• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL REMAJA PADA ORGANISASI PENCAK SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE (PSHT) CABANG LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL REMAJA PADA ORGANISASI PENCAK SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE (PSHT) CABANG LAMONGAN"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh :

Thiflul Mufid 11140520000003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

▸ Baca selengkapnya: arti pembukaan psht pdf

(2)

▸ Baca selengkapnya: buku ke sh an psht

(3)
(4)
(5)

i

Spiritual Remaja pada Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Lamongan, di bawah bimbingan Suparto, M.Ed, Ph.D (NIP : 197103301998031004)

Bimbingan mental spiritual merupakan bantuan, arahan, dan usaha untuk memperbaiki suatu tindakan atau tingkah laku individu melalui bimbingan mental atau jiwanya sehingga memiliki pribadi yang sehat, akhlak yang terpuji dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan Adanya beberapa konflik yang terjadi pada remaja di organisasi pencak silat PSHT cabang Lamongan saat ini menjadi bukti bahwa kurangnya bimbingan mental spiritual setelah menguasai ilmu silatnya saja namun tidak begitu menfokuskan bimbingan pada batin dan jiwanya. Maka dari itu, peneliti menfokuskan proses bimbingan mental spiritual pada remaja selaku anggota persaudaraan setia hati terate sebagai suatu usaha untuk memperbaiki suatu tindakan atau tingkah laku seseorang melalui bimbingan mental dan jiwanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses, hasil dan faktor pendukung maupun penghambat dalam bimbingan mental spiritual remaja pada organisasi persaudaraan setia hati terate cabang Lamongan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, penentuan sumber data atau informan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu informan atau sumber data ditentukan dengan kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Informan penelitian ini terdiri dari tiga pembimbing atau pengurus, dua pelatih, tiga siswa dan dua masyarakat.

Berdasarkan temuan dan analisis dapat disimpulkan bahwa Proses bimbingan mental spiritual remaja pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan mengacu kepada arah hubungan yang harmonis berjalan dengan baik dan bertahap, dengan memberikan bimbingan melalui materi latihan fisik, teknik, taktik dan kerohanian. Hasil dari bimbingan mental spiritual agar para siswa dan anggota dapat mengamalkan ajaran panca dasar (berbudi luhur, olahraga, beladiri, kesenian, dan kerohanian). Adapun yang menjadi faktor pendukungnya adalah proses penyampaian materi yang sudah cukup baik, namun kurang disiplinnya para siswa menjadi faktor penghambat pelaksanaan bimbingan mental spiritual yang sudah ada.

Kata Kunci: Bimbingan Mental Spiritual, Remaja, Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate

(6)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, taufiq serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Bimbingan

Mental Spiritual Remaja pada Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Lamongan”.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabatnya, para pengembann risalahnya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu dengan hati terbuka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dikemudian hari.

Adapun dalam penyusunan penelitian ini tidak semata-mata hasil kerja sendiri, melainkanjuga berkat bimbingan dan diringan dari pihak-pihak yang telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Untuk itu dalam kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis

(7)

iii

juga sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian ini yang diantaranya:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sekaligus dosen pembimbing skripsi 2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si dan Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

3. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Kepada keluarga besar Wasiat Jakarta, Formala Jabodetabek, Mayadah Tangsel, Ansor Banser Tangsel, dan PSHT Komisariat UIN Jakarta yang telah bersama-sama mengarungi suka dan duka selama di perantauan. 5. Ir. Sumiran selaku Ketua Dewan Pertimbangan

Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan yang telah memberikan kesempatan berbagi pengalaman secara penuh dengan motivasi dan semangatnya.

6. Harto, S.Pd., MM selaku Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di organisasi.

(8)

iv

terimakasih atas kebaikan dan arahannya.

8. Mas Faisal dan Mas Yanto dan semua pelatih di Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan, terimakasih atas kebaikan kalian telah membantu dan mendampingi penulis selama penelitian.

9. Kepada adik-adikku tersayang Annuril Khakim, Moh. Edina Rohmani, dan Ahmad Najmuddin Sya’bani terima kasih atas motivasi dan semangatnya.

10. Kepada saudari Minhatin Tsaniyah yang selalu memberikan perhatian, suport dan semangatnya yang tulus, saran dan doanya.

11. Terima kasih kepada seluruh kelurarga besar BPI untuk dukungan dan doanya kepada penulis semoga silaturrahmi dan persahabatan yang kita jalani selama ini terus terjaga dengan baik.

12. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa horman, penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga semua bantuan dan perhatian yang tercurah mendapat balasan pahala berlipat ganda dari Allah SWT. Selain itu semoga apa yang menjadi cita-cita dan impian kita semua terwujud di masa depan serta mendapat ridho dan keberkahan dari Allah SWT. Amin.

(9)

v

berharap adanya masukan, kritik, dan saran yang membangun supaya menjadi acuan pembelajaran yang baik bagi penulis. Akhir kata semoga skripsi ini dapat menjadi manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Ciputat, 24 Juli 2019

(10)

vi

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...vi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 14

C. Rumusan Masalah ... 15

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 16

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 18

F. Metodologi Penelitian ... 24

1. Metode Penelitian... 24

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3. Subyek dan Obyek Penelitian ... 27

4. Teknik Pengumpulan Data ... 28

5. Sumber Data ... 31

6. Teknik Analisa Data ... 32

7. Teknik Penulisan ... 33

G. Sitematika Penulisan ... 33

BAB II LANDASAN TEORI A. Bimbingan Mental Spiritual ... 36

1. Pengertian Bimbingan ... 36

(11)

vii

1. Pengertian Remaja ... 48

2. Ciri-Ciri Masa Remaja ... 52

3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja ... 54

C. Pencak Silat ... 56

1. Pengertian Pencak Silat ... 56

2. Aspek-Aspek Pencak Silat ... 57

3. Pencak Silat Sebagai Sarana Bimbingan Mental Spiritual ... 61

BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI A. Sejarah Singkat Berdirinya Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Lamongan ... 63

B. Visi dan Misi ... 66

C. Tujuan Dasar ... 68

D. Kegiatan Latihan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Lamongan ... 68

E. Prosedur Latihan ... 72

F. Struktur Kepengurusan... 74

G. Sarana dan Prasarana... 76

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Deskripsi Informan... 78

(12)

viii

Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Lamongan ... 106 B. Hasil dari Bimbingan Mental Spiritual pada Remaja di Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Lamongan ... 116 C. Faktor Pendukung dan Penghambat Bimbingan Mental Spiritual pada Remaja di Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Lamongan ... 125 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 140 B. Saran ... 141 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam kehidupan ini, manusia sejak awal hingga sekarang selalu mengalami perubahan-perubahan baik pada fisik jasmaniyah, maupun mentalnya, baik perubahan negatif maupun positif. Perubahan-perubahan tersebut tidak lain merupakan hasil dari karya, cipta, rasa, dan karsa manusia yang dapat dilalui dengan baik jika manusia bisa menyesuaikan diri dengan bergulirnya waktu sesuai lingkungan dan pergaulannya.

