SISTEM SIRKULASI
(Kuasi Eksperimen di SMAN 11 Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
AWWALIA MAULVI LAILI
NIM : 109016100052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
Siswa SMA Kelas XI Pada Konsep Sistem Sirkulasi (Kuasi Eksperimen di
SMA Negeri 11 Tangerang Selatan). Skripsi, Program Studi Pendidikan
Biologi, Jurusan Pendidikan Iimu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
resiprocal teaching terintegrasi mind mapping terhadap hasil belajar siswa sma kelas XI pada konsep sistem sirkulasi. Penelitian ini dilakukan di SMAN 11 Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-postest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa untuk kelas eksperimen, dan 30 siswa untuk kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar, yang berupa tes pilihan ganda yang telah di uji validitas dan reabilitasnya. Analisis data kedua kelompok menggunakan uji t, diperoleh hasil thitung 2,06 dan ttabel pada taraf signifikan =0.05 sebesar 1,6716,
maka thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran resiprocal teaching terintegrasi mind mapping terhadap hasil belajar siswa sma kelas XI pada konsep sistem sirkulasi.
The High School Student Classes XI SMA Negeri 11 Tangerang Selatan). Skrispi, Program Study Of Biology, Science Education Departement,Faculty of Tarbiyah and Teacher of State Islamic University UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research was meant to find out the influence of kind of classroom resiprocal teaching integrated mind mapping to study result of the high school student classes XI on the concept of circulatory system. The study is done at SMAN 11 Tangerang Selatan. A method of research that we use is a quasi experiment with design research two group pretest-postest design. The sample done with the teqnique of random. A sample of the study consisted of 30 students to a class of experiment, and 30 students to class of control. An instrument research used is the test result learning by multiple choice test that has been in the test validity of and reability. Analisys of data the two group using t-test, obtained the value of t-count was equal 2,06, while t-table at the level of significant of =0.05 that equal is 1,6716, amounting to then thitung > ttabel. This indicated that there are influence kind of class romom resiprocal
teaching integrated mind mapping to study result of the high school student classes XI on the concept of circulatory system.
iii
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, sang pembawa risalah Islam dan pembawa syafa’at bagi ummatnya di hari akhirat kelak. Skripsi ini disusun dalam rangka memenusi syarat akademis untuk menyelesaikan studi S1
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dengan judul “Pengaruh Model Resiprocal Teaching Terintegrasi Mind Mapping
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Sirkulasi.”
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya, disampaikan kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan
dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus ucapan
trimakasih tersebut disampaikan kepada:
1. Nurlena, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, dan Yanti Herlanti, M.Pd, Dosen pembimbing
I dan II yang telah memberikan arahannya dan selalu ada ketika peneliti
kesulitan dalam penelitian ini.
5. Sukarlin, S.Pd., guru mata pelajaran Biologi, yang telah membantu dan
memberikan saran selama penelitian.
6. Teristimewa kepada orang tua, Ayahanda Muhammad Toyib dan Ibunda
iv
dan materil, sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 2009, terutama
Miftah Sururi, Muhammad Pahrudin yang memberikan pinjaman buku
dan selalu membantu, rekan-rekan Biogos Hot, dan rekan-rekan Belajar
yang terus memberikan arahan dan solusi dalam menyelesaikan skripsi
ini.
9. Sahabat Saya tersayang Mutiara Muharram, Lola Novita Sari, Ria
Mahardika, Siti Amelia, Endah Maulida, Iftahussa’diyah, Rimba
Berlianty, Yunia Andriani yang selalu memberikan dorongan serta
masukan-masukan sehingga tetap semangat dan tetap berdoa bersama
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dari lubuk hati yang paling
dalam Saya ucapkan terimakasih atas dukungan dan doanya. Semoga
Allah membalas semua kebaikan mereka dengan balasan yang lebih baik.
Saya harap skripsi ini menjadi kontribusi yang positif serta menambah
pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya
mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
v
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan masalah ... 7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitan... 8
BAB II KAJIAN TEORETIS ... 9
A. Kajian Teoritis ... 9
1. Pengertian Belajar ... 9
2. Pengertian Hasil Belajar ... 11
3. Pengertian Konstruktivisme ... 16
4. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 17
5. Pengertian Pengajaran Resiprocal Teaching ... 19
6. Pengertian Mind Map ... 24
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
B. Metode dan Desain Penelitian ... 39
C. Variabel Penelitian ... 40
D. Populasi dan Sampel ... 40
E. Prosedur Penelitian ... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Instrumen Penelitian ... 42
H. Kalibrasi Instrumen ... 44
I. Teknik Analisis Data ... 47
J. Hipotesis Statistik ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Hasil Penelitian ... 51
B. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 56
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
vii
[image:12.595.117.500.227.570.2]Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 43
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 46
Tabel 4.1 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 51
Tabel 4.2 Data Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 52
Tabel 4.3 Sebaran Nilai Siswa Bedasarkan KKM ... 53
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol Per Indikator ... 53
Tabel 4.5 Kategori N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 56
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 57
viii
Lampiran 2 Soal Instrumen uji validasi ... 83
Lampiran 3 Soal pretest ... 93
Lampiran 4 Hasil Validasi ... 100
Lampiran 5 Soal Posttest... 110
Lampiran 6 RPP Kelas Eksperimen ... 117
Lampiran 7 RPP Kelas Kontrol ... 150
Lampiran 8 Materi Ajar ... 182
Lampiran 9 Lembar Observasi Kelas Eksperimen ... 189
Lampiran 10 Lembar Observasi Kelas Kontrol ... 192
Lampiran 11 Rekapitulasi Data Nilai Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 195
Lampiran 12 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 197
Lampiran 13 Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 200
Lampiran 14 Uji Homogenitas Hasil Pretest ... 203
ix
Lampiran 19 Uji Hipotesis Postest ... 213
Lampiran 20 Uji Normal N-Gain ... 215
Lampiran 21 Lembar Diskusi Siswa Kelas Eksperimen ... 219
Lampiran 22 Lembar Diskusi Siswa Kelas Kontrol ... 221
Lampiran 23 Lembar Diskusi Resiprocal Teaching Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 222
Lampiran 24 Rubrik Penilaian Mind Map ... 230
Lampiran 25 Lembar Observasi Sekolah ... 231
Lampiran 26 Dokumentasi Foto Penelitian ... 229
Lampiran 27 Lembar Pengesahan Uji Referensi ... 235
1
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena
pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses
dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan.1 Metode perubahan pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku dapat terjadi
karena proses pembelajaran.
Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan
belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang ada merupakan penentu
keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Peserta didik yang belajar
diharapkan mengalami perubahan, baik dalam bidang pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Perubahan tersebut dapat dicapai
bila ditunjang berbagai macam faktor. Faktor yang dapat menghasilkan
perubahan juga berpengaruh meningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu,
hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar.
Hasil belajar yang baik dapat ditunjang dengan berbagai faktor, antara
lain metode pengajaran dan kemampuan guru dalam penerapan model
maupun pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Proses
pembelajaran biologi dikatakan berhasil apabila guru mempunyai
kemampuan dasar yang baik. Seorang guru biologi dituntut untuk memahami
dan mengembangkan suatu model pengajaran di kelas untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran. Cara mengajar yang menggunakan model atau teknik
yang dilakukan secara tepat diharapkan akan memmemperbesar motivasi
1
berprestasi dan kemandirian peserta didik dalam belajar, sehingga diharapkan
akan meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Hal ini berkaitan dengan upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan nasional. Seperti yang tercantum dalam tujuan pendidikan
nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.2 Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung dengan bagaimana proses belajar dialami oleh
peserta didik.
Namun hasil observasi di SMAN 11 Tangerang Selatan tahun pelajaran
2012/2013 pada hasil belajar konsep sistem sirkulasi menunjukkan bahwa
32,35% peserta didik yang mendapatkan nilai diatas KKM. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum berhasil,
setelah melakukan wawancara dengan guru ternyata metode yang dilakukan
oleh guru bidang studi lebih banyak menggunakan metode ceramah dan
jarang sekali menggunakan media bantu seperti proyektor ataupun
laboratorium untuk penelitian. Karena memang sarana dan prasarana di
sekolah tersebut masih banyak yang belum terfasilitasi, jadi untuk
melaksanakan pembelajaran masih kebanyakan dengan metode ceramah.
Selain hasil observasi di sekolah, adapula hasil penelitian yang dilakukan
oleh Nur Efendi dalam jurnlanya menunjukkan bahwa untuk meningkatkan
ketuntasan pembelajaran biologi SMA, peserta didik yang mandiri sangat
diharapkan. Menurut Palincsar dan Brown (1984:432), Pengajaran Reciprocal Teaching merupakan suatu pendekatan yang melatih keterampilan melalui empat strategi, dengan empat keterampilan tersebut, peserta didik akan menjadi
pembelajar yang mandiri, dapat mengerti dan memahami materi bacaan secara
2
mendalam. Penerapan Pengajaran resiprocal teaching perlu dilakukan sebagai salah satu alternatif strategi pendekatan pembelajaran guna peningkatan
ketuntasan hasil belajar biologi peserta didik SMA.3 Selain itu juga penelitian dari Yessi Erma dalam jurnalnya yang menunjukan bahwa dalam proses
pembelajaran, peserta didik terbiasa mengandalkan penjelasan dari guru.
Mereka hanya mencatat apa yang telah apa yang telah dicatat guru di papan
tulis atau yang disuruh oleh guru. Tidak mau menjawab jika ada pertanyaan,
cenderung menunggu jawaban dari guru kemudian mencatatmya. Dari hasil
tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar peserta didik masih
rendah.4
Belajar adalah cara untuk mengubah perilakunya karena akibat dari
pengalaman. Menurut Gagne dalam buku Ratna Willis Dahar, perubahan
perilaku terjadi karena pada proses belajar terjadi akibat adanya penggunaan
strategi kognitif, karena peserta didik perlu menunjukkan penampilan yang
kompleks dalam suatu situasi baru, dimana diberikan sedikit bimbingan
dalam memilih dan menerapkan aturan dan konsep.5 Model-model dalam
pembelajaran sangat beragam dan dapat diberlakukan dalam proses
pembelajaran dikelas. Pemanfaatan model ini, dapat mengurangi kejenuhan
pada peserta didik yang biasanya terjadi dalam pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang dapat kita
pergunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam
kelas dan menentukan perangkat pembelajaran yang akan dipergunakan.6 Jadi, salah satu pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh
ketepatan guru dalam penggunaan model. Model mengajar merupakan
cara-cara yang digunakan untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta
didik untuk mencapai tujuan dalam kegiatan mengajar. Makin tepat model
3
Nur Efendi, Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa, Jurnal Pedagogia, Vol. 2, No. 1, Februari 2013, h. 86.
4
Yesie Ema Yunita, Penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Biologi Siswa Kelas Vii-G Smp N 5 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011 Pendidikan Biologi Volume 3, Nomor 2, Mei 2011, FKIP UNS, h. 44. 5
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Bandung: Penerbit Erlangga, 2011), h. 118. 6
yang digunakan maka makin efisisen kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan antara guru dan peserta didik sehingga hasil belajar akan
meningkat. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran
yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah
afektif, maupun psikomotorik peserta didik. Reciprocal Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran
tercapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan peserta didik
mampu menyajikannya di depan kelas. Reciprocal Teaching Model pertama kali dikenalkan oleh Palincsar Brown di tahun 1984. Prinsipnya hampir sama
dengan mengajarkan kepada orang lain. Mengimplementasikan Reciprocal Teaching diharapkan tujuan pembelajaran tersebut tercapai dan kemampuan peserta didik dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan. Reciprocal Teaching
cocok diterapkan untuk membantu peserta didik dalam menguasai konsep dan
kemandirian belajar tersebut sehingga meningkatkan hasil belajara peserta
didik. 7
Dalam Reciprocal Teaching ada tahapan yang dilakukan peserta didik yaitu salah satunya adalah merangkum. Berdasarkan hasil observasi di SMA
11, kebanyakan peserta didik ketika disuruh merangkum, siswa masih
merangkum menggunakan catatan konvensional. peserta didik harus mencatat
dan menghafal daftar panjang yang dibuat dan seringkali ada yang terlewati
dan cenderung melebar dari materi yang diharapkan. Dengan demikian Mind Map dapat digunakan sebagai aletrnatif untuk peserta didik secara mental dapat membangun sebuah gambar yang dapat dibayangkan. Ketika gambar
tersebut muncul dalam benak peserta didik, maka seluruh penjelasan yang
terkandung di dalamnya akan terjelaskan. Penggabungan Reciprocal Teaching dengan Mind Mapping, diharapkan dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa.
