• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Pengertian Pembangunan Berkelanjutan

Istilah pembangunan berkelanjutan mulai dipopulerkan setelah Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (KTT-Bumi) di Brazil pada tahun 1992. KTT-Bumi merupakan penegasan kembali kesepakatan bersama bangsa-bangsa di muka bumi yang sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup atau pentingnya mengatasi masalah lingkungan global. Hal ini dapat terjadi karena pelestarian lingkungan hidup sangat penting dan tidak dapat dipisahkan begitu saja prioritasnya dengan pembangunan sektor lainnya (Thamrin 2009).

Definisi tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dikemukakan dalam Brundtland Report, Our Common Future yaitu: Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Barbier (1987) mendefinisikan sustainable development dengan mengaitkan pada pembangunan ekonomi. Menurutnya, pembangunan ekonomi berkelanjutan merujuk kepada tingkat interaksi optimal

antara tiga sistem yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial, yaitu pada tingkat yang dicapai melalui satu proses trade-off yang adaptif dan dinamis. Sustainable development adalah pembangunan yang menjamin atau memastikan generasi mendatang akan hidup dengan standar kehidupan, termasuk kesejahteraan materi dan lingkungan, minimal sama tingginya dengan standar kehidupan yang dinikmati oleh generasi saat ini. Secara umum, berdasarkan pemikiran-pemikiran yang berkembang, maka sustainable development harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• Pertumbuhan ekonomi dan distribusinya harus berjalan selaras secara seimbang;

• Pencapaian tujuan pertumbuhan dan pemerataan tersebut harus diikuti upaya pelestarian lingkungan dan atau mempertahankan kemampuan sumber daya; • Bahwa distribusi hasil pembangunan harus berlangsung secara adil, baik

dalam dimensi ruang (lingkup wilayah yang kecil, regional, bahkan global) maupun dalam dimensi waktu (bermanfaat bagi generasi sekarang maupun yang akan datang);

• Pembangunan harus menjamin tersedianya kondisi sosial ekonomi, budaya, keamanan bagi masyarakat serta terjaganya kualitas lingkungan dalam dimensi ruang dan waktu.

Menurut Munasinghe (1993), pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pilar, yaitu pilar ekonomi, ekologi dan sosial Gambar 8. Pilar ekonomi menekankan pada perolehan pendapatan yang berbasiskan penggunaan sumber daya yang efisien. Pendekatan ekologi menekankan pada pentingnya perlindungan keanekaragaman hayati yang akan memberikan kontribusi pada keseimbangan ekosistem dunia. Sedangkan pendekatan sosial menekankan pada pemeliharaan kestabilan sistem sosial budaya, meliputi penghindaran konflik keadilan, baik antar generasi masa kini dengan generasi mendatang.

Indikator dari masing-masing dimensi (Munasinghe 1993) adalah sebagai berikut :

1. Berkelanjutan ekologis, yaitu : (1) memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan di bumi ini tetap terjamin yakni memelihara daya dukung, daya asimilasi dan keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam terpulihkan; (2) memelihara keanekaragaman hayati dimana proses ekologis menggantungkan keberlanjutannya;

2. Berkelanjutan ekonom makro, seperti efisiensi berkesinambungan, pertu karena itu diperlukan penyesuaian struktural (2) keberlanjutan ekono ekonominya dapat akunting ekonomi; 3. Berkelanjutan sosial

kebutuhan dasar manusia kesejahteraan dan keadilan, budaya dengan menghargai dunia dan dengan m

manfaat masyarakat dan pembangunan ekonomi serta mendorong part masyarakat lokal dalam

Gambar 8 Pembangunan ber

Atas pemahaman konsep nyata, karena selai strategis juga memberikan ini dapat digunakan sebagai untuk mengembangkan pembangunan sosial. Oleh

omi terbagi menjadi dua, yaitu : (1) keberlanjutan ek seperti efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonom berkesinambungan, pertumbuhan ekonomi dan distribusi kemakmuran.

diperlukan kebijakan ekonomi makro yang tepat guna dan struktural yang menyertakan disiplin fiskal dan moneter; keberlanjutan ekonomi sektoral dimana sumber daya alam yang

dapat dihitung harus diperlakukan sebagai kapital

al budaya yang meliputi: stabilitas penduduk, m

dasar manusia dengan mengentaskan kemiskinan, pemerataan dan keadilan, mempertahankan keanekaragaman ad

dengan menghargai atau mengakui kebudayaan seluruh bangsa dengan memahami atau menggunakan local knowledge faat masyarakat dan pembangunan ekonomi serta mendorong partisipasi

arakat lokal dalam pengambilan keputusan.

