62

gambar 4.2. Uji Heterokedastisitas ...

82

gambar 4.3. Daerah Penerimaan dan Penolakan H

0

Uji F ...

88

gambar 4.4. Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X

1

... 90

gambar 4.5. Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X

2

... 91

gambar 4.6. Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X

3

... 93

(9)

ix

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Jawaban Responden

Lampiran 3 Distribusi Frekuensi

Lampiran 4 Uji Validitas

(10)

PABRIK GULA WATOETOELIS PRAMBON – KRIAN

Oleh :

Angga Jati Purbaya

ABSTRAK

Di Era Globalisasi ini perkembangan perusahaan yang kian pesat dan

kondisi perekonomian Indonesia yang pada saat ini tidak menentu membawa

dampak pada meningkatnya persaingan yang semakin ketat dan terus berkembang

dari perusahaan-perusahaan yang ada membuat semakin banyak perusahaan yang

Go Publik. Pesaingan pada pabrik gula saat ini pun kian bersaing untuk

memperoleh kepercayaan pada masayarakat dalam produk yang dihasilkan. Guna

meningkatkan kepuasan kerja karyawan perusahaan perlu memperhatikan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompensasi,

lingkungan kerja dan kepemimpinan secara simultan terhadap kepuasan kerja

karyawan pada Pabrik Gula Watoetoelis Prambon-Krian dan untuk mengetahui

pengaruh kompensasi, lingkungan kerja dan kepemimpinan secara parsial

terhadap kepuasan kerja karyawan pada Pabrik Gula Watoetoelis Prambon-Krian.

Populasi yang diambil dalam penelitian adalah karyawan Pabrik Gula

Watoetoelis Prambon-Krian, Bagian Instalasi, yang berjumlah 120 orang. Teknik

pengambilan sampel menggunakan Proportionate Stratifet Random Sampling.

Teknik pengumpulan data menggunakan data kuesioner. Jenis data menggunakan

kuantitatif dengan serangkaian hasil observasi.

Hasil dan kesimpulan dari penelitian yang diperoleh persamaan regresi

model diketahui bahwa variabel kompensasi, lingkungan kerja dan kepemimpinan

berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan kerja karyawan dengan

menunjukkan adanya arah positif. Variabel kompensasi, lingkungan kerja, dan

kepemimpinan berpengaruh parsial terhadap kepuasan kerja karyawan pada

Pabrik Gula Watoetoelis Prambon-Krian adalah diterima dengan nilai t

hitung

sebesar

2.082 dengan nilai sig 0.040 untuk X

1

, t

hitung

sebesar 2.014 dengan nilai sig

0.047 untuk X

2

, t

hitung

sebesar 2.782 dengan nilai sig 0.007 untuk X

3.

sehingga

dapat diartikan semakin sesuainya kompensasi dan didukung oleh lingkungan

kerja yang baik, serta kepemimpinan yang efektif akan memiliki pengaruh pada

peningkatan kinerja karyawan, yang dapat menguntungkan bagi pihak Pabrik

Gula Watoetoelis Prambon-Krian .

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di Era Globalisasi ini perkembangan perusahaan yang kian pesat dan

kondisi perekonomian Indonesia yang pada saat ini tidak menentu membawa

dampak pada meningkatnya persaingan yang semakin ketat dan terus berkembang

dari perusahaan-perusahaan yang ada membuat semakin banyak perusahaan yang

Go Publik. Hal ini akan membuat setiap perusahaan berusaha untuk meningkatkan

kinerja semaksimal mungkin agar dapat memenangkan persaingan. Mereka

berlomba-lomba untuk menjadi produsen yang terbaik dari yang ada dimata

konsumen. Hal ini disebabkan oleh perkembangan zaman yang semakin maju baik

di bidang teknologi informasi maupun komunikasi sehingga merubah pandangan

konsumen terhadap suatu produk yang dihasilkan dimana mereka menginginkan

produk yang bermutu tinggi, sangat fungsional, tepat waktu dan dengan harga

yang murah.

Pesaingan pada pabrik gula saat ini pun kian bersaing untuk memperoleh

kepercayaan pada masayarakat dalam produk yang dihasilkan. Guna

meningkatkan kepuasan kerja karyawan perusahaan perlu memperhatikan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

Sumber daya manusia merupakan elemen yang selalu ada dibutuhkan di

dalam setiap perusahaan, dimana sumber daya manusia merupakan aset penting

yang akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan atau usaha dalam

(12)

perusahaan sekalipun dibantu oleh peralatan berteknologi tinggi. Agar tercapai

kepuasan kerja karyawan, perlu memperhatikan kompensasi, lingkungan kerja dan

kepemimpinan.

Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan perusahaan kepada

karyawannya yang dapat dinilai dengan uang. Dilihat dari sudut pandang

perusahaan, kompensasi atau balas jasa merupakan suatu biaya yang harus

dikeluarkan oleh pihak perusahaan kepada para karyawannya. Sedangkan apabila

dilihat dari sudut pandang karyawan, kompensasi selain merupakan sumber

pendapatan yang diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup juga penting bagi

karyawan sebagai individu karena kompensasi mencerminkan ukuran nilai karya

di antara para karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat.

Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan

yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang

dibebankan. Misalnya kebersihan, musik tempat kerja, peralatan kerja dan

lain-lain. Lingkungan kerja akan mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja

meskipun demikian banyak perusahaan yang sampai saat ini kurang

memperhatikan faktor ini. Beberapa faktor yang dapat dimasukan dalam

lingkungan kerja serta berpengaruh terhadap semangat dan kegairahan kerja

antara lain: tempat kerja, peralatan kerja, kebersihan, pertukaran udara,

penerangan, keamanan kebisingan.

Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi

orang lain. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang memenuhi

(13)

dan berhubungan dengan penguasaan seni dan teknis dalam melakukan

tindakan-tindakan seperti teknik dalam memberikan perintah, teguran, memberikan anjuran,

memberikan pengertian, memperoleh saran, memperkuat identitas kelompok,

yang dipimpin, memudahkan pendatang baru untuk menyesuaikan diri

menanamkan rasa disiplin dan dikalangan bawahan serta menyelesaikan konflik

yang terjadi dilingkungan kerjanya.

Perusahaan sangat penting untuk menjaga kepuasan kerja karyawan. Jika

karyawan mengalami ketidakpuasan, maka karyawan yang tidak akan bekerja

dengan baik, sebaliknya jika karyawan puas, maka mereka tentu akan bekerja

lebih bersemangat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang ” pengaruh Kompensasi, Lingkungan Kerja dan

Kepemimpinan terhadap Kepuasan Karyawan pada Pabrik Gula Watoetoelis

Prambon-Krian”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut diatas,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah kompensasi, lingkungan kerja dan kepemimpinan secara

simultan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pada Pabrik

Gula Watoetoelis Prambon-Krian ?

2. Apakah kompensasi, lingkungan kerja dan kepemimpinan secara

parsial berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pada Pabrik

(14)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh kompensasi, lingkungan kerja dan

kepemimpinan secara simultan terhadap kepuasan kerja karyawan pada

Pabrik Gula Watoetoelis Prambon-Krian.