Sejatinya manusia pasti melalui fase-fase perkembangan dalam hidupnya. Salah satunya adalah masa remaja. Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir.1 Masa remaja adalah suatu masa peralihan yang sering menimbulkan gejolak. Suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Disamping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh yang negatif, seperti

1 F.J. Monks dkk, Psikologi Perkembangan, Gadjah Mada University

(14)

kenalakan remaja, narkoba, kriminal dan kejahatan lainnya.2

Usia remaja umumnya mempunyai jiwa yang masih labil dan belum mempunyai pedoman yang kokoh, seperti yang dikatakan Dr. Zakiyah Daradjat bahwa usia remaja masa bergejolaknya berbagai macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain.3 Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah rentan kegagalan yang banyakl dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia hidup. Remaja belajar dan diajar oleh lingkungannya mengenai bagaimana ia harus bertingkah laku yang baik dan tingkah laku yang bagaimana dikatakan salah atau tidak baik.4

Melalui bimbingan akan lebih terarah dan dapat berkembang dalam kehidupan yang seimbang atau harmonis dalam kepribadiannya yang utuh dan bulat. Sesuai dengan definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Years’s Book of Education 1955, yang menyatakan, Bimbingan adalah suatu proses bantuan individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan

2

Wliis Sofyan S, Remaja dan Masalahnya, Mengupas Berbagai

Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Free Sex dan Pemecahannya,

Alfabeta, Bandung, 2008, h. 1

3 Zakiyah Dradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1991, h.

77

4Solvia Karina Taringan dan Ade Rahmawati Siregar, Gambaran

Penalaran Moral Pada Remaja Yang Tinggal Di Daerah Konflik, Universitas

(15)

mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial.5

Adanya bimbingan mental spiritual disitulah remaja mulai berkembang dalam beraktivitas kehidupannya, baik tingkah lakunya, cara berfikirnya, memaknai hidupnya dan lain-lain. Karena perkembangan zaman yang semakin maju dan manusia bisa beraktifitas secara bebas maka dewasa ini banyak sekali terjadi pelecehan seksual, penjambretan, penganiayaan, tawuran antar remaja yang berujung pada kematian untuk para korbannya.

Disisi lain remaja dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhannya baik segi psikologis maupun biologis untuk mengatur, memelihara, mengelola atau melakukan manajemen yang baik dan benar bagi dirinya sendiri, lingkungan masyarakat dan lingkungan alam agar memperoleh rahmat dan kebaikan bagi semuanya. Jika pemenuhan itu kurang berhasil, remaja bisa mengalami gangguan mental yang dapat memberikan gambaran pada dirinya tidak sehat dan bermasalah.

Dalam Islam dijelaskan salah satu ayat Al-Qur’an yang berisikan aspek penyembuhan ketika mengalami gangguan mental yaitu surat Yunus ayat 57:

5 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Azmah,

(16)

وُدُّصلا ِفِ اامِّل ءاافِشاو ْمُكِّبَّر نِّم ٌةاظِعْوَّم مُكْتءااج ْداق ُساَّنلا ااهُّ ياأ ايَ

ِر

اينِنِمْؤُمْلِّل ٌةاْحْاراو ىًدُهاو

-٧٥

“Hai seluruh manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu pengajaran dari Tuhan kamu dan obat bagi apa yang terdapat dalam dada (jiwa) dan petunjuk serta

rahmat bagi orang-orang mukmin”.6

Ayat tersebut menunjukkan bahwa bimbingan mental sendiri berisikan aspek terapi bagi gangguan jiwa. Namun bagaimana pelaksanaan dari proses tersebut harus dilihat dan bagaimana menanamkan bimbingan melalui ajaran yang baik itu disampaikan. Berpijak dari kenyataan kondisional manusia dengan nalar kreatifnya maka salah satu konsep spiritual dalam islam adalah Tazkiyah Al Nafs, sebab jika jiwa seseorang bersih maka kesadarannya menjadi tinggi, sebaliknya jika jiwanya kotor kesadarannya menjadi rendah dan pikirannya tidak stabil.7

Berkaitan dengan perspektif Islam, ajaran Islam sendiri memiliki hubungan yang erat dan mendalam mengenai ilmu jiwa soal akhlak dan bimbingan mental

6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan

Terjemahnya, CV. Toha Putra, Semarang, 1989, h. 307

7 Muhammad Irfan dan Mastuki MS, Teologi Pendidikan, Tauhid

Sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Friska Agung Insani, Jakarta, 2000, h.

(17)

spiritual. Keduanya sama-sama bertujuan untuk mencapai kesejahteraan jiwa dan ketinggian akhlak. Bahkan diutusnya Muhammad SAW, bila ditinjau dari pandangan kejiwaan secara luas bertujuan mendidik dan mengajar manusia, membersihkan dan menyucikan jiwanya, memperbaiki dan menyempurnakan akhlaknya serta membina kehidupan mental spiritualnya.8

Remaja sebagai bagian dari komunitas masyarakat sosial yang majemuk merupakan individu yang penuh potensi dan semangat, juga merupakan bagian terbesar dari anggota masyarakat dan bangsa Indonesia. Dimana masa depan bangsa dan negara terletak di pundak dan tanggung jawab remaja ini.9 Dari adanya potensi dalam diri remaja, kelebihan dan kekurangannya membutuhkan arahan sebagai bentuk pemberian bantuan dan tuntunan. Salah satu lembaga yang di dalamnya banyak melatih kemampuan bersosialisasi dan penyesuaian diri tersebut adalah bela diri.

Sebagai generasi muda akan lebih baiknya dibekali diri dengan ilmu bela diri agar bisa melindungi diri sendiri khusunya dan melindungi orang lain umumnya. Dan yang ingin di tekankan disini adalah

8

Moh. Sholeh Imam Musbikin, Agama Sebagai Terapi, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2005, h. 24

9 Hasan Basri, Remaja Berkualitas, Problematika Remaja dan

(18)

tentang pencak silat.Hal ini karena pencak silat adalah hasil budaya Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dengan integritasnya (manunggaling) terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.10

Dalam bimbingan pencak silat, mempunyai aspek mental spiritual, beladiri, seni dan olah raga serta dilandasi dengan akal budi pekerti yang luhur. Selain mengandung unsur kebugaran fisik, ketangkasan, keindahan budaya, keselarasan, keseimbangan dan keserasian, pencak silat juga untuk memperkuat naluri manusia guna membela diri terhadap ancaman dan bahaya. Hal terpenting selain itu pencak silat sebagai mental spiritual dimana selalu mengutamakan penyesuaian diri atau keselarasan hidup melalui pembentukan sikap dan watak kepribadian pesilat yang sesuai dengan falsafah budi pekerti luhur.11

Dari unsur tadi, dapat dikatakan bahwa pencak silat tidak hanya menyangkut persoalan keterampilan beladiri saja dan kesehatan fisik saja. Akan tetapi

10

Haryono, Himpunan Kertas Kerja Sarasehan Pencak Silat 1984 (www.silatIndonesia.com)diakses 27 Maret 2018, 07.10 WIB

11O’ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, Galang Press,

(19)

menyangkut juga persoalan yang terkait dengan norma dan nilai. Secara teoritik, persoalan norma dan nilai lebih menjurus kepada hal yang bersifat mental spiritual atau rohani dan perilaku. Sedangkan keterampilan diri dan kesehatan fisik lebih menjurus kepada hal yang bersifat jasmani, akan tetapi kedua hal tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.

