• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terjadinya Laporan Keuangan yang Overstated

BAB III PENENTUAN PENDAPAT AKUNTAN PUBLIK

B. Laporan Keuangan yang Overstated

2. Terjadinya Laporan Keuangan yang Overstated

Akuntan diwajibkan untuk melakukan prosedur dan usaha-usaha pemeriksaan lainnya untuk memastikan bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan material305 atau bebas dari salah saji material. Salah saji material dapat terjadi sebagai dari kekeliruan maupun kecurangan. Akuntan publik bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Salah saji (misstatements) timbul karena Errors dan Fraud dan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil users. 306 Ada dua tipe kesalahan: 307

a. Errors

Kesalahan ini timbul sebagai akibat tindakan yang tidak disengaja yang dilakukan manajemen atau stafnya yang mengakibatkan kesalahan teknis perhitungan, pemindahbukuan, penerapan prinsip-prinsip akuntansi yang tidak disengaja.

b. Irregularities

Kesalahan ini merupakan kesalahan yang sengaja dilakukan pemegang buku/manajemen atau pegawainya yang mengakibatkan kesalahan material terhadap penyajian laporan keuangan, misalnya kecurangan atau fraud.

305 Sofyan Syafri Harahap (1), Auditing Perusahaan Kecil, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 122.

306 Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Op. Cit, hlm. 60.

307 Sofyan Syafri Harahap (1), Loc. Cit.

Fraud merupakan salah satu bentuk irregularities. Bentuknya misalnya perusahaan tidak melakukan pencatatan, mencatat biaya lebih tinggi dari yang sebenarnya, mencatat hasil lebih rendah dari yang sebenarnya, dan lain-lain.

Kedua tipe kesalahan ini harus diwaspadai dan diusahakan harus ditemukan.

Untuk itu akuntan publik harus mencari prosedur pemeriksaan yang dapat menjamin menemukan kedua tipe kesalahan ini. Kesalahan ini biasanya dapat ditemukan dengan lebih dahulu mengamati dengan cermat kelemahan sistem pengawasan intern, menilai tingkat kejujuran manajemen, melihat transaksi yang tidak biasa, dan lain-lain. 308

Cabang-cabang Fraud: 309 a. Corruption

Terdiri dari ranting-ranting:

1) Conflict of interest merupakan benturan kepentingan. Benturan kepentingan ini bisa terjadi dalam skema permainan pembelian maupun penjualan. Pembeli dapat melakukan kolusi korupsi nepotisme dengan penjual. Lembaga pemerintah atau bisnis baik selaku penjual maupun pembeli dapat melakukan KKN. Praktik ini mencolok dalam hal pembeli sebenarnya merupakan captive market dari penjual, namun penjual tetap mengeluarkan marketing fee yang tidak lain adalah penyuapan.

2) Bribery (Penyuapan)

308 Ibid.

309 Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Op. Cit, hlm. 62.

3) Illegal Gragtuities merupakan hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan.

4) Economic Extortion

b. Asset Misappropiation merupakan aset secara illegal yang dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut (penggelapan). Cabang-cabang dari penggelapan ini adalah:

1) Cash

Yang menjadi sasaran penjarahan adalah uang kas maupun di bank yang dapat dimanfaatkan langsung oleh pelakunya. Asset Misappropiation dalam bentuk penjarahan kas dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu:

a) Skimming

Dalam Skimming uang dijarah sebelum uang tersebut secara fisik masuk ke perusahaan. Cara ini terlihat dalam fraud yang sangat dikenal akuntan publik, yaitu Lapping.

b) Larcency

Kalau uang sudah masuk ke perusahaan dan kemudian dicuri maka fraud ini disebut larcency atau pencurian.

c) Fraudulent Disbursement

Jika penggelapan dilakukan pada saat arus uang sudah terekam dalam sistem maka penggelapan ini disebut Fraudulent Disbursement. Pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah ini sebenarnya satu langkah lebih jauh dari pencurian.

2) Inventory and all other assets

Aset lainnya juga bisa menjadi sasaran adalah aktiva tetap. Modus operandi dalam penjarahan aset yang bukan uang tunai di bank adalah missue dan larcency. Missue adalah penyalahgunaan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi. Tetapi jika yang disalahgunakan tersebut tidak dikembalikan maka dikatakan sebagai larcency.

c. Fraudulent Statements

Jenis fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan general audit. Ini merupakan fraud yang berkenaan dengan penyajian laporan keuangan, berkenaan dengan salah saji, misstatements baik overstatements maupun understatements.