2. Untuk mengetahui pengaruh kompensasi, lingkungan kerja dan

kepemimpinan secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan pada

Pabrik Gula Watoetoelis Prambon-Krian.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis :

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Pabrik Gula Watoetoelis

Prambon-Krian dalam mewujudkan kepuasan kerja karyawan.

b. Diharapkan dapat sebagai sumbangan referensi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan dalam bidang Sumber Daya Manusia.

2. Manfaat Praktis :

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan Pabrik

Gula Watoetoelis Prambon-Krian terhadap kepuasan kerja karyawan.

b. Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kemampuan SDM di

Pabrik Gula Watoetoelis Prambon-Krian yang dapat memberikan

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berisi temuan beberapa penelitian sebelumnya yang

dilakukan dari para peneliti lain sebagai bahan referensi, yang dapat disebutkan

antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian tentang kepemimpinan dan motivasi telah dilakukan oleh

Mulyawan dari Universitas Gajah Mada Jogjakarta tahun 1996. Judul

penelitiannya adalah: Peran Kepemimpinan dan Kompensasi Karyawan

Terhadap Kepuasan Karyawan pada Hotel Berbintang di Jogjakarta. Model

analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda melalui uji F, untuk

menganalisis signifikansi pengaruh antara variabel kepemimpinan dan

variabel kompensasi secara simultan terhadap kepuasan kerja karyawan.

Sedangkan analisis kedua digunakan uji t untuk menganalisis variabel mana

yang memberikan kontribusi penting dalam kepusan kerja karyawan tersebut.

Penelitian Mulyawan menyimpulkan bahwa: pertama, terdapat pengaruh

signifikan secara simultan antara kepemimpinan dan kompensasi terhadap

kepuasan kerja karyawan. Kedua, kepemimpinan manajer merupakan variabel

yang memberikan kontribusi paling kuat yang menciptakan kepuaan kerja

karyawan yaitu pada perilaku pendelegasian tugas dan pekerjaan pada hotel

berbintang di Jogjakarta.

(16)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Novitasri (2003) mengemukakan tujuan dari

penelitian adalah untuk membuktikan bahwa lingkungan kerja dan stress kerja

berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. Variabel yang digunakan

adalah variabel bebas yaitu lingkungan kerja dan stress kerja sedangkan

variabel tidak bebas kepuasan kerja. Metode penelitian yang digunakan uji

asumsi klasik multikolinearitas, uji hetroskedasitas, uji anto korelasi. Hasil

penelitian stress kerja dan lingkungan kerja kerja secara simultan perpengaruh

terhadap kepuasan kerja. Selanjutnya variabel stres kerja memberikan

pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi stres kerja karyawan maka semakin rendah dan sebaliknya.

Sedangkan untuk variabel lingkungan kerja, hal ini ditunjukkan bahwa

semakin menyenangkan kondisi lingkungan kerja dalam suatu perusahan

semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerja karyawan di PT. Citra Pamerindo

Surabaya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang

sangat penting dalam perusahaan, oleh karena itu manajemen sumber daya

manusia harus dengan baik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi

organisasi sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan. Menurut Nawawi (2003:

42) bahwa manajemen sumber daya manusia juga didefinisikan sebagai pengelola

(17)

pekerjaan dengan pekerja (employer-employer) terutama untuk menciptakan pemanfaatan individu-individu secara produktif sebagai usaha mencapai tujuan

organisasi dan dalam rangka perwujudan individu-individu. Oleh karena itu untuk

mencapai pimpinan perusahaan harus dapat mengetahui dan melayani kebutuhan

karyawan.

Kalau diperhatikan tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tetap merupakan

faktor yang paling penting dalam perusahaan. Tidak satupun dari teknologi atau

teknik manajemen efektif tanpa adanya pengaturan dan pelaksanaan yang

dilakukan oleh karyawan, keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan

aktivitas bukan hanya tergantung pada kecanggihan alat-alat produksi yang

dimiliki perusahaan, tetapi sebagian ditentukan oleh karyawan yang ada di dalam

perusahaan ini.

Menurut R Terry (2003: 39) yang menyatakan bahwa “Manajemen adalah

pencapaian tujuan (organisasi) yang sudah ditentukan sebelumnya dengan

mempergunakan bantuan orang lain”. Pengertian tersebut secara aksplisit

menyatakan unsure sumber daya manusia dengan menyebutkan “bantuan orang

lain”. Oleh karena itu pengertian ini sangat dekat hubungannya dengan

pandangan-pandangan baru di dalam manajemen sumber daya manusia. Bahwa

untuk mencapai tujuan organisasi, terdapat sejumlah manusia (sumber daya

manusia) yang ikut berperan dan harus diperankan.

Selanjutnya jika dipilah-pilah, ternyata pengertian tersebut memiliki

(18)

a. Unsur Tujuan organisasi, yang bila dikaitkan dengan pandangan baru adalah

keuntungan dan manfaat lainnya, melalui dihasilkannya produk dan pelayanan

yan berkualitas.

b. Unsur Bantuan, yang bila dihubungkan dengan pandangan baru berarti

pengikutsertaan dalam meleksanakan pekerjaan sebagai eksistensi organisasi,

melalui kerja individual dan kerja di dalam tim (team Work).

c. Unsur Orang Lain, yang jika dikaitkan dengan pandangan baru dapat diartikan

para pekerja dan para manajer, yang harus diikutsertakan oleh top manajer.

Namun jika para manajer dan top manajer dipandang sebagai kesatuan

diperlakukan dan disebut aksekutif, maka orang lain adalah para pekerja yan

harus diperlakukan sebagai partner.

Menurut Simamora (2004: 4), manajemen sumber daya manusia (human resources management) adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok

karyawan. Selanjutnya Barthos (2001: 1) menjelaskan bahwa antara manajemen

sunber daya manusia dan personel manajemen terdapat perbedaan di dalam ruang

lingkup dan tingkatannya. Manajemen sumber daya manusia mancakup

masalah-masalah yang berkaitan dengan pembinaan, penggunaan dan perlindungan

sumber-sumber daya manusia baik yang berada dalam hubungan kerja maupun

yang berusaha sendiri. Personel manajemen mencakup sumber daya manusia yang

berada dalam terutama perusahaan-perusahaan modern yang dikenal dengan

(19)

secara efektif diintegrasi ke dalam berbagai organisasi yang diperlukan oleh suatu

masyarakat.

Menurut Hasibunan (2005: 10) manajemen sumber daya manusia adalah

ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan

efisien membantu perwujudan tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

2.2.1.1. Fungsi dan Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Fungsi manajemen Sumber Daya Manusia menurut Hasibunan (2005: 21)

sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan (Human Resources Planing) adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam

membantu terwujudnya tujuan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan

dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang,

integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization chart). c. Pengarahan

Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu

(20)

d. Pengendalian

Pengendalian (controling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar menaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan

rencana.

e. Pengaduan

Pengaduan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi penempatan, orientasi dan induksi dalam mendapatkan karyawan yang sesuai dengan

kebutuhan perusahaan.

f. Pengembangan

Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

g. Kompensasi

Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)

dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahan.

h. Pengintegrasian

Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebitihan karyawan, agar tercipta kerja sama

yang serasi dan saling menguntungkan.

i. Pemeliharaan

Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar mereka tetap

(21)

j. Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang sangat

penting dan kunci terwujudnya tujuan yang maksimal.

k. Pemberhentian

Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan.