Salah satu aliran dalam pencak silat adalah Setia Hati (SH), Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) adalah suatu badan atau organisasi yang mewadahi pendidikan luar sekolah (non formal) dalam bidang seni beladiri pencak silat dan bidang budi pekerti. PSHT sebenarnya merupakan organisasi pencak silat yang tergolong perguruan besar dari perguruan-perguruan pencak silat yang ada di Indonesia yang sampai saat ini, baik dalam negeri maupun luar negeri, yang didirikan tahun 1922, pusat perguruan ini di Madiun Jawa Timur.

Perguruan ini muncul ikut serta mendidik manusia berbudi pekerti luhur tahu benar dan salah dan ikut melestarikan budaya asli Indonesia. Pendiri perguruan ini adalah Ki Hajar Harjo Utomo yang merupakan satu tokoh pahlawan nasional Indonesia.12Persaudaraan setia hati terate sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia,

12Hendra W. Saputra (dkk), Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati

(20)

organisasi pencak silat ini sudah melebarkan sayapnya di kota asalnya yaitu Madiun hingga seluruh pelosok Indonesia.

Dikutip dari AD/ART PSHT 2017 PSHT mempunyai 236 cabang diseluruh kota di Indonesia dan mempunyai beberapa komisariat di luar negeri seperti Holland, Jepang, Perancis, Malaysia Taiwan dan masih banyak lagi.13 Pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) memiliki cabang-cabang perguruan yang terletak di kabupaten-kabupaten Indonesia. Salah satunya cabang Lamongan tepatnya di Jl. Raya Menongo No. 22, Sukodadi, Lamongan. Cabang Lamongan adalah salah satu cabang Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang memiliki anggota yang unik, semakin meningkatnya jumlah anggota dari tahun ke tahun.

Dari banyaknya cabang yang ada di kota seluruh Indonesia, PSHT tentunya sangat dikenal oleh masyarakat umum dan menunjukkan bahwasanya PSHT adalah organisasi pencak silat besar. Didalamnya tidak hanya diajarkan pencak saja, akan tetapi memiliki ajaran yang lebih dikenal dengan ke-Setia Hati-an. Jika dibahasakan dengan bahasa lain adalah ajaran mengenal diri. Pencak silat dalam PSHT adalah suatu ajaran Setia Hati dalam

13

(21)

tingkatan pertama berintikan seni olah raga yang mengandung unsur pembekalan diri untuk menjaga kehormatan, keselamatan, kebahagiaan dari kebenaran dalam setiap penyerang.

Minat masyarakat terhadap PSHT sebenarnya sangat besar, hampir setiap wilayah di Indonesia terdapat organisasi PSHT. Hampir setiap tahunnya PSHT mengesahkan atau mengukuhkan anggota barunya dari ratusan hingga ribuan calon anggota baru. Biasanya pengukuhan anggota baru PSHT dilakukan dibulan suro. Beberapa kota di jawa timur PSHT selalu mengesahkan anggota barunya hingga ribuan seperti salah satu kota yang di kutip dari harianbhirawa.com bahwa tahun 2018 kemarin PSHT cabang Lamongan sendiri mengesahkan anggota barunya sebanyak 1989 pendekar, tempat pengesahan tersebut berada di Padepokan PSHT cabang Lamongan yang berada di Desa Menongo Kecamatan Sukodadi Lamongan.14

Memiliki tujuan mengutamakan arti sebuah persaudaraan, sehinga banyak anggota yang salah dalam mengartikan dan menjunjung tinggi nilai persaudaraan. problem seakan-akan menjadi sarana untuk membantu arti

14

Helmi Supriyanto, Sahkan 1.989 Warga Baru, PSHT Komitmen Jaga Kondusifitas Lamongan, 2018, http://harianbhirawa.com/2018/09/sahkan-1-989-warga-baru-psht-komitmen-jaga-kondusifitas-lamongan/, diakses 19 Desember 2018, 21.35 WIB

(22)

kata persaudaraan. banyak masalah yang lahir dari individu yang menjalar, dari individu yang menjalar ke kelompok sehingga ketika konflik pecah akan menggunakan masa yang cukup besar, kekuatan kelompok merupakan hasil dari hubungan solidaritas yang dibangun didalam internal kelompok itu sendiri.

Sehingga terkadang masyarakat memandang sebelah mata terhadap PSHT, banyak juga masyarakat yang menganggap PSHT adalah biang kerusuhan. tidak bisa dipungkiri juga, bahwa banyak oknum anggota PSHT yang sering berbuat kriminalitas seperti tawuran antar perguruan atau kelompok lain. banyak yang menganggap bahwa PSHT tidak bermoral, tidak menciptakan kedamaian di masyarakat, padahal salah satu tujuan PSHT adalah mengajari olah fisik dan juga ikut serta mendidik manusia yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjalankan segala perintah dan menjauhi larangannya. Dari situlah kemudian muncul berbagai falsafah dalam harus dijadikan pegangan dan tuntunan untuk para anggotanya. diantaranya falsafah itu adalah Memayu Hayuning Bawono yaitu tentang cinta kasih terhadap Tuhan, manusia dan alam.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan contoh kasus yang melibatkan rasa persaudaraan dalam PSHT dan menimbulkan aksi solidaritas yang tinggi dari

(23)

PSHT akibat kurangnya bimbingan dalam penyesuaian diri anggota terhadap masyarakat. Sesuai yang sudah dijelaskan diatas. Kasus tersebut berupa konflik antara anggota PSHT dengan komunitas Bonek atau suporter Persebaya Surabaya yang meresahkan masyarakat dan juga PSHT cabang Lamongan turut andil dalam aksi solidaritas ini. kasus konflik tersebut terjadi pada tahun 2017 lalu, tepatnya pada tanggal 1 Oktober 2017. Konflik tersebut berawaldari kesalahpahaman antara anggota PSHT dan komunitas Bonek.

Dikutip dari Tribunnews.com, bahwa bentrokan terjadi di jalan raya Tambak Osowilangun saat kedua belah pihak saling berkonvi, pada saat itu PSHT berkonvoi untuk menuju Kota Gresik dan Lamongan dimana saat itu akan menghadiri acara Pengesahan anggota barunya, dan angota Bonek berkonvoi setelah melihat pertandingan Persebaya. Dalam konflik yang terjadi di tambak Osowilangon tersebut, sebenarnya konflik bisa di redam, sehingga tidak menimbulkan korban. Namun para anggota Bonek merasa tidak terima dari kejadian tersebut, sehingga pada pukul 01.00 WIB anggota Bonek mengarahkan masa untuk mencari anggota PSHT. Saat itulah ada dua pendekar dari PSHT melewati kerumunan Bonek Mania, sehingga secara spontanitas anggota Bonek menghakimi dua pendekar PSHT tersebut.

(24)

kedua pendekar PSHT tersebut dinyatakan meninggal dunia setelah di bawa ke rumah sakit oleh pihak kepolisian.15

Dari kejadian tersebut di media sosial banyak anggota PSHT yang mengecam tindakan Bonek terutama PSHT cabang Lamongan. Namun dalam penelitian ini tidak menfokuskan konflik antara PSHT dengan Bonek. Penjelasan diatas sebagai awal dari fenomena penyesuaian diri melalui bimbingan yang sudah diajarkan untuk para anggota yang akan ditelitioleh peneliti.

