• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2. Pengertian Mental Spiritual dan Kesehatan Mental

Mental berasal dari kata Latin mens, mentis yang artinya jiwa, sukma, roh, semangat.9 Mental diambil dari

8 M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling)

Islam, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2008, h.

122-133

9 Kartini Kartono, Hygiene Mental, Mandar Maju, Bandung, 2000, h. 3

konsep mental hygiene. Kata mental berasal dari bahasa Yunani yang artinya Jiwa.10 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mental diartikan sebagai suatu hal yang berhubungan dengan batin dan watak manusia yang bukan bersifat tenaga.11 Adapun mental adalah hal yang menyangkut batin dan watak manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga,12 yang bisa diartikan kecerdasan atau kepribadian yang merupakan kebulatan dinamika seseorang yang tercermin dalam cita-cita, sikap dan perbuatannya.13

Spiritual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan, “rohani, batin, mental, moral”.14

Spiritual adalah kata dasar dari spirit yang berarti kekuatan, tenaga, semangat, vitalitas, energi, moral atau motivasi sedangkan spiritual berkaitan dengan roh, semangat atau jiwa, religius yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan, menyangkut nilai yang transendental bersifat

10 Saefullah, Psikologi perkembangan dan Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, h. 87.

11

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar

Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, h. 733

12 Masder Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan, Toha Putra, Semarang, 1973, h. 35

13

Jalaludindan Ahmad Zein, Ilmu Jiwa dan Pendidikan, Surabaya, Putra Al- Ma’arif, 1995, h. 115

14 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

mental sebagai lawan dari material, fisikal atau jasmaniah.15

Jadi, spiritual adalah perasaan dasar atau fundamental yang terhubung dengan sang maha sempurna dan yang menguasai alam semesta yaitu Tuhan Yang Maha Esa serta kepercayaan bahwa ada kekuatan yang lebih tinggi.16 Sehingga dari pengertian mental dan spiritual dapat disimpulkan bahwa mental spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan keadaan mental atau jiwa seseorang yang mencerminkan suatu sikap, perbuatan atau tingkah laku yang selaras dan sesuai dengan ajaran agama Islam.17

Pengertian kesehatan mental diartikan oleh beberapa ahli, diantaranya yaitu:

a. Killiander, mendefinisikan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang memperlihatkan kematangan emosional, kemampuan menerima realitas, kesenangan hidup bersama orang lain, dan memiliki pegangan hidup

15 J.P. Chaplin, Dictionery of Psikologi (Kamus Lengkap Psikologi) terj. Kartini Kartono, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2011, h. 197

16 Riawan Amin, Menggagas Manajemen Syari’ah, Salemba, Jakarta, 2010, h. 62

17 Tobroni, The Spiritual Leadership (Pengefektifan Organisasi Noble

Industry Melalui Prinsip-Prinsip Spiritual Etis), UMM Press, Malang, 2005, h.

pada saat ia mengalami komplikasi kehidupan sehari-hari sebagai gangguan.18

b. Menurut Zakiyah Daradjat, kesehatan mental ialah terwujudnya keserasian yang sunguh-sungguh antara fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandasakan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan utuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat. Dengan rumusan lain, kesehatan mental adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia, yang mencakup semua bidang hubungan manusia, baik hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam serta hubungan dengan Tuhan.19

3. Bimbingan Mental Spiritual dalam Perspektif Islam

Ajaran Islam lebih awal menawarkan ajaran yang dapat menentramkan kehidupan rohani manusia. Spiritual sebagai dorongan yang senantiasa membantu kemungkinan membawa dimensi material manusia kepaka dimensi spiritualnya (ruh, keilahian). Caranya adalah dengan memahami dan menginternalisasi sifat-sifat-Nya,

18

Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Klinis, Rafika Aditama, Bandung, 2004, h. 24

19 A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyah Al-Nafs) dan Kesehatan

menjalankan kehidupan yang sesuai dengan petunjuk-Nya, dan menelarani Rasul-Nya.