Sedangkan menurut Nawawi (2003: 62) bahwa fungsi manajemen sumber

daya manusia terdiri dari:

a. Pelayanan (Service)

Untuk memberikan pelayanan kepada para pekerja dalam rangka

meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya agar menjadi sumber

daya manusia yang kompetitif.

b. Kontrol

Untuk mengontrol perwujudan kontribusi para pekerja dalam mencapai tujuan

bisnis perusahaan atau industri melalui proses mempartisipasikan diri dan cara

memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam meningkatkan

produktivitas.

c. Pengembangan

Memberikan kesempatan pada pekerja untuk meningkatkan pengetahuan

keterampilan dan profesionalnya dalam bekerja melalui berbagai kegiatan.

d. Kompensasi dan Akomodasi

Untuk mewudukan dan mengembangkan rasa aman dan kepuasan kerja di

(22)

e. Advis

Pemberian informasi bantuan, saran dan pendapat kepada para manajer dan

bahkan manajer tertinggi (top manajer) dalam mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah sumber daya manusia di lingkungan masing-masing.

Tujuan dari manajemen sumber daya manusia adalah memperbaiki

kontribusi produktif orang-orang atau tenaga kerja terhadap organisasi atau

perusahaan dengan cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis dan sosial.

Para manajer dan departemen sumber daya manusia mencapai maksud mereka

dengan memenuhi tujuannya. Tujuan manajemen sumber daya manusia tidak

hanya mencerminkan kehendak manajemen senior, tetapi juga harus

menyeimbangkan tantangan organisasi, fungsi sumber daya manusia dan

orang-orang yang terpengaruh.

Ada empat tujuan manajemen sumber daya manusia adalah sebagai

berikut:

c. Tujuan sosial

Agar organisasi atau perusahaan bertanggung jawab secara sosial dan etis

terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak

negatifnya.

d. Tujuan Organisasional

Sasaran formal yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuannya.

Departemen sumber daya manusia dibentuk untuk membantu para manajer

(23)

e. Tujuan Fungsional

Tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen sumber daya manusia

pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

f. Tujuan Individual

Tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi atau perusahaan yang hendak

dicapai melalui aktivitasnya dalam organisasi.

Menurut Nawawi (2003: 64) bahwa tujuan dari manajemen sumber daya

manusia adalah:

a. Produktivitas

Tersedianya tenaga kerja yang produktif. Tujuan itu hanya dapat dicapai bila

sejak rekrutmen, seleksi penempatan, pengembangan karir dan seterusnya

dilakukan secara tepat, sehingga para pekerja yang tersedia merupakan sumber

daya manusia yang produktif.

b. Keamanan dan kepuasan kerja (quality at work lite atau QWL)

Tercapainya kondisi sumber daya manusia yang mendukung kemampuannya

mewujudkan produktivitas yang tinggi dalam bekerja, baik dari segi fisik

maupun psikis.

c. Kualitas Sumber Daya Manusia

Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, agar mampu

(24)

d. Keuntungan dan manfaat lainnya

Menyediakan dan mengembangkan sumber data manusia yang mampu

mewujudkan keuntungan dan manfaat lainnya bagi organisasi (perusahaan dan

industri).

2.2.2. Kepuasan Kerja

2.2.2.1. Pengertian Kepuasan Kerja

Dalam kehidupan organisasi, seringkali kepuasan kerja digunakan sebagai

dasar ukuran tingkat kematangan suatu organisasi. Salah satu gejala yang

menyebabkan kurang baiknya kondisi kerja suatu organisasi adalah rendahnya

kepuasan kerja. Sebaliknya kepuasan yang tinggi merupakan indikasi bahwa

organisasi dapat mengelola dengan baik sunber daya manusianya yang pada

akhirnya berlanjut pada kemajuan organisasi. Menimbulkan motivasi agar tercapai

kepuasan kerja bagi karyawan merupakan suatu keharusan bagi organisasi.

Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan

individu tersebut, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya.

Banyak batasan pengertian yang diberikan para ahli dalam hal kepuasan

kerja, yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Namun demikian perbedaan itu

hanya tersirat dalam dimensi pendekatannya, sedangkan secara prinsip

mengandung satu kaidah pemahaman. Sangat diharapkan bahwa kepuasan pekerja

akan mengakibatkan pemberian pelayanan. (schmit and allscheid 2004) dan

(25)

Siagian (2000, 129) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai cara pandang

seseorang yang bersifat positif maupun negative tentang pekerjaannya. Oleh

karena itu, bila seseorang berbicara sikap karyawan terhadap pekerjaannya maka

yang dimaksudkan adalah kepuasan kerja itu sendiri. Menurut Davis dan

Newstrom (2000, 105) mengartikan kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan

pegawai yang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja

merupakan ukuran proses pembangunan manusia yang berkelanjutan.

Menurut Robbins (2002: 24), kepuasan kerja adalah sikap seseorang

secara keseluruhan terhadap pekerjaannya, atau dapat dikatakan bahwa kepuasan

kerja merupakan perbedaan antara harapan dan kenyataan dari imbalan yang

diterima dalam bekerja. Jika imbalan yang diterima sama atau lebih besar dari

yang diharapkan, maka menyebabkan kepuasan. Sebaliknya, jika imbalan yang

diterima lebih kecil dari yang diharapkan, maka menyebabkan ketidakpuasan.

Menurut Hasibuan (2001: 202) mengatakan bahwa: Kepuasan kerja adalah

sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya sedangkan

menurut Wexley dan Yukl yang dikutip dari Mangkunegara (2001: 117): “Job satisfaction is the way on employee feel about his or her job” (adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya). Pendapat tersebut menunjukkan

bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang mendukung atau tidak

mendukung diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun dengan

kondisi dirinya. Selaras dengan pernyataan Mangkunegara (2000:117) bahwa

(26)

mendorong pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan

kondisi dirinya.

Kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaan (M. As’ad,

2001: 104). Ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja semacam ini melihat

kepuasan kerja sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan kerjanya.

Menurut Nawawi (2003: 72), kepemimpinan merupakan kegiatan sentral d idalam

sebuah kelompok maupun organisasi, dengan seorang pimpinan puncak sebagai

figur sentral yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengefektifkan

organisasi untuk mencapai tujuannya.

Bavendam (2000) mengidentifikasi 6 faktor yang mempengaruhi tinggi

rendahnya kepuasan kerja pada karyawan, yaitu:

1. Peluang; karyawan lebih puas apabila mereka menghadapi peluang yang

menantang dalam pekerjaannya. Peluang ini meliputi diikutsertakan dalam

proyek-proyek yang menarik, kepemimpinan dalam tim kerja, pengangkatan

khusus seperti promosi serta adanya kesempatan untuk maju.

