• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Malpraktik Medis dalam Hukum Indonesia dan Aspek

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN

A. Pengertian Malpraktik Medis dalam Hukum Indonesia dan Aspek

Dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga kesehatan, setiap tenaga kesehatan tersebut mungkin akan melakukan suatu pelanggaran. Pelanggaran tersebut dapat terjadi dalam bidang etika, disiplin dan dalam bidang hukum.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Pelanggaran disiplin akan diselesaikan oleh lembaga yang telah ditentukan oleh undang-undang yaitu Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI).30 Apabila dalam pemeriksaan ditemukan bahwasannya, pelanggaran yang terjadi merupakan pelanggaran dalam bidang etika, MKDKI meneruskan pengaduan pada organisasi profesi. Sehingga perkara tersebut ditangani oleh organisasi interen, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI).31

Selain kedua pelanggaran tersebut, profesi kedokteran dapat pula melakukan pelanggaran dibidang hukum. Pengaduan terhadap MKDKI tidak membuat seseorang kehilangan upaya hukum secara perdata maupun

30 Pasal 55 (1) Undang-Undang Praktik Kedokteran “Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia”

31 Pasal 68 Ibid “Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia meneruskan pengaduan pada organisasi profesi”

pidana.32 Malpraktik dalam Bahasa Indonesia merupakan padanan kata dari kata “Mal” yang berarti buruk dan “Praktik” yang berarti pelaksanaan pekerjaan. Sehingga malpraktik dapat dilakukan oleh profesi manapun.

Sebelum membahas pengertian tentang malpraktik medik, ada beberapa pendapat sarjana tentang terminologi malpraktik. Masing-masing pendapat tersebut antara lain, sebagai berikut:

1. Hermien Hadiati menjelaskan malpractice secara harafiah berarti bad practice, atau praktek buruk yang berkaitan dengan praktek penerapan ilmu dan teknologi medik dalam menjalankan profesi medik yang mengandung ciri-ciri khusus. Karena malpraktik berkaitan dengan

“how to practice the medical science and technology”, yang sangat erat hubungannya dengan sarana kesehatan atau tempat melakukan praktek dan orang yang melaksanakan praktek, maka Hermien cenderung untuk menggunakan istilah “maltreatment”.33

2. Danny Wiradharma memandang malpraktik dari sudut tanggung jawab dokter yang berada dalam suatu perikatan dengan pasien, yaitu dokter tersebut melakukan praktek buruk.34

3. Ngesti Lestari mengartikan malpraktik secara harafiah sebagai

“pelaksanaan atau tindakan yang salah”.35

32 Pasal 66 (3) Ibid “Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan”

33 Hermien Hadiati Koeswadji (II), Hukum Kedokteran (Studi Tentang Hubungan Hukum dalam mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), (Bandung: Penerbit Citya Aditya Bakti, 1998), hal. 124.

34 Danny Wiradharmairadharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, (Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1996), hal. 87.

a. “Malpractice is mistreatment of disease or injury through ignorance, careless or criminal intent” (Stedman’s Medical Dictionary).36

b. “Malpractice = wrongdoing ; (law) improper treatment of patient by medical attendant; illegal action for one’s own benefit while in position of trust” (The Oxford Illustrated Dictionary).37

c. Junus Hanafiah mendefinisikan malpraktik medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama.38

Didalam profesi kedokteran, malpraktik yang dilakukan oleh profesi kedokteran sering disebut dengan malpraktik medis. Hukum normatif (undang-undang) di Indonesia hanya menyinggung sedikit tentang ketentuan malpraktik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada Pasal 11 ayat 1 huruf b Undang-undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan yang berbunyi:

35 Ngesti Lestari, “Masalah Malpraktek Etik dalam Praktek Dokter (Jejaring Bioeta dan

Humaniora)”, Kumpulan Makalah Seminar tentang Etika dan Hukum Kedokteran diselenggarakan oleh RSUD Dr. Saiful Anwar, Malang, 2001, hal. 2.

