TINJAUAN UMUM KEPAILITAN
E. Pengertian Pailit Dan Kepailitan
Kata pailit berasal dari bahasa Perancis “failite” berarti kemacetan
pembayaran. Dalam bahasa Belanda digunakan istilah “failite”. Sedang dalam
hukum Anglo Saxon, undang-undangnya dikenal dengan Bankcrupty Act. Dalam
pengertian kita, merujuk aturan lama yaitu pasal 1 ayat (1) Peraturan Kepailitan
Faillisement Verordening S. 1990-217 jo 1905-348 menyatakan bahwa setiap berutang (debitur) yang ada dalam keadaan berhenti membayar, baik atas laporan sendiri maupun atas permohonan seseorang atau lebih berpiutang (kreditur),
dengan putusan hakim dinyatakan dalam keadaan pailit.46
Dalam perbendaharaan bahasa Belanda, Perancis, Latin dan Inggris istilah
pailit dapat ditemukan. Di dalam bahasa Belanda dipergunakan istilah faillit yang
mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata benda dan kata sifat. Sedangkan dalam
bahasa Inggris digunakan istilah to fail dan kata di dalam bahasa Latin digunakan
istilah failire.Kepailitan merupakan suatu sitaan umum, atas seluruh harta
kekayaan dari orang yang berutang, untuk dijual di muka umum, guna pembayaran hutang-hutangnya kepada semua kreditur, dan dibayar menurut
perbandingan jumlah piutang masing-masing.47
46
Sri Rejeki Hartono, Hukum Perdata Sebagai Dasar Hukum Kepaitan Modern,(Jakarta: Majalah Hukum Nasional, 2000), hlm. 81
47
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2002), hlm.26-27
Ketentuan pailit juga terdapatdalam lampiran Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan (selanjutnya disebut UU Kepailitan), Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan
seorang atau lebih kreditur.48
Munir Fuady menyamakan istilah kepailitan dengan bangkrut manakala perusahaan (atau orang pribadi) tersebut tidak sanggup atau tidak mau membayar hutang-hutangnya. Oleh karena itu, daripada pihak kreditur ramai-ramai mengeroyok debitur dan saling berebutan harta debitur tersebut, hukum memandang perlu mengaturnya sehingga hutang-hutang debitur dapat dibayar secara tertib dan adil. Dengan demikian, yang dimaksud dengan kepailitan adalah suatu sitaan umum yang dijatuhkan oleh pengadilan khusus, dengan permohonan khusus, atas seluruh aset debitur (badan hukum atau orang pribadi) yang mempunyai lebih dari 1 (satu) hutang/kreditur dimana debitur dalam keadaan
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, menyatakan sebagai berikut bahwa kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
48
Sri Sumantri Hartono, Pengantar Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, (Yogyakarta:Liberty, 1981), hlm. 42
berhenti membayar hutangnya, sehingga debitur segera membayar
hutang-hutangnya tersebut.49
Melihat arti dari beberapa kata atau pengertian kepailitan tersebut diatas maka esensi kepailitan secara singkat dapat dikatakan sebagai sita umum atas harta kekayaan debitur baik yang pada waktu pernyataan pailit maupun yang diperoleh selama kepailitan berlangsung untuk kepentingan semua kreditur yang pada waktu kreditur dinyatakan pailit mempunyai hutang, yang dilakukan dengan
pengawasan pihak yang berwajib.50
a. Semua hasil pendapatan debitur pailit selama kepailitan tersebut dari
pekerjaan sendiri, gaji suatu jabatan/ jasa, upah pensiun, uang tunggu/ uang tunjangan, sekedar atau sejauh hal itu diterapkan oleh hakim.
Akan tetapi dikecualikan dari kepailitan adalah:
b. Uang yang diberikan kepada debitur pailit untuk memenuhi kewajiban
pemberian nafkahnya menurut peraturan perundang-undangan (Pasal 213, 225, 321 KUHPerdata).
c. Sejumlah uang yang ditetapkan oleh hakim pengawasan dari pendapatan
hak nikmat hasil seperti dimaksud dalam (Pasal 311 KUHPerdata).
d. Tunjangan dari pendapatan anak-anaknya yang diterima oleh debitur pailit
berdasarkan Pasal 318 KUHPerdata.51
Apabila seorang debitur dalam kesulitan keuangan, tentu saja para kreditur akan berusaha untuk menempuh jalan untuk menyelamatkan piutangnya dengan
49
Munir Fuady(1), Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 75
50
Khairandi, Perlindungan Dalam Undang-Undang Kepailitan, (Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis, 2002), hlm. 94
51
jalan mengajukan gugatan perdata kepada debitur kepengadilan dengan disertai sita jaminan atas harta si debitur atau menempuh jalan yaitu kreditur mengajukan
permohonan ke pengadilan agar si debitur dinyatakan pailit.52Jika kreditur
menempuh jalan yang pertama yaitu melalui gugatan perdata, maka hanya kepentingan kreditur/si penggugat saja yang dicukupi dengan harta si debitur yang disita dan kemudian dieksekusi pemenuhan piutang dari kreditur, kreditur lain yang tidak melakukan gugatan tidak dilindungi kepentingannya. Adalah lain halnya apabila kreditur-kreditur memohon agar pengadilan menyatakan debitur pailit, maka dengan persyaratan pailit tersebut, maka jatuhlah sita umum atas semua harta kekayaan debitur dan sejak itu pula semua sita yang telah dilakukan
sebelumnya bila ada menjadi gugur.53Dikatakan sita umum, karena sita tadi untuk
kepentingan seorang atau beberapa orang kreditur, melainkan untuk semua kreditur atau dengan kata lain untuk mencegah penyitaan dari eksekusi yang dimintakan oleh kreditur secara perorangan. Hal lain yang perlu dimengerti bahwa kepailitan hanya mengenai harta benda debitur, bukan pribadinya. Jadi ia tetap cakap untuk melakukan perbuatan hukum di luar hukum kekayaan misalnya hak sebagai keluarga, hak yang timbul dari kedudukan sebagai orang tua, ibu misalnya. Namun demikian, umumnya orang sering menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pailit atau bangkrut adalah suatu sitaan umum atas seluruh harta debitur agar dicapainya perdamaian antara debitur dan para kreditur atau agar
harta tersebut dapat dibagi-bagi secara adil diantara para kreditur.54
52 Ibid., hlm. 108 53 Ibid,.,hlm. 115 54
Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Kepailitan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.11
lembaga kepailitan merupakan salah satu kebutuhan pokok di dalam aktivitas bisnis karenaadanya status pailit merupakan salah satu sebab pelaku bisnis keluar dari pasar. Apabila pelaku bisnis sudah tidak mampu lagi untuk bermain di arena pasar, maka dapat keluar dari pasar. Di dalam hal seperti inilah kemudian lembaga
kepailtan itu berperan.55