2. Stress, apabila stress terus tinggi, kepuasan kerja akan rendah. Pekerjaan akan

lebih penuh tekanan apabila mereka mencampurkannya dengan kehidupan

pribadi.

3. Kepemimpinan; karyawan akan lebih puas apabila manajer mereka adalah

pimpinan yang baik.

4. Standar kerja; karyawan akan merasa lebih puas apabila seluruh kelompok

(27)

5. Pemberian penghargaan; karyawan akan lebih puas apabila merasa dihargai

secara wajar atas apa yang mereka lakukan.

6. Otoritas; karyawan akan lebih puas apabila mereka memiliki kebebasan dan

otoritas atas pekerjaan mereka.

Locke (2001) dalam Robbins (1996, 181) menguraikan faktor-faktor

penting yang mendorong kepuasan kerja, yaitu:

1. Kerja yang secara mental menantang

2. Ganjaran yang pantas

3. Kondisi kerja dan rekan sekerja yang mendukung

Sedangkan menurut Flippo dalam Rais (2002, 48), determinan dari

kepuasan kerja terdiri atas:

1. Upah (wage)

2. Jaminan pekerjaan (security of job)

3. Rekan kerja yang menyenangkan (congenial asscociates)

4. Penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan (credit for work done) 5. Pekerjaan yang berarti (a meaningful job)

6. Kesempatan untuk maju (opportunity to advance) 7. Kondisi kerja yang nyaman (working condition)

(28)

Tidak jauh berbeda dengan pendapat diatas, Siagian (2002, 26)menyatakan

beberapa indikator kepuasan kerja, yaitu:

1. Kondisi kerja yang baik

2. Diikutsertakannya dalam proses pengambilan keputusan terutama yang

menyangkut nasibnya

3. Cara pendisiplinan yang otomatis

4. Penghargaan atas prestasi kerja

5. Kesetiaan pimpinan terhadap bawahan

6. Penggajian yang adil

7. Kesempatan promosi

8. Adanya pengertian pimpinan jika bawahan menghadapi masalah

9. Jaminan atas perlakuan yang adil dan wajar

10.Pekerjaan yang menarik

Menurut Wexley dan Yukl (2002: 130) menyatakan setidaknya ada tiga

kategori yang dapat mengungkapkan perihal kepuasan kerja meskipun dalam

lingkup yang terbatas. Ketiga teori kepuasan kerja yang dimaksud adalah:

1. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)

Teori ketidaksesuaian ini pertama kali diungkapkan oleh L.W. Porter.

Menurut L.W. Porter, seperti yang dikutip oleh Wexley dan Yukl (2002: 130),

bahwa kepuasan sebagai selisih dari banyaknya sesuatu yang “seharusnya

ada” dengan banyaknya “apa yang ada”

Adapun pendapat Locke mengenai kepuasan kerja yang dikutip oleh

(29)

ketidakpuasan dengan sejumlah aspek pekerjaan tergantung pada selisih

(discrepancy) antara apa yang telah dianggap telah didapatkan dengan apa yang diinginkan. Jumlah yang diinginkan dari karakter pekerjaan didefinisikan

sebagai jumlah minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang

ada. Seseorang akan terpuaskan jika ada selisih antara kondisi-kondisi yang

diinginkan dengan kondisi-kondisi aktual.

Dari kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa semakin besar

kekurangan dan semakin besar kekurangan dan semakin banyak hal-hal

penting yang diinginkan seseorang apabila terpenuhi, maka semakin besar

ketidakpuasan artinya seseorang akan merasa terpuaskan jika ada selisih

antara kondisi-kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual yang diterima.

2. Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori keadilan merinci kondisi-kondisi yang mendasari seorang

pekerja akan menganggap fair atau wajar akan insentif dan keuntungan dalam

pekerjaannya apabila sama dengan orang lain yangsederajat. Menurut teori ini,

“setiap karyawan akan membandingkan rasio input-outcomes dirinya dengan rasio input-outcomes orang lain (compression person).”

3. Mengacu pada pernyataan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya

teori ini menitik beratkan pada usaha membandingkan antara rasio masukan

dan keluaran seorang pekerja dengan pekerja lain. Input atau masukan ialah

segala sesuatu yang berharga, yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan

terhadap pekerjaan. Misalnya pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah jam

(30)

sesuatu yang berharga yang dirasa sebagai hasil dari pekerjanya, misalnya

upah, insentif, upah, status pengakuan, dan kesempatan untuk berkembang.

Bila perbandingan itu dianggapnya cukup adil (equity), maka seseorang akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan,

bisa menimbulkan kepuasan tetapi juga tidak.

4. Teori Dua Faktor

Teori “Dua Faktor” dikembangkan oleh Herzberg yang menyatakan

kepuasan (job satisfactions) dan ketidakpuasan kerja (job dissatisfactions) itu merupakan dua hal yang berbeda, artinya kepuasan dan ketidakpuasan

terhadap pekerjaan itu tidak merupakan suatu variabel yang kontinyu.

Karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yang

dinamakan disatisfier atau hygiene factors dan yang lain dinamakan satisfier

atau motivators. Satisfiers (Motivators Needs) meliputi faktor-faktor intrinsik atau faktor-faktor yang berasal dari intern karyawan, dimana faktor-faktor ini

dibuktikan sebagai sumber kepuasan kerja seperti: recognition, autonomy, responsibility, and the work itself (work activities). Apabila motivator needs

terpenuhi, maka karyawan akan merasa puas, tetapi tidak hadirnya faktor ini

tidaklah selalu mengakibatkan ketidakpuasan.

(31)

karyawan akan merasa tidak puas. Sebaliknya apabila hygiene needs terpenuhi, maka karyawan akan puas (not dissatisfied).

Jadi menurut teori ini perbaikan wage salary, working conditions, supervisions, dan sejenisnya tidak menimbulkan kepuasan, tetapi hanya mengurangi ketidakpuasan. “Jika besarnya dissatisfier (hygiene factors) memadai untuk memenuhi kebutuhan karyawan, maka tidak akan lagi kecewa tetapi di atas

masih belum terpuaskan.” Adapun yang dapat memacu karyawan untuk bekerja

dengan baik dan bergairah (motivators) hanyalah kelompok satisfiers atau

motivators.

Selanjutnya Robbins (2002 : 149) menyatakan bahwa dari banyak literatur

mengindikasikan faktor-faktor penting kepuasan kerja adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan yang secara mental menantang

Pernyataan ini bahwa karyawan cenderung lebih menyukai

pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan ketrampilan

dan kemampuan mereka dan menawarkan baragam tugas, kebebasan dan

umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan pekerjaan mereka.

Karakteristik seperti ini membuat kerja secara mental menantang.