7
Pratiwi Inung dan Ani Widayati, pembelajaran akuntansi melalui reciprocal teaching model
Seorang ahli psikologi dari Inggris bernama Tony Buzan telah
menerapkan konsep pemikiran visual dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Konsepnya dikenal dengan nama Mind Map. Mind Map merupakan alat paling hebat untuk membantu otak berpikir secara teratur. Mind Map
adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, memetakan pikiran-pikiran kita
secara menarik, mudah, dan berdaya guna.8
Model Resiprocal Teaching mengutamakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk membantu peningkatan mutu belajar dan hasil belajar
siswa, bukan hanya aspek-aspek tersebut yang diperhatikan, tetapi siswa juga
dapat mengaplikasikan pemahaman konsep. Model pembelajaran Resiprocal Teaching ini bertujuan memahami bagaimana anak-anak belajar mandiri, berkomunikasi, berdiskusi, dan belajar interaksi sosial. Melalui pembelajaran
Resiprocal Teaching siswa diharapkan dapat belajar efektif dan bermakna dengan mengkonstruk pemahamannya sendiri sehingga hasil belajar peserta
didik mengalami peningkatan.9
Menurut paham konstruktivisme, para murid menggunakan proses
kognitif untuk membentuk pemahaman terhadap materi yang dipelajari
berlawanan dengan pandangan bahwa mereka menerima informasi yang
ditransmisikan oleh guru. Pendekataan konstruktivisme mendukung
kurikulum dan instruksi yang berpusat pada murid dari pada pola berpusat
pada guru. Para murid adalah kunci dalam pembelajaran. Paham
konstruktivisme fokus pada proses mental dan strategi yang digunakan para
murid untuk belajar.10 Salah satu pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan atau pengajuan pertanyaan, serta melalui
pengajaran langsung dan pemodelan guru untuk memperbaiki kinerja
membaca siswa adalah Reciprocal Teaching. Dengan Reciprocal Teaching
guru mengajarkan siswa ketrampilan-ketrampilan kognitif penting dengan
8
Sinulingga K dan Nadeak J, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Bunyi di Kelas VIII S.MP Negeri 3 Tebing Tinggi, Jurnal Online Pendidikan Fisika, ISSN 1301-7651, h.. 41
9
Pratiwi Inung dan Ani Widayati, op. cit, h. 134. 10
menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan
kemudian membantu siswa mengembangkan ketrampilan tersebut atas usaha
mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan, dan suatu sistem
scaffolding.11 Kita mendeskripsikan sistem scaffolding (dukungan) sebagai teknik perubahan tingkat dukungan selama rangkaian pelajaran dalam satu
sesi pengajaran. Anggaplah scaffolding dalam pembelajaran seperti
scaffolding yang digunakan untuk membangun jembatan. Scaffolding
memberikan dukungan secara bertahap.12
Pembelajaran kooperatif, Resiprocal Teaching merupakan beberapa contoh dari pengajaran dengan mediasi rekan. Model ini juga membuat siswa
menyelidiki masalah yang dapat menarik perhatian mereka dan membuat
mereka mampu membuat kontribusi yang bermakna dan otentik untuk usaha
kelompok yang berdasarkan pengalaman, ketertarikan, pengetahuan, dan
ketrampilannya. Menurut Thellen dalam buku Forrest W. Parkay berpendapat
bahwa Peran guru disini adalah menciptakan lingkungan yang mengizinkan
siswa menentukan apa yang ingin mereka pelajari dan bagaimana. Siswa
diberikan soal, kemudian terhadap soal tersebut, mereka akan bereaksi dan
mencoba menemukan solusi, ide, dan cara menyelesaikannya. Berdasarkan
informasi yang mereka dapatkan, mereka mengidentifikasi masalah yang
diselidiki, menganalisis peran yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya dan
mengatur peran, tindakan, penyampaian dan mengevaluasi hasilnya.13
Beberapa teori yang telah dipaparkan sebelumnya melandasi penulis
untuk menyusun dan melaksanakan sebuah penelitian tentang hasil belajar
dalam pembelajaran sains khususnya Biologi. Dalam penelitian ini
diharapkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Penggunaan model
Resiprocal Teaching dan Mind Map dalam pembelajaran membuat siswa mandiri dalam belajar dan dapat mengkonstruk pemahaman mereka sendiri,
11
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 173.
12
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Educational Psychology, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 54.
13
sehingga diharapkan dapat membuat hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “pengaruh
pembelajaran Resiprocal Teaching terintegrasi Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa pada konsep Sistem Sirkulasi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasi masalah yang terjadi, yaitu:
a. Penerapan metode atau model pembelajaran yang kurang tepat oleh
guru.
b. Hasil belajar siswa pada konsep sistem sirkulasi masih kurang
maksimal.
c. Siswa kesulitan dalam merangkum dan memahami bacaan, serta
kurangnya kemandirian dalam belajar.
d. Siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini membatasi permasalahan pada lingkup:
a. Model pembelajaran ini dibatasi dengan menggunakan
pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping.
b. Hasil belajar pada penelitian ini difokuskan pada aspek kognitif
(C1-C5) terutama pada konsep Sirkulasi.
c. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA kelas XI.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah:
E. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penggunaan model pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa.
