• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut adalah, tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi.12

Menurut pandangan Cambourne dalam Warsono dan Hariyanto proses pembelajaran dapat didefinisikan sebagai menjalin hubungan, mengidentifikasi pola-pola belajar, mengorgaisasikan bagian-bagian kecil pengetahuan, perilaku aktivitas yang semula tidak berkaitan, menjadi suatu pola baru yang utuh menyeluruh bagi peserta didik. Definisi tersebut dimulai dengan frasa menjalin hubungan, yang menegaskan perlunya siswa berinteraksi selama pembelajaran. Dengan demikian sesuai pendangan Cambourne tersebut, dalam definisi belajar peserta didik harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran.13

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pembelajaran, diantaranya yaitu:14

1) Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Maka keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran.

2) Faktor Siswa

Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap.

12

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h.58.

13

Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 2.

14

3) Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung serta langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya.

E. Pengertian Konstruktivisme

Teori Pembelajaran konstruktivisme (Constructivist Theory of Learning) menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai.15Teori belajar konstruktivisme dipelopori oleh J. Piaget dan Vygotsky. Belajar menurut pandangan konstruktivisme berarti membangun, yaitu siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya.16

Menurut Dwi Larasati, pendekatan konstruktivisme berasumsi bahwa siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks yang terbatas kemudian siswa mengkonstruksi sendiri pemahamannya dan pemahaman tersebut diperoleh dari pengalaman belajar yang bermakna.17Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Darma dalam Nazila Ramadhani pada jurnal Pendidikan Fisika, yaitu philosofi konstruktivisme menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) yang memebrikan ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka secara mandiri sesuai dengan pengalaman, kemampuan dan tingkat perkembangan individual siswa, baik perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir, bahwa pengetahuan dibangun

15

Trianto, Mendesain Model Pembelajar Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal. 28.

16

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119.

17

Larasati Dwi, Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran Teorema Phytagoras di Kelas 8 SMP, Jurnal Inovatif Volume 3, Nomor 1, September 2007, h. 47.

oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.18

F. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilan0ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan dan tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu di antara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pembelajaran.19 Menurut Johnson & Johnson, kooperatif adalah cara belajar yang menggunakan kelompok kecil, maka siswa bekerja dan belajar satu sama lain.20

Dalam suasananya pembelajaran kooperatif, kehadiran dan partisipasi tiap anggota harus diberdayakan atau dimanfaatkan, dimana pada setiap siswa ada tanggung jawab, ada pembagian tugas, harus ada interaksi dan

18

Ramadhani Nazila, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme 5E terhadap Hasil Belajar Fisiska di SMA Laksamana Martadinata, Jurnal Fisika ISSN 2252-732X, Vol. 1 No. 1 Juni 2012, h. 47.

19

Trianto, op. cit, hal.56-57. 20

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, op. cit, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 130.

komunikasi antar siswa, ada hubungan yang saling menguntungkan diantara anggota kelompok. Komunikasi dan interaksi memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang membantu meningkatkan pemikiran serta memberikan gagasan-gagasan baru dalam disi siswa. Hal ini memang dapat terjadi karena dalam kelompok kecil yang dibentuk itu terdiri dari siswa-siswa yang latar belakang kemampuan akademis serta pengalaman yang heterogen. Dalam hal ini agar proses pembelajaran kooperatif dapat berlangsung, dari siswa diperlukan adanya will dan skill, yaitu kemauan dan ketrampilan untuk kerjasama.21

Pembelajaran kooperatif ini membagi beberapa kelompok, sehingga terjadi kerjasama dalam proses pembelajaran. Di dalam kelompok inilah siswa dilatih untuk saling melengkapi dan mengajar teman satu kelompok. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka menurut Johnson & Johnson dan Suton, terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:22 (1) Saling ketergantungan positif, (2) Tanggung jawab perseorangan, (3) a\Adanya tatap muka, (4) Komunikasi antar anggota dan, (5) Evaluasi proses kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan model pembelajaran gotong royong juga mempunyai karakteristik tersendiri. Karakteristik kooperatif ini sangat membantu dalam pembelajaran student centre, secara umum pembelajaran kooperatif mempunyai lima karakteristik, yaitu:23

1) Siswa melakukan proses pembelajaran dengan tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelesaikan

21

Isjoni dkk., Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal. 67.

22

Trianto, op. cit, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal. 60-61 23

2) Siswa saling ketergantungan secara positif, dalam hal ini aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama.

3) Siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2-5 orang

4) Siswa menggunakan prilaku kooperatif dan pro sosial

5) Setiap siswa secara mandiri bertanggung jawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka. Dari hal-hal inilah pembelajaran akan berlangsung aktif dan tidak monoton berpusat pada ceramah diberikan guru kepada murid yang diajar.