2. Ganjaran yang pas

Pernyataan ini berarti bahwa karyawan menginginkan sistem upah dan

kebijakan promosi yang dipersepsikan adil, tidak membingungkan dan sesuai

(32)

3. Kondisi kerja yang mendukung

Pernyataan ini berarti bahwa karyawan peduli akan lingkungan kerja baik

untuk keamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan

tugas-tugasnya dengan baik. Karyawan lebih menyukai kondisi fisik organisasi yang

tidak berbahaya.

4. Rekan sekerja yang mendukung

Pernyataan tersebut berarti bahwa rekan kerja yang ramah dan mendukung

dapat meningkatkan kepuasan dalam bekerja.

Berdasarkan keterangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa jika

kondisi tantangan pekerjaan sedang, pemberian imbalan dan promosi

dipersepsikan adil, kondisi fisik organisasi tidak berbahaya dan nyaman, serta

adanya rekan kerja yang ramah dan mendukung, maka akan tercipta kepuasan

kerja. Tingginya kepuasan kerja akan menimbulkan kesehatan mental dan fisik

yang baik, memudahkan karyawan untuk belajar tentang pekerjaan yang baru,

dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, rendahnya tingkat kecelakaan dan

rendahnya catatan yang berkenaan dengan keluhan-keluhan tentang organisasi.

Dalam penelitian ini, kepuasan kerja karyawan diartikan sebagai kondisi afektif

yang berasal dari evaluasi seseorang terhadap pekerjaannya.

Menurut Igalens dan Roussel (2004:117) menyatakan bahwa terdapat

empat faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu:

1. Kepuasan intrinsik (intrinsic satisfaction)

Menurut Hasibuan (2002: 202) kepuasan intrinsik adalah kepuasan kerja yang

(33)

penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik.

Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan intrinsik akan lebih

mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu

penting.

2. Kepuasan ekstrinsik (extrinsic satisfaction)

Menurut Hasibuan (2002: 202) kepuasan ekstrinsik adalah kepuasan kerja

karyawan yang dinikmati di luar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang

akan diterima dari hasil kerjanya, agar dapat membeli

kebutuhan-kebutuhannya. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan ekstrinsik

lebih mempersoalkan balas jasa daripada pelaksanaan tugas-tugasnya.

3. Pengakuan (Recognition)

Menurut Hasibuan (2002: 147) pengakuan maksudnya adalah memberikan

penghargaan dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada karyawan atas

prestasi kerja yang dicapainya. Karyawan akan bekerja keras dan semakin

rajin, jika terus-menerus mendapat pengakuan dan kepuasan dari

usaha-usahanya.

4. Social utility

Social utility adalah manfaat yang dirasakan oleh masyarakat atas hasil kerja

karyawan. Menurut pendapat dari Smith, Kendall, dan Hullin dalam bukunya

Luthans (2002: 56) menyatakan bahwa ada lima faktor yang dapat

(34)

2.2.3. Kompensasi

2.2.3.1. Pengertian Kompensasi

Menurut Hasibuan (2002:135) kompensasi atau balas jasa umumnya

bertujuan untuk kepentingan perusahaan dan karyawan. Kepentingan perusahaan

dengan pemberian kompensasi yaitu memperoleh imbalan prestasi kerja yang

lebih besar dari karyawan. Sedangkan kepentingan karyawan atas kompensasi

yang diterima yaitu dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya dan menjadi

keamanan ekonomi rumah tangganya.

Martoyo (2000:126) menyatakan bahwa kompensasi adalah pengaturan

keseluruhan pemberian balas jasa bagi “employers” maupun “employees” baik yang langsung berupa gaji atau upah tetap (finansial) maupun tidak langsung berupa barang atau uang di luar gaji atau upah tetap (nonfinansial).

Handoko (2001:155) menyatakan kompensasi adalah segala sesuatu yang

diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.

Hasibuan (2000:117) menyatakan kompensasi adalah semua pendapatan

yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima

karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan.

Nawawi (2001:315) menyatakan kompensasi bagi organisasi/perusahaan

berarti penghargaan/ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi

dalam mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang disebut bekerja.Kompensasi

yang berarti penghargaan/ganjaran tidak sekedar berbentuk pemberian upah/gaji

sebagai akibat dari pengangkatannya menjadi tenaga kerja sebuah

(35)

Bagi perusahaan kompensasi merupakan faktor utama dalam

kepegawaian. Kebijakan sumber daya manusia banyak berhubungan dengan

pertimbangan untuk menentukan kompensasi karyawan. Tingkat besar-kecilnya

kompensasi sangat berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat jabatan, dan masa

kerja karyawan.

Dari pengertian di atas terlihat bahwa kompensasi merupakan alat

pengikat perusahaan terhadap karyawannya, faktor penarik bagi calon karyawan

dan faktor pendorong seseorang menjadi karyawan. Dengan demikian kompensasi

mempunyai fungsi yang cukup penting di dalam memperlancar jalannya roda

organisasi/ perusahaan. Menurut Martoyo (2000), fungsi kompensasi adalah:

a. Penggunaan SDM secara lebih efisien dan lebih efektif

Kompensasi yang tinggi pada seorang karyawan mempunyai implikasi bahwa

organisasi memperoleh keuntungan dan manfaat maksimal dari karyawan

yang bersangkutan karena besarnya kompensasi sangat ditentukan oleh

tinggi/rendahnya produktivitas kerja karyawan yang bersangkutan. Semakin

banyak pegawai yang diberi kompensasi yang tinggi berarti semakin banyak

karyawannya yang berprestasi tinggi.

b. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi

Sistem pemberian kompensasi yang baik secara langsung dapat membantu

stabilitas organisasi dan secara tidak langsung ikut andil dalam mendorong

(36)

Sebagai bagian dari manajemen SDM, pemberian kompensasi bertujuan

untuk:

a. Memperoleh karyawan yang memenuhi persyaratan.

Salah satu cara organisasi untuk memperoleh karyawan yang memenuhi

persyaratan (qualified) dapat dilakukan dengan pemberian sistem kompensasi. b. Mempertahankan karyawan yang ada

Eksodus besar-besaran karyawan ke perusahaan lain juga menunjukkan betapa

besarnya peranan kompensasi dalam mempertahankan karyawan yang

qualified.

c. Menjamin keadilan

Pemberian kompensasi yang baik juga bertujuan untuk menjamin keadilan.

dalam arti, perusahaan memberikan imbalan yang sepadan untuk hasil karya

atau prestasi kerja yang diberikan pada organisasi.

d. Menghargai perilaku yang diinginkan

Besar kecilnya pemberian kompensasi juga menunjukkan penghargaan

organisasi terhadap perilaku karyawan yang diinginkan.

e. Mengendalikan biaya-biaya

Dalam jangka pendek, pemberian kompensasi pada karyawan yang berprestasi

akan memperbesar biaya. Pemberian komensasi yang baik diharapkan dapat

mendorong karyawan untuk lebih produktif dan lebih efisien serta efektif

dalam bekerja sehingga organisasi dapat memperkecil atau mengendalikan

(37)

f. Memenuhi peraturan-peraturan legal

Selain lima tujuan di atas, kompensasi juga bertujuan untuk memenuhi

peraturan-peraturan legal seperti Upah Minimum Rata-rata (UMR), Ketentuan

Lembur, Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Asuransi Tenaga Kerja (Astek) dan fasilitas lainnya.

