B. Pembinaan Akhlak Mahasiswa
1. Pengertian Pembinaan Akhlak
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1986 : 117) pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara budaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Sebelum dibahas lebih lanjut mengenai pembinaan akhlak, maka perlu kiranya dikemukakan pengertian pembinaan itu sendiri, diantaranya : Menurut Masdar Helmy (2006 : 31) Bahwa :
“Pembinaan mencakup segala ikhtiar (usaha-usaha), tindakan dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kwalitas beragama baik
dalam bidang tauhid, bidang peribadatan, bidang ahlak dan bidang kemasyarakatan.
Menurut Agus Sudjanto (1997 : 12) pengertian akhlak sebagai berikut:
“Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh setiap manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untu melakukan apa yang harus diperbuat.
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat (1995 : 11-12) :
“Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduaan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuaan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup kesehariaan. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan (moral sence), yang terdapat dalam diri manusia sebagai fitrah,
”Program terstruktur dan sistematis dengan membentuk mahasiswa yang berkepribadian baik secara spritulal, intelektual, emosional, dalam bingkai akhlakul karimah sehingga dapat mentransfer hasil pembinaan tersebut dalam kehidupan yang nyata.
Sebagai cikal bakal seorang pengajar dan tenaga pendidik maka faktor terpenting yang harus di perlihatkan seluruh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar terkhusus dalam proposal ini mahasiswa Fakultas agama Islam ialah akhlak, karena di dalamnya menyangkut pengamalan nyata terhadap ilmu dan ajaran agama, maka akhlak yang sesungguhnya adalah abstrak yang sukar di lihat atau di ketahui secara nyata. Untuk melihat
cerminan dari kepribadian seseorang dapat di ketahui dari tindakan, ucapan, cara berpakaian, cara berbicara, keadaan emosi dalam menghadapi setiap permasalahan dan persoalan yang ringan atau berat. Cara berpakaian seorang guru agama harusnya menutup aurat dan tingkah lakunya tidak melanggar aturan agama, misalnya tidak melakukan perbuatan yang mengarah pada zina seperti berpacaran, saling memboceng kepada yang bukan muhrim dan seharusnya bertutur kata tertata dan ramah.
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar, terkhusus mahasiswa Fakultas Agama Islam yang juga sebagai cikal bakal calon guru Pendidikan Agama Islam salah satu faktor terpenting dalam dirinya adalah akhlaknya. Dan akhlak itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi seseorang pendidik dan pembina yang baik bagi peserta didiknya ataukah akan menjadi perusak bahkan penghancur bagi hari depan peserta didiknya, terutama bagi peserta didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncanan jiwa.
Ahmad D. Marimba (1986 : 68) mengemukakan bahwa :
“Akhlak muslim ialah kepribadian yang seluruh aspek - aspeknya yakni tingkah lakunya, kegiatan jiwanya, maupun pandangan hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan diri kepada - Nya.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, nampak jelas bahwa akhlak itu adalah hasil dari suatu proses kehidupan yang di jalani
seseorang. Oleh karena itu proses yang di jalani tiap orang berbeda–beda.
Tak ada akhlak yang mirip sama antara dua orang individu, meskipun seseorang itu adalah kembar yang berasal dari satu sel telur. Namun demikian, karena kita hidup ini telah mempunyai tujuan tertentu dan akhlak itu sendiri ternyata dapat di bentuk, maka dengan usaha–usaha yang sistematis di dalam usaha–usaha yang berencana, kita dapat mengusahakan terbentuknya kepribadian yang kita harapkan.
Zakiah Daradjat ( 1982 : 16 ) Mengemukakan bahwa :
“Kepribadian atau akhlak yang sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawi), sukar di lihat atau di ketahui secara nyata, yang dapat di ketahui adalah penampilan atau bekas dalam segala segi dan aspek kehidupan tiap–tiap individu. Misalnya dalam tindakannya, ucapan, caranya bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yag ringan maupun yang berat.
Sulo Lipu La Sulo (1989 : 33) memberikan definisi tentang kepribadian (akhlak) bahwa : terdapat dua definisi yang di pandang memadai di dalam melukiskan kepribadian, yaitu :
1. Kepribadian (akhlak) adalah organisasi dinamis dari pada sisem psikopisik dalam individu yang menentukan cara berpikir dan bertingkah laku yang kharismatik.
2. Kepribadian (akhlak) adalah keseluruhan kualitas dari tingkh laku individu, sebagimana itu nampak dalam karakteristik kebiasaan
berekspresi dan berpikirnya, minat dan sikapnya, cara – caranya beraksi, dan dalam pandangan hidupnya.
