• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILMAYANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NILMAYANTI"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PETANI MARKISA

DI DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG KABUPATEN SINJAI

NILMAYANTI 105960096511

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

i

DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PETANI MARKISA

DI DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG KABUPATEN SINJAI

NILMAYANTI 105960096511

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu ( S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

Nama : NILMAYANTI

Nim : 105960096511

Program Studi : Agribisnis

Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas : Pertanian

Disetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Amruddin, S.Pt., M.Si Sitti Arwati, SP., M.Si

Diketahui :

Dekan fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

Ir. Saleh Molla, M.M Amruddin, S.Pt., M.Si

(4)

iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul :Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batu Bulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

Nama : NILMAYANTI

Nim : 105960096511

Program Studi : Agribisnis

Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI :

Nama Tanda Tangan

1. Amruddin, S.Pt., M.Si ________________

KetuaSidang

2. Sitti Arwati, S.P., M.Si ________________

Sekretaris

3. Prof. Dr. Syafiuddin., M.Si ________________

Anggota

4. Asriyanti Syarif, SP ., M.Si ________________

Anggota

Tanggal Lulus :………

(5)

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Pengetahuan Sikap Keterampilan Petani Markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun . Semua sumber data dan informasi ya dang berasal atau kutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, July 2015 Nilmayanti 105960096511

(6)

v

ABSTRAK

NILMAYANTI .105960096511. Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Dibawah bimbingan AMRUDDIN dan SITTI ARWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penyuluhan partisipatif terhadap perubahan Sikap pengetahuan dan keterampilan petani di Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

Populasi dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 30 responden diambil adalah 20% dari jumlah populasi 143 yang ada di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif kuantitatif.

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai dapat disimpulkan bahwa dampak penyuluhan partisipatif dapat meningkatkan sikap pengetahuan dan keterampilan petani tergolong kategori tinggi memperoleh skor nilai 2,78 dengan alasan karena dilapangan telah terjadi perubahan sikap pada petani yaitu, petani lebih aktif, mandiri,dan terampil dalam melakukan usahatani markisa dan karena petani sangat cepat menerima materi yang diberikan oleh penyuluh pertanian, serta dengan alasan karena keterampilan petani sudah meningkat dengan adanya penyuluhan pertanian mengenai tehnik berusahatani markisa yang baik sehingga petani termotivasi untuk mengembangkan usahataninya.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas linpahan dan rahmat dan hidayah-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan skeripsi yang berjudul “ Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Pengetahuan Sikap dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai “. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Menyadari keterbatasan kemanpuan yang penulis miliki,dengan penuh kerendahan hati penulis mengakui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat :

1. Ayahanda Ir. H. Saleh Molla, M.M Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Amruddin S.Pt, M.Si, Selaku Ketua Jurusan Agribisnis Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku pembimbing I dan Sitti Arwati, SP., M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya yang amat berharga untuk memberikan pengarahan dan petunjuk serta bimbingan sejak awal penyusunan rencana hingga akhir penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Prof.Dr.Syaifuddin , M.Si dan Ibu Asriyanti Syarif, SP., M.Si selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pikirannya yang sangat berarti dalam memberikan kritikan dan saran dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

(8)

vii

5.

Seluruh dosen, staf dan pegawai dilingkungan jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah mendidik dan member ilmu pengetahuan yang begitu berharga kepada penulis selama di bangku perkuliahan sejak pertama kali menginjak kaki di Universitas Muhammadiyah Makassar sampai penulis merampungkan tugas akhir ini, serta terimah kasih kepada staf dan pegawai atas bantuannya selama penulis menjalani pendidikan khususnya dalam kegiatan administrasi akademik.

6.

Kedua orangtua ayahanda Akmal Dan Ibunda Darmawati dan adik-adikku tercinta Andi otte dan segenap keluarga besar Andi Baso Kilo yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7.

Keluarga besar mahasiswa agribisnis terkhusus buat angkatan 2011 yang banyak memberi kesan dan kenangan yang baik suka maupun duka yang dilalui bersama ,terimah kasih atas doa, dukunganta dansemangat yang telah di berikan.

8.

Sahabatku Vidhil yang selalu ada dikalah susah dan senang sejak awal di Makassar sampai hari ini Alfiani dan Sitti Nursida Yang Selalu memberi dukungan dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

9.

Seluruh Saudara – Saudaraku di faperta Andi almalik, Suarni serta teman seperjuanganku Wahyullah dan Andi Nasjuarfan yang telah memberi motivasi, bantuan dan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.

(9)

viii

10. Kakanda senior Asrianto SP, Arman SP dan Maman SP yang begitu banyak memberikan bantuan pengetahuan , arahan , serta saran dalam penulisan skripsi ini dan juga teman –teman seangkatanku yang selalu menemani dan memberi dukungan kepada saya Amriani amal, Jabal Rahmat ,Ika ariana Sr,Vini alfionita, Hajrah, dan Abrar.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini,semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan bagi pihak yang membutuhkan .Semoga apa yang tersaji dalam skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 13 Juli 2015

Nilmayanti

(10)

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Pengetahuan Sikap Keterampilan Petani Markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun . Semua sumber data dan informasi ya dang berasal atau kutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, July 2015 Nilmayanti 105960096511

(11)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengertian Penyuluhan ... 6

2.2 Pengertian Partisipatif... 7

2.3 Penyuluhan Partisipatif ... 13

2.4 Metode Penyuluhan Partisipatif... 16

2.5 Pengertian pengetahuan ... 19

2.6 Sikap ... 22

(12)

x

2.7 Keterampilan ... 26

2.8 Markisa ... 28

2.9 Kerangka Pikir ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 32

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 32

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.5 Teknik Analisis Data ... 34

3.6 Definisi Operasional ... 35

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 37

4.1 letak Geografis ... 37

4.2 Topografi Desa ... 37

4.3 Tipe Iklim dan Curah Hujan ... 38

4.4 Kondisi Demografis ... 40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

5.1 Identitas Responden ... 43

5.1.1 Umur Petani ... 43

5.1.2 Tingkat Pendidikan ... 44

5.1.3 Pengalaman Berusaha Tani ... 45

5.1.4 Tanggungan Keluarga ... 46

5.1.5 Luas Lahan Usaha Tani ... 47

5.2 Dampak Penyuluhan Metode Penyuluhan Partisipatif ... 48

(13)

xi

5.3 Metode Indera Penerima ... 49

5.4Metode Pendekatan Sasaran ... 51

5.5 Dampak Penyuluhan Partisipatif ... 51

5.5.1 Sikap Petani Markisa ... 51

5.5.2 Tingkat Pengetahuan Petani Markisa ... 56

5.5.3 Tingkat Keterampilan Petani ... 60

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Tampilan Kusioner ... 68

2. Identitas Responden Di Desa Batubelerang ... 73

3. Skor Responden Aspek Sikap ... 74

4. Skor Responden Aspek Pengetahuan ... 75

5. Skor Responden Aspek Keterampilan ... 76

6. Rekapitulasi Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap Pengetahuan Dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai ... 77

7. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 78

(15)

xii

DAFTAR TABEL

No Halaman Teks

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38

2. Keaddaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 39

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 40

4. Sarana Dan Prasarana ... 41

5. Identitas Umur Petani Responden ... 43

6. Identitas Tingkat Pendidikan Responden ... 44

7. Identitas Pengalaman Berusahatani... 45

8. Identitas Jumlah Tanggungan Keluarga ... 46

9. Luas lahan Usaha Tani ... 47

10. Pengetahuan Petani Terhadap Dampak PenyuluhanPartisipatif ... 53

11. Sikap Petani Terhadap Dampak Penyuluhan Partisipatif... 57

12. Keterampilan Terhadap Dampak Penyuluhan Partisipatif ... 60

(16)

v

ABSTRAK

NILMAYANTI .105960096511. Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Dibawah bimbingan AMRUDDIN dan SITTI ARWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penyuluhan partisipatif terhadap perubahan Sikap pengetahuan dan keterampilan petani di Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

Populasi dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 30 responden diambil adalah 20% dari jumlah populasi 143 yang ada di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif kuantitatif.

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai dapat disimpulkan bahwa dampak penyuluhan partisipatif dapat meningkatkan sikap pengetahuan dan keterampilan petani tergolong kategori tinggi memperoleh skor nilai 2,78 dengan alasan karena dilapangan telah terjadi perubahan sikap pada petani yaitu, petani lebih aktif, mandiri,dan terampil dalam melakukan usahatani markisa dan karena petani sangat cepat menerima materi yang diberikan oleh penyuluh pertanian, serta dengan alasan karena keterampilan petani sudah meningkat dengan adanya penyuluhan pertanian mengenai tehnik berusahatani markisa yang baik sehingga petani termotivasi untuk mengembangkan usahataninya.

(17)

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karenanya isi dan misi pembangunan pertanian dirumuskan dalam kerangka dan mengacu pada pencapaian visi dan misi pembangunan nasional.

Dalam era otonomi daerah pembangunan pertanian diarahkan pada pertanian modern yang memiliki ciri: berdaya saing tinggi terutama dipasaran dunia, bernuansa kerakyatan, berkelanjutan, tersentralisasi, serta mampu meningkatkan sumberdaya manusia pertanian, dalam rangka pengembangan komoditas unggulan bermutu tinggi.Visi pembangunan pertanian tersebut akan terwujud apabila perumusan perencanaan menghasilkan nilai tambah yang berdanpak pada peningkatan pendapatan petani (Soetomo,2006).

Berdasarkan atas kesadaran itu, maka pembangunan pertanian dalam era otonomi ini sudah saatnya diselenggarakan dalam prospektif pembangunan

‘tatanan‘ yang dalam konteks ini disebut sebagai pembangunan berdimensi kemandirian lokal, dimana basisnya adalah pergeseran paradigma sentralisitik homogenitas ke paradigma koneksitas. Mosher (2003) menyebutkan bahwa pertanian modern yang berorientasi bisnis memerlukan struktur tatanan yang progresif yang memiliki sejumlah unsur yang saling terkait, sehingga seluruh aktifitas yang terjadi didalamnya akan terwujud sebagai suatu kegiatan tunggal.

Pembangunan pertanian yang berbasis pada tatanan atau paradigma kemandirin lokal adalah wujud pertanian yang tidak akan terpuruk atau berdaya saing tinggi menghadapi persoalan global, karena dengan tatanan yang kuat ia

(18)

2 dapat menghindari tekanan atau dominasi liberalisasi perdagangan. Oleh karena itu berbagai upaya perlu dipersiapkan dan dilaksanakan antara lain berupa:

pengembalian kepercayaan masyarakat/petani terhadap niat baik dalam kemampuan pemerintah yang tampil sebagai penggerak utama dalam merancang, merumuskan berbagai kebijakan yang memihak kepada petani dengan menyiapkan sumberdaya manusia pertanian yang sesuai dengan fungsi yang akan diperankan petani sebagai aktor utama,pemerintah atau peneliti, penyuluh, dan swasta sebagai mitra (Ndraha,T.1999).

Membangun perekonomian petani perlu adanya campurtangan pemerintah, oleh karena itu dengan adanya penyuluhan patisipatif diharapkan dapat membawa dampak yang baik dalam perubahan sikap petani sehingga petani dapat mengelolah hasil usahataninya dengan baik dan mandiri, hal ini karena meningkatnya pengetahuan petani, sikap dalam merespon serta memiliki keterampilan yang baik maka dengan sendirinya pendapatan kesejahteraan petani akan meningkat (Slamet,Y 2000).

Partisipasi masyarakat merupakan suatu prasyarat dan juga sekaligus menjadi sasaran pelaksanaan pembangunan. Sebagai prasyarat, pembangunan tidak dapat berlangsung dan mencapai suatu keberhasilan tanpa adanya partisipasi, dan partisipasi masyarakat yang semakin meningkat, meluas serta berkualitas, merupakan kondisi yang ingin di capai dalam pembangunan (Arifuddin, 2005).

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengerahan tenaga kerja secara sukarela akan tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya masyarakat untuk mau memanfaatkan kesempatan-kesemptan

(19)

3 memperbaiki kualitas hidup mereka (Slamet, 2000). Selanjutnya menurut Ndraha (1999), menyatakan bahwa partisipasi merupakan input sekaligus output pembangunan. Secara professional, partisipasi dalam pembangunan, akan meliputi: partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan, partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan dan partisipasi dalam penilaian hasil-hasil pembangunan.

Kegiatan penyuluhan pertanian yang bersifat pendekatan partisipatif sudah seharusnya menjadi pilihan pada masa desentralisasi ini. Pendekatan penyuluhan partisipatif menekankan pada upaya menggalang partisipasi masyarakat untuk bersatu padu dalam pembangunan yang diarahkan dengan model perencanaan dari bawah. Pembangunan pertanian partisipatif ini menghendaki perluasan desentralisasi dan penyebaran aktor pembangunan pertanian sehingga pertanian lebih berperan. Melalui penyuluhan partisipatif diharapkan petani memiliki pengaruh atau kontrol terhadap program penyuluhan sehingga, penyuluhan pertanian dapat mengakomodasi kebutuhan petani dan mampu mengantisipasi keberagaman masyarakat.

Di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai kegiatan penyuluhan pertanian dengan menggunakan metode partisipatif sudah dimulai sejak tahun 2003. Pada tahun-tahun sebelumnya khususnya diera orde baru, metode penyuluhan yang digunakan di desa tersebut masih menggunakan metode konvensional yang dicanangkan oleh pemerintah. Berdasarkan konsep penyuluhan partisipatif yang berorentasi kepada kebutuhan petani serta memberikan ruang bagi petani untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan

(20)

4 mengevaluasi program-program penyuluhan, maka diharapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dapat berubah menjadi lebih baik dan maju. Adanya metode penyuluhan partisipatif juga diharapkan mempunyai dampak positif terhadap tujuan sosiologis (pengetahuan, sikap, keterampilan) maupun tujuan ekonomis (peningkatan pendapatan dan keuntungan usahatani).

Keterampilan adalah merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan usahatani dan perekonomian petani, Secara universal di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai keterampilan petani masih kurang, hal ini dapat dilihat dari pengunaan mesin produksi dan pola tanam yang masih monoton atau hanya beberapa farietas saja. Pengetahuan adalah suatu hal yang sangat mendasar bagi petani dalam mengelola usahataninya karena dengan pengetahuan sangat dibutuhkan dalam peningkatan perekonomian petani, dari segi pengetahuan petani yang ada di Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai masih banyak petani yang memiliki tingkat pendidikan pada jenjang SD, sehingga sikap dalam merespon inovasi-inovasi baru sangat lamban.

Semua desa yang ada di Kecamatan Sinjai Borong, desa Batubulerang yang kegiatan penyuluhan pertanian dengan menggunakan metode partisipatif, dimana pada desa tersebut terdapat petani yang terlibat di dalamnya. Berdasarkan uraian tersebut maka dianggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap Petani Di Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

(21)

5 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : bagaimana dampak penyuluhan partisipatif terhadap perubahan sikap pengetahuan dan keterampilan petani markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini : Untuk mengetahui Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

b. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bahan masukan bagi pemerintah untuk perumusan kebijakan baru dalam penentuan program, penyusunan materi dan pengunaan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani setempat.

2. Bahan masukan bagi petugas lapangan dalam penyusunan dan evaluasi program penyuluhan partisipatif.

3. Bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan judul penelitian.

(22)

II .TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyuluhan

Reorientasi penyuluhan, mengharapkan penyuluh pertanian memiliki peran strategis, yaitu menjadi jembatan (moderator dan fasilitator) antara pemerintah, swasta,masyarakat petani, stakeholders, dan lain-lain. Selanjutnya penyuluh pertanian juga diharapkan mampu berkontribusi positif, dalam pelaksanaan pembangunan nasional, serta mampu mewujudkan perekonomian nasional yang sehat, mempunyai kemampuan bersaing dalam kancah perdagangan internasional, dan mampu mewujudkan kemampuan daerah untuk mengelola pembangunan yang hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas (Padmowihardjo, S. 2000).

Penyuluhan pertanian yang secara umum dimaknai sebagai kegiatan menyebarluaskan informasi dan teknologi pertanian serta membimbing petani di Indonesia telah mengalami masa keemasan dan kesuraman. Dinamika penyuluhan pertanian bergerak sejalan dengan dinamika perubahan sosial, politik dan ekonomi nasional. Ketika kebijakan nasional memberi prioritas yang tinggi pada pembangunan pertanian maka aktivitas penyuluhan berkembang dengan sangat dinamis, dan sebaliknya ketika prioritas pembangunan pertanian tidak menjadi agenda utama maka penyuluhan pertanian mengalami masa suram dan stagnasi.

(Kartasapoetra, 1988)

Menurut Padmowihardjo,(2000) Menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal), bagi petani dan

(23)

7 keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment).

Menurut Soedijanto (2004) penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi petani dan keluarganya serta pelaku usaha pertanian lainnya agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses pasar, tehnologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya.

2.2 Pengertian Partisipatif

Partisipatif dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai keikutsertaan atau peran serta atau keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan. Berdasarkan kamus sosiologi, partisipasi dalah setiap proses indentifikasi atau menjadi peserta suatu proses komunikasi atau merupakan kegiatan bersama dalam situasi sosial tertentu (Soekanto,2003). Menurut FAO dalam Nasriati (2002), partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, onitiring agar memperoleh informasi mengenal konteks lokal dan dampak-dampak sosial. Sedangkan menurut Cristovao dalam Nasriati (2002), partisipatif adalah keterlibatan orang dalam refleksi dan tindakan, suatu proses pemberdayaan aktif dala pembuatan keputusan di seluruh program, dan akses serta control atas sumberdaya dan lembaga.

(24)

8 Partisipasi memiliki konotasi yang berbeda-beda untuk berbagai orang sebagaimana terumus dalam pokok-pokok berikut.

1. Sikap kerja sama petani dalam pelaksanaan program - program dengan cara menghadiri rapat - rapat penyuluhan, mendemostrasikan metode baru untuk usaha tani mereka, mengajukan pertanyaan pada agen penyuluhan.

2. Pengorganisasian kegiatan-kegiatan penyuluhan kelompok-kelompok petani, seperti pertemuan-pertemuan tempat agen penyuluhan memberikan ceramah, mengelolah kursus-kursus demonstrasi, menerbitkan surat kabar tani yang ditulis oleh agen penyuluhan dan peneliti untuk petani.

3. Menyediakan informasi yang diperlukan untuk merencanakan program penyuluhan efektif.

4. Petani atau para wakilnya berpartisipasi dalam organisasi jasa penyuluhan dalam pengambilan keputusan mengenai tujuan, kelompok sasaran, pesan-pesan dan metode dan dalam evaluasi kegiatan.

5. Petani atau organisasinya membayar seluruh atau sebagian biaya yang dibutuhkan jasa penyuluhan.

6. Supervisi agen penyuluhan oleh anggota dewan organisasi petani yang memperkerjakannya.

Alasan mengapa petani dianjurkan berpartisipasi dalam keputusan- keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan.

(25)

9 1. Mereka memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan program yang berhasil, termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta pengalaman mereka dengan teknologi dan penyuluhan, serta struktur sosial masyarakat mereka.

2. Mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program penyuluhan jika ikut bertanggung jawab didalamnya.

3. Masyarakat yang demokratis secara umum menerima bahwa rakyat yang telibat berhak berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan yang ingin mereka capai.

