• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian Manajemen

Uraian di atas menunjukkan bahwa risiko itu tidak dapat dihindarkan, namun diminimalisir agar tidak terjadi risiko-risiko yang signifikan. Dan setiap aktivitas kehidupan manusia harus menggunakan manajemen. Manajemen untuk memperkecil risiko-risiko yang akan timbul. Maka mengelola risiko sudah ada pada zaman Nabi Yusuf a.s.

1. Pengertian Manajemen

Kata manajemen berasal dari Bahasa Inggris dari kata kerja to manage, ialah mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola.5 Sinonimnya antara lainto handberarti ‘mengurus’,to control‘memeriksa’ to guide ‘memimpim’. Jadi apabila hanya dilihat dari asal katanya, manajemen berarti pengurusan, pengendalian, memimpin atau membimbing.

Manajemen sebagai suatu ilmu dan teknik untuk mengurus atau mengelola tidak dapat dilepas dari fungsi-fungsi dan kewajiban manusia yang telah ditetapkan.

Seperti yang diungkapkan George Terry dikutip oleh Mochtar Effendy, menyatakan bahwa definisi manajemen itu adalah sesuatu tindakan perbuatan seseorang yang berhak menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab (responsibility) tetap di tangan yang memerintah. Manajemen didefinisikan sebagai proses kerjasama dengan dan melalui orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.6

Dalam hal ini manajemen dapat dikatakan untuk mengatur atau mengelola sebuah organisasi, lembaga, dan pemerintahan dengan

5

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996). h. 372

6

Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam

menggunakan fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (POAC) dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu dibutuhkan ilmu manajemen dari berbagai aktivitas kehidupan di dunia.

2. Pengertian Risiko

Pengertian risiko menurut Kamus Inggris, risiko ialah risk, dalam asuransi “insurance risk” ialah orang yang besar risikonya bagi perasuransian.7 Risiko menurut Kamus Bahasa Arab, a’aqibatu dan awaa qiba(aqoda-ya’qidu- aqdan) ialah balasan yang baik dan akibat yang baik. (kamus bahasa arab muhamad yunus)

Dalam aktivitas sehari-hari setiap orang memiliki berbagai risiko yang akan timbul, dalam hal ini tidak lepas dengan memperoleh rezeki yang halal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Rezeki yang diberikan Allah kepada kita bukan hanya berupa harta atau benda yang dihasilkan oleh bumi saja. Rezeki dapat pula berupa kesehatan, kekuatan tubuh, keterampilan, gerak langkah dalam kehidupan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Baqarah/2:3 berikut:



















Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan salat, dan menginfaqkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (al-Baqarah ayat 3)8

Arti rezeki dari ayat tersebut di atas yaitu: “Segala apa yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat. Contohnya; kita bisa lihat, betapa

7

John M, Echols dan Hassan Shadily,Kamus Inggris-Indonesia, h.488

8

19

banyak buruh dan karyawan yang berusaha untuk mendapat gaji besar tapi hasilnya tetap saja kecil. Adakalnya seseorang banting tulang di masa mudanya untuk mencari harta, justru baru berhasil ketika tua.9Dalam hal ini, risiko dan rezeki memiliki hubungan dalam proses aktivitas kehidupan sehari-hari, sebab rezeki diperoleh ketika seseorang akan mengalami berbagai risiko yang akan timbul, tanpa adannya risiko seseorang tidak akan mampu mencapai hasil yang maksimal dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dengan ini seseorang dapat tolong-menolong dengan sesama untuk memperkecil risiko yang akan timbul.

Risiko adalah ketidapastian (uncertainity) mengenai kerugian, ketidakpastian yang menyebabkan kerugian. Definisi lainnya adalah karena tidak pasti terhadap kemungkinan yang dapat terjadi dalam bentuk atau peristiwa yang belum tentu dan menimbulkan rasa tidak aman. Menurut Ferry N. Idroes, Risiko merupakan bahaya: risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.10 Jadi risiko membahas mengenai ketidakpastian tentang masa depan, baik secara individu atau peserta dan Perusahaan (corporate) maka perlu adanya suatu pengelolaan risiko untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengendalikan tentang ketidakpastian yang akan timbul pada setiap Peserta dan Perusahaan.