Selanjutnya Soli Abimanyu (1987 : 52) Mengemukakan bahwa:
“Kepribadian adalah organisasi dinamis dari pada sistem – sistem rohani - jasmani yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya”.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas bahwa, akhlak pribadi muslim adalah aktivitas jiwa dan raga. Aktivitas jiwa berkaitan dengan keyakinan dan kepercayaan kepada hal yang transendental, meyakini keesaan Allah Swt. Keberadaan para malaikat, adanya hari kiamat, dan hal ghaib lainnya yang tidak bisa dibuktikan secara empirik, tapi dengan kekuatan iman. Kemudian yang berkaitan dengan aktivitas raga adalah perangai, tingkah laku, akhlak yang nampak ditengah-tengah masyarakat.
Bagi sosok muslim yang berakhlak mulia, baik aktivitas jiwa maupun raga keduannya dijalankan secara sumultan, dengan penuh kesungguhan, keseriusan, demi mengharap ridha Allah. Mereka hanya melakukan aktivitasnya untuk menuju “taman ilahi” yang serba maha, bukan mencari popularitas, mengejar prestisie, dan penyakit hati lainnya (Jubriyah).
Seseorang yang berakhlak mulia selalu ada perasaan takut dan penuh harap, takut akan siksaan Allah dan berharap atas balasan pahalannya, tidak ragu dalam menempuh perjalan hidupnya. Ia selalu
beribadah dalam setiap langkah hidupnya, dan ia selalu berusaha merealisasikan tujuaan penciptaanya dalam setiap kesempatan. Lebih dari itu ia selalu sadar bahwa segala gerak hidupnya harus selaras dengan kehendak Allah, harus selalu dalam ketaatan kepada Allah.
Demikiaanlah seorang muslim akan selalu berjalan dan melangkah dengan pasti bersama sifat-sifat Allah yang telah ia kenali betul melalui ajaran islam. Pada setiap sifat Allah itu, ia temukan kelembutan yang mengelus kelembutan kalbunya, menentramkan jiwanya, dan segala sesuatu yang memberikan jaminan perlindungan dan keamanan, kelembutan dna kasih sayang, kemenangan dan daya tahan, keteguhan dan kedamaian.
Sosok pribadi muslim yang berakhlak mulia adalah sosok pribadi yang utuh, yang memandang kehidupan ini sebagai satu kesatuaan, tidak memandangnya secara parsial. Dalam presepsi muslim, agama dan sains harus saling melengkapi. Dengan memandang agama secara benar, manusia modern akan didorong untuk bekerja lebih keras dan mengatasi problem-problemnya secara progresif. Oleh karena itu agama harus diajarkan sebagai pedoman ilahi, sebagai kekuatan pembebas, serta sebagai pedoman untuk bertindak dan mengembangkan intelektual dan spiritual guna mencapai kesempurnaan. Agama bukanlah terbatas hanya berupa pola-pola peribadatan yang rutin, bukan pula pelajaran yang harus dibaca dan dihafal tanpa dipahami dan diapresiasi.
Seorang penyair filosofis muslim, Muhammad Iqbal mengingatkan bahwa ada dua macam agama :
“Yang satu bergelora mengagungkan nama Tuhan, yang meluas sehingga mencapai langit; yang satu lagi berdoa dan menghitung tasbih, yang sekedar mencari bumi;
Yang pertama adalah syahadat manusia yang sadar diri, yang dimabuk Tuhan; yang kedua adalah agama para pandito, pepohonan, dan bebatuaan
Lebih lanjut Iqbal juga berkata :
“Dan agama, yang pada manifestasi-manifestasi puncaknya bukanlah pada dogma, bukan kependetaan, bukan pula ritual, dengan sendirinya mampu mempersenjatai manusia modern dengan etika, untuk memikul beban tanggung jawab yang besar termasuk tentu saja upaya memajukan sains modern; (agama) juga dapat menyadarkannya bahwa sikap beragamalah yang membuatnya mampu meraih kepribadiaan didunia ini serta menolongnya diakhirat.
Jadi apa yang disinyalir oleh Muhammad Iqbal diatas menurut penulis bahwa pribadi muslim yang berakhlak mulia adalah yang mampu menginteritaskan dan mengekspresikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan nyata. Sebab menurut Jalaluddin Rahmat bahwa ada dua macam Islam : Islam konseptual dan Islam aktual. Islam konseptual terdapat dalam Qur’an, As-sunah, dan buku-buku atau ceramah-ceramah keislaman. Islam aktual terdapat pada perilaku pemeluknya. Islam konseptual boleh menunjukkan kebencian Islam kepada kedzaliman dan dukungan kepada pihak yang dizdalimi. Tetapi Islam konseptual tidak akan dapat menghilangkan sistem yang dzalim. Hanya Islam aktual yang mengubah sejarah. Kepribadian yang menjurus kepada akhlak pada pembahasan ini
adalah keseluruhan suatu kualitas yang dinamis dari tingkah laku seseorang yang menentukan acara berpikir sebagaimana yang nampak dalam karismatik kebiasaan berekspresi dari pada sistem– sistem rohani dan jasmani yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya.