• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek-aspek Independensi Akuntan Publik di Pasar Modal

BAB II INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK DI PASAR MODAL

D. Independensi Akuntan Publik di Pasar Modal

3. Aspek-aspek Independensi Akuntan Publik di Pasar Modal

1. Independensi sikap mental, yang ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak independen; 188 keadaan pikiran yang memungkinkan ekspresi sebuah kesimpulan tanpa dipengaruhi oleh pengaruh yang mengkompromikan penilaian profesional, memungkinkan seorang individu untuk bertindak dengan integritas dan menerapkan objektivitas dan skeptisisme profesional.189

2. Independensi penampilan, yang ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik secara individu maupun secara keseluruhan.190 Menghindari fakta-fakta dan keadaan yang sangat signifikan, sehingga pihak ketiga yang masuk akal dan memiliki informasi, yang memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, termasuk perlindungan yang diterapkan, secara logis akan menyimpulkan integritas, objektivitas atau skeptisisme profesional perusahaan atau anggota tim penjaminan telah disetujui. 191

Mautz mengemukakan bahwa independensi akuntan publik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 192

187 R.A. Supriyono, Ibid., hlm. 20.

188 Ibid.

189 Leonardo J. Brooks dan Paul Dunn, Etika Bisnis dan Profesi untuk Direktur, Eksekutif, dan Akuntan, Edisi 5, Buku 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm. 182-183.

190 R.A. Supriyono, Loc. Cit.

191 Leonardo J. Brooks dan Paul Dunn, Loc. Cit.

192 Muatz dalam R.A. Supriyono, Ibid., hlm. 27.

1.

Independensi praktisi adalah independensi nyata dari praktisi secara individual di dalam melaksanakan pekerjaannya. Independensi praktisi didasarkan pada pernyataan pikiran (state of mind), praktisi secara individual harus mempertahankan kejujuran untuk tidak menaruh kepentingan dalam merumuskan dan menggambarkan pendapatnya, yang berarti menggunakan pertimbangan yang tidak memihak dan obyektif terhadap fakta-fakta sebagai penentu pendapatnya. Praktisi secara individual harus memiliki pengetahuan yang seksama terhadap tekanan-tekanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi independensi praktisi agar dapat mempertahankan sikap independen dengan baik. Independensi praktisi digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu:

Independensi praktisi (Practitioner Independence)

193

a. Independensi penyusunan program yaitu bebas dari pengendalian dan pengaruh yang tidak sepantasnya dalam memilih teknik-teknik dan prosedur pemeriksaan serta dalam penerapan teknik-teknik dan prosedur tersebut. Akuntan publik disyaratkan harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan program-programnya sendiri, termasuk langkah-langkah yang tercakup dan jumlah pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam keseluruhan pelaksanaan perjanjian pemeriksaan. Pedoman atau petunjuk independensi penyusunan program adalah sebagai berikut: 194

193 Ibid., hlm. 28.

194 Ibid., hlm. 29.

1) Bebas dari campur tangan manajerial atau perselisihan yang bermaksud untuk mengeliminasi, menentukan, atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa.

2) Bebas dari campur tangan dengan atau suatu sikap tidak mau bekerja sama mengenai penerapan prosedur yang dipilih.

3) Bebas dari usaha-usaha pihak lain terhadap subyek pekerjaan pemeriksaan untuk memeriksa selain yang disediakan untuk proses pemeriksaan.

b. Independensi investigatif adalah bebas pengendalian atau pengaruh yang tidak sepantasnya dalam pemilihan bidang-bidang, kegiatan-kegiatan, hubungan pribadi, dan kebijaksanaan manajerial yang akan diperiksa, hal ini mensyaratkan bahwa tidak ada sumber informasi yang sah yang tertutup untuk akuntan publik. Pedoman atau petunjuk independensi investigatif adalah sebagai berikut: 195

1) Langsung dan bebas mengakses semua buku-buku, catatan-catatan, pejabat, dan karyawan perusahaan, serta sumber informasi lain yang berhubungan dengan kegiatan, kewajiban-kewajiban, dan sumber-sumber bisnis.

2) Aktif bekerja sama dengan pribadi manajerial selama pelaksanaan pemeriksaan akuntan publik.

3) Bebas dari usaha-usaha manajerial untuk menentukan atau menunjuk kegiatan yang akan diperiksa atau untuk menentukan dapat diterimanya masalah pembuktian.

4) Bebas dari kepentingan pribadi atau hubungan yang mengarah untuk mengeluarkan dari atau membatasi pemeriksaan pada kegiatan-kegiatan, catatan, orang-orang tertentu yang seharusnya tercakup dalam pemeriksaan.

c. Independensi pelaporan adalah bebas dari pengendalian atau pengaruh yang tidak sepantasnya dalam menyatakan fakta-fakta yang ditemukan dalam pemeriksaan atau dalam memberikan rekomendasi atau pendapat sebagai hasil pemeriksaan.

Petunjuk atau pedoman independensi adalah sebagai berikut: 196

1) Bebas dari perasaan kesetiaan atau kewajiban untuk memodifikasi pengaruh fakta-fakta yang dilaporkan pada pihak tertentu.

195 Ibid.

196 Ibid., hlm. 30.

2) Menghindari praktek untuk meniadakan persoalan-persoalan penting dari laporan formal ke laporan informal bentuk tertentu yang disenangi.

3) Menghindari bahasa atau istilah-istilah yang mendua arti secara sengaja atau tidak sengaja dalam pelaporan fakta-fakta, pendapat, dan rekomendasi, serta dalam penafsirannya.

4) Bebas dari usaha-usaha tertentu untuk mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan akuntan pemeriksa terhadap isi laporan pemeriksaan yang mencukupi, baik fakta maupun pendapatnya.

2. Independensi profesi (Profession Independence)

Independensi profesi adalah independensi penampilan akuntan publik sebagai suatu kelompok profesi. Jika masyarakat, khususnya para pemakai langsung laporan pemeriksaan akuntan, mempunyai kepercayaan dan integritas profesi maka akuntan publik secara individual maupun keseluruhan profesi dapat mempunyai kesempatan secara maksimal dalam memberikan jasanya kepada mereka. Independensi profesi ini sangat erat dengan persepsi atau perasaan independensi (perceived-independence) masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Paham independensi masyarakat terhadap akuntan publik terbentuk karena pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. Jika dari pengamatannya masyarakat mengetahui bahwa seorang akuntan publik, dan lebih-lebih jika banyak akuntan publik, bertindak tidak independen maka masyarakat kemungkinan tidak mempercayai profesi akuntan publik secara keseluruhan. Akuntan publik secara individu atau keseluruhan profesi harus dapat mempertahankan independensi profesi.

Rusaknya independensi profesi mengakibatkan timbulnya kesulitan bagi para pemakai laporan keuangan. Mereka mungkin berpendapat bahwa menggunakan laporan keuangan perusahaan yang tidak diperiksa akuntan publik sama saja dengan

menggunakan laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik, atau mungkin mereka lebih mempercayai laporan keuangan yang disajikan langsung oleh perusahaan dari pada yang diperiksa oleh akuntan publik. Hilangnya kepercayaan terhadap independensi profesi juga harus dibayar mahal oleh masyarakat dan akuntan publik. Jika masyarakat tidak menaruh kepercayaan pada laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan, mereka bukannya menggunakan akuntan publik untuk memeriksa laporan keuangan tersebut, tetapi mereka cenderung memiliki sendiri petugas atau unit pemeriksa dan dengan kekuatan yang mungkin ada padanya memaksa perusahaan mau diperiksa oleh petugasnya. Pemilikan petugas atau unit pemeriksa sendiri memerlukan biaya yang mahal bagi para pemakai laporan keuangan.197

Akuntan publik tidak mempunyai alat pengendalian yang melekat di dalam diri mereka untuk dapat secara otomatis menjamin agar masyarakat tidak meragukan independensi dan integritas profesinya. Seluruh anggota profesi akuntan publik harus menyadari bahwa pemeliharaan dan mempertahankan independensi profesi merupakan faktor penting untuk mengembangkan profesi akuntan publik. Keragu-raguan masyarakat atau rusaknya independensi akuntan publik yang disebabkan oleh satu kantor akuntan publik mengakibatkan masyarakat meragukan independensi

Hilangnya kepercayaan masyarakat mengakibatkan akuntan publik tidak dapat memberikan jasanya kepada masyarakat. Keadaan ini dapat mengakibatkan jasa profesi akuntan publik secara keseluruhan, tidak terbatas pada pekerjaan pemeriksaan akuntan, tidak dapat berkembang.