Fenomena di tahun ini kembali muncul di Lamongan sendiri, dikutip dari analisapublik.com saat anggota yang merupakan siswa pesilat PSHT yang menjadi korban penganiayaan dan pengeroyokan yang dilakukan oleh 2 orang yang tidak dikenal. Kronologinya terjadi saat korban hendak berangkat latihan rutin beladiri PSHT di Desa Tanjung Kabupaten Lamongan. Tiba-tiba korban yang berjalan kaki tidak tahu apa-apa dihampiri 2 orang tidak dikenal menaiki sepeda motor. Pelaku penganiyayaan tersebut tiba-tiba berteriak dengan kata-kata kotor kepada korban bersamaan dengan perlakuan tersebut menggunakan senjata tajam. Setelah korban

15Liputan6, Sidang Putusan Bentrok PSHT Vs. Bonek, Terdakwa

Diganjar 10 Tahun Penjara, 2018,

http://www/liputan6.com/news/read/3334919/sidang-putusan-bentrokan-psht-vs-bonek-terdakwa-diganjar-10-tahun-penjara, diakses 19 Desember 2018, 22.07 WIB

(25)

melaporkan tindakan pidana tersebut di polsek Lamongan pada pukul 21.00 WIB dengan didampingi ratusan massa simpatisan PSHT cabang Lamongan.16

Sesuai fenomena diatas, bahwa peneliti tidak menfokuskan kedalam konflik yang terjadi, namun lebih menfokuskan penyesuaian diri sebagai anggota PSHT. Kasus diatas hanya sebagai sarana atau sebagai bukti bahwa kurangnya bimbingan mental spiritual terhadap para pendekar silat yang telah menguasai ilmu silat yang cukup tinggi, maka dari itu hendaknya para guru dalam perguruan beladiri senantiasa menggodok batin atau jiwa para pendekar agar mental spiritual mereka terjaga dengan ilmu dan agama.17

Oleh sebab itu, PSHT cabang Lamongan sebagai subjek untuk diteliti mempunyai daya tarik untuk diteliti menganai urgensintya proses bimbingan mental spiritual pada remaja. Berdasarkan pengamatan yang penulis paparkan diatas, maka penulis mengadakan penelitian yang berjudul: “BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL PADA REMAJA DI ORGANISASI PENCAK SILAT

16Analisapublik, Saat Hendak Pergi Latihan Silat, Siswa PSHT

Lamongan Tiba-Tiba Dianiaya 2 Orang Tidak Dikenal, 2018,

http://analisapublik.com/2018/07/01/saat-hendak-pergi-latihan-silat-siswa-psht-lamongan-tiba-tiba-dianiaya-2-orang-tidak-dikenal/, diakses 19 Desember 2018, 22.34 WIB

17Agus Mulyana, Pencak Silat Setia Hati; Sejarah, Filosofi, Adat

(26)

PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE CABANG LAMONGAN”.

B. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah yang akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang dibahas. Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah penelitian hanya pada bimbingan mental spiritual dalam upaya penyesuaian diri remaja di organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Lamongan, dengan pembatasan sebagai berikut:

a. Bimbingan Mental Spiritual adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinyu dan sistematis kepada individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitroh beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an dan Hadits Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dab Hadits. b. Remaja adalah suatu masa dimana individu

berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksualitas sampai saat ini mencapai kematangan seksualitasnya, individu mengalami

(27)

perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial yang penuh, kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

c. Pencak silat adalah seni beladiri Indonesia asli yang telah berumur berabad-abad dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi sehingga menjadi tradisi yang mengakar bagi masyarakat Indonesia hingga memunculkan berbagai aliran dimana asing-masing memiliki kekhasan dalam hal gerak bahkan sampai pada pola perilaku.

d. Persaudaraan Setia Hati Terate adalah wadah untuk melawan penjajah Belanda awalnya, namun pada akhirnya berkembang menjadi organisasi pencak silat yang besar dibawah kepemimpinan para tokoh dan figur pencak silat yang membekali anggotanya dengan ilmu bela diri, akhlak dan budi pekerti, serta lebih mengutamakan persaudaraan dan mengedepankan prestasi dan kualitas sumber daya.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(28)

a. Bagaimana Proses Bimbingan Mental Spiritual Remaja pada Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Lamongan?

b. Bagaimana Hasil dari Bimbingan Mental Spiritual Remaja pada Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Lamongan?

c. Faktor apa yang mendukung dan menghambat Implementasi Bimbingan Mental Spiritual Remaja pada Organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Lamongan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bimbingan mental spiritual remaja pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan, diataranya:

a. Untuk mengetahui proses bimbingan mental spiritual remaja pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan. b. Untuk mengetahui hasil dari bimbingan mental

spiritual remaja pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan. c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor

(29)

pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan.

2. Adapun manfaat dari penelitian ini:

a. Bagi Psikologi Perkembangan, penelitian ini dapat memberikan informasi pengetahuan sehingga dalam lingkungan sosial remaja memiliki pedoman atau putunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri menuju kepribadian yang matang dan menghindari dari konflik-konflik peran yang terjadi pada masa perkembangan remaja.

b. Bagi Bimbingan Mental Spiritual, penelitian ini dapan memberikan informasi pengetahuan penghadapan masalah moral, menghargai kemberian kesempatan untuk menegasakan nilai moral, mengoreksi kemencengan moral harapan, memilah dan memilih hal yang terlihat bertentangan dengan ketentuan moral dan bertindak setelah memahami secara benar ketentuan moral dalam lingkungan sosial.

c. Bagi para akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Bimbingan dan Penyuluhan Islam hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah pengetahuan sebagai sarana dalam menambah wawasan tentang implementasi bimbingan mental spiritual dalam

(30)

upaya penalaran moral di kalangan remaja yang lebih luas.

d. Bagi Remaja, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penalaran moral dalam perkembangan remaja yang rendah dan pengarahan moral dalam lingkungan sosial ke arah yang lebih baik.

e. Bagi pihak organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Lamongan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberipengertian mengenai kenakalan remaja dan dapat memberi pengetahuan lebih mengenai adanya ketentuan di lingkungan sosial dalam upaya penyesuaian diri remaja.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Kajian terdahulu ini dimaksudkan sebagai salah satu kebutuhan ilmiah yang berguna untuk memberikan kejelasan dan batasan pemahaman informasi yang digunakan dan diteliti. Hal ini dilakukan melalui khazanah pustaka dan seputar jangkauan yang didapatkan untuk memperoleh kepastian orisinalitas dari tema yang akan dibahas.

Dalam pencak silat terdapat aspek olahraga, beladiri, kesenian dan kerohanian (spiritual) yang lebih dikenal dengan istilah berbudi pekerti luhur. Melalui

(31)

bimbingan mental spiritual yang diajarkan dalam pencak silat khususnya budi pekerti luhur dalam upaya penyesuaian diri ini akan dijadikan roh sebagai seorang pesilat. Hal ini dikarenakan jika seorang pesilat tidak mempunyai pekerti yang luhur maka tidak sepenuhnya dia dikatakan pesilat.