Pemberian kompensasi bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan

kepuasan kerja karyawan. Adanya kompensasi yang memadai dapat membuat

karyawan termotivasi untuk bekerja dengan baik, mencapai prestasi seperti yang

diharapkan perusahaan, dan dapat meningkatkan tingkat kepuasan karyawan.

Menurut Hadari Nawawi (2001:315) kompensasi yang berarti

penghargaan/ ganjaran ternyata Tidak sekedar berbentuk pemberian upah atau gaji

sebagai akibat dari pengangkatannya menjadi tenaga kerja sebuah organisasi/

perusahaan. Penghargaan atau ganjaran sebagai kompensasi harus dibedakan jenis

jenisnya sebagai berikut:

1. Kompensasi langsung

2. Kompensasi tidak langsung

3. Insentif

2.2.3.2. Kompensasi langsung

Kompensasi langsung adalah penghargaan/ganjaran yang disebut

gaji atau upah, yang dibayar secara tetap berdasarkan tenggang waktu

(38)

sebagai pemabayaran dalam bentuk uang secara tunai atau berupa natural

yang diperoleh pekerja untuk pelaksanaan pekerjaannya.

Upah diartikan juga sebagai harga untuk jasa-jasa yang telah diberikan

oleh seseorang kepada orang lain. Sedang Dewan Penelitian Pengupahan

Nasional, mengartikan upah ialah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan

dari pemberi kerja kepada penrima kerja untu suatu pekerjaan atau jasa

yang telah atau akan dilakukan. Selanjutnya pengertian itu dilengkapi pula

dengan mengetengahkan fungsi upah yang mengatakan berfungsi sebagai

jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi

yang dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut

suatu persetujuan, undang-undang dan peraturan, yang dibayarkan atas

dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.

Kompensasi langsung disebut juga upah dasar yakni upah atau gaji

tetap yang diterima seorang pekerja dalam bentuk upah bulanan (salary) atau upah mingguan atau upah setiap jam dalam bekerja (hourly wage ).

Pengertian gaji menurut Hasibunan (2005: 18) adalah balas jasa

yang dibayarkan secara periodik kepada karyawan tetap serta

mewmpunyai jaminan yang pasti maksudnya gaji tetap dibayarkan

walaupun pekerja itu tidak masuk kerja. Sedangkan menurut

Mangkunegara (2004: 85) gaji merupakan uang yang dibayarkan kepada

pegawai atas balas jasa pelayanannya yang dibayarkan kepada pegawai

(39)

Beberapa definisi di atas berbeda pendapat tetapi jelas pendapat

tersebut mempunyai maksud yang sama, yaitu balas jasa yang dibayarkan

secara tetap atau bulanan yang diterima seseorang atau karyawan telah

memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan perusahaan.

Menurut Dessler (2006: 189), upah atau gaji karyawan adalah

merupakan suatu penerimaan imbalan dari pemberi kerja kepada penerima

kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan serta

berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi

kemanusiaan dan produksi.

Untuk menetapkan besarnya gaji atau upah yang adil terdapat lima

langkah yaitu:

a. Lakukan survei gaji terhadap beberapa perusahaan lain mengenai besarnya

upah untuk pekerjaan yang sebanding.

Survei gaji bertujuan untuk menetapkan tarif upah yang berlaku di

masyarakat. Survei gaji yang baik memberikan tarif upah yang spesifik

untuk jabatan spesifik.

b. Tentukan nilai dari masing-masing pekerjaan melalui evaluasi jabatan.

Evaluasi jabatan merupakan suatu perbandingan sistematik yang dibuat

untuk menetapkan nilai dari satu pekerjaan dengan pekerjaan lain.

c. Kelompokkan pekerjaan-pekerjaan serupa ke dalam tingkatan upah.

Tingkatan upah adalah suatu tingkat pembayaran yang terdiri dari

(40)

d. Tetapkan harga masing-masing tingkat pembayaran dengan menggunakan

kurva upah.

Kurva upah/lini memperlibatkan hubungan antara nilai jabatan dengan

upah rata-rata untuk jabatan tertentu. Tarif upah biasanya ditunjukkan oleh

sumbu vertikal, sedangkan untuk jabatan ditunjukkan oleh sumbu

horizontal.

e. Tentukan tarif upah

Keuntungan menggunakan system ini adalah bila terjadi kenaikan

pangkat yang tidak tertalu menonjol atau berbeda jauh dengan kedudukan

sebelumnya, perusahaan tidak perlu mengubah tariff upahnya terlalu besar.

Dasar-dasar penyusunan upah dan gaji antara lain senagai berikut:

a. Upah menurut prestasi kerja

Pengupahan dengan cara ini langsung mengaitkan besarnya upah dengan

prestasi kerja yang telah ditunjukkan oleh karyawan yang bersangkutan.

Jadi besarnya upah tersebut bergantung pada banyak sedikitnya hasil yang

dicapai dalam waktu kerja karyawan.

b. Upah menurut lama kerja

Cara ini sering disebut sistem upah waktu. Besarnya upah ditentukan atas

dasar lamanya karyawan melaksanakan atau menyelesaikan suatu

pekerjaan. Cara perhitungannya dapat menggunakan per jam, per hari, per

(41)

c. Upah menurut senioritas

Cara pengupahan ini didasarkan pada masa kerja atau senioritas karyawan

yang bersangkutan dalam suatu organisasi.dasar pemikirannya adalah

karyawan senior menunjukkan adanya kesetiaan yang tinggi pada

organisasi tempat mereka bekerja.

d. Upah menurut kebutuhan

Cara ini menunjukkan upah para karyawan didasarkan pada tingkat

urgensi kebutuhan hidup yang layak dari karyawan. Ini berarti upah yang

diberikan wajar apabila dapat dipergunakan untuk memenuhi kehidupan

yang layak sehari-hari (kebutuhan pokok minimum) tidak berlebihan,

tetapi juga tidak berkekurangan.

2.2.3.3. Kompensasi tidak langsung

Menurut (Nawawi 2001: 333) Kompensasi tidak langsung adalah

pemberian pembagian keuntungan/ manfaat lainnya bagi para pekerja di luar

gaji atau upah tetap, dapat berupa uang atau barang. Misalnya THR,

Tunjangan Hari Natal dan lain-lain. Dengan kata lain kompensasi tidak

langsung adalah program pemberian penghargaan/ganjaran dengan variasi

yang luas, sebagai pemberian bagian keuntungan organisasi/perusahaan. Di

samping contoh di atas dalam varasi yang luas itu maka dapat pula berupa

(42)

Menurut (Nawawi, 2001: 339), Kompensasi tidak langsung banyak

jenis atau bentuknya. Untuk itu dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok

besar, terdiri dari:

a. Jaminan Keamanan dan Kesejahteraan Kerja

b. Pembayaran Upah selam tidak bekerja

c. Pelayanan bagi pekerja

2.2.3.4. Insentif

Insentif adalah penghargaan/ganjaran yang diberikan untuk

memotivasi para pekrja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tetap

atau sewaktu-waktu. Oleh karena itu insentif sebagai bagian dari keuntungan,

terutama sekali diberikan pada pekerja yang bekerja baik atau berprestasi.

Misalnya dalam bentuk pemeberian bonus.

Sistem insentif pada umumnya dipandang sebagai suatu alat untuk

mendistribusikan upah kepada karyawan. Pendistribusian upah pada karyawan

didasarkan pada produksi, lamanya kerja, lamanya dinas dan berdasarkan

kebutuhan hidup (As’ad, 2003: 52). Insentif karyawan mempengaruhi

motivasi, produktivitas serta tendensi (kepuasan kerja) karyawan untuk tetap

bersama organisasi atau mencari pekerjaan lainnya.

Dari beberapa definisi tentang upah di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa sebenarnya insentif merupakan suatu penerimaan yang diterima

seorang karyawan sebagai suatu imbalan atas pekerjaan atau jasa yang telah

(43)

a. Proses Upah Insentif

Proses upah insentif adalah suatu jaringan berbagai sub proses

yang kompleks dengan maksud untuk memberikan balas jasa kepada

karyawan bagi pelaksanaan pekerjaan dan untuk memotivasi karyawan

agar mencapai tingkat prestasi kerja yang diinginkan. Diantara komponen–

komponen proses ini adalah pembayaran upah dan gaji, pemberian upah

pelengkap seperti pembayaran asuransi, cuti, sakit, dsb.

2.2.4. Lingkungan Kerja

2.2.4.1. Pengertian Lingkungan Kerja

Yang di maksud dengan lingkungan kerja yaitu: segala sesuatu yang ada

disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan

tugas-tugas yang dibebankan. Misalnya kebersihan, musik tempat kerja, peralatan kerja

dan lain-lain. Lingkungan kerja akan mempengaruhi semangat dan kegairahan

kerja meskipun demikian banyak perusahaan yang sampai saat ini kurang

memperhatikan faktor ini. Beberapa faktor yang dapat dimasukan dalam

lingkungan kerja serta berpengaruh terhadap semangat dan kegairahan kerja

antara lain: tempat kerja, peralatan kerja, kebersihan, pewarnaan, pertukaran

udara, penerangan, keamanan kebisingan (Sumber: Drs.ec. Alex Soemadji

Nitisemito: 2002 : 183 )

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prouduktivitas karyawan

adalah lingkungan kerja. Meskipun faktor tersebut sangatlah penting dan besar

(44)

memperhatikan hal tersebut. ”Yang disebut lingkungan kerja adalah segala

sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya

dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Misalnya kebersihan, musik

dan lain-lain.” (Nitisemito, 2002:183).

Dari faktor-faktor diatas, dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja dapat

berpangaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan, sehingga setiap perusahaan yang

ad aharus mengusahakan agar faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan

kerja dapat diusahakan sedemikian rupa sehingga nantinya mempunyai pengaruh

yang positif bagi perusahaan.

Menurut Sedarmanyanti, 2001, lingkungan fisik dalam arti semua

keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, akan mempengaruhi pegawai baik

secara langsung maupun tidak langsung.

1. Lingkungan fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu:

a. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pegawai (seperti: pusat

kerja, kursi, merja, dan sebagainya)

b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum (seperti: rumah, kantor,

pabrik, sekolah, kota, sistem jalan raya, dan lain-lain

2. Lingungan perantara, dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi

kondisi manusia, misalnya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara,

(45)

2.2.5. Kepemimpinan

2.2.5.1. Penertian Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata leadership, yaitu sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Sedangkan pemimpin adalah orang yang memimpin.

Kepemimpinan mempunyai hubungan erat dengan sekelompok orang yang

mempunyai tujuan yang sama, sedangkan tujuan tersebut telah ditentukan

sebelumnya dalam suatu organisasi.

Handoko (2000:294) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan

kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar

bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Dengan kata lain kepemimpinan dapat

diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui

komunikasi baik langsung maupun tidak langsung. Seorang pemimpin yang

efektif adalah seseorang yang memenuhi kemampuan tersebut, karena bakat

kepemimpinan tidak dimiliki oleh setiap orang dan berhubungan dengan

penguasaan seni dan teknis dalam melakukan tindakan-tindakan seperti teknik

dalam memberikan perintah, teguran, memberikan anjuran, memberikan

pengertian, memperoleh saran, memperkuat identitas kelompok, yang dipimpin,

memudahkan pendatang baru untuk menyesuaikan diri menanamkan rasa disiplin

dan dikalangan bawahan serta menyelesaikan konflik yang terjadi dilingkungan

kerjanya.

Menurut Stoner dan Freeman (2002:53), bahwa kepemimpinan adalah

suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan

(46)

disimpulkan bahwa kepemimpinan itu merupakan suatu upaya dalam

mempengaruhi suatu kelompok.

Menurut Martoyo (2003:161) bahwa kepemimpinan adalah keseluruhan

aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama

mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama. Robbins (2002:347)

mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi

sesuatu kearah tercapainya tujuan. Tampaknya yang dikemukakan Robbins telah

mencakup semua pendekatan yang luas terhadap topik kepemimpinan.

Menurut Nawawi (2003: 72), kepemimpinan merupakan kegiatan sentral

d idalam sebuah kelompok maupun organisasi, dengan seorang pimpinan puncak

sebagai figur sentral yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam

mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya.

Menurut Handoko (2004:295) mengungkapkan bahwa penelitian

kepemimpinan telah memunculkan beberapa teori kepemimpinan yang

diklasifikasikan kedalam tiga teori kepemimpinan, meliputi: pendekatan sifat-sifat

kepemimpinan, pendekatan perilaku kepemimpinan, pendekatan

situasional-contingency.

Istilah kepemimpinan diartikan bermacam-macam tergantung pada sudut

pandang dan konteks pengertian para ahli yang membahasnya. Berikut ini

dipaparkan beberapa pengertian kepemimpinan yang dikaitkan dengan konteks

penelitian dan variabel yang menjadi sasaran penelitian.

Abraham Zalenik dari Sekolah Bisnis Harvard, berpendapat bahwa

(47)

pribadi, dan cara berpikir serta bertindak. Zalenik mengatakan manajer cenderung

mengambil sikap impersonal, jika tidak pasif terhadap tujuan. Sedangkan

pemimpin mengambil sikap pribadi dan aktif terhadap tujuan. Manajer cenderung

memandang kerja sebagai suatu proses yang memungkinkan, mencakup suatu

kombinasi dari orang dan gagasan yang berinteraksi untuk menetapkan strategi

dan mengambil keputusan.

Menurut Umar (2000:64), secara umum kepemimpinan atau leader dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku

seperti yang dikehendaki. Pengertian ini tidak menggambarkan adanya ikatan

organisasi, oleh karenanya proses kepemimpinan dapat saja terjadi di luar

batas-batas organisasi, jadi menurut Umar kepemimpinan akan selalu ditemukan unsur

pemimpin dan pengikut.

