• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyuluhan Partisipatif

Dalam dokumen NILMAYANTI (Halaman 29-45)

II .TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Penyuluhan Partisipatif

Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian merupakan upaya membangun kemampuan masyarakat secara persuasive edukatif yang dilakukan melalui proses belajar mengajar, dan penyediaan jasa pendidikan pertanian. Tujuan utama penyuluhan pertanian adalah membantu petani agar mampu menolong dirinya sendiri dengan menerapkan kaidah-kaidah penyuluhan pertanian yang bertumpu pada pemberdayaan kekuatan, kapasitas, dan kemampuan yang tumbuh dari bawah, tanpa mengabaikan arah, kebijaksanaan, dan misi pembangunan pertanian. Pendekatan alih teknologi atau pendekatan penyuluhan exstension appoach diartikan sebagai suatu model aksi yang terdapat didalam sebuah system tertentu, yang menyangkut aspek struktur, kepemimpinan, program, sumberdaya, serta keterkaitannya. Secara operasional sebuah pendekatan penyuluhan mempersoalkan bagaimana pemilihan petani yang dijadikan target audience, bagaimana pemenuhan sumberdaya, sekaligus alokasinya. Introduksi apa yang akan dipilih, serta perkiraan hasil dampak kegiatan penyuluhan itu senduri nantinya (Nasriati, 2002).

Pengertian penyuluhan pertanian pada hakekatnya adalah suatu system pendidkan non formal bagi petani dan keluarganya dengan cara belajar sambil berbuat learning by doing untuk mengubah perilakunya sehingga mereka tahu,

14 mau, dan mampu memecahkan persoalan –persoalan dihada (baik secara sendiri maupun bersama) guna terus memajukan usahatani dan menaikan jumlah, mutu, macam jenis serta nilai produksi untuk menaikkan pendapatan yang lebih bermanfaat bagi dirinya, keluarganya serta kesejahteraan pada umumnya (Anonim, 2002).

Metode dan konsep penyuluhan partisipatif diperkenalkan dan dikembangkan karena selama ini praktek penyuluhan pertanian kurang melibatkan partisipasi aktif petani. Melaui penyuluhan pertanian partisipatif diharapkan petani memiliki pengaruh atau control terhadap program penyuluhan, sehingga penyuluhan pertnian dapat mengakomodasi kebutuhan petani dan mampu mengantisipasi keberagaman masyarakat tani Indonesia. Dengan demikian pengertian penyuluhan pertanian partisipatif adalah suatu sistem pendidikan non formal bagi petani yang berorientasi kepada kebutuhan petani serta memberi ruang kepada petani untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program penyuluhan (Slamet, 2000).

Tujuan penyuluhan pertanian partisipatif adalah untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya. Perubahan perilaku yang dikehendaki dari hasil penyuluhan pertanian tersebut adalah:

1) Perubahan tingkat pengetahuan petani terutama mengenai ilmu teknis pertanianan ilmu mengelola usahatani.

2) Perubahan dalam keterampilan teknis pertanian yang lebih baik serta keterampilan dalam mengelola usahatani yang lebih efisien.

15 3) Perubahan mengenai sikap yang lebih progresif dan motivasi tindakan yang

lebih rasional.

Berdasarkan tujuan tersebut dapat dilihat bahwa penyuluhan pertanian sebagai wahana pendidikan mempunyai tujuan sosiologis (perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dan tujuan ekonomis (berupa peningkatan pendapatan dan keuntungan usaha tani). Dari tujuan tersebut menunjukan bahwa ruang lingkup penyuluhan pertanian partisipatif cukup luas seperti yang dikemukakan dengan istilah-istilah:

1) Better farming (bertani yang lebih baik) yaitu dengan menerapkan prinsip-prinsip intensifikasi pertanian dan diversifikasi horizontal serta prinsip-prinsip pelestarian sumberdaya alam.

2) Better business (berusahatani yang lebih menguntungkan) yaitu dengan menerapkan dasar-dasar pengelolaan usahatani yang efisien.

3) Better living (hidup yang lebih sejahtera) yaitu dengan menerapkan dasar tatalaksana rumah tangga petani secara baik.

Usaha pencapaian tujuan-tujuan tersebut dalam penyuluhan pertanian partisipatif harus sesuai dengan kebutuhan petani bukan kebutuhan pihak-pihak lain ataupun kebutuhan yang dipaksakan bagi petani. Artinya dalam penyuluhan pertanian partisipatif terjadinya perubahan perilaku petani bukan karena paksaan tetapi karena swakarsa petani dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. ( Slamet,2000 )

16 2.4 Metode Penyuluhan Partisipatif

Metode penyuluhan merupakan cara penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui saluran atau media komunikasi oleh penyuluh pertanian kepada petani agar mereka bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru,baik secara lansung maupun tidak lansung. (Van den Ban dan Hawkins 1999)

Metode penyuluhan partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif ,analisis – analisis dibuat secara bersama dan akhirnya membawa kepada suatu rencana tindakan . Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode – metode multidisiplin . (Suwandi,2006)

Metode penyuluhan partisipatif dapat digolongkan sesuai dengan macam – macam pendekatan :

1. Dari segi komunikasi

Dari segi komunikasi dapat digolongkan ke dalam 2 golongan yaitu : a. Metode penyuluhan lansung (Direct Communication) dalam hal ini

penyuluh lansung berhadapan muka dengan sasaran umpannya . b. Metode penyuluhan tidak lansung (Inderect Communication)

dalam, hal ini penyuluh tidak lansung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dalam menyampaikan pesannya melalui perantara (media).

2. Berdasarkan indera penerima

Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima

17 a. Metode yang di laksanakan dengan penglihatan atau visual yaitu pesan diterima melalui penglihatan misalnya penempelan poster, pemutaran film dan pemutaran slide.

b. Metode yang dilaksanakan dengan pendengaran atau audio yaitu disampaikan melalui indera pendengaran, misalnya dari siaran radio, telpon dan lain – lain.

c. Metode audiovisual yaitu metode yang dapat diterima melalui indera penglihatan dan pendengaran , misalnya siaran televisi, 3. Berdasarkan pendekatan kepada sasaran

a. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan

Dalam metode ini penyuluh berhubungan secara lansung dengan sasarannya dengan cara perorangan, metode perorangan atau personal approach menurut kartasaputra (Setiana,2005) sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara lansung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk pendekatan mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu . Metode pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokoh – tokoh masyarakat yang berpengaruh ataupun pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan masyarakat setempat.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1998), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif disbanding

18 metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan didalamnya, maka pendekatan ini jarang diterapkan pada program – program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang relatif cepat .

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Dalam metode pendekatan kelompok , penyuluh berhubungan dengan sasaran penyulhuhan secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut Kartasaputra (Setiana,2005) cukup efektif dikarenakan petani dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama, dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil , disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadiny tukr pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.

c. Metode berdasarkan pendekatan massal

Metode pendekatan massal atau mass approach, sesuai dengan namanya metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak . Dipandang dari segi penyampaian informasi , metode ini cukup baik namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan keingintahuan semata . Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi. (Van den Ban dan Hawkins, 1999) . Termasuk dalam metode pendekatan massal

19 antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet , folder atau poster, surat kabar dan lain sebagainya.

2.5 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, dan telinga). Deng an sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda. ( Pendit, Putu Laxman,2001)

Menurut Pendit (2001) secara garis besar pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan yaitu.

1. Pengetahuan (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

20 3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

21 responden. Wawancara dilakukan dengan bercakap-cakap secara langsung dengan responden atau tidak berhadapan langsung dengan responden (misalnya melalui telepon). Angket berupa formulir yang berisi pernyataan yang diajukan secara tertulis pada sekumpulan orang untuk mendapatkan keterangan.

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.

Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi, (Munir, 2001).

Spencer, (1996) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian faktor yang menonjol adalah Muscle (otot) karena pada saat itu produktivitas ditentukan oleh otot. Dalam era industri, faktor yang menonjol adalah Machine (mesin), dan pada era informasi faktor yang menonjol adalah Mind (pikiran, pengetahuan). Pengetahuan sebagai modal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan kemajuan suatu organisasi. Dalam lingkungan yang sangat cepat berubah, pengetahuan akan mengalami keusangan oleh sebab itu perlu terus menerus diperbarui melalui proses belajar.

22 2.6 Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseoramg terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan ( senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya ).

Soekanto, (2003 ) mendefinisikan sangat sederhana, yakni bahwa sikap itu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yamg lain.

Hays, (1987), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau tindakan (reaksi tertutup).

Mitchell, (1990) mengemukakan definisi sikap sebagai keseluruhan kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan dan keyakinan-keyakinan manusia mengenai topik tertentu. Sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari seseorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep atau orang lain.

Definisi yang dikemukakan Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik dalam hal mekanisme terjadinya maupun intensitas dari sikap itu sendiri.

Predisposisi yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar.

23 Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam pembentukan sikap. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut (Siagian, 1999)

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya,dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsungjuga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan

24 menggunakan kata”setuju” atau ”tidak setuju” terhadap pertanyaan terhadap objek tertentu ( Irmawati, 2000)

Nilai dan mentalitas dalam banyak hal ditentukan oleh sesuai atau tidak sesuainya perbuatan sesorang itu dengan pengetahuan dan keyakinannya. Bila perbuatan atau sikap orang tersebut sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya, mentalitasnya dinilai baik(terpuji) karena orang itu telah bersikap sungguh-sungguh dan seadanya. Akan tetapi, tidak semua perbuatan yang dilakukan orang yang bermental baik itu betul, bisa saja karena kurang pengetahuan, apa yang dilakukannya itu berada pada pihak yang salah. Jadi, dalam hal ini yang dinilai bukan hasil dari perbuatan itu, tetapi perbuatan itu sendiri. Perbuatan yang tidak sengaja tidak tergolong perbuatan yang menjatuhkan sikap mental, tetapi dapat mengurangi kualitas sumber daya (Lubis, 2005).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Soekidjo N, 2003). Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka..Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi terhadap suatu obyek, memihak atau tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005).

25 Komponen Sikap Menurut Azwar (2005), komponen-komponen sikap adalah

1) Kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.

2) Afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek, secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek.

3) Konatif

Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.

Macam – macam sikap Menurut Heri Purwanto (1998) :

1) Sikap Positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan obyek tertentu.

2) Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai obyek tertentu.

2.7 Keterampilan

Keterampilan merupakan pengetahuan eksperiensial yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus secara terstruktur sehingga membentuk kebiasaan dan kebisaan baru seseorang. Jadi akhirnya yang disebut dengan kekuatan (strengths) kita yang dapat menjadikan kita yang terbaik dalam bidang tertentu adalah

26 gabungan dari adanya bakat, pengetahuan yang memadai, dan keterampilan karena berlatih secara konsisten dalam jangka panjang. Masalahnya adalah banyak dari kita tidak mengetahui apa sebenarnya bakat atau kekuatan kita. (Soetomo,2006) Istilah keterampilan sulit untuk didefinisikan dengan suatu kepastian yang tidak dapat dibantah.

Keterampilan dapat menunjuk pada aksi khusus yang ditampilkan atau pada sifat di mana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak kegiatan dianggap sebagai suatu keterampilan, atau terdiri dari beberapa keterampilan dan derajat penguasan yang dicapai oleh seseorang menggambarkan tingkat keterampilannya.