4. Banyak permasalahan pembangunan pertanian, seperti pengendalian erosi tanah perolehan sistem usaha tani yang berkelanjutan dan pengelolaan pendekatan komersial pada pertanian, tidak mungkin lagi dipecahkan dengan pengambilan keputusan perorangan. Partisipasi kelompok sasaran dalam keputusan kolektif sangat dibutuhkan.

Bentuk partisipasi mencakup (1) menjadi anggota kelompok masyarakat, (2) melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok, (3) melibatkan diri pada kegiatan organisasi, (4) menggerakkan sumberdaya masyarakat, (5) mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan, dan (6) memanfaatkan hasil-hasil yang telah dicapai dari kegiatan masyarakat. Partisipatif masyarakat merupakan faktor penting dalam pembangunan, sehingga hampir semua negara mengakui adanya kebutuhan akan partisipasi dalam semua proses pembangunan. Hal ini terlihat dengan munculnya konsep pembangunan dari bawah yang melibatkan

(26)

10 peran serta masyarakat muncul dengan konsep bottom-up yang mengimbangi model top down (Soekanto, 2003).

Konsep tersebut merupakan konsep elemen dasar Dari suatu strategi pembangunan yang lebih luas yang bertujuan untuk mencapai suatu transformasi pedesaan berdasarkan nilai-nilai yang terpusat pada manusia. Model pembangunan yang terpusat pada rakyat memberikan peran warga masyarakat bukan hanya sebagai subyek melainkan sebagai aktor yang menentukan tujuan sendiri, menguasai sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan satu hal yang harus diingat dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Pelatihan partisipatif hanya merupakan upaya percepatan dan pemberian arah yang lebih tajam dari proses alamiah tersebut yaitu mempercepat terjadinya perubahan, pertumbuhan dan perkembangan dalam pengetahuan keterampilan dan sikap. Sehingga proses peningkatan kemampuan berkelompok secara dinamis harus dapat menggali dan memperkuat potensi yang ada didalam diri manusia.

Selain itu juga mampu memberikan pengalaman belajar lansung yang dapat mempengaruhi otak sebagai sumber intelegensia dan jiwa, sebagai sumber persaan dan raga, serta sebagai sumber karya ( keterampilan).

Inti dari pelatihan partisipatif adalah belajar, artinya semua kegiatan yang dilakukan serta semua atau sarana yang disediakan pada dasarnya ditujukan agar seseorang benar-benar belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar manakala melibatkan aktivitas jasmani maupun rohani sekaligus dan kegiatan tersebut dilakukan secara sadar. Sebagai contoh, seseorang sedang mencoba buku,

(27)

11 mencoba memahami, berfikir dan membuat catatan kecil dapat dikatakan sedang belajar .

Pelatihan partisipatif seringkali memakai permainan dinamika kelompok sebagai mtode pendekatannya (Nuraeni & Suwandi, 2007). Permainan dinamika kelompok merupakan suatu penyajian bahan latihan melalui bentuk “permainan”

yang Dilakukan oleh sekelompok peserta selama proses permainan setiap peserta dapat mengamati, menghayati, dan setelah dilakukan diskusi diantara mereka bisa ditarik suatu pelajaran atau hikmah dari permainan tersebut. Pada dasarnya, permainan dinamika kelompok bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesadaran pada peserta tentang perlunya pengembangan sikap dan keterampilan tertentu ; (2) menyajikan bahan latihan secara menyenangkan agar mengurangi ketegangan ; dan (3) memperkenalkan aspek tertentu dalam materi yang dibahas.

Ada empat kegiatan yang menunjukan kegiatan partisipatif masyarakat dalam pembangunan yaitu: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam monitoring dan evaluasi pemabangunan, dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil pembangunan. Pernyataan tersebut sejalan dengan indikator partisipasi dalam kegiatan pembangunan meliputi tiga hal yaitu: (1) peluang ikut serta menentukan kebijakan pembangunan, (2) peluang untuk melaksanakan rencana pembangunan, (4) peluang menilai hasil pembangunan (Sayogya, 2004).

Perbedaan Latihan konvensional dan latihan partisipatif :

Latihan Konvensional tediri dari, pelatih menyusun tujuan sebagai pedoman latihan, posisi pelatih dipandang melebihi peserta, pelatih memeajat ta

(28)

12 decahkan masalah yang timbul secara personal sehingga kesimpulan dan tindak lanjut dibuat oleh pelatih, pelatih bertindak sebagai pengarah dan pengawas kelompok belajar, pelatih menggunakan setiap kesempatan untuk mengaktualisasikan kemampuanya secara optimal sedangkan peserta sebagai saksi. Sedangkan latihan partisipatif terdiri dari perumusan tujuan bersama antara pelatih dan peserta, posisi pelatih dan peserta sederajat, pelatih menciptakan kesempatan agar peserta menyumbangkan pendapat ,memberikan pemikiran terbuka dan, membuat kesimpulan bersama, menjadi anggota pembimbing dan pendorong kelompok belajar dan pelatih member kesempatan seluas-luasnya kepada setiap individu untuk mengaktualkan dirinya secara penuh. (Wildan Zulkarnain,2013)

Paradigma baru dalam pengembangan masyarakat desa sangat diperlukan dalam era reformasi agar lebih bermakna dan berwawasan jauh ke depan.

Paradigma baru tersebut adalah paradigma yang mengutamakan penggalian potensi swadaya dan partisipasi masyarakat dalam membangun dirinya sendiri (Mubyarto, 2003)

Menurut Stahi dalam Muhajir (2001) bila masyarakat memahami maksud dan lingkup suatu inovasi (program pembangunan) maka partisipasinya dalam pengambilan keputusan, akan meningkat. Tingakat pendidikan masyarakat berpengaruh terhadap partisipasi pada tahap perencanaan dan pengambilan keputusan, serta partisipasi masyarakat akan lebih besar, jika pembangunan yang dilakukan mempunyai keterkaitan dengan mata pencaharian mereka.

(29)

13 Kesadaran partisipasi dipengaruhi oleh tingkat pemahaman atas obyek partisipasi (program pembangunan). Oleh sebab itu, masyarakat perlu diberi pengertian dan pemahaman tentang obyek partisipasi termasuk cara aktivitas partisipasi itu dilaksanakan (Anonim, 1999).