Kehidupan spiritual sangat penting terkait dengan kesehatan mental. Karena dengan spiritual menghindarkan seseorang dari stressor dan membantu pikiran seseorang yang mengalami stress masih dapat berpikir rasional dan mengingat Tuhan. Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang Maha Tinggi sehingga akan dapat memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental seseorang.20

Bimbingan mental merupakan salah satu cara untuk membentuk akhlak manusia agar memiliki pribadi yang beroral, berbudi pekerti luhur dan bersusila, sehingga dapat terhindar dari sifat tercela sebagai langkah penanggulangan terhadap timbulnya tindak pidana. Bimbingan mental juga merupakan tumpuan pertama dalam ajaran Islam. Karena dari mental/jiwa yang baik akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik pula, yang kemudian akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Hal ini selaran dengan pendapat Quraish Shihab dalam bukunya “Membumikan Al-Qur’an”, bahwa:

20 Tobroni, The Spiritual Leadership (Pengefektifan Organisasi Noble

Industry Melalui Prinsip-Prinsip Spiritual Etis), UMM Press, Malang, 2005, h.

“Manusia yang dibina adalah makhluk yang mempunyai unsur-unsur jasmani (material) dan akan dan jiwa (immaterial). Pembinaan akalnya menghasilkan keterampilan dan yang paling penting adalah pembinaan jiwanya yang menghasilkan kesucian dan akhlak. Dengan demikian, terciptalah manusia dwidimensi dalam suatu keseimbangan”.21

Karena bimbingan mental spiritual merupakan salah satu bentuk dakwah, maka dasarnya adalah Al-Qur’an. Sebagaimana yang di firmankan Allah SWT dalam surat Ali Imron ayat 104 yang berbunyi:

َنْوَهْ نَ يَو ِفوُرْعَمْلِبِ َنوُرُمَْيََو ِْيَْْلْا َلَِإ َنوُعْدَي ٌةَّمُأ ْمُكنِّم نُكَتْلَو

ِرَكنُمْلا ِنَع

َنوُحِلْفُمْلا ُمُه َكِئ َلْوُأَو

-ٔٓ١

- Artinya:

Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.22

Dalam ayat diatas dapat disimpulkan bahwa kewajiban seorang muslim yang juga dituntut dalam Islam

21 Dispenarmabar, Pengertian Pembinaan Mental (Bintal) dalam

http://koarmabar.tnial.mi.id/aRTIKEL/BINTAL/tabid/76/.aspx diakses 31 Oktober 2018, 02.27 WIB

22 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan

adalah menentang pelaku kebatilan dan menolak kemungkaran sesuai kemampuan dan kekuatannya. Hadits di atas mengandung pengertian yang merupakan suatu kewajiban bagi sesama muslim untuk saling memberikan pembinaan, bimbingan atau pengajaran tentang ajaran Islam kepada semua umat sehingga pemberian bimbingan mental spiritual yang terbentuk dalam upaya penyesuaian diri ini merupakan salah satu contoh upaya menjalankan kewajiban sesama muslim dengan memberikan nasehat-nasehat.

Bimbingan mental spiritual ini merupakan proses pemberian bantuan secara terarah, kontinyu, dan sistematis kepada individu agar ia dapat mengembangkan fitrah keberagaman secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadit agar dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT.23

Berdasarkan uraian diatas, dapat penulis simpulkan bimbingan mental spiritual adalah sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan fitrah sebagai manusia untuk senantiasa berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), mampu mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman,

23 M. Rojikun, Implementasi Bimbingan Mental Spiritual Oleh

Guru..., h. 48, dalam http://eprints.walisongo.ac.id/ diakses 31 Oktober 2018, 02.43 WIB

keyakinan, dan praktek-praktek dan mampu menstabilkan emosi sehingga dengan demikian individu mampu menjalani kehidupan yang efektif dengan sang pencipta secara normal dalam rangka mewujudkan sebuah keadaan yang tetib, aman, damai, rukun, selamat, sentosa dan sejahtera lahir dan batin, bersedia dan mampu mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ketentuan dan prinsip-prinsip Islam.

B. Remaja

Dokumen terkait