Salah saji aset atau pendapatan lebih tinggi dari yang sebenarnya (overstatement).

Terlihat dalam banyak perusahaan publik raksasa Amerika Serikat seperti Enron.

Undang-undang Sarbanes Oxley merupakan ketentuan yang keras terhadap praktik-praktik tersebut. Salah saji aset atau pendapatan lebih rendah dari yang sebenarnya (understatement). Banyak berhubungan dengan laporan keuangan yang disampaikan kepada instansi perpajakan atau instansi bea dan cukai. 310

Perusahaan, dalam aktivitasnya, sudah dipastikan ingin mencapai tujuan perusahaan dengan sebaik-baiknya. Perusahaan seringkali menerapkan strategi-strategi yang mungkin bisa berdampak terhadap suatu pelanggaran etika. Segala cara mungkin dilakukan manajemen perusahaan agar tujuannya bisa tercapai. Tujuan perusahaan yang utama tentunya adalah mencapai keuntungan yang maksimal

310 Ibid, hlm. 63.

sehingga manajemen perusahaan dengan segala cara menginginkan kinerjanya dinilai baik. Kondisi perusahaan yang tidak sehat seringkali oleh manajemen ditutupi dengan menampilkan atau melaporkan kinerja keuangannya tetap baik. Akibat dari kondisi seperti itulah manajemen biasanya berkolusi dengan akuntan agar kinerjanya tetap bisa dinilai baik oleh para calon investor, pemilik atau pihak lain yang berkepentingan dengan kinerja perusahaan yang baik. 311

Manajemen laba merupakan kebijakan yang sering dilakukan oleh perusahaan untuk memanipulasi laba dari hasil operasinya. Manajemen laba ini bisa dilakukan dengan cara memilih metode-metode akuntansi yang bisa menaikkan laba (overstated) atau menurunkan laba (understated). 312

Lembaga manajemen Stern Stewart dan Co. menilai akar permasalahan terjadinya praktek kecurangan akuntansi adalah penggunaan model earning per share (laba per lembar saham) sebagai instrumen penilaian kinerja perusahaan. Dengan model earning per share, maka pihak manajemen akan melakukan segala cara, termasuk penggelembungan pendapatan serta penyembunyian biaya, untuk

311 Iman P. Hidayat, Dampak Financial Number Game, sebagaimana dimuat dalam http://imanph.wordpress.com/2007/12/12/dampak-financial-number-game/, diakses tanggal 16 Agustus 2013 pukul 05.35 WIB.

312 Agustina, Analisi Pengaruh Tipe Kepemilikan Perusahaan dan Manajemen Laba terhadap Pemilikan Auditor dan Sudit Fee, sebagaimana dimuat dalam

http://eprints.undip.ac.id/39583/1/AGUSTINA.pdf, diakses tanggal 16 Agustus 2013 pukul 05.35 WIB.

meningkatkan laba bersih perusahaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan earning per share perusahaan. 313

Adanya motif tertentu pihak penyedia informasi keuangan, yakni perusahaan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyajian informasi keuangannya. Penyebab hal ini adalah karena adanya kepercayaan yang sangat tinggi mengenai harapan masa depan dan juga karena adanya unsur kesengajaan memberi kesan baik kepada pihak lain terutama untuk menarik investor. Hal tersebut menjadikan informasi keuangan tidak benar, keakuratan ini dapat berupa mark up (overstated)314 untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya.315

Terjadinya berbagai kasus penyajian laporan keuangan yang tidak semestinya ini menunjukkan terjadinya skandal keuangan yang merupakan kegagalan laporan keuangan di dalam memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan keuangan.

Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya mengenai kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Kualitas laba khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka

313 Bab I Pendahuluan, Tesis, sebagaimana dimuat dalam

http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab1/BAB%201_03-51.pdf, diakses tanggal 16 Agustus 2013 pukul 05.35 WIB.

314 Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Op. Cit, hlm. 5-6.

315 Yuniarti Hidayah Suyoso Putra, Artikel Praktik Kecurangan Akuntansi dalam Perusahaan, hlm. 5.

yang menggunakan laporan keuangan karena bermanfaat untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi. 316

3. Kasus Laporan Keuangan Emiten/Perusahaan Publik yang Overstated