Definisi keterampilan adalah kelebihan atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. sumber lain mengatakan keterampilan yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

Jika memperhatikan kondisi dari kedua hal yang digambarkan di atas, maka istilah 'keterampilan' tersebut harus didefinisikan dengan dua cara. Pertama, dengan menganggapnya sebagai kata benda, yang menunjuk pada suatu kegiatan tertentu yang berhubungan dengan seperangkat gerak yang harus dipenuhi syarat-syaratnya agar bisa disebut suatu keterampilan. Kedua, dengan menganggapnya sebagai kata sifat. Yang sudah dilakukan orang selama ini dalam kaitannya

27 dengan istilah keterampilan baru terbatas pada penjabaran definisi dalam konteks yang terakhir.

Schmidt (1991) mencoba menggambarkan definisi keterampilan tersebut dengan meminjam definisi yang diciptakan oleh E.R. Guthrie, yang mengatakan bahwa: "Keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang minimum."

Sedangkan Singer (1980) menyatakan bahwa "keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif."

Sebagai kesimpulan, seperti dinyatakan oleh Schmidt, keterampilan pada dasarnya merupakan upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang berhubungan dengan lingkungan dengan cara:

• memaksimalkan kepastian prestasi.

• meminimalkan pengeluaran energi tubuh dan energi mental, dan

• meminimalkan waktu yang digunakan

Karakteristik dimaksud adalah untuk mengklasifikasikan keterampilan menjadi beberapa macam dan kelas. Pengkelasan dilakukan untuk membantu para peneliti dan pendidik untuk keperluan penelitian atau pengajarannya. Dengan mengetahui perbedaan-perbedaan dalam keterampilan tersebut, maka akan mudahlah bagi pendidik untuk membuat pentahapan pembelajarannya. Setiap sistem klasifikasi didasarkan pada hakikat umum dari keterampilan gerak dikaitkan dengan aspek-aspek spesifik dari keterampilan tersebut. Setidaknya ada empat karakteristik yang dapat dikemukakan di sini, yaitu dilihat dari atau

28 dikaitkan dengan: 1) stabilitas lingkungan, 2) cara tugas tersebut dilakukan, dan 3) ketepatan gerakan yang dimaksud. 4) relativitas pentingnya elemen gerak dan kognitif (Soetomo, 2006)

2.8 Markisa

Markisa merupakan salah satu jenis buah yang memiliki potensi yang bagus dan yang layak di usahakan secara komersial sebagai komuditas unggulan agribisnis.Buah markisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri minuman sirup dan jus yang memiliki prospek pasar baik dalam Negeri maupun luar Negeri, buah markisa adalah salah satu dari banyak buah yang berkembang diwilayah tropis dan subtropis dan buah markisa adalah flora yang bersifat tahunan dengan batang menjalar dan dibudidayakan untuk dikomsumsi buahnya .Buah ini disebut sebagai passiflora edulis dalam bahasa latin dan merupakan tanaman asli Amerika Selatan, buah ini juga banyak berkembang di Indonesia.Rasanya yang asam bercampur manis memberikan cita rasa yang nikmat. Buah ini cukup disukai selain rasanya yang khas karena manfaatnya yang baik untuk kesehatan tubuh manusia.

Manfaatnya yang cukup besar menjadi daya tarik masyarakat untuk menkomsumsi buah ini,markisa memiliki nutrisi berupa vitamin yang sangat tinggi, sehingga sangat baik di komsumsi sebagai pemeliharaan daya tahan tubuh.( Admin 2012)

Di Indonesia terdapat dua jenis markisa,yaitu markisa ungu (Passiflora edulis) yang tumbuh didaratan tinggi, dan markisa kuning (Passiflora flavicarva) yang tumbuh di daratan rendah, tanaman markisa dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, terutama pada tanah yang gembur, tanaman markisa biasanya tumbuh dari

Dalam dokumen NILMAYANTI (Halaman 29-45)

Dokumen terkait