2.3 Penyuluhan Partisipatif

Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian merupakan upaya membangun kemampuan masyarakat secara persuasive edukatif yang dilakukan melalui proses belajar mengajar, dan penyediaan jasa pendidikan pertanian. Tujuan utama penyuluhan pertanian adalah membantu petani agar mampu menolong dirinya sendiri dengan menerapkan kaidah-kaidah penyuluhan pertanian yang bertumpu pada pemberdayaan kekuatan, kapasitas, dan kemampuan yang tumbuh dari bawah, tanpa mengabaikan arah, kebijaksanaan, dan misi pembangunan pertanian. Pendekatan alih teknologi atau pendekatan penyuluhan exstension appoach diartikan sebagai suatu model aksi yang terdapat didalam sebuah system tertentu, yang menyangkut aspek struktur, kepemimpinan, program, sumberdaya, serta keterkaitannya. Secara operasional sebuah pendekatan penyuluhan mempersoalkan bagaimana pemilihan petani yang dijadikan target audience, bagaimana pemenuhan sumberdaya, sekaligus alokasinya. Introduksi apa yang akan dipilih, serta perkiraan hasil dampak kegiatan penyuluhan itu senduri nantinya (Nasriati, 2002).

Pengertian penyuluhan pertanian pada hakekatnya adalah suatu system pendidkan non formal bagi petani dan keluarganya dengan cara belajar sambil berbuat learning by doing untuk mengubah perilakunya sehingga mereka tahu,

(30)

14 mau, dan mampu memecahkan persoalan –persoalan dihada (baik secara sendiri maupun bersama) guna terus memajukan usahatani dan menaikan jumlah, mutu, macam jenis serta nilai produksi untuk menaikkan pendapatan yang lebih bermanfaat bagi dirinya, keluarganya serta kesejahteraan pada umumnya (Anonim, 2002).

Metode dan konsep penyuluhan partisipatif diperkenalkan dan dikembangkan karena selama ini praktek penyuluhan pertanian kurang melibatkan partisipasi aktif petani. Melaui penyuluhan pertanian partisipatif diharapkan petani memiliki pengaruh atau control terhadap program penyuluhan, sehingga penyuluhan pertnian dapat mengakomodasi kebutuhan petani dan mampu mengantisipasi keberagaman masyarakat tani Indonesia. Dengan demikian pengertian penyuluhan pertanian partisipatif adalah suatu sistem pendidikan non formal bagi petani yang berorientasi kepada kebutuhan petani serta memberi ruang kepada petani untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program penyuluhan (Slamet, 2000).

Tujuan penyuluhan pertanian partisipatif adalah untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya. Perubahan perilaku yang dikehendaki dari hasil penyuluhan pertanian tersebut adalah:

1) Perubahan tingkat pengetahuan petani terutama mengenai ilmu teknis pertanianan ilmu mengelola usahatani.

2) Perubahan dalam keterampilan teknis pertanian yang lebih baik serta keterampilan dalam mengelola usahatani yang lebih efisien.

(31)

15 3) Perubahan mengenai sikap yang lebih progresif dan motivasi tindakan yang

lebih rasional.

Berdasarkan tujuan tersebut dapat dilihat bahwa penyuluhan pertanian sebagai wahana pendidikan mempunyai tujuan sosiologis (perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dan tujuan ekonomis (berupa peningkatan pendapatan dan keuntungan usaha tani). Dari tujuan tersebut menunjukan bahwa ruang lingkup penyuluhan pertanian partisipatif cukup luas seperti yang dikemukakan dengan istilah-istilah:

1) Better farming (bertani yang lebih baik) yaitu dengan menerapkan prinsip- prinsip intensifikasi pertanian dan diversifikasi horizontal serta prinsip pelestarian sumberdaya alam.

2) Better business (berusahatani yang lebih menguntungkan) yaitu dengan menerapkan dasar-dasar pengelolaan usahatani yang efisien.

3) Better living (hidup yang lebih sejahtera) yaitu dengan menerapkan dasar tatalaksana rumah tangga petani secara baik.

Usaha pencapaian tujuan-tujuan tersebut dalam penyuluhan pertanian partisipatif harus sesuai dengan kebutuhan petani bukan kebutuhan pihak-pihak lain ataupun kebutuhan yang dipaksakan bagi petani. Artinya dalam penyuluhan pertanian partisipatif terjadinya perubahan perilaku petani bukan karena paksaan tetapi karena swakarsa petani dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. ( Slamet,2000 )

(32)

16 2.4 Metode Penyuluhan Partisipatif

Metode penyuluhan merupakan cara penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui saluran atau media komunikasi oleh penyuluh pertanian kepada petani agar mereka bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru,baik secara lansung maupun tidak lansung. (Van den Ban dan Hawkins 1999)

Metode penyuluhan partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif ,analisis – analisis dibuat secara bersama dan akhirnya membawa kepada suatu rencana tindakan . Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode – metode multidisiplin . (Suwandi,2006)

Metode penyuluhan partisipatif dapat digolongkan sesuai dengan macam – macam pendekatan :

1. Dari segi komunikasi

Dari segi komunikasi dapat digolongkan ke dalam 2 golongan yaitu : a. Metode penyuluhan lansung (Direct Communication) dalam hal ini

penyuluh lansung berhadapan muka dengan sasaran umpannya . b. Metode penyuluhan tidak lansung (Inderect Communication)

dalam, hal ini penyuluh tidak lansung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dalam menyampaikan pesannya melalui perantara (media).

2. Berdasarkan indera penerima

Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima

(33)

17 a. Metode yang di laksanakan dengan penglihatan atau visual yaitu pesan diterima melalui penglihatan misalnya penempelan poster, pemutaran film dan pemutaran slide.

b. Metode yang dilaksanakan dengan pendengaran atau audio yaitu disampaikan melalui indera pendengaran, misalnya dari siaran radio, telpon dan lain – lain.

c. Metode audiovisual yaitu metode yang dapat diterima melalui indera penglihatan dan pendengaran , misalnya siaran televisi, 3. Berdasarkan pendekatan kepada sasaran

a. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan

Dalam metode ini penyuluh berhubungan secara lansung dengan sasarannya dengan cara perorangan, metode perorangan atau personal approach menurut kartasaputra (Setiana,2005) sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara lansung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk pendekatan mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu . Metode pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokoh – tokoh masyarakat yang berpengaruh ataupun pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan masyarakat setempat.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1998), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif disbanding

(34)

18 metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan didalamnya, maka pendekatan ini jarang diterapkan pada program – program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang relatif cepat .

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Dalam metode pendekatan kelompok , penyuluh berhubungan dengan sasaran penyulhuhan secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut Kartasaputra (Setiana,2005) cukup efektif dikarenakan petani dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama, dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil , disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadiny tukr pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan.

c. Metode berdasarkan pendekatan massal

Metode pendekatan massal atau mass approach, sesuai dengan namanya metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak . Dipandang dari segi penyampaian informasi , metode ini cukup baik namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan keingintahuan semata . Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi. (Van den Ban dan Hawkins, 1999) . Termasuk dalam metode pendekatan massal

(35)

19 antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet , folder atau poster, surat kabar dan lain sebagainya.

