• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebuah peta pikiran mempunyai ciri khas yaitu ide sentral dan format hirarkis atau cabang pohon, dengan ide-ide bercabang menjadi subbagian dari ide sentral itu. Meskipun, dalam prakteknya, tidak ada struktur wajib. Kebanyakan mahasiswa teknik akan akrab dengan struktur diagram seperti peta konsep, diagram pohon kesalahan, diagram logika, dll. Perbedaan utama antara peta pikiran dan jenis-jenis diagram adalah bahwa tidak ada cara yang benar atau salah dibentuk untuk menyelesaikan peta pikiran. Sebagai contoh peta konsep biasanya akan mengambil bentuk diagram dari atas ke bawah

47 Tony Buzan, op. cit, (Jakarta: Gramedia, 2009), cet. Ke 7, h. 7. 48

Sinulingga K dan Nadeak J, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Bunyi di Kelas VIII SMP Negeri 3 Tebing Tinggi, Jurnal Online Pendidikan Fisika, ISSN 1301-7651, h. 43.

(top down) di mana masing-masing tingkat memiliki tingkatan yang lebih rendah dan diperluas dalam suatu hirarki.49

Untuk menilai Mind Map bukanlah hal mudah, seperti yang diungkapkan dalam jurnal Robbie Oconnor:

The key strength of mind maps is that they allow the learner flexibility to associate different concepts using colour, shapes or images without constraining the learner to a fixed format or structure. Unfortunately, this also can make them difficult to assess.

Yang artinya adalah kekuatan utama dari peta pikiran adalah memungkinkan fleksibilitas pelajar untuk mengasosiasikan konsep yang berbeda dengan menggunakan warna, bentuk atau gambar tanpa membatasi pelajar ke format tetap atau struktur. Sayangnya, hal ini juga bisa membuat mereka sulit untuk menilai. Untuk menilai Mind Map digunakan rubrik assessment yang diadopsi dari Jurnal Robbie Oconnor. Karakteristik utama yang digunakan untuk menilai peta pikiran tercantum di bawah ini:50

Tabel 2.1 Rubrik AssesmentMind Map

Aspek yang Dilihat

Unggul Sangat

Bagus

Baik Jelek

Kelengkapan Peta benar-benar mendefinisikan subjek

yang dibahas, semua topik dan sub topik yang terwakili dalam peta. Peta lengkap tapi kehilangan satu atau dua poin penting. Peta menunjukkan dasar pemahaman topik. Banyak poin yang hilang dari peta pikiran. Organisasi dan Tata Letak Peta dibuat dengan poin dan topik terkait dengan tepat. Umpan balik dengan topik yang digunakan juga sangat Peta memiliki koneksi yang memadai dengan beberapa cabang. Peta terorganisir hanya dengan beberapa jumlah cabang dan poin. Peta ini disusun dengan jumlah poin yang sangat sedikit. 49

Robbie Oconnor, The Use Of Mind Maps as an Assessment Tool, International Conference on Engaging Pedagogy 2011 (ICEP11) NCI, Dublin, Ireland, December 16, 2011. P. 4.

50

Aspek yang Dilihat Unggul Sangat Bagus Baik Jelek tepat. Meskipun ada beberapa poin yang hilang. Kebenaran Mengintegrasikan poin-poin peta dengan benar dan mencerminkan pemahaman yang tepat tentang materi pelajaran dengan tidak ada kesalah pahaman arti. Peta memiliki subjek masalah yang tidak akurat. Peta memiliki banyak subyek masalah yang tidak akurat. Peta tidak benar dan mengandung kesalah pahaman tentang topik.

O. Garis Besar Tahap-Tahap Pembelajaran Resiprocal Teaching

Terintegrasi Mind Mapping

Adapun secara garis besar, tahap-tahap pembelajaran Resiprocal Teaching integrasi Mind Mapping yang akan diterapkan dalam penelitian ini dibagi 3 menjadi tahap, yaitu :

1) Tahap Penjelasan

Pada tahap ini guru bertindak sebagai model di depan kelas, memulai pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Pada tahap ini guru memberikan penjelasan secara garis besar materi pelajaran dalam bentuk Mind Mapp dengan mengacu pada materi yang hendak diselesaikan.