2. Kegunaan penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu :
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru bidang studi untuk
mempertimbangkan Model Pembelajaran Resiprocal Teaching
yang terintegrasi Mind Mapping dalam proses belajar mengajar. b. Bagi siswa model pembelajaran ini dapat membantu siswa agar
lebih memahami dan menguasai materi biologi serta memiliki
kemandirian dan memahami konsep dalam belajar
c. Bagi peneliti, dapat memperdalam pengetahuan mengenai Model
Pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping untuk dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
d. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti selanjutnya
9
Menurut Anthony Robbins dalam Trianto, Robbin mendefinisikan belajar
sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang
sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.pendapat Robbins juga
sama dengan apa yang dikemukakan oleh Jerome Brunner, yang
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa
membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada
pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya.1
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang
terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan dan
perkembangan tubuhnya atau karakteristik sesorang yang lahir. Bahwa antara
belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu
perubahan pada diri pembelajar.perubahan yang dimaksud adalah perubahan
perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, dan kebiasaan yang baru
diperoleh perilaku. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara
individu dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Jadi, Trianto
mengartikan bahwa belajar disini sebagai proses perubahan prilaku tetap dari
belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang
terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan
baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.2
Menurut Hilgard dan Brower dalam Ngalim Purwanto, belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu,
dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
1 Trianto,Mendesain Model Pembelajar Inovatif-Progresif, (Jakarta:Prenada Media Group, 2011), h.15.
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang. Belajar juga merupakan proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan.3
Menurut Winkel dalam buku purwanto belajar merupakan proses dalam
diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan
perubahan dalam perilakunya. Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap.4
Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pada belajar kognitif, prosesnya melibatkan perubahan dalam aspek
kemampuan berpikr (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang belajar psikomotorik memberikan hasil kepada siswa berupa ketrampilan
(psychomotoric).
Proses belajar merupakan proses yang unik, panjang dan kompleks.
Keunikan itu disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu
yang belajar, tidak pad orang lain, dan setiap individu menampilkan perilaku
belajar yang bebeda. Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap
individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, seperti minat intelegensi,
perhatian, bakat, dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai cara yang khas
untuk mengusahakan proses belajar dengan kemampuan yang berbeda dalam
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.5
Beberapa ahli mencoba mengkategorikan jenis-jenis belajar yang dikenal
dengan taksonomi belajar, salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang
disusun oleh Benyamin S. Bloom (Taksonomi Bloom). Tujuan pendidikan
dapat dirumuskan pada tiga tingkatan, pertama tujuan umum pendidikan yang
menentukan perlu tidaknya suatu program diadakan. Kedua, tujuan yang
didasarkan atas tingkah laku, yang dimaksud dengan taksonomi disini ialah
3
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 84. 4 Purwanto, Evaluasi hasil belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h.38-39.
berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku. Ada tiga macam tingkah
lakuyang dikenal umum, yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga,
tujuan yang lebih jelas dirumuskan secara operasional. Kaum Behavioris
menganggap bahwa taksonomi yang dikemukakan Bloom adalah sangat
bersifat mental.6
B. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
dengan menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Hasil
belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.
Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya
input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan
karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished good). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil
belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan
dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan
belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya
dibanding sebelumnya.7
Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah
dilakukan oleh individu. Perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dari
proses belajar. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentu “perubahan” harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan diliar individu. Oleh karena itu, proses belajar telah
terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 115. 7
aktivitas belajar telah dilakukannya. Misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu,
darui tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu,
dan sebagainya.8
Setiap siswa mempunyai potensi untuk dididik. Potensi itu merupakan
perilaku yang dapat diwujudkan menjadi kemampuan nyata. Hasil belajar
adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan
oleh usaha pendidikan. Kemampuan menyangkut domain kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Potensi jiwa yang dapat diubah melalui pendidikan
meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Beberapa ahli mencoba mengkategorikan jenis-jenis belajar yang dikenal
dengan taksonomi belajar, salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang
disusun oleh Benyamin S. Bloom (Taksonomi Bloom). Bloom membagi dan
menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar tingkat kognitif mulai dari yang
paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan
kompleks yaitu evaluasi. Enam tingkatan itu adalah hafalan (C1), pemahaman
(C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
Taksonomi hasil belajar afektif dikemukakan oleh Krathwohl. Krathwohl
membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.beberapa ahli
mengklasifikasikan dan menyusun hirarki hasil belajar psikomotorik.
Menurut Harrow hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi
enam: gerakan refleks, gerakan, fundamental dasar, kemampuan perseptual,
kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Namun
taksonomi yang paling banyak digunakan adalah taksonomi hasil belajar
psikomotorik dari Simpson.yang mengklasifikasikan hasil belajar
psikomotorik menjadi enam: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas.9
8
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar edisi II, (Jakarta: Rineka Cipta:2011), cet. Ke-3, hal.175.
9
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Belajar sebagai suatu aktivitas tidak terlepas dari berbagai faktor yang
mempengaruhi proses aktivitas tersebut. Faktor-faktor ini akan menunjang
berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai hasil yang
optimal. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) yaitu faktor fisiologis dan
faktor psikologis. Dan faktor yang datang dari luar diri siswa yaitu faktor
sosial dan non sosial.
a. Faktor Internal
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi
belajar siswa, sekurang-kurangnya terdapat dua faktor yang masuk kedalam
faktor fisiologis ini, yaitu:
2) Kesehatan
Sehat berarti baik seluruh anggota badan beserta bagian- bagiannya bebas
dari penyakit. Dalam proses belajar, siswa akan merasa terganggu jika
kesehatannya terganggu, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan
belajarnya, dan mengurangi semangatnya untuk belajar. Karena itu
pemeliharaan kesehatan sangatlah penting bagi setiap orang baik jasmani
maupun rohani agar badan tetap kuat, fikiran selalu segar dan fokus serta
bersemangat dalam belajarnya.
3) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai anggota tubuh atau badan, misalnya buta, tulli lumpuh
dan lain sebagainya. Cacat tubuh sangat mempengaruhi prestasi belajar,
karena apabila salah satu anggota badan dalam keaadan lemah atau kurang
baik, maka segala yang diajarkan oleh guru tidak akan diterina dengan baik
pula.
Faktor psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang
mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kelelahan.10 c. Faktor Eksternal
1) Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor yang menyangkut hubungan antara manusia
yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Yang termasuk kedalam faktor ini
adalah keluarga, lingkungan sekolah, teman bermain dan masyarakat.
2) Faktor non Sosial
Faktor non sosial dapat diartikan sebagai faktor lingkungan yang bukan
sosial, antara lain linkungan alam dan lingkungan fisik seperti keadaan
rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, dan buku-buku sumber lainnya.