Pembangunan berkelanjutan (Munasinghe 1993).

pemahaman tersebut, pembangunan berkelanjutan akan karena selain berperan sebagai pemberi arah yaitu orientasi

mberikan motivasi terhadap pelaku ekonomi lokal. Pendekatan digunakan sebagai alat untuk mengatasi permasalahan lingkungan,

bangkan peluang ekonomi dan untuk mengambil peran

sosial. Oleh sebab itu, dalam implementasi pengembangan 1) keberlanjutan ekonomi ekonomi yang makmuran. Oleh guna dan proses moneter; serta alam yang nilai kapital dalam

penduduk, memenuhi kemiskinan, pemerataan man adat dan seluruh bangsa di

knowledge demi manfaat masyarakat dan pembangunan ekonomi serta mendorong partisipasi

).

akan menjadi yaitu orientasi yang al. Pendekatan permasalahan lingkungan, engambil peran dalam pengembangan

ekonomi lokal di suatu wilayah, perlu diestimasi indikator keberlanjutannya, sehingga produktivitas dapat dipertahankan dan mampu berkembang untuk jangka panjang (Soegandhy dan Rustam 2007).

Menurut Barbier (1987), tantangan pembangunan berkelanjutan adalah menemukan cara untuk meningkatkan kesejahteraan sambil menggunakan sumber daya aplam secara bijaksana. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan harus memberi perhatian untuk perlunya menata kembali landasan sistem pengelolaan aset-aset di wilayah baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penataan kembali tersebut lebih berupa integrasi kepada pemanfaatan ganda, yaitu ekonomi dan lingkungan atau ekosistem serta ukuran keberhasilannya dapat dilihat dan dirumuskan dengan melihat indikator-indikator antara lain: kontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan lokal, kontribusi terhadap keberlanjutan penggunaan sumber daya alam, kontribusi terhadap peningkatan lapangan kerja, kontribusi terhadap keberlanjutan ekonomi makro, efektifitas biaya dan kontribusi terhadap kemandirian teknis (Nurmalina 2007).

Pembangunan berkelanjutan mengandung dua konsep kunci, yaitu : (1) kebutuhan esensial untuk keberlanjutan kehidupan manusia; dan (2) keterbatasan dari teknologi dan organisasi yang berkaitan dengan kapasitas lingkungan untuk mencukupi kebutuhan generasi kini dan mendatang. Jadi konsep pembangunan berkelanjutan sesungguhnya berangkat dari konsep antroposentrik yang menjadikan manusia sebagai tema sentralnya (Fauzi 2004). Terkait dengan lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan, Nurmalina (2007) mengungkapkan empat ciri-ciri spesifik terpenting lingkungan khususnya sebagai agroekosistem. Empat aspek umum tersebut adalah: kemerataan (equitability), keberlanjutan (sustainability), kestabilan (stability) dan produktivitas (productivity). Secara sederhana, equitability merupakan penilaian tentang sejauh mana hasil suatu lingkungan sumber daya didistribusikan di antara masyarakatnya. Sustainability dapat diberi pengertian sebagai kemampuan sumber daya mempertahankan produktivitasnya, walaupun menghadapi berbagai kendala. Stabilitymerupakan ukuran tentang sejauh mana produktivitas sumber daya bebas dari keragaman yang disebabkan oleh fluktuasi lingkungan. Productivity adalah ukuran sumber daya terhadap hasil fisik atau ekonominya.

Adapun prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan menurut Hasan (2003), adalah :

2. Pembangunan berkelanjutan menghargai keanekaragaman dengan prasyarat selalu tersedianya sumber daya alam secara berkelanjutan dan dasar bagi keseimbangan tatanan lingkungan atau ekosistem;

3. Pembangunan berkelanjutan mengutamakan pendekatan integratif yaitu kompleksnya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial;

4. Pembangunan berkelanjutan meminta perspektif jangka panjang.

Ada dua pandangan tentang konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu pandangan neoclassical, dan pandangan ecological. Perbedaan mendasar yang membedakan dua pandangan ini adalah: Pada tingkatan berapa kapital yang diciptakan oleh manusia dapat menggantikan kapital alam? Dalam bentuk yang lebih nyata, kalimat itu dapat berupa: Apakah tanah lapisan atas (top soil) dapat diganti dengan pupuk tanpa menambah biaya produksi? Neoclassical akan menjawab dapat, sedangkan ecological akan menjawab tidak (Goodstein 1999).

Dokumen terkait