Penelitian tentang implementasi bimbingan mental spiritual dalam upaya penyesuaian diri remaja ini belum ada yang membahas. Maka dari itu penulis dapat melihat dan menelaah beberapa literature penelitian yang ada. Dalam kajian terdahulu ini, penulis merujuk pada beberapa jurnal dan skripsi hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain yaitu:

Tinjauan pustaka yang penulis telusuri berawal dari jurnal Aktivasi Akhlak Uswatun Hasanah Nabi Menjawab Patologi Moral Sosial Di Indonesia yang disusun oleh Zaitur Rahem. Menjelaskan tentang potret menurunnya perilaku berkeadaban disebabkan oleh tergerusnya rasa optimis dan spirit elemen bangsa (khususnya Umat Islam) dalam mengkaji nilai-nilai luhur yang diajarkan Nabi di dalam teks ajaran Islam (Al-Qur’an dan Hadis). Maka dari itu pentingnya meneladani sosok Nabi Muhammad SAW yang merupakan publik figur dengan berbagai kompetensi yang dimiliki, mulai dari kompetensi sosial, akademik, dan pedagogis melalui

(32)

gerakan perubahan mental dan sosial dalam langkah dinamis dengan menggunakan solidaritas sebagai kunci beliau dalam melakukan setiap gerakan.18

Tinjauan pustaka selanjutnya penelitian jurnal Aplikasi Nilai-Nilai Luhur Pencak Silat Sarana Membentuk Moralitas Bangsa yang disusun oleh Moh. Nur Kholis. Didalamnya membahas tentang pencak silat yang memiliki peranan cukup penting dalam meningkatkan sikap, mental dan kualitas generasi muda sehingga pencak silat menjadi suatu peluang bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk ikut membantu meningkatkan kualitas peserta didik melalui pelatihan sikap mental dan kedisiplinan dehingga akan mencetak generasi muda yang berjiwa kesatria.19

Dalam jurnal Rasionalitas Mengikuti Seni Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) disusun oleh Shani Indra Raharja dan Pambudi Handoyo lebih terfokus dalam melihat adanya keyakinan dan komitmen terhadap tatanan nilai-nilai agama yang mempengaruhi rasionalitas seseorang untuk memilih tindakan mengikuti seni beladiri PSHT di Desa Pengkok

18Zaitur Rahem, dengan judul Aktivasi Akhlak Uswatun Hasanah

Nabi Menjawab Patologi Moral Sosial Di Indonesia, Institut Ilmu Keislaman

Annuqayah Guluk Sumenep Madura, 2017.

19 Moh. Nur Kholis, dengan judul Aplikasi Nilai-Nilai Luhur Pencak

Silat Saran Membentuk Moralitas Bangsa, Universitas Nusantara PGRI

(33)

Padangan Bojonegoro. Mengenai pembentukan rasionalitas seseorang dalam mengikuti seni beladiri pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) di Kabupaten Bojonegoro Kecamatan Padangan Desa Pengkok adanya ketertarikan seseorang (Aktor) terhadap seni beladiri ini dibangun oleh rasionalitas seseorang akan tujuan dan manfaat serta nilai lebih.20

Selanjutnya jurnal yang berjudul Pendidikan Mental Bagi Remaja/Pemuda yang disusun oleh Budi Rusyanto. Didalamnya berisi tentang peranan remaja dalam pembangunan pada saat ini sangatlah dibutuhkan terutama dalam partisipasi aktif dan peran serta dalam pembangunan, baik pembangunan dari segi fisik maupun spirit dengan memberikan bekal keterampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, prioritisme, idealisme, kepribadian dan budi pekerti yang luhur.21

Selain jurnal dalam sebuah penelitian skripsi yang berjudul Pembinaan Mental Agama Islam pada Persatuan Istri Prajurit (Persit) Kartika Chandra Kirana dalam Upaya Mewujudkan Keluarga Sakinah di Lingkungan TNI AD Yonkav 7 Pragosa Satya Cijantung Jakarta Timur

20Shani Indra Raharja dan Pambudi Handoyo, dengan judul

Rasionalitas Mengikuti Seni Beladiri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Universitas Negeri Surabaya, 2014.

21 Budi Rusyanto, dengan judul Pendidikan Mental Bagi

(34)

yang disusun oleh Thi Thi Hardhiyanthi menjelaskan bahwa pembinaan mental agama yang sangat berperan dalam melaksanakan program bintal khususnya dibidang agama islam yang terfokus pada kegiatan pembinaan mental yang diadakan di Yonkav 7 Pragosa Satya Cijantung terutama dalam kegiatan pengajian mingguan memberikan tambahan pengetahuan agama terhadap para persit.22 Skripsi ini mempunyai kesamaan dengan skripsi penulis, akan tetapi dalam bimbingan mental yang dimaksud dari segi spiritualnya dan lebih menekankan pada pencak silat secara khusus di Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Lamongan. Penulis meneliti tentang implementasi bimbingan mental spiritual dalam upaya penyesuaian diri remaja di organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Lamongan.

Selanjutnya penelitian yang berjudul Dampak Bimbingan Mental Spiritual terhadap Keberagamaan Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur yang disusun oleh Ai Dede Novian yang lebih menekankan pada dampak bimbingan mental spiritual terhadap keberagamaan warga binaan sosial (WBS) masalah pemulihan mental dan

22 Thi Thi Hardhiyanthi, Pembinaan Mental Agama Islam pada

Persatuan Istri Prajurit (Persit) Kartika Chandra Kirana dalam Upaya Mewujudkan Keluarga Sakinah di Lingkungan TNI AD Yonkav 7 Pragosa Satya Cijantung Jakarta Timur, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(35)

spiritual.23 Subyek yang diteliti sama dengan penulis yaitu tentang bimbingan mental spiritual. Perbedaanya penulis lebih terfokus pada implementasinya dengan obyek di organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate.

Kemudian skripsi yang berjudul Pendidikan Kepribadian dan Pembinaan Mental Spiritual melalui Ilmu Bela Diri Pencak Silat (Studi Kasus Pada Perguruan Bela Diri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kudus) yang disusun oleh Agus Kurniawan lebih menekankan pada proses pelaksanaan pendidikan karakter dan pembinaan mental spiritual melalui latihan beladiri pencak silat persaudaraan setia hati terate (PSHT) cabang.24 Sedangkan penulis lebih fokus pada implementasi bimbingan mental spiritual dalam upaya penyesuaian diri remeja di organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Lamongan.

Selanjutnya skripsi tentang Penyesuaian Diri Remaja Putus Sekolah di susun oleh Nopriadi. Penelitian ini menfokuskan kajiannya pada pengalaman dan dinamika penyesuaian diri pada remaja yang putus

23

Ai Dede Novian, Dampak Bimbingan Mental Spiritual terhadap

Keberagamaan Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2016.

24

Agus Kurniawan, Pendidikan Kepribadian dan Pembinaan Mental

Spiritual melalui Ilmu Bela Diri Pencak Silat (Studi Kasus Pada Perguruan Bela Diri Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Kudus, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Kudus, 2017.

(36)

sekolah dan berusaha melihat pengalaman remaja yang menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan secara.25 Sedangkan penulis yaitu tentang penyesuaian diri remaja dalam organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate.