Dengan demikian, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa dapat disimpulkan menjadi dua faktor secara garis besar, yaitu
faktor yang datang dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri
siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemati Soerdjabrata yang mengatakan
bahwa:
d. Faktor Pendekatan Belajar
Seperti yang dikatakan Lawson dalam buku Muhibbin Syah, pendekatan
belajar dapat dipahami sebagai keefektifan segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat
langkah operasioanl yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Disamping faktor-faktor
internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, faktor
pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses
belajar siswa.11
10
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 55.
11
D. Pengertian Pembelajaran
Proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain
saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut adalah, tujuan, materi
pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi.12
Menurut pandangan Cambourne dalam Warsono dan Hariyanto proses
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai menjalin hubungan,
mengidentifikasi pola-pola belajar, mengorgaisasikan bagian-bagian kecil
pengetahuan, perilaku aktivitas yang semula tidak berkaitan, menjadi suatu
pola baru yang utuh menyeluruh bagi peserta didik. Definisi tersebut dimulai
dengan frasa menjalin hubungan, yang menegaskan perlunya siswa
berinteraksi selama pembelajaran. Dengan demikian sesuai pendangan
Cambourne tersebut, dalam definisi belajar peserta didik harus terlibat aktif
dalam proses pembelajaran.13
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pembelajaran,
diantaranya yaitu:14 1) Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya
suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Maka
keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada
kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik
pembelajaran.
2) Faktor Siswa
Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran,
tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang
bagaimana siswa berasal, dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari sifat yang
dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap.
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h.58.
13
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 2.
14
3) Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung serta langsung terhadap
kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat
pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya.
E. Pengertian Konstruktivisme
Teori Pembelajaran konstruktivisme (Constructivist Theory of Learning) menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai.15Teori belajar konstruktivisme dipelopori oleh J. Piaget dan Vygotsky. Belajar menurut
pandangan konstruktivisme berarti membangun, yaitu siswa dapat
mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif
dalam pembelajarannya.16
Menurut Dwi Larasati, pendekatan konstruktivisme berasumsi bahwa
siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks yang terbatas kemudian siswa
mengkonstruksi sendiri pemahamannya dan pemahaman tersebut diperoleh
dari pengalaman belajar yang bermakna.17Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Darma dalam Nazila Ramadhani pada jurnal Pendidikan
Fisika, yaitu philosofi konstruktivisme menekankan pada pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student-centered) yang memebrikan ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka secara mandiri
sesuai dengan pengalaman, kemampuan dan tingkat perkembangan individual
siswa, baik perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir, bahwa pengetahuan dibangun
15
Trianto, Mendesain Model Pembelajar Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal. 28.
16
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119.
17
oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas.18
F. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling
membantu untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang
kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi
aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Selama belajar secara kooperatif
siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan.
Mereka diajarkan ketrampilan0ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama
dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif,
memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi,
dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan
yang berisi pertanyaan dan tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama
bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu di antara teman
sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika
salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi
pembelajaran.19 Menurut Johnson & Johnson, kooperatif adalah cara belajar yang menggunakan kelompok kecil, maka siswa bekerja dan belajar satu
sama lain.20
Dalam suasananya pembelajaran kooperatif, kehadiran dan partisipasi
tiap anggota harus diberdayakan atau dimanfaatkan, dimana pada setiap siswa
ada tanggung jawab, ada pembagian tugas, harus ada interaksi dan
18
Ramadhani Nazila, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme 5E terhadap Hasil Belajar Fisiska di SMA Laksamana Martadinata, Jurnal Fisika ISSN 2252-732X, Vol. 1 No. 1 Juni 2012, h. 47.
19
Trianto, op. cit, hal.56-57. 20
komunikasi antar siswa, ada hubungan yang saling menguntungkan diantara
anggota kelompok. Komunikasi dan interaksi memungkinkan terjadinya
pertukaran informasi yang membantu meningkatkan pemikiran serta
memberikan gagasan-gagasan baru dalam disi siswa. Hal ini memang dapat
terjadi karena dalam kelompok kecil yang dibentuk itu terdiri dari
siswa-siswa yang latar belakang kemampuan akademis serta pengalaman yang
heterogen. Dalam hal ini agar proses pembelajaran kooperatif dapat
berlangsung, dari siswa diperlukan adanya will dan skill, yaitu kemauan dan ketrampilan untuk kerjasama.21
Pembelajaran kooperatif ini membagi beberapa kelompok, sehingga
terjadi kerjasama dalam proses pembelajaran. Di dalam kelompok inilah
siswa dilatih untuk saling melengkapi dan mengajar teman satu kelompok.
Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif
tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar
berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota
kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, maka menurut Johnson & Johnson dan Suton, terdapat
lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:22 (1) Saling ketergantungan positif, (2) Tanggung jawab perseorangan, (3) a\Adanya tatap
muka, (4) Komunikasi antar anggota dan, (5) Evaluasi proses kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan model pembelajaran gotong
royong juga mempunyai karakteristik tersendiri. Karakteristik kooperatif ini
sangat membantu dalam pembelajaran student centre, secara umum pembelajaran kooperatif mempunyai lima karakteristik, yaitu:23
1) Siswa melakukan proses pembelajaran dengan tugas-tugas umum
atau aktivitas untuk menyelesaikan
21
Isjoni dkk., Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal. 67.
22
Trianto, op. cit, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal. 60-61 23
2) Siswa saling ketergantungan secara positif, dalam hal ini aktivitas
diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil
bersama.
3) Siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 2-5 orang
4) Siswa menggunakan prilaku kooperatif dan pro sosial
5) Setiap siswa secara mandiri bertanggung jawab untuk pekerjaan
pembelajaran mereka. Dari hal-hal inilah pembelajaran akan
berlangsung aktif dan tidak monoton berpusat pada ceramah
diberikan guru kepada murid yang diajar.
Pembelajaran kooperatif ini mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan dengan pembelajaran lainnya, dari paparan sebelumnya
menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif, menurut
Anita Lie keunggulannya antara lain sebagai berikut:24
1) Memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal
2) Memungkinkan pada siswa saling belajar mengenai sikap,
ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan.
3) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
4) Meningktakan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik.
5) Meningkatkan motivasi belajar siswa
6) Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.