197 Ibid., hlm. 32-33.

akuntan publik secara keseluruhan atau profesi. Mereka harus menghindarkan faktor-faktor yang dapat merusak atau mengurangi independensi profesi akuntan publik yang pada dasarnya adalah independensi penampilan akuntan publik. 198

Berdasarkan Peraturan Nomor VIII.A.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-86/BL/2011 tanggal 28 Februari 2011 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa di Pasar Modal: 199

Dalam memberikan jasa profesional, khususnya dalam memberikan opini, Akuntan wajib mempertahankan sikap independen. Akuntan tidak independen apabila selama periode audit dan selama periode penugasan profesionalnya, baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik, maupun Orang Dalam Kantor Akuntan Publik:

a. Mempunyai kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material pada klien, seperti:

1) Investasi pada klien, atau

2) Kepentingan keuangan lain pada klien yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

b. Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien, seperti:

1) Merangkap sebagai karyawan kunci pada klien;

2) Memiliki anggota keluarga dekat yang bekerja pada klien sebagai karyawan kunci dalam bidang akuntansi atau keuangan;

3) Mempunyai mantan rekan atau karyawan profesional dari kantor akuntan publik yang bekerja pada klien sebagai karyawan kunci dalam bidang akuntansi atau keuangan, kecuali setelah lebih dari satu tahun tidak bekerja lagi pada Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan; atau

4) Mempunyai rekan atau karyawan profesional dari Kantor Akuntan Publik yang sebelumnya pernah bekerja pada klien sebagai karyawan kunci dalam bidang akuntansi atau keuangan, kecuali yang bersangkutan tidak ikut melaksanakan audit terhadap klien tersebut dalam Periode Audit.

c. Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material dengan klien, atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada klien, atau dengan pemegang saham utama klien. Hubungan usaha dalam butir ini tidak termasuk hubungan usaha dalam hal Akuntan, Kantor Akuntan Publik, atau Orang Dalam Akuntan Publik memberikan jasa audit, review, atestasi lainnya, dan/atau non

198 Ibid.

199 Pasal 3 Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-86/BL/2011 tanggal 28 Februari 2011 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa di Pasar Modal.

atestasi kepada klien, atau merupakan konsumen dari produk barang atau jasa klien dalam rangka menunjang kegiatan rutin.

d. Memberikan jasa non atestasi kepada klien seperti:

1) Pembukuan atau jasa lain yang berhubungan dengan catatan akuntansi klien atau laporan keuangan;

2) Desain sistem informasi keuangan dan implementasi;

3) Audit internal;

4) Konsultasi manajemen;

5) Konsultasi sumber daya manusia;

6) Penasehat keuangan;

7) Jasa perpajakan, kecuali telah memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Komite Audit.

Persetujuan Komite Audit tersebut tidak termasuk jasa perpajakan untuk mewakili klien di dalam maupun di luar pengadilan perpajakan dan/atau bertindak untuk dan atas nama klien dalam perhitungan dan pelaporan perpajakan; atau

8) Jasa-jasa lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

e. Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar Fee Kontinjen atau komisi, atau menerima Fee Kontinjen atau komisi dari klien, kecuali Fee Kontinjen ditetapkan oleh pengadilan sebagai hasil penyelesaian hukum temuan badan pengatur dan/atau perpajakan.

f. Memiliki sengketa hukum dengan klien.

Upaya yang dibutuhkan untuk memelihara independensi akuntan publik, antara lain:200

a. Kewajiban Hukum, adanya sanksi hukum bagi akuntan publik yang tidak independen.

b. Standar auditing yang berlaku umum, sebagai pedoman yang mengharuskan akuntan publik mempertahankan sikap independen, untuk semua hal yang berkaitan dengan penugasan.

c. Standar Pengendalian Mutu, salah satu standar pengendalian mutu mensyaratkan kantor akuntan publik untuk menetapkan kebijakan dan prosedur guna memberikan jaminan yang cukup bahwa semua staf independen.

d. Komite Audit, merupakan sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.

Komite Audit akan memutuskan kantor akuntan publik mana yang akan diberi tugas, dan menentukan ruang lingkup pekerjaan, melakukan pertemuan untuk

200 Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Auditing, Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm 51-52.

membahas hasil audit, dan membantu menengahi bila terjadi perselisihan antara manajemen dan akuntan publik.

e. Komunikasi dengan akuntan publik pendahulu. Auditor pengganti melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu sebelum menerima penugasan, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai integritas manajemen.

f. Penjajagan pendapat mengenai penerapan prinsip akuntansi. Tujuan untuk meminimalisasi kemungkinan manajemen menjalankan praktik membeli pendapat, hal ini merupakan ancaman potensial terhadap independensi.

BAB III

PENENTUAN PENDAPAT AKUNTAN PUBLIK ATAS LAPORAN KEUANGAN DI PASAR MODAL

A. Laporan Keuangan

1. Dasar Hukum Pembuatan Laporan Keuangan Perseroan Terbatas

Dasar hukum pembuatan Laporan Keuangan Perseroan Terbatas salah satunya tercantum dalam Pasal 66 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan:201

(1) Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir.

(2) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya:

a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan tersebut;

b. laporan mengenai kegiatan Perseroan;

c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan;

d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan;

e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau;

f. nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris;

g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.

(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan.

(4) Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a bagi Perseroan yang wajib diaudit, harus disampaikan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

201 Pasal 66 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Bapepam juga mengeluarkan peraturan mengenai laporan keuangan, yaitu:

a. Peraturan Nomor VIII.G.7 lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan yang sebelumnya merupakan Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-97/PM/1996 tanggal 28 Mei 1996.

b. Peraturan Nomor VIII.G.11 lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-04/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.

2. Isi Laporan Keuangan Perseroan Terbatas

Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut dan kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Perhitungan Rugi Laba serta laporan-laporan keuangan lainnya. Pengadaan analisa terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisa terhadap laporan rugi labanya akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan. 202

Laporan keuangan, pada mulanya, bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai

“alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja, tetapi juga sebagai dasar untuk dapat

202 S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yoyakarta: Liberty, 2007), hlm. 1.

menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, di mana dengan nilai analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan, jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan yang bersangkutan.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, banker, para investor dan pemerintah di mana perusahaan tersebut berdomisili, buruh serta pihak-pihak lainnya lagi.

Para investor sangat berkepentingan atau memerlukan laporan keuangan perusahaan di mana mereka ini menanamkan modalnya. Mereka ini berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut, dan hasil analisa laporan tersebut para investor akan dapat menentukan langkah-langkah yang harus ditempuhnya. 203

Laporan keuangan, pada umumnya terdiri dari Neraca dan Perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal, di mana Neraca menunjukkan/menggambarkan

203 Ibid., hlm. 2-3.

jumlah aktiva, utang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan Perhitungan (laporan) Rugi Laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan perubahan modal perusahaan. Tetapi dalam prakteknya sering diikutsertakan kelompok lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta daftar-daftar lainnya. 204

Menurut Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia dikatakan bahwa laporan keuangan ialah neraca dan perhitungan rugi laba serta keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampiran-lampirannya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana-dana, untuk perusahaan besar yang banyak pemegang sahamnya, maka di samping laporan keuangan termaksud di atas sebaiknya ditambah keterangan-keterangan tentang: 205

a. Kondisi dan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi.

b. Usaha-usaha yang lalu, sekarang maupun yang akan datang.

c. Luasnya produksi.

d. Kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan.

e. Penelitian dan pengembangan.

f. Marketing dan advertising.

g. Rencana-rencana dalam belanja modal dan pembelanjaan di masa yang akan datang.

h. Kebijaksanaan mengenai deviden dan sebagainya.