2.5 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, dan telinga). Deng an sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda. ( Pendit, Putu Laxman,2001)

Menurut Pendit (2001) secara garis besar pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan yaitu.

1. Pengetahuan (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

(36)

20 3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma- norma yang berlaku di masyarakat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

(37)

21 responden. Wawancara dilakukan dengan bercakap-cakap secara langsung dengan responden atau tidak berhadapan langsung dengan responden (misalnya melalui telepon). Angket berupa formulir yang berisi pernyataan yang diajukan secara tertulis pada sekumpulan orang untuk mendapatkan keterangan.

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.

Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi, (Munir, 2001).

Spencer, (1996) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian faktor yang menonjol adalah Muscle (otot) karena pada saat itu produktivitas ditentukan oleh otot. Dalam era industri, faktor yang menonjol adalah Machine (mesin), dan pada era informasi faktor yang menonjol adalah Mind (pikiran, pengetahuan). Pengetahuan sebagai modal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan kemajuan suatu organisasi. Dalam lingkungan yang sangat cepat berubah, pengetahuan akan mengalami keusangan oleh sebab itu perlu terus menerus diperbarui melalui proses belajar.

(38)

22 2.6 Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseoramg terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan ( senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya ).

Soekanto, (2003 ) mendefinisikan sangat sederhana, yakni bahwa sikap itu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yamg lain.

Hays, (1987), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau tindakan (reaksi tertutup).

Mitchell, (1990) mengemukakan definisi sikap sebagai keseluruhan kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan- ketakutan, tantangan-tantangan dan keyakinan-keyakinan manusia mengenai topik tertentu. Sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari seseorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep atau orang lain.

Definisi yang dikemukakan Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik dalam hal mekanisme terjadinya maupun intensitas dari sikap itu sendiri.

Predisposisi yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar.

(39)

23 Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam pembentukan sikap. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut (Siagian, 1999)

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya,dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsungjuga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan

(40)

24 menggunakan kata”setuju” atau ”tidak setuju” terhadap pertanyaan terhadap objek tertentu ( Irmawati, 2000)

Nilai dan mentalitas dalam banyak hal ditentukan oleh sesuai atau tidak sesuainya perbuatan sesorang itu dengan pengetahuan dan keyakinannya. Bila perbuatan atau sikap orang tersebut sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya, mentalitasnya dinilai baik(terpuji) karena orang itu telah bersikap sungguh- sungguh dan seadanya. Akan tetapi, tidak semua perbuatan yang dilakukan orang yang bermental baik itu betul, bisa saja karena kurang pengetahuan, apa yang dilakukannya itu berada pada pihak yang salah. Jadi, dalam hal ini yang dinilai bukan hasil dari perbuatan itu, tetapi perbuatan itu sendiri. Perbuatan yang tidak sengaja tidak tergolong perbuatan yang menjatuhkan sikap mental, tetapi dapat mengurangi kualitas sumber daya (Lubis, 2005).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Soekidjo N, 2003). Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre- disposisi” tindakan atau reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka..Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi terhadap suatu obyek, memihak atau tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005).

(41)

25 Komponen Sikap Menurut Azwar (2005), komponen-komponen sikap adalah

1) Kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.

2) Afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek, secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek.

3) Konatif

Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.

Macam – macam sikap Menurut Heri Purwanto (1998) :

1) Sikap Positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan obyek tertentu.

2) Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai obyek tertentu.

2.7 Keterampilan

Keterampilan merupakan pengetahuan eksperiensial yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus secara terstruktur sehingga membentuk kebiasaan dan kebisaan baru seseorang. Jadi akhirnya yang disebut dengan kekuatan (strengths) kita yang dapat menjadikan kita yang terbaik dalam bidang tertentu adalah

(42)

26 gabungan dari adanya bakat, pengetahuan yang memadai, dan keterampilan karena berlatih secara konsisten dalam jangka panjang. Masalahnya adalah banyak dari kita tidak mengetahui apa sebenarnya bakat atau kekuatan kita. (Soetomo,2006) Istilah keterampilan sulit untuk didefinisikan dengan suatu kepastian yang tidak dapat dibantah.

Keterampilan dapat menunjuk pada aksi khusus yang ditampilkan atau pada sifat di mana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak kegiatan dianggap sebagai suatu keterampilan, atau terdiri dari beberapa keterampilan dan derajat penguasan yang dicapai oleh seseorang menggambarkan tingkat keterampilannya.

Definisi keterampilan adalah kelebihan atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. sumber lain mengatakan keterampilan yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

Jika memperhatikan kondisi dari kedua hal yang digambarkan di atas, maka istilah 'keterampilan' tersebut harus didefinisikan dengan dua cara. Pertama, dengan menganggapnya sebagai kata benda, yang menunjuk pada suatu kegiatan tertentu yang berhubungan dengan seperangkat gerak yang harus dipenuhi syarat- syaratnya agar bisa disebut suatu keterampilan. Kedua, dengan menganggapnya sebagai kata sifat. Yang sudah dilakukan orang selama ini dalam kaitannya

(43)

27 dengan istilah keterampilan baru terbatas pada penjabaran definisi dalam konteks yang terakhir.

Schmidt (1991) mencoba menggambarkan definisi keterampilan tersebut dengan meminjam definisi yang diciptakan oleh E.R. Guthrie, yang mengatakan bahwa: "Keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang minimum."

Sedangkan Singer (1980) menyatakan bahwa "keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif."

Sebagai kesimpulan, seperti dinyatakan oleh Schmidt, keterampilan pada dasarnya merupakan upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang berhubungan dengan lingkungan dengan cara:

• memaksimalkan kepastian prestasi.