G. Pengertian Pembelajaran Resiprocal Teaching
Model pembelajaran Resiprocal Teaching dikembangkan oleh Palincsar dan Brown untuk mengajar siswa strategi-strategi kognitif serta membantu
mereka dalam memahami bacaan.25 Palincsar dan Brown mencetuskanempat
24
Ibid, h. 135. 25
strategi Resiprocal Teaching agar meningkatkan kemampuan membaca siswa yaitu: (1) Merangkum bacaan, (2) Mengajukan pertanyaan, (3) Memprediksi
jawaban pemecahan masalah atau soal, (4) Mengklarifikasi atau menjelaskan
istilah-istilah yang sulit dipahami atau dihafalkan26
Menurut Palinscar, Resiprocal Teaching mengacu kepada aktivitas pengajaran yang terjadi dalam bentuk dialog antara guru dengan murid terkait
segmen dari satu teks bacaan yang distrukturkan dalam empat strategi:
membuat ringkasan, mengajukan pertanyaan, melakukan klarifikasi, dan
melakukan prediksi. Selama pengajaran guru dan murid bertukar peran dalam
memimpin dialog, sehingga menjadikan pengajaran ini suatu pengalaman
pembelajaran kelompok yang menarik. Tentu saja teori scaffolding juga berperan menjadi landasan konsep Resiprocal Teaching.27
Menurut Nur dan Wikandari dalam buku Trianto, Resiprocal Teaching
merupakan satu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi-strategi
belajar.28 Reciprocal Teaching dikatakan dapat mendukung kemampuan membaca karena dapat memperluas zona perkembangan proksimal para
siswa, sebagaimana yang didefinisikan oleh Vygotsky.29
The distance between the actual development level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or in collaboration with more capable peers … the zone of proximal development today will be the actual development level tomorrow.
Jika diartikan yaitu, jarak antara tingkat perkembangan aktual seperti
yang ditentukan oleh pemecahan masalah independen dan tingkat
perkembangan potensial ditentukan melalui pemecahan dibawah bimbingan
orang dewasa atau bekerjasama dengan rekan-rekan lebih mampu
26
Petter E Doolittle, dkk., Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education: A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts, vol. 17, 2006, h. 106.
27
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 86.
28
Trianto, op. cit, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 173.
29Kylie Meyer, Diving into Reading’:Revisiting Reciprocal Teaching in the Middle Years,
menyelesaikan masalah ... zona pembangunan proksimal hari ini akan
menjadi tingkat pembangunan yang sebenarnya untuk yang akan datang.
Reciprocal Teaching memiliki beberapa komponen utama, yaitu:
Specifically, reciprocal teaching consists of three main components, (a) the teaching and learning of specific readingcomprehension strategies, (b) the dialogue between a instructor and studens where the instructor models why, when, and where to use these reading comprehensions strategies, and (c) the appropriating of the role of the instructor by the students, that is students begin to model the reading comprehension strategies for other students.30
Jika diartikan, reciprocal teaching mempunyai 3 komponen utama, yaitu: 1) Strategi pengajaran dan pembelajaran yang spesifik dalam
memahami teks.
2) Adanya dialog diantara guru dengan siswa dimana guru
memodelkan ketika menggunakan strategi dalam memahami teks.
3) Pemeranan yang tepat yang dilakukan oleh guru kepada siswa,
maka siswa dapat memulai model strategi pemahaman terhadapt
suatu teks kepada siswa yang lain.
Resiprocal Teaching terutama dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat kerja sama untuk
mengajarkan pemahaman bacaan secara mandiri di kelas. Melalui Resiprocal Teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman pengaturan diri spesifik, yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian, dan prediksi.
Penggunaan pendekatan ini dipilih karena beberapa sebab, yaitu: (1)
Merupakan kegiatan yang secara rutin digunakan pembaca, (2) Meningkatkan
pemahaman maupun memberi pembaca peluang untuk memantau
pemahaman sendiri, (3) Sangat mendukung dialog bersifat kerja sama.31
30
H. Strategi Dalam Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
Reciprocal Teaching merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu teks yang di
dalamnya guru serta siswa memegang peranan penting. Reciprocal Teaching
mempunyai 4 strategi utama dalam penerapannya, yaitu merangkum,
membuat pertanyaan, memprediksi, dan mengklarifikasi.32
1) Merangkum
Kegiatan merangkum memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengidentifikasi informasi yang penting dari suatu bacaan dan saling
menggabungkan informasi penting dari suatu teks. Untuk dapat merangkum
dengan efektif, siswa harus merecall pengetahuannya dan menyusunnya dalam suatu urutan yang membahas informasi penting dalam teks.33 Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan
hal-hal yang penting dan kurang penting atau tambahan saja serta menentukan
intisari dari suatu teks. Pada tahap ini siswa harus mengambil inti atau bagian
yang penting dari suatu teks dan harus mencakup semua inti materi yang
terdapat pada bacaan tersebut. Kegiatan merangkum ini juga dapat membantu
siswa untuk memahami materi dengan mengenali ciri dan kata utama dari
suatu teks bacaan. Kegiatan merangkum ini bertujuan untuk membiasakan
siswa dalam merangkum suatu materi sehingga lama kelamaan siswa akan
mahir merangkum.
2) Membuat pertanyaan
Bertanya adalah strategi yang penting untuk menjadi pembaca yang baik.
Siswa belajar untuk menjadi pembaca yang baik. Siswa belajar untuk
membuat pertanyaan mengenai ide utama, detail, atau informasi penting,
kesimpulan dari teks sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
membaca siswa.34 Pertanyaan yang dibuat sendiri dapat memacu siswa untuk mengetahui tingkat pemahamannya terhadap suatu teks yang diberikan,
32
Lori D. Oczkus, Reciprocal Teaching At Work: Powerful Strategies for Improving Reading Comprehension, 2012, p. 14. (http://www.amazon.com).
33
Ibid., p. 18. 34
karena pertanyaan yang diajukan juga harus dijawab oleh diri sendiri dan atau
juga dapat dijawab oleh temannya. Kegiatan pertukaran informasi tentang
suatu teks yang sedang dibahas dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Bertanya merupakan strategi yang tepat untuk mengetahui pemahaman siswa.
Gurur juga dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa dari jawaban yang
diberikan siswa.