Pembelajaran kooperatif ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran lainnya, dari paparan sebelumnya menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif, menurut Anita Lie keunggulannya antara lain sebagai berikut:24

1) Memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal

2) Memungkinkan pada siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan.

3) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

4) Meningktakan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

5) Meningkatkan motivasi belajar siswa

6) Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.

G. Pengertian Pembelajaran Resiprocal Teaching

Model pembelajaran Resiprocal Teaching dikembangkan oleh Palincsar dan Brown untuk mengajar siswa strategi-strategi kognitif serta membantu mereka dalam memahami bacaan.25 Palincsar dan Brown mencetuskanempat

24

Ibid, h. 135. 25

Jennifer R.Seymour, dkk., Reciprocal Teaching procedures and principles: two teachers’ developing understanding, journal Teaching and Teacher Education, 19, 2003, (www.elsevier.com), h. 327.

strategi Resiprocal Teaching agar meningkatkan kemampuan membaca siswa yaitu: (1) Merangkum bacaan, (2) Mengajukan pertanyaan, (3) Memprediksi jawaban pemecahan masalah atau soal, (4) Mengklarifikasi atau menjelaskan istilah-istilah yang sulit dipahami atau dihafalkan26

Menurut Palinscar, Resiprocal Teaching mengacu kepada aktivitas pengajaran yang terjadi dalam bentuk dialog antara guru dengan murid terkait segmen dari satu teks bacaan yang distrukturkan dalam empat strategi: membuat ringkasan, mengajukan pertanyaan, melakukan klarifikasi, dan melakukan prediksi. Selama pengajaran guru dan murid bertukar peran dalam memimpin dialog, sehingga menjadikan pengajaran ini suatu pengalaman pembelajaran kelompok yang menarik. Tentu saja teori scaffolding juga berperan menjadi landasan konsep Resiprocal Teaching.27

Menurut Nur dan Wikandari dalam buku Trianto, Resiprocal Teaching

merupakan satu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi-strategi belajar.28 Reciprocal Teaching dikatakan dapat mendukung kemampuan membaca karena dapat memperluas zona perkembangan proksimal para siswa, sebagaimana yang didefinisikan oleh Vygotsky.29

The distance between the actual development level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or in collaboration with more capable peers … the zone of proximal development today will be the actual development level tomorrow.

Jika diartikan yaitu, jarak antara tingkat perkembangan aktual seperti yang ditentukan oleh pemecahan masalah independen dan tingkat perkembangan potensial ditentukan melalui pemecahan dibawah bimbingan orang dewasa atau bekerjasama dengan rekan-rekan lebih mampu

26

Petter E Doolittle, dkk., Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education: A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts, vol. 17, 2006, h. 106.

27

Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 86.

28

Trianto, op. cit, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 173.

29Kylie Meyer, Diving into Reading’:Revisiting Reciprocal Teaching in the Middle Years,

menyelesaikan masalah ... zona pembangunan proksimal hari ini akan menjadi tingkat pembangunan yang sebenarnya untuk yang akan datang.

Reciprocal Teaching memiliki beberapa komponen utama, yaitu:

Specifically, reciprocal teaching consists of three main components, (a) the teaching and learning of specific readingcomprehension strategies, (b) the dialogue between a instructor and studens where the instructor models why, when, and where to use these reading comprehensions strategies, and (c) the appropriating of the role of the instructor by the students, that is students begin to model the reading comprehension strategies for other students.30

Jika diartikan, reciprocal teaching mempunyai 3 komponen utama, yaitu: 1) Strategi pengajaran dan pembelajaran yang spesifik dalam

memahami teks.

2) Adanya dialog diantara guru dengan siswa dimana guru memodelkan ketika menggunakan strategi dalam memahami teks. 3) Pemeranan yang tepat yang dilakukan oleh guru kepada siswa,

maka siswa dapat memulai model strategi pemahaman terhadapt suatu teks kepada siswa yang lain.

Resiprocal Teaching terutama dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat kerja sama untuk mengajarkan pemahaman bacaan secara mandiri di kelas. Melalui Resiprocal Teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman pengaturan diri spesifik, yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian, dan prediksi. Penggunaan pendekatan ini dipilih karena beberapa sebab, yaitu: (1) Merupakan kegiatan yang secara rutin digunakan pembaca, (2) Meningkatkan pemahaman maupun memberi pembaca peluang untuk memantau pemahaman sendiri, (3) Sangat mendukung dialog bersifat kerja sama.31

30

Peter E. Doolittle, David Hicks, Cheri F. Triplett, dkk, op.cit, pp.106-107. 31Trianto, op. cit, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 173.

Dokumen terkait