• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA

A. Pembinaan Iman

3. Pengertian Pembinaan Iman

Pembinaan iman tidak hanya dilakukan sebagai bentuk kewajiban dan

kepedulian Gereja terhadap umatnya yang ada di dalam kesulitan. Akan tetapi

pembinaan iman adalah bentuk sapaan kasih Allah terhadap umat-Nya. Sapaan

kasih Allah itu tertuang dan berdasar pada setiap kegiatan umat beriman yang

akan menjelaskan tentang pembinaan iman yang selanjutnya akan disebut sebagai

formatio iman.

Dalam Direktorium Formatio Iman yang diterbitkan oleh Dewan Karya

Pastoral Keuskupan Agung Semarang, formatio iman didefinisikan sebagai

pembinaan dan pembentukan diri menjadi (sebagai) pribadi Katolik yang berakar

dan berpola pada hidup Kristus dalam segala dimensi hidupnya secara total dan

integral dalam ungkapan dan perwujudannya (Dewan Karya Pastoral Keuskupan

Agung Semarang 2014: 3).

Formatio iman sebagai pembinaan iman memiliki garis-garis formatif yang

menjadi tolok ukur. Hal-hal yang menjadi garis-garis formatif itu adalah arah

dasar dari formatio iman, sumber-sumber yang harus digunakan dalam formatio

iman, dan tindakan-tindakan serta hal-hal yang harus dilakukan dalam formatio

iman. Tindakan dan hal-hal yang harus dilakukan dalam formatio iman termuat

dalam empat unsur utama yang harus dikerjakan yakni pengembangan

pengetahuan iman, penghayatan tradisi Katolik, pembinaan moral serta

peningkatan hidup menggereja dan memasyakat.

Arah dasar formatio iman adalah hidup dalam Kristus: menjadi Katolik

yang cerdas, tangguh dan misioner. Sakramen baptis menjadikan seseorang anak

Allah dan murid Kristus. Sebagai anak Allah, hidupnya dibentuk dan diresapi

nilai-nilai Injili serta dikuatkan dengan spiritualitas kesaksian martiria, yakni sedia

memanggul salib kehidupan sehari-hari, mengasihi secara tulus tanpa pamrih,

semangat berkorban, konsisten dalam kata dan perbuatan. Sebagai murid,

Kristus, orang Katolik hidup semakin bermakna bagi dunia dengan hadir sebagai

garam, ragi dan terang (Dewan Karya Pastoral KAS 2024: 43).

Arah dasar formatio iman yakni hidup dalam Kristus sendiri terinspirasi dari

Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus bab 4 ayat 13 -15; “sampai kita telah

mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,

kedewasaan penuh dan tingkata pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan

Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh

rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka

yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam

kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah

Kepala”.

Sumber utama formatio iman adalah Sabda Allah. Sabda Allah itu ialah

Yesus Kristus yang menjadi manusia dan bahwa suara-Nya terus menggema

dalam Gereja dan di dunia melalui Roh Kudus. Sabda Allah ditujukan kepada

manusia melalui perendahan diri ilahi yang mengagumkan dan sampai kepada

manusia melalui perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan. Gereja

merenungkan Sabda Allah dengan semangat iman yang mendalam,

mendengarkannya dengan saleh, memeliharanya dengan cinta dan mewartakannya

dengan setia melalui Tradisi dan Kitab Suci (Dewan Karya Pastoral KAS 2014:

44).

Sabda Allah yang terkandung dalam Tradisi dan Kitab Suci direnungkan

dan dimengerti dengan lebih mendalam melalui perasaan iman seluruh umat

tempat Sabda Allah terus menerus dimaklumkan, didengarkan, dibatinkan, dan

dijelaskan. Bersinar dalam sejarah hidup Gereja teristimewa kesaksian Kristiani

dan secara khusus dalam diri para Kudus. Dikaji dan diperdalam oleh studi-studi

dan penelitian-penelitian teologis yang membantu umat beriman untuk semakin

maju dan mendalam akan pengertiannya yang vital tentang misteri-misteri iman;

dan dinyatakan dalam nilai-nilai moral dan religious serta ditaburkan dalam

masyarakat dan berbagai kebudayaan (Dewan Karya Pastoral KAS 2014: 44-45).

Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang dalam buku berjudul

Formatio Iman Berjenjang mendefinisikan pembinaan sebagai berikut:

Formatio iman merupakan konsekuensi langsung dari identitas Gereja yang bersifat misioner. Perutusan Gereja untuk senantiasa melaksanakan evangelisasi membuahkan pertobatan dan iman. Maka yang semula tidak percaya kepada Kristus, kemudian menerima warta Injil, mengimani, dan memberikan diri dibaptis. Tugas Gereja selanjutnya adalah menjaga, merawat, dan mendamingi agar semua umat Kristiani bertumbuh dalam Kristus. Jadi proses menjaga, merawat, menyuburkan dan mendewasakan ini disebut sebagai Formatio iman (Dewan Karya Pastoral KAS).

Dalam menjalakan perannya untuk menjaga, merawat, menyuburkan, dan

mendewasakan iman umat formatio iman bersifat fundamental, eklesial, total dan

integral. Formatio iman bersifat fundamental karena formatio iman merupakan

keharusan, suatu tanggung jawab yang tidak bisa dikesampingkan. Formatio iman

menjadi tugas utama Gereja. Selain fundamental formatio iman bersifat eklesial

artinya formatio iman kecuali tugas Gereja juga merupakan tugas semua orang

beriman, juga diarahkan sebagai tugas semua anggota Gereja (Dewan Karya

Formatio iman juga bersifat total artinya formatio iman harus dilakukan

dengan sungguh-sungguh, tidak bisa dilakukan dengan setengah-setengah.

Formatio harus sungguh-sungguh dalam semangat, cara, dan langkah-langkahnya.

Totalitas juga terjadi ketika orang semakin kreatif dan inovatif dalam

mengusahakan metodologi pewartaan. Terakhir, formatio iman bersifat intergral

artinya dalam melaksakannya menunjuk pada tanggung jawab bersama, bukan

sekelompok orang atau komunitas keluarga, sekolah, dan paroki. Integral juga

menunjuk pada kerja sama dan sinergi antar pelaku katekese atau antar komunitas

(Dewan Karya Pastoral KAS 2014: 22).

Formatio iman memiliki peranan vital dalam Gereja. Peranan itu antara lain

adalah peran kerygmatis, edukatif, kuratif, dan transformatif. Peran Kerygmatis

berarti peran pewartaan. Formatio iman berperan kerygmatis berarti formatio

iman menegaskan perutusan Gereja untuk selalu menawarkan Injil terutama bagi

mereka yang sudah menjadi anggota Gereja (Dewan Karya Pastoral KAS

2014:23).

Peran eduktif berarti peran mendidik. Formatio iman berperan mendidik

umat dalam hal iman. Formatio iman berperan edukatif berarti formatio iman

menjadi pendidikan iman sepanjang hidup manusia. Artinya, usaha tidak terhenti

pada aspek tertentu seperti pada pengenalan kebenaran atau pada pemahaman

perubatan-perbuatan moral. Tugasnya meluas sampai pada pembentukan sikap

iman sebagai jawaban pribadi dan total atas rencana hidupnya (Dewan Karya

Peran kuratif pembinaan iman memiliki arti bahwa pembinaan iman

memiliki peranan untuk menjaga, merawat dan menumbuhkan iman umat dari

segala macam tantangan dan godaan zaman. Untuk melaksanakan peran ini Gereja

memiliki empat W sebagai sebuah dasar. Empat W itu adalah word atau

pewartaan sabda, worship atau doa, devosi dan peribadatan, witness atau

persekutuan hidup, kesaksian iman, sharing iman dan welfare atau pelayan dan

keterlibatan yang memberdayakan (Dewan Karya Pastoral KAS 2014:24-25).

Sedangkan peran transformatif dari pembinaan iman berarti pembinaan

iman membantu orang untuk memperbaharui dirinya melalui dan berdasar pada

iman. Dalam peran transformatif, umat tidak hanya menenrima informasi atau

informed tentang pengetahuan iman dan pemahaman sikap-sikap moral, akan

tetapi sampai pada tahap formed yakni dibentuk oleh pengalaman-pengalaman

iman, kemudian umat mengalami tahap transformed atau sampai pada tahap

transformasi dimana umat mengalami perubahan dalam hidupnya berdasar pada

imannya yang telah berkembang (Dewan Karya Pastoral KAS 2014:25-26).

Dokumen terkait