204 Ibid., hlm. 5.

205 Ibid., hlm. 6.

Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara: 206

a. Fakta yang telah dicatat (recorded fact)

Fakta-fakta yang yang telah dicatat berarti laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di Bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut (at original cost). Kita tidak coba menaksir berapa jumlah yang harus dikorbankan jika kita akan menggantikan aktiva tersebut atau dengan kata lain kita tidak mencoba untuk menaksir nilai realisasi atau nilai ganti aktiva tersebut (current market value atau replacement value), dengan sifat yang demikian itu, maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian yang paling akhir, karena segala sesuatunya sifatnya historis. Sehingga mungkin terdapat beberapa hal yang dapat membawa akibat terhadap posisi keuangan perusahaan tidak tercatat dalam pencatatan akuntansi atau tidak tampak dalam laporan keuangan, misalnya adanya pesanan yang tidak dapat dipenuhi, berbagai

206 Ibid., hlm. 7.

kontrak pembelian/penjualan yang telah disetujui dan adanya hak-hak paten yang masih dalam pengurusan.

b. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate)

Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (General Accepted Accounting Principle), hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman.

c. Pendapat pribadi (personal judgement)

Pendapat pribadi (personal judgement) dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung dari pada akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan. Judgement atau pendapat ini tergantung kepada kemampuan atau integritas pembuatnya yang dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta beberapa hal. 207

Laporan keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Laporan ini, secara umum, menyediakan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu periode yang

207 Ibid., hlm. 8.

ditujukan bagi pengguna laporan di luar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan dengan perusahaan. Laporan keuangan sebagai sumber informasi harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami dan dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun antar perusahaan sejenis.

Laporan keuangan harus disusun berdasarkan suatu standar akuntansi yang dapat disepadankan setaraf internasional, begitu juga halnya dengan Bapepam, sebagai anggota International Organization of Securities Commisions, menyatakan untuk menggunakan International Accounting Standard (IAS) dalam menyusun laporan keuangan pasar modal. Laporan keuangan diharapkan akan memberi gambaran yang sebenarnya tentang kinerja manajemen perusahaan pada masa lalu dan prospek di masa yang akan datang, sehingga dapat dipercaya dan diandalkan oleh investor sebagai acuan dalam mengambil keputusan investasi. Laporan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan dan akuntan publik sebagai pemberi opini atas laporan keuangan perusahaan. 208

Komite Prinsip Akuntansi Indonesia telah menyelaraskan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI), yang berlaku di Indonesia, dengan mengadopsi International Accounting Standard (IAS) dari International Accounting Standard Committee.

Hasilnya adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) bertaraf internasional yang terdiri dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) serta Interpretasi

208 Chairul Marom, Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), hlm. 2-3.

Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). Standar ini selesai disusun oleh Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal 7 September 1994 dan dinyatakan berlaku pada atau setelah tanggal 1 Januari 1995.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam melaksanakan fungsinya melakukan pengawasan terhadap emiten atau perusahaan publik, mengeluarkan peraturan nomor VIII G. 7 tentang pedoman penyajian laporan keuangan berdasarkan keputusan Ketua Bapepam nomor 97/PM/1996 tanggal 28 Mei 1996 yang telah diubah dengan keputusan nomor 06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000.209

Peraturan ini menetapkan bentuk, isi, dan persyaratan dalam penyajian laporan keuangan yang harus disampaikan oleh emiten atau perusahaan publik, baik untuk keperluan penyajian kepada masyarakat maupun untuk disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). 210

Peraturan ini merupakan pedoman penyajian laporan keuangan bagi industri secara umum. Hal-hal mengenai bentuk, isi, dan persyaratan dalam penyajian

Peraturan ini merupakan pedoman penyajian laporan keuangan bagi industri secara umum. Hal-hal mengenai bentuk, isi, dan persyaratan dalam penyajian