• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Partisipatif

Dalam dokumen NILMAYANTI (Halaman 23-29)

II .TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pengertian Partisipatif

Partisipatif dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai keikutsertaan atau peran serta atau keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan. Berdasarkan kamus sosiologi, partisipasi dalah setiap proses indentifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi atau merupakan kegiatan bersama dalam situasi sosial tertentu (Soekanto,2003). Menurut FAO dalam Nasriati (2002), partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, onitiring agar memperoleh informasi mengenal konteks lokal dan dampak-dampak sosial. Sedangkan menurut Cristovao dalam Nasriati (2002), partisipatif adalah keterlibatan orang dalam refleksi dan tindakan, suatu proses pemberdayaan aktif dala pembuatan keputusan di seluruh program, dan akses serta control atas sumberdaya dan lembaga.

8 Partisipasi memiliki konotasi yang berbeda-beda untuk berbagai orang sebagaimana terumus dalam pokok-pokok berikut.

1. Sikap kerja sama petani dalam pelaksanaan program - program dengan cara menghadiri rapat - rapat penyuluhan, mendemostrasikan metode baru untuk usaha tani mereka, mengajukan pertanyaan pada agen penyuluhan.

2. Pengorganisasian kegiatan-kegiatan penyuluhan kelompok-kelompok petani, seperti pertemuan-pertemuan tempat agen penyuluhan memberikan ceramah, mengelolah kursus-kursus demonstrasi, menerbitkan surat kabar tani yang ditulis oleh agen penyuluhan dan peneliti untuk petani.

3. Menyediakan informasi yang diperlukan untuk merencanakan program penyuluhan efektif.

4. Petani atau para wakilnya berpartisipasi dalam organisasi jasa penyuluhan dalam pengambilan keputusan mengenai tujuan, kelompok sasaran, pesan-pesan dan metode dan dalam evaluasi kegiatan.

5. Petani atau organisasinya membayar seluruh atau sebagian biaya yang dibutuhkan jasa penyuluhan.

6. Supervisi agen penyuluhan oleh anggota dewan organisasi petani yang memperkerjakannya.

Alasan mengapa petani dianjurkan berpartisipasi dalam keputusan-keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan.

9 1. Mereka memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan program yang berhasil, termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta pengalaman mereka dengan teknologi dan penyuluhan, serta struktur sosial masyarakat mereka.

2. Mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program penyuluhan jika ikut bertanggung jawab didalamnya.

3. Masyarakat yang demokratis secara umum menerima bahwa rakyat yang telibat berhak berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan yang ingin mereka capai.

4. Banyak permasalahan pembangunan pertanian, seperti pengendalian erosi tanah perolehan sistem usaha tani yang berkelanjutan dan pengelolaan pendekatan komersial pada pertanian, tidak mungkin lagi dipecahkan dengan pengambilan keputusan perorangan. Partisipasi kelompok sasaran dalam keputusan kolektif sangat dibutuhkan.

Bentuk partisipasi mencakup (1) menjadi anggota kelompok masyarakat, (2) melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok, (3) melibatkan diri pada kegiatan organisasi, (4) menggerakkan sumberdaya masyarakat, (5) mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan, dan (6) memanfaatkan hasil-hasil yang telah dicapai dari kegiatan masyarakat. Partisipatif masyarakat merupakan faktor penting dalam pembangunan, sehingga hampir semua negara mengakui adanya kebutuhan akan partisipasi dalam semua proses pembangunan. Hal ini terlihat dengan munculnya konsep pembangunan dari bawah yang melibatkan

10 peran serta masyarakat muncul dengan konsep bottom-up yang mengimbangi model top down (Soekanto, 2003).

Konsep tersebut merupakan konsep elemen dasar Dari suatu strategi pembangunan yang lebih luas yang bertujuan untuk mencapai suatu transformasi pedesaan berdasarkan nilai-nilai yang terpusat pada manusia. Model pembangunan yang terpusat pada rakyat memberikan peran warga masyarakat bukan hanya sebagai subyek melainkan sebagai aktor yang menentukan tujuan sendiri, menguasai sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan satu hal yang harus diingat dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Pelatihan partisipatif hanya merupakan upaya percepatan dan pemberian arah yang lebih tajam dari proses alamiah tersebut yaitu mempercepat terjadinya perubahan, pertumbuhan dan perkembangan dalam pengetahuan keterampilan dan sikap. Sehingga proses peningkatan kemampuan berkelompok secara dinamis harus dapat menggali dan memperkuat potensi yang ada didalam diri manusia.