Beberapa karya atau hasil penelitian di atas merupakan karya yang penulis anggap paling mendekati obyek materialnya maupun formalnya. Dapat disimpulkan bahwa, hal baru dalam penelitian ini yang membedakan dengan penelitian-penelitian diatas adalah memahami proses bimbingan mental spiritual remaja pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang bimbingan mental spiritual melalui pencak silat pada era milenial saat ini. Penelitian ini juga berusaha untuk melengkapi kekurangan itu dengan melihat dari perspektif remaja pencak silat.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada studi ini adalah metode pendekatan kualitatif. Metode penelitian sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

25 Nopriadi, Penyesuaian Diri Remaja Putus Sekolah, Universitas

(37)

atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang di amati.26Selain itu metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.27

Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti memberikan kesempatan pada informan untuk menyampaikan informasi yang sebanyak-banyaknya dan tidak terbatas pada bentuk kuesioner tertutup, melainkan dengan menggunakan wawancara mendalam sesuai dengan metode pengumpulan data yang seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.28

Adapun desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Semua data tersebut menjadi

26 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaha

Rosdakarya, Bandung, 2006, h. 4

27

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif cet.5, CV Alfabeta, Bandung, 2009, h.1

28 Kristi E Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian

(38)

kunci terhadap apa yang sudah diteliti.29 Desain deskriptif dalam penelitian ini melakukan survei yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek dalam waktu tertentu degan tujuan menilai kondisi atau penyelenggaraan suatu program dan hasil penelitiannya digunakan untuk menyusun suatu perencanaan demi perbaikan program tersebut.30

Dalam hal ini peneliti fokus tentang proses dan hasil bimbingan mental spiritual remaja pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan, serta apa faktor pendukung dan penghambat bagi pembimbing dalam ajaran yang dijalankannya.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di organisasi Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Lamongan di jalan Jl. Raya Menongo No. 22, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah Pertama, belum adanya penelitian tentang bimbingan mental spiritual dalam

29

Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaha Rosdakarya, Bandung, 2006, h. 8

30 B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, Prestasi

(39)

upaya penyesuaian diri remaja di organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Lamongan khususnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kedua, tempat yang dijadikan penelitian strategis dan mudah di akses menurut peneliti. Adapun waktu penelitian dalam penelitian skripsi ini di mulai bulan Agustus 2018 sampai dengan Desember 2018.

3. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber data atau sumber tempat memperoleh keterangan penulisan. Subyek penelitian yang dimaksud oleh para informasi atau sumber data, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Maka yang dimaksud subyek penelitian disini adalah pembimbing atau pelatih yang melakukan bimbingan pada anggota Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Lamongan dan anggota yang tergolong remaja rentang (usia 12-22 tahun) yang sudah tergabung dalam pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Mengapa yang diambil pada usia 12-22 tahun, usia tersebut masa tersebut banyak mengalami proses pematangan baik itu pematangan fisik maupun psikologis dalam lingkungannya sendiri yang nantinya dapat memberikan argument atau informasi yang

(40)

dibutuhkan oleh penulis dalam proses penelitian skripsi. Adapun objek penelitian ini adalah usaha yang seperti apa pembimbing dalam mengimplementasikan bimbingan mental spiritual remaja usia 12-22 tahun di organisasi pencak silat persaudaraan setia hati terate (PSHT) cabang Lamongan di lingkungannya

Adapun teknik pengambilan subyek sesuai dengan karakteristiki penelitian kualitatif teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalag dengan menggunakan teknik purposive

sampling.31 Dalam penelitiqan ini, peneliti

menentukan beberapa informan yang dapat memberikan informasi serta data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Obyek dari penelitian ini adalah tempat untuk memperoleh keterangan tentang, implementasi bimbingan mental spiritual dalam upaya penyesuaian diri remaja di organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan. 4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiyah), sumber data primer, dan pengumpulan data

31

Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, h. 241

(41)

lebih banyak pada observasi berperan serta (partisipation observastion), wawancara mendalam (indepeth interview) dan dokumentasi.32 Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang akan peneliti lakukan dalam penelitian diantaranya:

a. Pengamatan/ Observasi

Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses dimana peneliti terlibat langsung didalam objek penelitian. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan ini adalah lembar pengamatan, ceklist, cacatan, kejadian, dan lain-lain. Observasi ini adalah pencatatan dan pengamatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.33 Penulis mengamati secara langsung bagaimana proses bimbingan mental spiritual remaja pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Lamongan.

b. Wawancara

32

Djam’an Satori dan Aan Komariyah, Metode Penelitian Kualitatif, CV Alfabeta, Bandung, 2010, h. 146

33 Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Rosdakarya,

(42)

Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis sifatnya, karena bentuknya berasal dari komunikasi verbal antara peneliti dan responden.34 Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam para subjek penelitian dan wawancara juga bertujuan untuk menguatkan data yang sebelumnya telah didapat dan diperoleh. Penulis melakukan wawancara dengan pengurus sekaligus pelatih Ir. Sumiran, Harto, dan Ali Murtadho untuk menggali data dan informasi mengenai bimbingan mental spiritual di organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan. untuk mendapatkan data yang valid peneliti mewawancarai 2 orang pelatih, 3 orang siswa, dan 2 masyarakat sekitar. Dari mereka penulis dapat mengambil informasi lebih tentang proses bimbingan mental spiritual remaja pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan.

c. Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode lain, dokumentasi adalah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat dan

34 Sanafiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan

(43)

menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek tersebut. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen pribadi.

5. Sumber Data

Dalam penelitian ini yang di jadikan sumber data adalah sebagai berikut:

a. Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber aslinya atau sumber pertama melalui observasi atau pengamatan langsung. Peneliti berperan sebgai pengamat dan wawancara langsung dan mendalam kepada informan. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini melalui pengamatan dan wawancara dengan pembimbing atau pelatih dan para siswa yang mengikuti latihan di organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber-sumber informasi tidak langsung, catatan-catatan atau dokumen yang

(44)

berkaitan dengan penelitian. Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer agar mendapatkan data yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi kepustakaan.

6. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan suatu cara yang di pergunakan untuk menganalisa data, mempelajari, serta menganalisa data-data tertentu sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang kongkrit tentang persoalan yang diteliti dan yang sedang di bahas.35 Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis besar menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Reduksi data, yaitu peneliti mencoba memilih data yang relevan terkait proses bimbingan mental spiritual remaja pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan.

2) Penyajian data, setelah data mengenai proses bimbingan mental spiritual remaja pada

35 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahas

(45)

organisasi pencak silatPersaudaraan Setia Hati Terate cabang Lamongan terkumpul atau diperoleh, maka data tersebut di susun dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan tabel dan lain sebagainya.

3) Penyimpulan atas apa yang di sajikan,

pengambilan kesimpulan dengan

menghubungkan dari tema tersebut sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.36 7. Teknik Penulisan

Adapun pedoman dalam penulisan penelitian ini, berpedoman dan mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Surat Keterangan Rektor no. 507 tahun 2017.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi diperlukan sistematika penulisan yang baik dan benar melalui aturan atau tatacara penulisan, untuk dijadikan sebagai bahan acuan. Maka penulis memasukkan sistematika penulisan ke dalam bahasan. Adapun sitematika penulisannya sebagai berikut:

36 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, PT

(46)

BAB 1 : Pendahuluan, yang merupakan bab awal yang menguraikan latar belakang, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian pustaka, metodologi penelitian dan sitematika penulisan.

BAB II : Landasan Teoritis dalam bab ini membahas secara detail tentang pengertian pengertian bimbingan mental spiritual, remaja, bimbingan mental spiritual melalui pencak silat

BAB III : Gambaran umum organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Lamongan, meliputi sejarah singkat berdirinya, visi dan misi, tujuan dasar, kegiatan latihan, prosedur latihan, struktur kepengurusan, dan sarana prasarana.

BAB IV : Data dan Temuan Penelitian bab ini meliputi deskripsi informan mengenai pengurus, pelatih dan siswa di organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Lamongan. Kemudian deskripsi data mengenai proses dan hasil dari bimbingan mental spiritual remaja

(47)

pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Lamongan, begitu juga faktor pendukung dan penghambatnya.

BAB V : Pembahasan bab ini merupakan pembahasan inti dari hasil penelitian, yang mengungkap secara detail tentang proses, hasil dan faktor pendukung juga faktor penghambat bimbingan mental spiritual remaja pada organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) cabang Lamongan.

BAB VI : Penutup sebagaimana lazimnya dalam sebuah laporan hasil penelitian, dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan dari rumusan masalah yang di ajukan pada bab pertama dan saran yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis.

(48)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Bimbingan Mental Spiritual

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah petunjuk, penjelasan, atau tuntunan cara mengerjakan sesuatu.1 Secara etimologi, kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance” yang berarti: “menunjukkan, memberi jalan, menuntun, membimbing, membantu, mengarahkan, pedoman dan petunjuk”. Kata dasar atau kata kerja dari “guidance” adalah “to guide”, yang artinya “menunjukkan, menuntun, mempedomani, menjadi penunjuk jalan dan mengemudikan”. Dan yang paling umum digunakan adalah pengertian “memberikan bimbingan, bantuan, dan arahan”.2

Secara terminologi, bimbingan adalah usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, maupun mengambil

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1994, h. 117

2 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan

(49)

keputusan untuk hidupnya, maka dengan itu ia akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik berguna dan bermanfaat untuk masa kini dan masa yang akan datang.3

Adapun definisi bimbingan berikut ini akan dikutipkan dan yang sudah dirumuskan para ahli, yaitu:

a. Pengertian yang dikemukakan oleh Stoops, Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakat. b. Menurut Crow & Crow, Bimbingan adalah

bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.

c. Miller juga mengemukakan, Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara

3 M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling)

(50)

maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat.4

Adapun tujuan dari bimbingan adalah agar individu yang bersangkutan dapat:

1. Membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang di bimbing atau di konseling.

2. Membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien.

3. Membantu mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya.

4. Membantu klien menanggulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri.5

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, seseorang harus mendapat kesempatan untuk mengenal dan

memahami potensi, kekuatan dan tugas

perkembangannya, mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya, serta menentukan rencana tujuan hidupnya.6 Adapun fungsi bimbingan adalah sebagai berikut:

4 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,

CV. Ilmu, Bandung, 1975, h. 25

5

Tohirin, Bimbingan dan Konseling Sekolah dan Madrasah (Berbasis

Integrasi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, h. 36

6 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan

(51)

a. Pemahaman, yaitu membantu individu mengembangkan potensi dirinya secara optimal. b. Prefentif, mencegah anak didiknya agar tidak

melakukan perbuatan yang bisa merugikan dan membahayakan dirinya.

c. Pengembangan, menciptakan situasi belajar yang kondusif dan menfasilitasi perkembangan anak didiknya.

d. Perbaikan/penyembuhan, memberikan bantuan pada anak didik yang sedang mengalami masalah yang berkaitan dengan pribadinya, sosial, belajar maupun karirnya.

e. Penyaluran, membantu anak didik agar mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan kemampuan pada bidang dan keahlian yang dimilikinya.

f. Adaptasi, membantu anak didiknya agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, orang lain, tempat pendidikannya dan dimana ia tinggal. g. Penyesuaian, membantu anak didik agar dapat

menyesuaikan diri dimanapun ia tinggal dan berada.7

Metode-metode yang bisa digunakan dalam bimbingan adalah sebagai berikut:

7 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan

(52)

a. Wawancara, yaitu cara atau teknik yang digunakan untuk mengetahui mengenai fakta-fakta mental atau kejiwaan (psikis) yang ada pada diri yang dibimbing dengan cara tanya jawab secara face to face.

b. Observasi, yaitu cara atau teknik yang digunakan untuk mengamati secara langsung sikap dan perilaku yang tampak pada saat-saat tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi mental atau kejiwaannya.

c. Tes (kuesioner), yaitu merupakan serangkaian pertanyaan yang disiapkan beberapa alternatif jawaban pilihan. Metode ini untuk mengetahui fakta dan fenomena kejiwaan yang tidak bisa diperoleh melalui wawancara dan observasi. d. Bimbingan kelompok (Group Guidance), yaitu:

teknik bimbingan melalui kegiatan bersama kelompok, seperti kegiatan diskusi, ceramah, seminar dan sebagainya.

e. Psikoanalisis (analisis kejiwaan), yaitu teknik yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap peristiwa dan pengalaman kejiwaan yang pernah dialami anak bimbingan. Misalnya perasaan takut dan tertekan.

f. Non direktif (teknik tidak mengarahkan), dalam teknik inik mengaktifkan klien dalam

(53)

mengungkapkan dan memecahkan masalah dirinya.

g. Direktif (bersifat mengarahkan), teknik ini dapat digunakan bagi klien bimbingan dalam proses belajar.

h. Rasional-Emotif, dalam bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi pikiran-pikiran yang tidak logis yang disebabkan dorongan emosi yang tidak stabil.

i. Bimbingan klinikal, yaitu dengan berorientasi pada kemampuan personal secara keseluruhan baik jasmani maupun rohani.8

Dari berbagai definisi yang telah di tuliskan diatas dapat ditarik kesimpulan bimbingan adalah serangkaian tuntunan yang diberikan kepada klien yang bertujuan untuk membantu mereka dalam menyiapkan diri sebelum ke masyarakat, supaya mereka mampu bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dan mampu mempertahankan keseimbangan saat terjun di masyarakat.

2. Pengertian Mental Spiritual dan Kesehatan Mental

Mental berasal dari kata Latin mens, mentis yang artinya jiwa, sukma, roh, semangat.9 Mental diambil dari

8 M. Luthfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling)

Islam, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2008, h.

122-133

9 Kartini Kartono, Hygiene Mental, Mandar Maju, Bandung, 2000, h.

(54)

konsep mental hygiene. Kata mental berasal dari bahasa Yunani yang artinya Jiwa.10 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mental diartikan sebagai suatu hal yang berhubungan dengan batin dan watak manusia yang bukan bersifat tenaga.11 Adapun mental adalah hal yang menyangkut batin dan watak manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga,12 yang bisa diartikan kecerdasan atau kepribadian yang merupakan kebulatan dinamika seseorang yang tercermin dalam cita-cita, sikap dan perbuatannya.13

Spiritual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan, “rohani, batin, mental, moral”.14

Spiritual adalah kata dasar dari spirit yang berarti kekuatan, tenaga, semangat, vitalitas, energi, moral atau motivasi sedangkan spiritual berkaitan dengan roh, semangat atau jiwa, religius yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan, menyangkut nilai yang transendental bersifat

10 Saefullah, Psikologi perkembangan dan Pendidikan, Pustaka Setia,

Bandung, 2012, h. 87.

11

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar

Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, h. 733

12 Masder Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan, Toha Putra,

Semarang, 1973, h. 35

13

Jalaludindan Ahmad Zein, Ilmu Jiwa dan Pendidikan, Surabaya, Putra Al- Ma’arif, 1995, h. 115

14 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

(55)

mental sebagai lawan dari material, fisikal atau jasmaniah.15

Jadi, spiritual adalah perasaan dasar atau fundamental yang terhubung dengan sang maha sempurna dan yang menguasai alam semesta yaitu Tuhan Yang Maha Esa serta kepercayaan bahwa ada kekuatan yang lebih tinggi.16 Sehingga dari pengertian mental dan spiritual dapat disimpulkan bahwa mental spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan keadaan mental atau jiwa seseorang yang mencerminkan suatu sikap, perbuatan atau tingkah laku yang selaras dan sesuai dengan ajaran agama Islam.17

Pengertian kesehatan mental diartikan oleh beberapa ahli, diantaranya yaitu:

a. Killiander, mendefinisikan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang memperlihatkan kematangan emosional, kemampuan menerima realitas, kesenangan hidup bersama orang lain, dan memiliki pegangan hidup

15 J.P. Chaplin, Dictionery of Psikologi (Kamus Lengkap Psikologi)

terj. Kartini Kartono, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2011, h. 197

16 Riawan Amin, Menggagas Manajemen Syari’ah, Salemba, Jakarta,

2010, h. 62

17 Tobroni, The Spiritual Leadership (Pengefektifan Organisasi Noble

Industry Melalui Prinsip-Prinsip Spiritual Etis), UMM Press, Malang, 2005, h.

(56)

pada saat ia mengalami komplikasi kehidupan sehari-hari sebagai gangguan.18

b. Menurut Zakiyah Daradjat, kesehatan mental ialah terwujudnya keserasian yang sunguh-sungguh antara fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandasakan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan utuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat. Dengan rumusan lain, kesehatan mental adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia, yang mencakup semua bidang hubungan manusia, baik hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam serta hubungan dengan Tuhan.19

3. Bimbingan Mental Spiritual dalam Perspektif Islam

Ajaran Islam lebih awal menawarkan ajaran yang dapat menentramkan kehidupan rohani manusia. Spiritual sebagai dorongan yang senantiasa membantu kemungkinan membawa dimensi material manusia kepaka dimensi spiritualnya (ruh, keilahian). Caranya adalah dengan memahami dan menginternalisasi sifat-sifat-Nya,

18

Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Klinis, Rafika Aditama, Bandung, 2004, h. 24

19 A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyah Al-Nafs) dan Kesehatan

(57)

menjalankan kehidupan yang sesuai dengan petunjuk-Nya, dan menelarani Rasul-Nya.

Kehidupan spiritual sangat penting terkait dengan kesehatan mental. Karena dengan spiritual menghindarkan seseorang dari stressor dan membantu pikiran seseorang yang mengalami stress masih dapat berpikir rasional dan mengingat Tuhan. Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang Maha Tinggi sehingga akan dapat memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental seseorang.20

Bimbingan mental merupakan salah satu cara untuk membentuk akhlak manusia agar memiliki pribadi yang beroral, berbudi pekerti luhur dan bersusila, sehingga dapat terhindar dari sifat tercela sebagai langkah penanggulangan terhadap timbulnya tindak pidana. Bimbingan mental juga merupakan tumpuan pertama dalam ajaran Islam. Karena dari mental/jiwa yang baik akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik pula, yang kemudian akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Hal ini selaran dengan pendapat Quraish Shihab dalam bukunya “Membumikan Al-Qur’an”, bahwa:

20 Tobroni, The Spiritual Leadership (Pengefektifan Organisasi Noble

Industry Melalui Prinsip-Prinsip Spiritual Etis), UMM Press, Malang, 2005, h.

(58)

“Manusia yang dibina adalah makhluk yang mempunyai unsur-unsur jasmani (material) dan akan dan jiwa (immaterial). Pembinaan akalnya menghasilkan keterampilan dan yang paling penting adalah pembinaan jiwanya yang menghasilkan kesucian dan akhlak. Dengan demikian, terciptalah manusia dwidimensi dalam suatu keseimbangan”.21

Karena bimbingan mental spiritual merupakan salah satu bentuk dakwah, maka dasarnya adalah Al-Qur’an. Sebagaimana yang di firmankan Allah SWT dalam surat Ali Imron ayat 104 yang berbunyi:

َنْوَهْ نَ يَو ِفوُرْعَمْلِبِ َنوُرُمَْيََو ِْيَْْلْا َلَِإ َنوُعْدَي ٌةَّمُأ ْمُكنِّم نُكَتْلَو

ِرَكنُمْلا ِنَع

َنوُحِلْفُمْلا ُمُه َكِئ َلْوُأَو

-ٔٓ١

- Artinya:

Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.22

Dalam ayat diatas dapat disimpulkan bahwa kewajiban seorang muslim yang juga dituntut dalam Islam

21 Dispenarmabar, Pengertian Pembinaan Mental (Bintal) dalam

http://koarmabar.tnial.mi.id/aRTIKEL/BINTAL/tabid/76/.aspx diakses 31 Oktober 2018, 02.27 WIB

22 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan

(59)

adalah menentang pelaku kebatilan dan menolak kemungkaran sesuai kemampuan dan kekuatannya. Hadits di atas mengandung pengertian yang merupakan suatu kewajiban bagi sesama muslim untuk saling memberikan pembinaan, bimbingan atau pengajaran tentang ajaran Islam kepada semua umat sehingga pemberian bimbingan mental spiritual yang terbentuk dalam upaya penyesuaian diri ini merupakan salah satu contoh upaya menjalankan kewajiban sesama muslim dengan memberikan nasehat-nasehat.

Bimbingan mental spiritual ini merupakan proses pemberian bantuan secara terarah, kontinyu, dan sistematis kepada individu agar ia dapat mengembangkan fitrah keberagaman secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadit agar dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT.23

Berdasarkan uraian diatas, dapat penulis simpulkan bimbingan mental spiritual adalah sebagai proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan fitrah sebagai manusia untuk senantiasa berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), mampu mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman,

23 M. Rojikun, Implementasi Bimbingan Mental Spiritual Oleh

Guru..., h. 48, dalam http://eprints.walisongo.ac.id/ diakses 31 Oktober 2018, 02.43 WIB

Gambar

Tabel 1.3  Daftar Anggota

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan pendekatan observasi serta pengumpulan data sekaligus pada suatu kurun waktu yang bersamaan

Segala puji dan syukur penulis tujukan kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran dan kemurahan-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan innayah-Nya sehingga

Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factors (VIF) untuk pengujian multikolinearitas antara sesama variabel independen menunjukkan bahwa tidak ada satu

6. Pelaksanaan hubungan dengan pemerintah daerah, instansi terkait dan lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas departemen di provinsi. Susunan Organisasi Kantor

Persepsi responden terhadap rasa aman dari alat kontrasepsi IUD sebanyak 8 responden (27%) mengetahui kalau alat kontrasepsi IUD aman untuk digunakan

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil penilaian terhadap sikap percaya diri peserta pelatihan pada program pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja (BLK) pada Dinas Tenaga

Ibadah haji mensyaratkan kesanggupan (istitho’ah) kesehatan secara fisik dan jiwa, selain ekonomi dan ilmu. Untuk memenuhi ketentuan syar’i dimaksud, diperlukan upaya bimbingan,

Nilai F hitung lebih besar dari F tabel (120.491>3.108), maka model penelitian adalah fit, atau dengan kata lain ada pengaruh yang signifikan antara variabel