3) Memprediksi
Memprediksi berarti menggabungkan antara pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya dalam diri siswa dengan pengetahuan baru dari teks untuk
membuat prediksi.35 Pada tahapan ini siswa dilatih untuk melibatkan pengetahuan yang sudah ada untuk digabungkan dengan informasi yang
diperolehnya dari suatu teks bacaan. Memprediksi berarti memperkirakan
jawaban dari suatu pertanyaan atau masalah tertentu. Kegiatan memprediksi
mengharuskan siswa untuk memiliki pengetahuan tentang suatu teks yang
diberikan ataupun berbagai sumber dan dari pengetahuan siswa itu sendiri.
4) Mengklarifikasi
Mengklarifikasi yaitu mengidentifikasi hal-hal yang tidak jelas, sulit, dan
tidak familiar dari teks.36 Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan hal-hal yang tidak jelas dan tidak dimengerti dari suatu teks
yang telah dibaca.
I. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Resiprocal Teaching
Setiap pendekatan pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan
masing-masing. Adapaun kelebihan-kelebihan dari Pembelajaran dengan pendekatan
reciprocal teaching sebagai berikut :
1) Melatih kemampuan siswa belajar mandiri. Melalui pembelajaran
Reciprocal Teaching ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan
kemampuan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk
mengembangkan pengetahuannya sendiri, dan guru cukup berperan sebagai
35
Peter E. Doolittle, David Hicks, Cheri F. Triplett, dkk, op.cit, p.107. 36
fasilitator, mediator, dan manajer dari proses pembelajaran. Reciprocal
teaching juga melatih siswa untuk menjelaskan kembali kepada pihak lain.
Dengan demikian, penerapan pembelajaran ini dapat dipakai untuk melatih
siswa dalam meningkatkan kepercayaan diri mereka.
2) Selama kegiatan pembelajaran, siswa membuat rangkuman. Jadi
siswa terlatih untuk menemukan hal-hal penting dari apa yang siswa pelajari
dan ini merupakan ketrampilan penting untuk belajar, sehingga dapat
dikatakan bahwa Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar yang
rendah.
3) Selama kegiatan pembelajaran, siswa membuat pertanyaan dan
menyelesaikan pertanyaan tersebut, sehingga dikatakan bahwa reciprocal teaching dapat mempertinggi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 37
Adapun Kekurangan Pembelajaran Reciprocal Teaching menurut Nur Efendi, yaitu : (1) Butuh waktu yang lama, (2) sangat sulit diterapkan jika
pengetahuan siswa tentang materi kurang, (3) adakalanya siswa tidak mampu
dan semakin tidak suka dengan pembelajaran tersebut, (4) tidak mungkin seluruh siswa akan mendapat giliran untuk menjadi “guru siswa”.38
J. Pengertian Mind Map
Mind Map adalah sistem belajar dan berpikir yang paling banyak digunakan diseluruh dunia. Sistem ini dipopulerkan oleh Dr. Tony Buzan di
awal tahun 1970-an yang didasari pada riset tentang bagaimana cara kerja
otak yang sebenarnya. Otak manusia sering mengingat informasi dalam
bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. Lebih dari 300
37 Yesie Ema Yunita, Penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Biologi Siswa Kelas Vii-G Smp N 5 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011 (Pendidikan Biologi Volume 3, Nomor 2, Mei 2011, FKIP UNS), h. 52. 38
juta orang di dunia sudah pernah membuat, menggunakan, melihat, dan
membaca buku tentang Mind Map.39
Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar otak. Mind Map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita dan bentuknya sangat sederhana.
Mind Map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga
cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi
yang lebih mudah dan lebih bisa diandalkan dari pada menggunakan teknik
pencatatan tradisional.40
Menurut Windura dalam Muhammad Chomsi Imaduddin , Mind Map
adalah suatu teknis grafis yang dapatmenyelaraskan proses belajar dengan
cara kerja alami otak. Mind map melibatkanotak kanan sehingga proses pembuatannya menyenangkan, dan mind map merupakancara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkandata dari otak
kita.41
Menurut Herdy dalam Sang Ayu Putu Diah Geminastiti Mind Mapping
memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam
diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan
memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi
warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap
informasi yang diterima. Mind mapping yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan
perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana
39
Sutanto Windura, Teknik Berpikir dan Belajar Sesuai Cara Kerja Alami Otak, (Jakarta: Gramedia, 2013), h.12-13.
40
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Mapp, (Jakarta: Gramedia, 2009), cet. Ke 7, h. 4-5. 41
menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat
proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran.42
Strategi pembelajaran Mind Map dikembangkan sebagai metode efektif untuk mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian-rangkaian
peta-peta. Salah satu penggagas metode ini adalah Tony Buzan. Untuk membuat
Mind Map menurut Buzan, seseorang biasa memulainya dengan menulis gagasan utama ditengah halaman dan dari situlah ia bisa membentangkannya
ke seluruh arah untuk menciptakan semacam diagram yang terdiri dari kata
kunci-kata kinci, fra-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, dan
gambar-gambar.an pemikiran siswa. Mind Map bisa digunakan untuk mebentuk, menvisualisasi, mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat
keputusan, merevisi, dan mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa bisa
mengerjakan tugas-tugas yang banyak sekalipun. Pada hakikatnya, Mind Map
digunakan untuk membrainstorming suatu topik sekaligus menjadi strategi ampuh bagi belajar siswa.43
Menurut Michael Michalko dalam Tony Buzan, Mind Map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linier. Mind Map menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala
sudut.44
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Mind Map
adalah cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak dan
memudahkan pengguna untuk mengingat atau mengambil informasi ketika
dibutuhkan kembali.
42
Sang Ayu Putu Diah Geminasti, dkk., Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Gugus VII Kecamatan Gianyar, Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (vol, 2, No. 1 Tahun 2014), h. 3.
43
Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis dan Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 307.