9

Muhammad Mutawalli Sya’rawi,Anda bertanya Islam menjawab(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cetakan 15, h. 25-26

10

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendeketan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, h. 4

Berbicara mengenai Perusahaan Asuransi Syari’ah tidak lepas dari pengelolaan risiko yang benar untuk menyeleksi setiap risiko berdasarkan klausula. Proses hubungan dalam mekanisme pertanggungan pada Asuransi Syari’ah adalah sharing of risk (saling menanggung risiko). Apabila terjadi musibah, maka semua peserta Asuransi Syari’ah saling menanggung. Dengan demikian, tidak terjadi transfer risiko dari peserta ke Perusahaan, karena dalam praktiknya kontribusi (premi) yang dibayarkan oleh peserta tidak terjadi yang disebuttransfer of fund, status kepemilikan dana tersebut tetap melekat pada peserta sebagai shahibul mal.11 Dalam hal ini untuk membedakan sesuatu yang terjadi pada asuransi konvensional, karena yang telah dipraktikan pada asuransi konvensional berupa transfer of fund yaitu transfer risiko dari peserta ke Perusahaan. Sehinggga tidak menggunakan skema berbagi risiko pada peserta, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Maidah/5:2 berikut:





















Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa

dan permusuhan.”12

Implementasi sharing of risk (saling menanggung risiko), peserta asuransi diikat oleh akad (perjanjian) untuk saling membantu, melalui instrumen Syari’ah yang disebut dana tabarru’ (dana kebajikan). Masing-masing mengeluarkan kontribusi, yang besarnya meminjam tabel kematian

11

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life And General): Konsep Dan System Operasional(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 303

12

21

(mortality table) untuk asuransi jiwa, dan untuk asuransi kerugian menghitung dengan mendasarkan pada statistik kerugian (loss statistics), misalnya menggunakan teori probabilitas (probability) teori kecenderungan (measure of kontrol tendency) dan sebagainya. Akad yang digunakan oleh Asuransi Syari’ah bergantung pada klausula yang ditentukan, akad tabarru’ dan akad wakalah bil ujrah yang pada umumnya telah dipraktikan. Sebab akad tabarru’ untuk memberikan suatu gambaran umum mengenai perhitungan kontribusi (premi) yang harus dikeluarkan pada setiap peserta asuransi dan menggunakan tabel kematian.

Uraian di atas menunjukkan bahwa sharing of risk telah diimplementasikan dari hadist riwayat Muslim bahwa Nabi saw bersabda:

:

“Mukmin terhadap mukmin yang lain seperti suatu bangunan

memperkuat satu sama lain” dan “orang-orang mukmin dalam kecintaan

dan kasih sayang mereka seperti satu badan. Apabila salah satu anggota badan menderita sakit, maka seluruh badan merasakannya.”13

3. Sebab-sebab kerugian (Risiko)

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa risiko ketidakpastian mengenai masa depan. Ketidakapastian tersebut dapat dipahami dengan mengetahui sebab-sebab kerugian (risiko) itu timbul pada Lembaga

13

Abu al-Husain Muslim Ibnu Hajjaj Ibnu Muslim Ibnu Warod al-Qusyairi al-Nisaburi, Shahih Muslim dalm Bab Tarohumul Mukminin Wa ta’aatufuhum wata’aadhuduhum,juz 12 h.467

Keuangan Syari’ah, khususnya Asuransi Syari’ah, sebab Asuransi Syari’ah memberikan suatu konsepsharing of riskuntuk mengelola risiko.

Menurut Kuat Ismanto, sumber penyebab kerugian (risiko) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Risiko sosial adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang diharapkan.

b. Risiko fisik disebabkan oleh fenomena alam dan sebagian lagi diciptakan oleh manusia itu sendiri. Banyak risiko yang kompleks sumbernya tetapi termasuk, terutama, kedalam kategori fisik, sebagai contoh kebakaran, cuaca/iklim, petir, dan lain-lain.

c. Risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan Perusahaan individual.14

Pada sebab-sebab kerugian (risiko) tersebut terjadi pada Asuransi Syari’ah dalam proses menuju risiko seperti perserta dan Perusahaan. Karena Perusahaan Asuransi Syari’ah tidak hanya mengelola risiko pada Perusahaan, namun mengelola risiko peserta pun demikian. Jadi sebab-sebab kerugian timbul karena dipengaruhi oleh risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Hal tersebut dapat teridentifikasi dari daftar riwayat dan karakteristik peserta sehinggga dapat menimbulkan risiko yang besar ke dalam tiga sebab-sebab kerugian tersebut.

Dokumen terkait