Sementara menurut Nawawi (2003:72), kepemimpinan merupakan

kegiatan sentral d idalam sebuah kelompok maupun organisasi, dengan seorang

pimpinan puncak sebagai figur sentral yang memiliki wewenang dan tanggung

jawab dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Sedangkan

Robbins (2002:3) menyatakan pengertian kepemimpinan adalah kemampuan

untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan.

Effendy, (2002:183) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah proses

kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau

mengontrol pikiran, atau tingkah laku orang lain dalam rangka mencapai tujuan

(48)

2000:208) “kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain, untuk

bekerja sama mencapai tujuan yang diinginkan”.

2.2.5.2. Fungsi kepemimpinan

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan

sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang

bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu:

Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi

dan menyediakan fasilitasnya.

Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.

Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka

kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan

dengan hal tersebut, menurut Hadari Nawawi (2001:74), fungsi kepemimpinan

berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok

masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan

berada di luar situasi itu Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian d idalam

situasi sosial keiompok atau organisasinya.

2.2.5.3. Karakteristik Kepemimpinan

Robins (2002: 178) menyatakan adanya karakteristik tertentu yang

(49)

1. Percaya diri

Harus benar-benar percaya diri akan penilaian dan kemampuan diri

sendiri.

2. Memiliki wawasan

Ini merupakan hal yang ideal guna menghadapi masa depan yang lebih

baik daripada status quo. Semakin jauh perbedaan antara tujuan yang

ideal dengan status quo, semakin jelas para bawahan atau mampu

meningkatkan wawasan yang luar biasa kepada sang pemimpin.

3. Pendirian yang kuat

Pemimpin harus memiliki komtitmen yang kuat. Mereka harus rela

menghadapi resiko yang tinggi, rela menyumbangkan biaya yang

tinggi, dan rela mengorbankan kepentingan pribadi untuk mencapai

visi mereka

4. Perilaku yang luar biasa

Pemimpin terbawa dalam perilaku seperti dalam novel, perilaku yang

tidak biasa dan melawan norma yang bila berhasil akan menimbulkan

kejutan dan kekaguman pengikutnya.

5. Tampil sebagai agem perubahan

Pemimpin lebih merupakan agen perubahan yang radikal daripada

(50)

2.3. Kerangka Berpikir

Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan

mencintai pekerjaannya. Salah satu dari fungsi pemberian kompensasi adalah

pengalokasian sumber daya manusia secara efisien. Fungsi ini menunjukkan

bahwa pemberian kompensasi yang cukup baik pada karyawan yang berprestasi

baik, akan mendorong para karyawan untuk bekerja dengan lebih baik dan ke arah

pekerjaan-pekerjaan yang lebih produktif. Diharapkan dengan adanya pemberian

kompensasi yang sesuai maka dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Dengan adanya Lingkungan Kerja dan Kepemimpinan yang tinggi maka

akan timbul kekuatan-kekuatan dalam bekerja sehingga akan mengakibatkan hasil

kerja yang tinggi pula atau dengan kata lain akan menimbulkan Kepuasan Kerja

Karyawan yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya jika seorang karyawan

tidak mempunyai gairah dalam bekerja atau dengan kata lain tidak mempunyai

Lingkungan Kerja dan Kepemimpinan yang tinggi, maka dalam bekerja karyawan

tersebut cenderung tidak maksimal sehingga hasilnya tidak maksimal pula atau

dengan kata lain terjadi penurunan kinerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa

Kompensasi, Lingkungan Kerja dan Kepemimpinan mempunyai hubungan yang

positif, yaitu jika Lingkungan Kerja dan Kepemimpinan tinggi maka akan

menghasilkan Kepuasan Kerja yang tinggi pula, begitu pula sebaliknya jika

Lingkungan Kerja dan Kepemimpinan rendah maka akan menghasilkan Kepuasan

(51)
[image:51.612.188.447.140.270.2]

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 menunjukkan keterpengaruhan antara variable Kompensasi

terhadap Kepuasan Kerja Karyawan, Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan, dan Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Ketiga

variable bebas ini memiliki arah positif atau dengan kata lain semakin tinggi

kompensasi maka Kepuasan Kerja Karyawan pun akan semakin tinggi, semakin

tinggi Lingkungan Kerja maka Kepuasan Kerja Karyawanpun akan semakin

tinggi, demikian halnya dengan Kepemimpinan semakin baik maka kinerja

karyawan pun semakin baik.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori yang

telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis ini dinyatakan sebagai berikut:

1. Variabel-variabel kompensasi, lingkungan kerja dan kepemimpinan secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada

Pabrik Gula Watoetoelis Prambon-Krian. Kompensasi

(X1)

Lingkungan Kerja (X 2)

Kepemimpinan (X 3)

(52)

2. variabel-variabel kompensasi, lingkungan kerja dan kepemimpinan secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada

(53)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Variable beserta definisi operasioanal yang digunakan dalam

pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independent Variables) (X)

a. Variabel Kompensasi (X1) yaitu imbalan yang diberikan oleh

perusahaan kepada karyawan atas prestasi kerja. Selanjutnya

indicator untuk masing-masing kompensasi adalah sebagai berikut.

1) Kompensasi langsung adalah penghargaan/ ganjaran yang

disebut gaji atau upah, yang dibayar secara tetap berdasarkan

tenggang waktu yang tetap.

2) Kompensasi tidak langsung adalah pemberian pembagian

keuntungan/ manfaat lainnya bagi para pekerja di luar gaji atau

upah tetap, dapat berupa uang atau barang. Misalnya THR,

Tunjangan Hari Natal dan lain-lain.

3) Insentif adalah penghargaan/ ganjaran yang diberikan untuk

memotivasi para pekrja agar produktivitas kerjanya tinggi,

sifatnya tidak tetap atau sewaktu –waktu. Misalnya dalam

bentuk pemeberian bonus.

(54)

b. Variabel Lingkungan Kerja (X2) yaitu segala sesuatu yang ada

disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Beber

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Gambar 3.1.
Gambar 3.2. Daerah Penerimaan Dan Penolakan
Gambar 4.1 Struktur Oraganisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan: (1) Mengidentifikasi variabel model spasial konseptual penentu tingkat kenyamanan dari Citra Quickbird, (2) Memanfaatkan SIG untuk pemetaan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana cara membuat rancangan draf Standar Nasional Indonesia

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi dan pengetahuan yang dapat digunakan sebagai bahan referensi oleh pihak lain yang ingin mengetahui

Ketika melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber, peneliti menggunakan berbagai macam teknik seperti wawancara, observassi dan dokumentasi (triangulasi

Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya dan benda-benda

Aspek bahasa pada LKS 2 mendapatkan rata-rata skor 3,67 dengan kategori valid, dengan salah satu validator berpendapat bahwa bahasa yang digunakan pada LKS 2 masih

tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan

Sentra merupakan kegiatan pembelajaran dengan metode belajar melalui bermain integrasi pendidikan nilai-nilai kehidupan beragama yang dirancang untuk mengembangkan