44
K. Cara Pembuatan Mind Map
Mind Map merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan memetakan pikiran-pikiran, secara menarik, mudah, dan berdaya guna bagi
setiap siswa untuk menghasilkan gagasan , mencatat apa yang dipelajari atau
merencanakan tugas baru. Dalam membuat Mind Mapp diperlukan beberapa hal yaitu kertas kosong tak bergaris, pena atau spidol berwarna, otak dan
imajinasi. Pembuatan sangat mudah dan menyenangkan. Terdapat tujuh
langkah cara membuat mind mapp.45
1) Memulai dari bagian tengah kertas kosong yang diletakkan
memanjang, hal ini dikarenakan pada bagian-bagian tengah kertas
memberikan kebebasan kepada otak untuk menyebar kesegala arah
dan mengungkapkan sesuatu yang akan ditulis dengan lebih bebas.
2) Menggunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral. Karena sebuah
gambar bermakna seribu kata dan membantu dalam penggunaan
imajinasi. Sebuah gambar yang terletak di tangah-tengah akan lebih
menarik, membuat fokus dan membantu memusatkan pikiran dan
membuat otak semakin aktif.
3) Menggunakan warna pada seluruh mind mapp. Otak memiliki
keterkaitan dengan warna, sama halnya dengan gambar. Warna-warna
yang terdapat Mind Mapp membuat lebih hidup dan menambah energi kepada pemikiran kreatif.
4) Hubungkan cabang-cabang utama gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan
seterusnya. Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang
mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Bila kita
menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan
mengingat.
5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena
garis lurus akan membosankan otak.
45
6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena kata kunci tunggal
memberi banyak daya fleksibilitas kepada Mind Mapp.
7) Gunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar
bermakna seribu kata.
Dalam menggunakan Mind Map ada beberapa langkah persiapan yang harus dilakukan, antara lain:46
1) Mencatat hasil ceramah dan menyimak poin-poin atau kata kunci dari
ceramah tersebut
2) Menunjukkan jaringan-jaringan dan relasi-relasi diantara berbagai
poin/gagasan/kata kunci ini terkait dengan materi pelajaran
3) Membrainstoming semua hal yang sudah diketahui sebelumnya
mengenai topik tersebut.
4) Merencanakan tahap-tahap awal pemetaan gagasan dengan
memvisualisasikan semua aspek dari topik yang dibahas.
5) Menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa diakses
pada satu lembar saja
6) Menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas
permasalahan-permasalahan yang terkait dengantopik bahasan.
7) Mereview pelajaran untuk mempersiapkan tes atau ujian.
L. Manfaat Mind Map
Mind Map akan membantu siapapun dalam meningkatkan kecepatan berpikir, memberikan kelenturan tidak terbatas, dan menjelajah jauh dari
pemikiran sendiri. Mind Map dapat membantu kita dalam sangat banyak hal. Beberapa diantaranya yaitu: (1) Merencana, (2) Berkomunikasi, (3) Menjadi
lebih kreatif, (4) Menghemat waktu, (5) Menyelesaikan masalah, (6)
46
Memusatkan perhatian, (7) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, (8)
Mengingat dengan lebih baik, (9) Belajar lebih cepat dan efisien47
Dapat disimpulkan bahwa Mind Map dapat bermanfaat untuk menggali pengetahuan siswa, membuat perencanaan kegiatan, memudahkan siswa
memahami konsep sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan kreativitas
siswa dikembangkan.
M.Kelebihan dan Kelemahan Mind Mapping
Adapun Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping Menurut Sinulingga dan Josevina, yaitu : (1) permasalahan yang disajikan terbuka, (2) Siswa
berkelompok untuk menanggapi, (3) Dapat melatih siswa untuk saling
bekerja sama dalam diskusi, (4) sangat cocok untuk mengulang kembali
pengetahuan awal siswa. Kelemahan Mind Mapping yaitu: (1) banyak membutuhkan waktu, (2) sulit untuk mengalokasikan waktu, (3) Tuntutan
bagi siswa terlalu membebani.48
N. Rubric AssassmentMind Mapping
Sebuah peta pikiran mempunyai ciri khas yaitu ide sentral dan format
hirarkis atau cabang pohon, dengan ide-ide bercabang menjadi subbagian dari
ide sentral itu. Meskipun, dalam prakteknya, tidak ada struktur wajib.
Kebanyakan mahasiswa teknik akan akrab dengan struktur diagram seperti
peta konsep, diagram pohon kesalahan, diagram logika, dll. Perbedaan utama
antara peta pikiran dan jenis-jenis diagram adalah bahwa tidak ada cara yang
benar atau salah dibentuk untuk menyelesaikan peta pikiran. Sebagai contoh
peta konsep biasanya akan mengambil bentuk diagram dari atas ke bawah
47 Tony Buzan, op. cit, (Jakarta: Gramedia, 2009), cet. Ke 7, h. 7. 48
(top down) di mana masing-masing tingkat memiliki tingkatan yang lebih rendah dan diperluas dalam suatu hirarki.49
Untuk menilai Mind Map bukanlah hal mudah, seperti yang diungkapkan dalam jurnal Robbie Oconnor:
The key strength of mind maps is that they allow the learner flexibility to associate different concepts using colour, shapes or images without constraining the learner to a fixed format or structure. Unfortunately, this also can make them difficult to assess.
Yang artinya adalah kekuatan utama dari peta pikiran adalah
memungkinkan fleksibilitas pelajar untuk mengasosiasikan konsep yang
berbeda dengan menggunakan warna, bentuk atau gambar tanpa membatasi
pelajar ke format tetap atau struktur. Sayangnya, hal ini juga bisa membuat
[image:44.595.121.515.270.711.2]mereka sulit untuk menilai. Untuk menilai Mind Map digunakan rubrik assessment yang diadopsi dari Jurnal Robbie Oconnor. Karakteristik utama yang digunakan untuk menilai peta pikiran tercantum di bawah ini:50
Tabel 2.1 Rubrik AssesmentMind Map
Aspek yang Dilihat
Unggul Sangat
Bagus
Baik Jelek
Kelengkapan Peta benar-benar mendefinisikan subjek
yang dibahas, semua topik dan sub topik yang terwakili dalam peta. Peta lengkap tapi kehilangan satu atau dua poin penting. Peta menunjukkan dasar pemahaman topik. Banyak poin yang hilang dari peta pikiran. Organisasi
dan Tata
Letak
Peta dibuat dengan poin dan topik terkait dengan tepat. Umpan balik dengan topik yang digunakan juga sangat Peta memiliki koneksi yang memadai dengan beberapa cabang. Peta terorganisir hanya dengan beberapa jumlah c