36 Chrisdiono M Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004), hal. 20.

37 Ibid., hal. 21.

38 M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1999), hal. 87.

“Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga kesehatan”

Dengan demikian rumusan dari para ahli hukum yang ada di Indonesia dan dari negara-negara lain dapat dijadikan acuan. Beberapa definisi malpraktik medis adalah sebagai berikut:

1. Ninik Mariyanti

Malpraktik kedokteran dapat diartikan sebagai bencana yang timbul sebagai akibat dari suatu praktik kedokteran, bencana mana timbul tidak karena disengaja diduga sebelumnya, melainkan ada unsur lalai yang seharusnya tidak layak untuk dilakukan oleh seorang dokter, sehingga berakibat cacat atau matinya pasien.39

2. Guwandi menyimpulkan bahwa terdapat malpraktik apabila:40 a. Ada tindakan atau sikap dokter yang:

- Bertentangan dengan etika atau moral - Bertentangan dengan hukum

- Bertentangan dengan standar profesi medik (SPM)

- Kurangnya pengetahuan atau ketinggalan ilmu pada bidangnya yang berlaku umum.

b. Adanya kelalaian, kurangnya hati-hati atau kesalahan yang besar (culpa lata)

3. Puti Shelia

39 Ninik Mariyanti, Malpraktek Kedokteran: Dari Segi Hukum Pidana dan Hukum Perdata, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 39.

40 Chrisdiono M Achadiat, Op.Cit, hal. 22.

Malpraktik medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama.41 Yang dimaksudkan kelalaian disini ialah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.42

Menurut Guwandi, Malpraktik tidaklah sama dengan kelalaian, karena kelalaian termasuk dalam istilah malpraktik, tetapi didalam malpraktik tidak selalu harus terdapat unsur kelalaian. Dengan demikian, malpraktik memiliki cakupan yang lebih luas selain mencakup kelalaian malpraktik juga dapat dilakukan dengan sengaja (intentional, dolus, opzettelijk), dan melanggar Undang-undang.43

Aspek perlindungan hukum terhadap pasien korban malpraktik oleh dokter berdasarkan hukum Indonesia, yaitu:44

1. Secara preventif: dengan adanya peraturan-peraturan yang mengatur mengenai tindakan-tindakan malpraktik, yaitu dalam Kitab

41 Puti Shelia, Studi Komparatif Perbuatan Melawan Hukum Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan The Law Of Tort Inggris (Penerapan dalam Malpraktek Medis), (Depok:

Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011), hal. 90.

42 Ibid.

43 J. Guwandi (IV), Pengantar Hukum Medik dan Bio-Etika (Prinsip, Pedoman, Pembuktian, dan Contoh Kasus), (Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI, 2009), hal. 80.

44 Sabungan Sibarani, “Aspek Perlindungan Hukum Pasien Korban Malpraktik Dilihat dari Sudut Pandang Hukum di Indonesia”, Justitia et Pax, Vol. 33, No. 1, 2014, hal. 1.

Undang Hukum Perdata (KUHP), Undang Kesehatan, Undang-Undang Tenaga Kesehatan, Undang-Undang-Undang-Undang Praktik Kedokteran

2. Secara represif: dengan adanya tindakan yang mengakibatkan kerugian, maka seseorang yang melakukan tindakan tersebut dijatuhkan sanksi berupa sanksi perdata, yaitu dengan mengganti kerugian serta sanksi administratif dan pidana.

Bentuk perlindungan hukum terhadap korban malpraktik oleh dokter yang diatur dalam KUHPerdata, yaitu berupa pengaturan pertanggungjawaban dokter yang melakukan malpraktik untuk memberikan ganti rugi kepada korban malpraktik atas kerugian yang timbul karena:45 1. Tidak ditepatinya perjanjian terapeutik yang telah disepakati oleh dokter

atau wanprestasi (cidera janji), yaitu berdasarkan Pasal 1239 KUHPerdata;

2. Perbuatan melawan hukum, yaitu berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata;

3. Kelalaian atau ketidakhati-hatian dalam berbuat atau bertindak, yaitu berdasarkan Pasal 1366 KUHPerdata;

4. Melalaikan kewajiban berdasarkan Pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata.

Perlindungan hukum pasien yang disebabkan oleh malpraktik dokter dari sudut pandang Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yaitu berupa pemberian hak kepada korban malpraktik untuk melakukan upaya hukum pengaduan kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, yang dapat juga secara bersamaan melakukan

45 Ibid, hal. 4.

upaya hukum secara hukum pidana maupun hukum perdata ke pengadilan serta pemberian wewenang kepada Majelis Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) untuk mengeluarkan keputusan menjatuhkan sanksi disiplin kepada dokter yang terbukti bersalah.46 Bentuk perlindungan hukum ini terdapat dalam Pasal 66 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, Pasal 66 ayat (3) UU Praktik Kedokteran, dan dalam Pasal 67 serta Pasal 68 UU Praktik Kedokteran.

Berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pemeliharaan kesehatan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya dapat melindungi korban malpraktik berkaitan dengan hak-hak yang dimiliki oleh korban, sehingga pengaturan-pengaturan tersebut telah memenuhi aspek perlindungan pasien.

Dokumen terkait