• meminimalkan pengeluaran energi tubuh dan energi mental, dan

• meminimalkan waktu yang digunakan

Karakteristik dimaksud adalah untuk mengklasifikasikan keterampilan menjadi beberapa macam dan kelas. Pengkelasan dilakukan untuk membantu para peneliti dan pendidik untuk keperluan penelitian atau pengajarannya. Dengan mengetahui perbedaan-perbedaan dalam keterampilan tersebut, maka akan mudahlah bagi pendidik untuk membuat pentahapan pembelajarannya. Setiap sistem klasifikasi didasarkan pada hakikat umum dari keterampilan gerak dikaitkan dengan aspek-aspek spesifik dari keterampilan tersebut. Setidaknya ada empat karakteristik yang dapat dikemukakan di sini, yaitu dilihat dari atau

(44)

28 dikaitkan dengan: 1) stabilitas lingkungan, 2) cara tugas tersebut dilakukan, dan 3) ketepatan gerakan yang dimaksud. 4) relativitas pentingnya elemen gerak dan kognitif (Soetomo, 2006)

2.8 Markisa

Markisa merupakan salah satu jenis buah yang memiliki potensi yang bagus dan yang layak di usahakan secara komersial sebagai komuditas unggulan agribisnis.Buah markisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri minuman sirup dan jus yang memiliki prospek pasar baik dalam Negeri maupun luar Negeri, buah markisa adalah salah satu dari banyak buah yang berkembang diwilayah tropis dan subtropis dan buah markisa adalah flora yang bersifat tahunan dengan batang menjalar dan dibudidayakan untuk dikomsumsi buahnya .Buah ini disebut sebagai passiflora edulis dalam bahasa latin dan merupakan tanaman asli Amerika Selatan, buah ini juga banyak berkembang di Indonesia.Rasanya yang asam bercampur manis memberikan cita rasa yang nikmat. Buah ini cukup disukai selain rasanya yang khas karena manfaatnya yang baik untuk kesehatan tubuh manusia.

Manfaatnya yang cukup besar menjadi daya tarik masyarakat untuk menkomsumsi buah ini,markisa memiliki nutrisi berupa vitamin yang sangat tinggi, sehingga sangat baik di komsumsi sebagai pemeliharaan daya tahan tubuh.( Admin 2012)

Di Indonesia terdapat dua jenis markisa,yaitu markisa ungu (Passiflora edulis) yang tumbuh didaratan tinggi, dan markisa kuning (Passiflora flavicarva) yang tumbuh di daratan rendah, tanaman markisa dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, terutama pada tanah yang gembur, tanaman markisa biasanya tumbuh dari

(45)

29 biji. Bibit yang diperoleh untuk memperoleh bibit yang baik dari biji, diperlukan buah yang matang dipohon berwarna kekuning-kuningan atau kira-kira 60 % kuning untuk jenis P. Flavicarva. Buah tersebut dipetik langsung dari pohon kemudian disimpan selama satu atau dua minggu sampai buak berkerikut dan matang sempurna sebelum bijinya dikeluarkan. Bila biji segera disemaikan, maka akan berkecambah Selma 2-3 minggu. Bila lendir yang meletak pada biji dibersihkan dan disimpan akan menurunkan daya kecambah, persemaian dapat dilakukan pada bak-bak pesemian atau bedengan, tergantung kebutuhan.( Rahmat rukmana, 2010)

2.9 Kerangka Pikir

Reorientasi penyuluhan pertanian yaitu memiliki peran strategis, yakni menjadi jembatan (moderator dan fasilitator) antara pemerintah, swasta, masyarakat petani, stakeholders, dan lain-lain. Penyuluhan pertanian partisipatif adalah suatu sistem pendidikan non formal bagi petani yang berorientasi kepada kebutuhan petani serta memberi ruang kepada petani untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program penyuluhan.

Petani adalah individu yang melaukan suatu kegiatan usahataninya. Usaha tani yang dimaksud adalah berupa usaha yang dilakukan oleh petani dalam mengelolah hasilnya dengan segala pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Kegiatan yang menunjukan partisipatif masyarakat dalam pembangunan pertanian yaitu: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam monitoring dan

(46)

30 evaluasi pemabangunan, dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil pembangunan. Pernyataan tersebut sejalan dengan indikator partisipasi dalam pembangunan pertanian yaitu pengetahuan petani, sikap dan keterampilan petani.

Penyuluhan partisipatif perlu dikembangkan karena dengan adanya penyuluhan partisipatif dapat memajukan usahatani dan menaikan jumlah, mutu, macam jenis serta nilai produksi untuk menaikkan pendapatan yang lebih bermanfaat bagi dirinya, keluarganya serta kesejahteraan pada umumnya

(47)

31 Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa. 2015

METODE

PENYULUH PARTISIPATIF :

KOMUNIKASI BERDASARKAN

PENDEKATAN SASARAN BERDASARKAN

INDERA PENERIMA

DAMPAK PENYULUHAN

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

PENYULUH PERTANIAN

(48)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan dengan pertimbangan karena tempat ini adalah tempat budidaya markisa untuk mengetahui dampak penyuluhan partisipatif terhadap perubahan sikap pengetahuan dan keterampilan petani markisa dapat meningkatkan kesejahteraan petani, Penelitian ini dilakukan mulai Bulan Mei sampai Juli 2015 .

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani, dimana jumlah populasi sebanyak 143 orang. Penarikan sampel dengan menggunakan metode purposive artinya setiap anggota dipilih secara sengaja, alasan di gunakan metode ini karena diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar – benar sesuai dengan penelitian yang akan di lakukan. Jumlah sampel yang diambil adalah 20% dari jumlah populasi, dengan demikian jumlah sampel adalah 30 orang petani yang ada di Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian jenis dan sumber data yang digunakan ada dua yaitu:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi melalui wawancara langsung dan juga melalui bantuan kuisioner.

(49)

33 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh instansi atau lembaga-lembaga yang

terkait atau berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut;

1. Pengamatan (observasi)

Observasi digunakan untuk menemukan dan mendapatkan data primer yang berkaitan dengan judul penelitian dengan cara terlibat lansung peneliti ikut berpartisipasi sebagai anggota kelompok yang diteliti.

2. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dalam melakukan pengumpulan data melalui cara bertanya langsung pada responden, dimana dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data informasi tentang tingkat umur, pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usaha tani, dan luas lahan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa catatan, transkrip, buku,agenda dan sebagainya. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai hal-hal yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

(50)

34 yang diukur dengan cara menghitung skor. Teknik analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk memberi gambaran kepada petani setelah dilaksanakan penyuluhan partisipatif ,kemudian untuk penilaian tingkat tersebut analisis yang digunakan adalah skoring, dimana skor 3 dikategorikan tinggi apabila responden menjawab pertanyaan dengan pilihan jawaban ya, skor 2 dikategorikan sedang apabila responden menjawab dengan pilihan jawaban kadang-kadang, dan skor 1 dikategorikan rendah apabila responden menjawab dengan pilihan jawaban tidak. ( Sugiyono, 2010 ).

Skoring yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 3, 2, dan 1 dengan kriteria adalah sebagai berikut:

1,00 – 1,67 = Rendah 1,68 – 2,34 = Sedang 2,35 – 3,00 = Tinggi

interval =Skor Maksimum − Skor minimum Jumlah Kelas

Keterangan : Skor maksimum = 3 Skor minimum = 2 Jumlah kelas = 3

(51)

35 3.5 Defenisi Operasional

1. Penyuluh partisipatif adalah suatu system pendidikan non formal bagi petani, yang berorientasi kepada kebutuhan petani serta memberi ruang kepada petani untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program penyuluhan.