Selain itu juga mampu memberikan pengalaman belajar lansung yang dapat mempengaruhi otak sebagai sumber intelegensia dan jiwa, sebagai sumber persaan dan raga, serta sebagai sumber karya ( keterampilan).

Inti dari pelatihan partisipatif adalah belajar, artinya semua kegiatan yang dilakukan serta semua atau sarana yang disediakan pada dasarnya ditujukan agar seseorang benar-benar belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar manakala melibatkan aktivitas jasmani maupun rohani sekaligus dan kegiatan tersebut dilakukan secara sadar. Sebagai contoh, seseorang sedang mencoba buku,

11 mencoba memahami, berfikir dan membuat catatan kecil dapat dikatakan sedang belajar .

Pelatihan partisipatif seringkali memakai permainan dinamika kelompok sebagai mtode pendekatannya (Nuraeni & Suwandi, 2007). Permainan dinamika kelompok merupakan suatu penyajian bahan latihan melalui bentuk “permainan”

yang Dilakukan oleh sekelompok peserta selama proses permainan setiap peserta dapat mengamati, menghayati, dan setelah dilakukan diskusi diantara mereka bisa ditarik suatu pelajaran atau hikmah dari permainan tersebut. Pada dasarnya, permainan dinamika kelompok bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesadaran pada peserta tentang perlunya pengembangan sikap dan keterampilan tertentu ; (2) menyajikan bahan latihan secara menyenangkan agar mengurangi ketegangan ; dan (3) memperkenalkan aspek tertentu dalam materi yang dibahas.

Ada empat kegiatan yang menunjukan kegiatan partisipatif masyarakat dalam pembangunan yaitu: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam monitoring dan evaluasi pemabangunan, dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil pembangunan. Pernyataan tersebut sejalan dengan indikator partisipasi dalam kegiatan pembangunan meliputi tiga hal yaitu: (1) peluang ikut serta menentukan kebijakan pembangunan, (2) peluang untuk melaksanakan rencana pembangunan, (4) peluang menilai hasil pembangunan (Sayogya, 2004).

Perbedaan Latihan konvensional dan latihan partisipatif :

Latihan Konvensional tediri dari, pelatih menyusun tujuan sebagai pedoman latihan, posisi pelatih dipandang melebihi peserta, pelatih memeajat ta

12 decahkan masalah yang timbul secara personal sehingga kesimpulan dan tindak lanjut dibuat oleh pelatih, pelatih bertindak sebagai pengarah dan pengawas kelompok belajar, pelatih menggunakan setiap kesempatan untuk mengaktualisasikan kemampuanya secara optimal sedangkan peserta sebagai saksi. Sedangkan latihan partisipatif terdiri dari perumusan tujuan bersama antara pelatih dan peserta, posisi pelatih dan peserta sederajat, pelatih menciptakan kesempatan agar peserta menyumbangkan pendapat ,memberikan pemikiran terbuka dan, membuat kesimpulan bersama, menjadi anggota pembimbing dan pendorong kelompok belajar dan pelatih member kesempatan seluas-luasnya kepada setiap individu untuk mengaktualkan dirinya secara penuh. (Wildan Zulkarnain,2013)

Paradigma baru dalam pengembangan masyarakat desa sangat diperlukan dalam era reformasi agar lebih bermakna dan berwawasan jauh ke depan.

Paradigma baru tersebut adalah paradigma yang mengutamakan penggalian potensi swadaya dan partisipasi masyarakat dalam membangun dirinya sendiri (Mubyarto, 2003)

Menurut Stahi dalam Muhajir (2001) bila masyarakat memahami maksud dan lingkup suatu inovasi (program pembangunan) maka partisipasinya dalam pengambilan keputusan, akan meningkat. Tingakat pendidikan masyarakat berpengaruh terhadap partisipasi pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan, serta partisipasi masyarakat akan lebih besar, jika pembangunan yang dilakukan mempunyai keterkaitan dengan mata pencaharian mereka.

13 Kesadaran partisipasi dipengaruhi oleh tingkat pemahaman atas obyek partisipasi (program pembangunan). Oleh sebab itu, masyarakat perlu diberi pengertian dan pemahaman tentang obyek partisipasi termasuk cara aktivitas partisipasi itu dilaksanakan (Anonim, 1999).

Dalam dokumen NILMAYANTI (Halaman 23-29)

Dokumen terkait