2) Tahap Kegiatan Kelompok

Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok atau lebih. Kemudian guru menjelaskan model pembelajaran Resiprocal Teaching, lalu guru membagi tugas masing-masing siswa dalam setiap kelompok tugas berupa 4 tahapan

yaitu: (1) Merangkum materi dalam bentuk Mind Mapp, (2) Membuat pertanyaan, (3) Membuat prediksi jawaban yang akan dibahas, (3) Mengklasifikasikan hal-hal yang sulit dan mengajukan komentar jika menemukan hal yang sulit.

3) Tahap Presentasi dan Pengarahan

Guru mengawasi berlangsungnya diskusi kelompok dengan memberi bimbingan secara mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan memilih salah satu siswa untuk berperan sebagai “guru-siswa”. Siswa dilatih atau diarahkan berperan sebagai “guru-siswa” dan menjelaskan kembali dalam bentuk Mind Mapp yang telah dibahasnya bersama kelompok , sepanjang kegiatan ini siswa didorong untuk ikut serta berperan dalam berinteraksi antara “guru -siswa” dengan siswa yang berada di kelas.

P. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, dilakukan juga oleh:

a. Hasil penelitian Yesie Ema Yunita, penerapan pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal teaching) untuk meningkatkan kemandirian belajar biologi siswa kelas VII-G SMP N 5 Karanganyar tahun pelajaran 2010/ 2011, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pengajaran

Reciprocal Teaching dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien serta memungkinkan siswa untuk melakukan pembelajaran secara aktif dan mandiri tanpa bergantung dengan guru, tidak hanya membaca dan mendengar tetapi juga memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih berdiskusi, berpartisipasi, bekerjasama, serta memecahkan masalah-masalah tertentu berkaitan dengan materi pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa..51

b. Muhammad Chomsi Imaduddin , dalam jurnalnya yang berjudul “Efektifitas Metode Mind Mapping Untuk meningkatkan Prestasi Belajar

Fisika pada Siswa Kelas VIII”. Metode Mind Mapping berpengaruh positif

51

Yesie Ema Yunita, Penerapan Pendekatan Pengajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Biologi Siswa Kelas Vii-G Smp N 5 Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011 (Pendidikan Biologi Volume 3, Nomor 2, Mei 2011, FKIP UNS).

terhadap peningkatan prestasi belajar fisika dibandingkan dengan metode konvensional yang telah ia terapkan di kelompok kontrol, sehingga ada perbedaan prestasi belajar fisika yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, prestasi belajar fisika kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Kegiatan siswa membuat Mind Map

dari buku yangbaru dibacanya, akan meningkatkan pemahaman, ingatan, dan juga mind map tersebutdapat digunakan kelak dalam belajar menghadapi ujian, serta siswa menjadi lebihaktif dan kreatif dalam proses KBM pelajaran fisika.52

c. Suratno, dalam skripsinya yang berjudul “Strategi Kooperatif Gabungan Jigsaw IV-Reciprocal Teaching Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Sma Di Jember”. Dalam penelitiannya Suratno dapat disimpulkan bahwa Strategi Gabungan JigsawIV-RT dan strategi RT mempunyai posisi setara dalam meningkatkan hasil belajar kognitif biologi. Strategi Gabungan JigsawIV-RT dan strategi RT lebih berpotensi meningkatkan hasil belajar kognitif dibanding strategi Jigsaw.53

d. Yustina, dkk., dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Teknik Mind Mapping Dalam Strategi Quantum Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA2 SMA Nurul Falah Pekanbaru Tahun 2009/2010”. Dapat disimpulkan dari hasil penelitiannya yaitu meningkatnya hasil rata-rata skor hasil belajar dan motivasi belajar siswa setelah belajar dengan menggunakan Teknik Mind Mapping Dalam Strategi Quantum Learning. Selain itu juga daya serap siswa terhadap pelajaran meningkat pada siklus dua dibandingkan dari siklus satu.54

e. Menurut Jennifer R.Seymour and Helena P. Osana (2003) dalam jurnalnya yang berjudul “Reciprocal Teaching procedures and principles:

52

Muhammad Chomsi Imaduddin, Efektifitas Metode Mind Mapping Untuk meningkatkan Prestasi Belajar Fisikapada Siswa Kelas VIII, (Humanitas, Vol. IX No.1 Januari 2012)

53

Suratno, Strategi Kooperatif Gabungan Jigsaw IV-Reciprocal Teaching Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA di Jember.Skripsi.

54 Yustina, dkk., “Penerapan Teknik Mind Mapping Dalam Strategi Quantum Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA2 SMA Nurul Falah Pekanbaru”,Skripsi Universitas Riau, Riau, 2010.

two teachers’ developing understanding”, bependapat bahwa strategi Reciprocal Teaching dapat membantu anak dalam mengingat pelajaran Biologi dan dapat membantu mereka dalam memahami bacaan, dengan melalui 4 tahapan yaitu; merangkum bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi pemecahan masalah atau soal, mengklarifikasi atau menjelaskan istilah-istilah yang sulit dipahami atau dihafalkan.55

f. Menurut Petter E. Doolittle, William Dee Nichols dan A Young, yang jurnalnya berjudul “Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education: A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts”, berkesimpulan bahwa pengajaran timbal balik, bila digunakan dengan tepat, adalah strategi yang mencakup masing-masing kriteria instruksi strategi yang efektif. Selain itu, contoh kasus yang telah dibahas sebelumnya menyediakan berbagai model berbasis teks penggunaan strategi yang efektif. Pengajaran timbal balik adalah strategi pemahaman bacaan yang efektif dalam masalah waktu, penggunaan, dan penelitian empiris. Pada akhirnya, pengajaran timbal balik memberikan jalan suara secara teoritis untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam teks-teks dalam lingkungan akademik pendidikan tinggi.56

g. Menurut Efendi Nur, yang Jurnalnya berjudul Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa, Jurnal Pedagogia, Vol. 2, No. 1, Februari 2013, berkesimpulan bahwa Penerapan Pengajaran Resiprok mempunyai dampak positif : (1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, (2) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (3) memperbaiki sikap terhadap sekolah, (4) memperbaiki kehadiran, (5) penerimaan terhadap perbedaan individu, (6)

55 Jennifer R.Seymour, dkk., Reciprocal Teaching procedures and principles: two teachers’ developing understanding, journal Teaching and Teacher Education, 19, 2003, (www.elsevier.com).

56

Petter E Doolittle, dkk., Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education: A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts, vol. 17, 2006.

sikap apatis kurang, (7) pemahaman yang lebih mendalam, (8) motivasi besar, (9) hasil belajar lebih tinggi.57

h. Penelitian Pratiwi Inung dan Ani Widayati, pembelajaran akuntansi melalui reciprocal teaching model untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemandirianbelajar dalam materi mengelola administrasi surat berharga jangka pendek siswa kelas X akuntansi 1 smk negeri 7 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012, Meningkatnya kemandirian belajar dan penguasaan konsep berbanding lurus dengan respon positif (baik) siswa terhadap pembelajaran dengan Reciprocal Teaching Model yang ditunjukkan oleh hasil angket yang disebarkan kepada seluruh siswa kelas X Akuntansi 1.

i. Hasil penelitian Sinulingga K dan Nadeak J, pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe stad berbasis Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa pada konsep bunyi di kelas viii SMP Negeri 3 Tebing Tinggi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan aktivitas belajar siswa juga meningkat.58

j. Hasil penelitian Yustina, Rosmaini S dan Yessi Wulandari, penerapan teknik Mind Mapping dalam strategi Quantum Learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA2 SMA Nurul Falah Pekanbaru tahun 2009/2010, Pelaksanaan pembelajaran menggunakan Tekink Mind Mapping dalam Strategi Quantum Learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Biologi Siswa Kelas IPA2 SMA Nurul Falah.59

k. Hasil penelitian Wiratamasari Sarwinda, Pengaruh strategi pembelajaran Think Pair Share dipadu Reciprocal Teaching dan kemampuan

57

Nur Efendi, Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa, Jurnal Pedagogia, Vol. 2, No. 1, Februari 2013, h. 87. 57

Sutanto Windura, Teknik Berpikir dan Belajar Sesuai Cara Kerja Alami Otak. 58

Sinulingga K dan Nadeak J, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Bunyi di Kelas VIII SMP Negeri 3 Tebing Tinggi, Jurnal Online Pendidikan Fisika, ISSN 1301-7651.

59

Yustina, dkk., “Penerapan Teknik Mind Mapping Dalam Strategi Quantum Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA2 SMA Nurul Falah Pekanbaru”,Skripsi Universitas Riau, Riau, 2010.

akademik yang berbeda terhadap hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir kreatif pada siswa SMA Negeri 1 Batu dan SMA Negeri 1 Grati, ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dengan kemampuan akademik terhadap hasil belajar kognitif siswa dan ada pengaruh strategi pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. (6) Hasil penelitian Suratno, strategi kooperatif gabungan Jigsaw IV-Reciprocal Teaching dalam meningkatkan hasil belajar kognitif biologi siswa SMA di Jember, Strategi Gabungan Jigsaw IV-RT dan strategi RT lebih berpotensi meningkatkan hasil belajar kognitif dibanding strategi Jigsaw.

Q. Kerangka Berpikir

Dalam meningkatkan mutu pendidikan maka mutu pembelajaran harus ditingkatkan dengan menggunakan model-model pembelajaran serta inovasi-inovasi yang baru agar mudah dan sesuai untuk digunakan dalam pembelajaran. Tidak ada model pembelajaran yang jelek, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya tergantung pada konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan konsep berpikir siswa dalam kemandirian belajar adalah model pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi

Mind Mapping. Model pembelajaran model pembelajaran Resiprocal Teaching merupakan pembelajaran yang aktif serta menuntut siswa untuk berpikir kritis dalam kemandirian belajar. Hal ini diharapkan sejalan dengan kemampuan kognitif siswa sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa.

Pada pembelajaran kooperatif yang merupakan turunan dari pembelajaran konstruktivisme didalamnya ada berbagai macam model pembelajaran, diataranya yaitu Model Resiprocal Teaching dan Mind Mapping. Berbagai hasil penelitian yang sudah diutarakan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan Model Resiprocal Teaching dan Mind Mapping mampu menciptakan pembelajaran yang aktif,

mandiri, kreatif, dan efisien. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Untuk memperjelas integrasi antara Resiprocal Teaching dan Mind Mapping dengan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran sebagai berikut:

R. Konsep Sistem Sirkulasi

Konsep Sistem Sirkulasi pada kelas 11 SMA, pada Standar Kompetensi yang ke tiga, yaitu memahami stuktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas. Kompetensi Dasar 3.2 yaitu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi system peredaran darah.

Pembelajaran Konstruktivisme

Pembelajaran Kooperatif

Resiprocal Teaching Mind Mapping

Integrasi antara Resiprocal Teaching dan Mind Mapping

Pembelajaran menyenangkan, aktif, mandiri, efisien.

Sistem sirkulasi pada tingkat SMA lenih luas dibandingkan dengan tingkat SMP, yaitu meliputi sistem peredaran darah, sistem limfatik (peredaran getah bening) dan sistem peredaran darah hewan.60

Pada Sistem Sirkulasi tingkat SMP, Standar Kompetensi pada materi tingkat SMP yaitu memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia dan Kompetensi Dasar pada jenjang SMP yaitu mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

Materi Sirkulasi pada jenjang SMP hampir sama seperti pada jenjang SMA, hanya saja tidak ada subbab sistem limfatik dan sistem peredaran darah hewan.

S. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, kerangka teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut “Terdapat pengaruh hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping.

60

39

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA 11 Tangerang Selatan, kelas XI semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian kuasi-eksperimen (quasi-experiment research) karena menggunakan kelompok subjek secara utuh yang sudah terbentuk secara alami dalam kelas dengan tidak menentukan subjek penelitian secara acak untuk diberikan perlakuan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok pertama atau kelompok eksperimen diberikan perlakuan dalam pembelajaran dengan menggunakan model

Resiprocal Teaching terintegrasi Mind Mapping, dan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yang diberikan perlakuan dalam pembelajaran dengan menggunakan model Resiprocal Teaching.

Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Treatment

(Variabel Bebas) Posttest Eksperimen Kontrol T1 T1 X X0 T2 T2 Keterangan:

Y1 : Pretest yang diberikan terhadap kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) sebelum kegiatan pembelajaran

X : Perlakuan terhadap kelas eksperimen yaitu menggunakan model pembelajaran

X0 : Perlakuan terhadap kelas kontrol yaitu hanya menggunakan model pembelajaran Resiprocal Teaching.

Y2 : Posttest yang diberikan terhadap kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) setelah kegiatan pembelajaran

Proses pembelajaran antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dalam porsi yang sama baik dari segi waktu dan SK/KD dalam materi ajar yang disampaikan. Perbedaannya terletak pada penggunaan model pembelajaran yang digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung, kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran Resiprocal Teaching yang terintegrasi Mind Mapping sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran Resiprocal Teaching.

Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pretest dan setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan dilakukan posttest. Hasil dari kedua test pada kelompok eksperimen dan kontrol tersebut kemudian dianalisis untuk diuji perbedaannya.

C. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dan variabel terikat tersebut sebagai berikut:

Variabel bebas (X) :Model pembelajaran Resiprocal Teaching

terintegrasi Mind Mapping. Variabel terikat (Y) : Hasil belajar siswa

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas atau karakterisktik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu.1

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. Ke-7, hal. 215

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian yang penulis lakukan ini adalah peserta didik kelas XI SMA 11 Tangerang Selatan 2013/2014. Sedangkan yang menjadi sampel adalah kelas XI 1 dan XI 3. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara random sampling.

Menurut S. Nasution dalam buku Sugiyono, menjelaskan bahwa penentuan unit sampel (responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf “redundancy” (data telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru), artinya bahwa menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.2

E. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Langkah awal pada tahap persiapan adalah mengurus surat izin penelitian. Kemudian melakukan survei tempat penelitian untuk memohon ijin uji coba instrumen dan melakukan penelitian. Langkah selanjutnya terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut.

a. Membuat instrumen penelitian, yaitu tes pilihan ganda yang akan divalidasi oleh ahli

b. Setelah mendapatkan validasi ahli, instrumen diuji cobakan pada kelompok yang telah mendapatkan materi sirkulasi.

c. Selanjutnya, dilakukan analisis data hasil uji coba instrumen untuk menentukan soal-soal yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Beberapa langkah yang harus dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.

2

a. Menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

b. Masing masing kelas diberikan pretest dengan menggunakan soal yang telah diuji validitas dan reabilitas.

c. Memberikan perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Resiprocal Teaching terintegrasi Mind Mapping. Sedangkan kelas kontrol model pembelajaran Resiprocal Teaching.

d. Memberikan postest kepada masing-masing kelas yang telah diberi perlakuan.

3. Tahap Akhir Penelitian (Pengolahan Data)

Setelah kedua kelompok melaksanakan tes akhir (postest), langkah selanjutnya adalah melakukan analisis pretes dan postest dengan menggunakan uji statistik. Setelah itu, dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan uji statistik yang telah diberikan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data diambil dari hasil penggunaan test. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan, untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan, misalnya: melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.3

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan berupa tes tertulis. Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam peningkatan pemahaman terhadap materi.

3

Tes hasil belajar diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak dua kali yaitu pretest diawal pembelajaran dan postest diakhir pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep Sirkulasi pada kelompok penelitian, sebelum dan sesudah penelitian.

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kompetensi

Dasar

Indikator Aspek Kognitif Jumlah

Soal yang digunakan C1 C2 C3 C4 C5 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi sistem peredaran darah Menjelaskan Komponen-Komponen Penyusun Sel Darah Manusia

1 11 21 3 Mengidentifikasi Macam-Macam Golongan Darah Manusia 22 1 Menjelaskan Fungsi Peredaran Darah dan Darah Pada Manusia

3 23 33 43 4

Menjelaskan Proses

Peredaran Darah

Besar Dan Kecil

4 14 24 44 1

Menjelaskan

Hubungan Antara

Fungsi dan Bagian-Bagian Jantung

5 15 25 3

Menjelaskan

Hubungan Antara

Struktur dan Fungsi Pembuluh Darah

6 36 2

Menjelaskan Fungsi, Jaringan, dan Organ Sistem Limfatik

7 17 47 3

Mendeskripsikan Penyakit/Kelainan Dalam Sistem Darah

8 18 28 3

Membandingkan Sistem Peredaran Darah Pada Hewan

Kompetensi Dasar

Indikator Aspek Kognitif Jumlah

Soal yang digunakan C1 C2 C3 C4 C5 Vertebrata dan Avertebrata Membedakan Alat-Alat Peredaran Darah

Pada Hewan

Vertebrata

30 50 2

*) Kisi-kisi Instrumen yang lengkap terdapat di Lampiran

H. Kalibrasi Instrumen

1. Validitas Instrumen

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang ingin diukur. Dalam bahas Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”4

. Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur validitas butir soal bentuk objektif yang memiliki skor 1 untuk jawaban yang benar, dan skor 0 untuk jawaban yang salah yaitu rumus r-product moment. Rumus yang digunakan tersebut adalah:5

Keterangan:

rxy = korelasi antara skor item soal dengan skor total, yang dalam hal ini dianggap sebagai Koefisien Validitas Item

N = Number of Cases

SDx = standar deviasai dari variabel X SDy = standar deviasai dari variabel Y

= Jumlah dari hasil perkalian antara deviasi skor-skor variabel X dan dseviasi

Dokumen terkait