2. Petani adalah partisipan, merupakan orang yang melakukan kegiatan usahatani markisa.

3. Dampak adalah pengaruh yang kuat (adanya penyuluhan npertanian), yang mendatangkan akibat (baik positif maupun negatif).

4. Perubahan sikap adalah perubahan mengenai sikap yang lebih progresif dan motivasi tindakan yang lebih rasional.

5. Penyuluh pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikirnya dan cara hidupnya yang lama dengan cara yang baru melalui proses penyebaran informasi dan inovasi.

6. Penyuluhan pertanian adalah arahan atau materi yang disampaikan oleh penyuluh kepada petani.

7. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap usaha tani markisa.

8. Keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif dalam usaha tani markisa.

9. Markisa adalah komuditi yang akan diteliti yang merupakan tanaman yang memiliki potensi yang bagus .

(52)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

4.1.1 Letak dan Batas Wilayah

Desa Batu Belerang merupakan salah satu desa dari Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi Selatan. Jarak tempuh ke Ibu kota Kabupaten 45 Km dan 7 Km dari Ibu kota Kecamatan. Lokasi tersebut berada pada koordinat 120 derajat 0’34” BT dan 5 derajat 18’39” LS. Luas Wilayah desa Batu Belerang 905 Ha, berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Barambang

Sebelah Timur : Bijinangka dan Bontosinala

Sebelah Selatan : Bonto Tennga dan Kabupaten Bulukumba Sebelah Barat : Gunung Bawakaraeng

4.1.2 Topografi Desa

Topografi desa di Batu Belerang berada pada ketinggian rata – rata 1.417m diatas permukaan laut. Keadaan topografi terdiri atas daratan : datar , landai , agak curam sampai curam . Desa Batu Belerang masih sangat segar dengan hutan yang rimbun dan lahan yang subur. Secara umum potensi alam Desa terbagi atas tanah sawah, lahan kering, tanah perkebunan, tanah untuk fasilitas umum, dan tanah hutan.

(53)

37 4.1.3 Tipe Iklim dan Curah Hujan

Curah hujan adalah salah satu faktor iklim yang dipertimbangkan sangat besar pengaruhnya terhadap proses kejadian erosi. Semakin tinggi intensitas curah hujan dan semakin lama periode curah hujan jatuh, maka kemungkinan erosi yang akan terjadi menjadi semakin besar, apabila faktor – faktor lain yang mempengaruhi proses terjadinya erosi tidak berubah.

Secara klimatologis , Kabupaten Sinjai yang terletak pada posisi iklim musim timur mempunyai curah hujan rata – rata tahunan berkisar antara 2.148 mm hujan/tahun . Curah hujan di Stasiun pengamat Manipi Kecamatan Sinjai Barat yaitu 2.148 mm. Rata – rata Bulan Basah (BB = Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan) yaitu 3 bulan , Bulan Lembab (h = curah hujan 100 – 200 mm/bulan ), yaitu 6 bulan dan Bulan Kering (BK = curah hujan kurang dari 100 mm/bulan ) yaitu 3 bulan . Rata –rata curah hujan bulanan dari beberapa stasiun pengamat Di desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong menurut Oldeman termasuk iklim tipe D, biasanya hujan terjadi pada bulan Nopember dan berakhir pada bulan Mei – Juli.

4.2. Kondisi Demografis

4.2.1 Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin

Manusia selalu berusaha memanfaatkan sumber daya alam (natural resource) yang terbatas guna memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya . Pertambahan penduduk cenderung mengakibatkan berkurangnya sumber daya alam , pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup manusia . Sehingga dapat dipastikan akan timbul dampak

(54)

38 negative dari pada pertambahan penduduk terhadap kualitas lingkungannya.

Jumlah penduduk di desa Batu Belerang adalah 1.980 jiwa terdiri dari : Laki – laki 1.021 jiwa dan Perempuan 959 jiwa serta 560 Kepala Keluarga (KK), dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong.

No Jenis Kelamin Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % ) 1.

2.

Pria Wanita

1,021 959

51,57 48,43

Total 1980 100

Sumber : Kantor Desa Batu Belerang, 2014

Berdasarkan Tabel 1 maka, dapat dilihat dengan jelas bahwa antara jumlah pria lebih banyak dari pada jumlah wanita. Dimana jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pria sebanyak 1021 jiwa dengan persentase sebesar 51,57% , sedangkan jenis kelamin wanita sebanyak 959 jiwa dengan persentase sebesar 48,43%.

4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan penduduk pada umumnya berpengaruh pada pengelolaan usaha taninya, di samping itu dapat pula berpengaruh pada penerapan teknologi dan inovasi baru yang akan di kembangkan. Tingkat Pendidikan penduduk di desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong dapat di lihat pada Tabel 2.

Gambar

Tabel  1.  Jumlah  Penduduk  berdasarkan  Jenis  Kelamin  di  Desa  Batu  Belerang  Kecamatan Sinjai Borong
Tabel  3.  Jenis  Mata  Pencaharian  Penduduk  di  Desa  Batu  Belerang  Kecamatan  Sinjai Borong
Tabel  4. Sarana dan Prasarana di desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong
Tabel  5. Klasifikasi  Umur  Petani  Responden  di  Desa  Batu  Belerang  Kecamatan  Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena terdapat kebebasan untuk masuk ke dan keluar dari pasar, maka pasar dapat menciptakan harga yang kompetitif karena perusahaan yang tidak efisien akan keluar dan digantikan

Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dalam melakukan uji hipotesis yang mana bertujuan untuk melihat pengaruh satu variabel terhadap variabel lain

1. Tradisi Mattama Dibola, merupakan sebuah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat di desa bonto tengnga, kecamatan sinjai borong, kabupaten sinjai. Tradisi Mattama Dibola ini

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

Formula sosis ikan layang terpilih yaitu pada perlakuan perbandingan ikan layang 70% dan tepung sagu 30% dengan karakteristik organoleptik mutu hedonik kenampakan yaitu

Evaluasi Kontaminasi Logam Di Sedimen Dari Waduk Saguling Dengan Menggunakan Konsep Triad: Sebuah Pendekatan Dalam Pengelolaan Waduk.. Dibimbing oleh ETTY RIANI dan

Berdasarkan hasil penelitian Kesantunan Imperatif Percakapan Guru dan Siswa Kelas V di SD Negeri 225 Polewali Desa Bonto Sinala Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten