• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

E. Pengertian Motivasi

Menurut Daft (2006:363), motivasi merujuk pada kekuatan-kekuatan

internal atau eksternal seseorang yang membangkitkan antusiasme dan

perlawanan untuk melakukan serangkaian tindakan tertentu. Motivasi

karyawan mempengaruhi produktivitas, dan sebagian tugas seorang manajer

adalah menyalurkan motivasi menuju pencapaian tujuan-tujuan organisasional.

Setiap orang memiliki kebutuhan dasar seperti makanan, pencapaian atau

yang memotivasi perilaku tertentu sebagai usaha untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Menurut Daft (2006:367), teori isi yang paling terkenal dikembangkan

oleh Abraham Maslow yaitu hierarki teori kebutuhan. Maslow mengemukakan

manusia termotivasi oleh banyak kebutuhan dan bahwa kebutuhan-kebutuhan

ini ada dalam susunan hirarki. Maslow mengidentifikasikan lima tipe umum

kebutuhan-kebutuhan yang memotivasi dalam susunan yang meningkat

(ascendance). Hierarki kebutuhan itu yaitu : 1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs).

Ini merupakan kebutuhan-kebutuhan fisik manusia yang paling mendasar,

termasuk makanan, air dan oksigen. Dalam susunan organisasi, kebutuhan

fisiologis tercermin dalam kebutuhan-kebutuhan akan gairah kerja, dan gaji

2. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs).

Ini merupakan kebutuhan akan lingkungan fisik dan emosional yang

amandan terlindungi dari ancaman-ancaman yaitu kebutuhan akan kebebasan

dari kekerasan dan akan masyarakat yang tertib. Dalam lingkungan kerja

organisasional, kebutuhan akan rasa aman mencerminkan kebutuhan akan,

pekerjaan yang aman, imbalan kerja tambahan, dan perlindungan pekerjaan.

3. Kebutuhan akan kepemilikan (belongingness needs).

Kebutuhan ini mencerminkan keinginan untuk diterima oleh teman-teman,

menjalin persahabatan, menjadi bagian dari satu kelompo, dan dicintai.

Dalam organisai, kebutuhan-kebutuhan ini mempengaruhi keinginan untuk

memiliki hubungan baik dengan sesama pekerja, partisipasi dalam kelompok

kerja, dan hubungan positif dengan para pengawas.

4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs).

Kebutuhan-kebutuhan ini berkenaan dengan keinginan akan kesan diri yang

positif dan untuk menerima perhatian, pengakuan, apresiasi diri dari orang

lain. Dalam organisasi, kebutuhan akan penghargaan mencerminkan motivasi

untuk mendapatkan pengakuan, peningkatan tanggung jawab, status tinggi,

dan pujian atas kontribusi bagi organisasi.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs).

Ini mempresentasikan kebutuhan pemenuhan diri, yang merupakan kategori

kebutuhan tertinggi. Kebutuhan tersebut berkenaan dengan mengembangkan

potensi maksimal seseorang, meningkatkan kompetensi seseorang, dan

dalam organisasi dengan memberi orang-orang peluang untuk tumbuh

kreatif, dan mendapatkan pelatihan untuk melakukan tugas-tugas yang

menantang serta kemajuan.

Clayton Alderfer dalam (Daft 2006:369) mengusulkan modifikasi teori

maslow sebagai usaha untuk menyederhanakan dan merespon kritik-kritik akan

kurangnya verifikasi yang empiris. Teori ERG yang dikemukakan oleh Clayton

Alderfer mengidentifikasi tiga kategor kebutuhan:

1. Kebutuhan kehidupan (existence needs).

Ini merupakan kebutuhan-kebutuhan akan kesejahteraan fisik.

2. Kebutuhan keterhubungan (relatednees needs).

Ini menyingung kebutuhan akan pemenuhan hubungan dengan orang lain.

3. Kebutuhan pertumbuhan (growth needs).

Ini berfokus pada perkembangan potensi manusia dan keinginan akan

pertumbuhan pribadi serta kompetensi yang meningkat.

Model ERG dan dan hirarki maslow mirip karena keduanya merupakan

bentuk hierarkis dan menduga bahwa individu-individu naik satu tingkat

hierarki setiap saat. Tetapi Alderfer mengurangi jumlah kategori-kategori

kebutuhan menjadi tiga dan mengusulkan bahwa peningkatan hierarki lebih

Menurut Victor Vroom (Robbins 2006:238) penjelasan mengenai motivasi

adalah Teori pengharapan. Teori pengharapan adalh kuatnya kecenderungan

untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan pengharapan

bahwa tindakan itu akan diikuti oleh keluaran tertentu dan pada daya tarik

keluaran tersebut bagi individu itu.

Dalam istilah yang lebih praktis teori pengharapan mengatakan karyawan

dimotivasi untuk melakukan upaya lebih keras bila ia meyakini upaya itu akan

menghasilkan pemilaian kinerja yang baik. Penilaian yang baik akan

mendorong imbalan organisasi seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan

imbalan itu akan memenuhi sasaran pribadi karyawan itu. Oleh karena itu teori

tersebut berfokus pada tiga hubungan yaitu:

1. Hubungan upaya – kinerja

Probabilitas yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan

sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja.

2. Hubungan kinerja – timbal balik.

Sampai sejauh mana individu itu meyakinkan bahwa berkinerja pada

tingkat tertentu akan mendorong tercapainya output yang diinginkan.

3. Hubungan imbalan – sasaran pribadi

Sampai sejauh mana imbalan-imbalan organisasi memenuhi sasaran atau

kebutuhan pribadi individu serrta potensi daya tarik imbalan tersebut bagi

David McClelland (Robbins 2006:222) mengungkapkan teori kebutuhan,

teori ini berfokus pada tiga kebutuhan yaitu : perestasi, kekuasaan, dan

kelompok. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai berikut :

1. Kebutuhan akan prestasi adalah dorongan untuk mengungguli, berprestasi

berdasarkan seperangkat standar, untuk berusaha keras supaya sukses.

2. Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat

orang-orang lain berprilaku dalam suatu cara yang orang lain itu (tanpa

dipaksa) tidak akan berperilaku demikian.

3. Kebutuhan akan kelompok pertemanan adalah hasrat akan hubungan

antar pribadi yang ramah dan akrab.

Ada orang yang memiliki dorongan yang kuat sekali untuk berhasil.

Mereka bergulat demi prestasi pribadi bukannya untuk semata-mata ganjaran

sukses itu. Mereka mempunyai hasrat untuk melakukan dengan lebih baik dan

lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya.

Peraih prestasi tinggi membedakan diri mereka dari orang lain berdasarkan

hasrat mereka untuk menyelesaikan apa yang dikerjakan dengan cara yang

lebih baik. Mereka mengupayakan situasi dimana mereka dapat mencapai

tanggung jawab pribadi untuk menemukan pemecahan terhadap

masalah-masalah, dimana mereka dapat menerima umpan balik yang cepat atas kinerja

mereka sehingga mereka dapat mengetahui dengan mudah apakah mereka

menjadi lebih baik atau tidak, dan dimana mereka dapat menentukan sasaran

Mereka lebih menyukai tantangan dalam menyelesaikan masalah dan

menerima tanggung jawab pribadi atas sukses atau gagal, bukanya

mengandalkan hal-hal yang bersifat kebetulan atau mengandalkan tindakan

orang lain. Individu peraih prestasi tinggi akan memiliki motivasi tinggi

apabila mereka mendapatkan tantangan dan tanggung jawab yang mereka

inginkan.

Individu dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi menikmati kekuasaan,

bertarung untuk dapat mempengaruhi orang lain, lebih menyukai ditempatkan

dalam situasi kompetitif dan berorientasi status, dan cenderung lebih peduli

akan prestise (gengsi) serta memperoleh pengaruh atas orang lain daripada kinerja yang efektif.

Individu dengan motif afiliassi yang tinggi akan berjuang keras untuk

mendapatkan persahabatan, lebih menyukai kooperatif daripada kompetitif, dan

sangat menginginkan hubungan yang melibatkan derajat pemahaman timbal

balik.

Federick Herzberg (dalam Daft 2006:371) mengembangkan teori motivasi

yang disebut teori dua faktor, teori tersebut terdiri dari dua dimensi yeitu faktor

higiene dan motivator. Faktor higiene adalah faktor-faktor yang melibatkan

kehadiran atau ketidakhadiran faktor-faktor yang membuat pekerjaan menjadi

tidak memuaskan termasuk kondisi kerja, bayaran, kebijaksanaan perusahaan,

dan hubungan antarpersonal. Motivator adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan pekerjaan berdasarkan pada pemenuhan kebutuhan

pertumbuhan. Herzberg yakin bahwa ketika motivator-motivator tidak ada

para pekerja netral dalam bekerja. Tetapi ketika motivator ada mereka

Faktor higiene akan meniadakan ketidakpuasan karyawan, tetapi tidak

akan memotivasi pekerja untuk mencapai tingkat pencapaian yang tinggi. Di

sisi lain, pengakuan, tantangan, tanggung jawab, dan peluang pertumbuhan

merupakan motivator-motivator yang kuat dan akan menghasilkan kepuasan

serta kinerja yang tinggi.

Dokumen terkait