• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

B. Pengertian Pendapatan dan Beban

Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.23 (2007 paragraf 06), pendapatan dapat diartikan sebagai berikut :

“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.

Menurut Samryn (2012 : 7), “pendapatan merupakan nilai moneter dari pengalihan atas barang atau jasa melalui transaksi penjualan kepada pelanggan.

Pendapatan umunya menambah jumlah kekayaan, atau bisa berupa kas atau piutang, aktiva lain, atau kompensasi dengan utang tergantung dari sistem pembayaran yang disepakati dengan pelanggan. Jika pembayaran tidak berupa uang tunai maka alat pembayaran tersebut harus dinilai terlebih dahulu dengan mata uang dan nilainya disepakati oleh pihak pembeli dan penjual.

Dycman, Dukes dan Davis (2000 : 234) mendefinisikan pendapatan sebagai:

“Arus masuk atau peningkatan nilai aktiva entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung”.

Menurut Statement Of Financial Accounting concept yang dikutip Earl K.

(2004 : 203) pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

Secara konseptual pendapatan dapat diartikan sebagai aliran masuk aktiva atau pengurangan utang yang diperoleh dari hasil penyerahan barang atau jasa kepada para pelanggan. Termasuk aktiva dalam konteks ini dapat berupa kas, piutang aktiva tetap atau aktiva lain. Dalam praktiknya, pendapatan sering berupa penerimaan kas atau timbulnya tagihan (piutang) kepada pelanggan sebagai akibat menjual barang atau menyerahkan jasa tertentu kepada pelanggan. Dalam akuntansi pendapatan tidak selalu sama dengan laba.

2. Sumber dan Jenis Pendapatan

Dalam membahas masalah pendapatan, maka penulis beranggapan bahwa pengakuan pendapatan tidak akan terlepas dari sumber dan jenis pendapatan yang akan diperoleh. Pada dasarnya pendapatan itu timbul dari penjualan barang atau penyerahan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu.

Ciri utama transaksi pendapatan dapat ditandai dengan : 1. Adanya penyerahan hak atas barang atau jasa

2. Umumnya diikuti pernyataan timbulnya piutang, atau penerimaan kas

3. Adanya pernyataan penjualan atau penyerahan fisik barang atau jasa kepada pelanggan

Bentuk-bentuk yang akan diterima perusahaan dapat bermacam-macam tergantung dari mana proses terjadinya pendapatan itu sendiri. Untuk pendapatan yang timbul dari proses penjualan barang dagangan dan penyerahan jasa, perusahaan dapat menerima imbalan berupa arus masuk bruto yang dapat berupa kas atau setara kas. Sedangkan pendapatan yang timbul dari pengakuan aktiva perusahaan oleh pihak Lain akan menimbulkan sejumlah pendapatan yang akan diperoleh perusahaan dalam bentuk :

a .Bunga: pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terhutang kepada perusahaan.

b. Royalty: pembebanan untuk penggunaan aktiva jangka panjang perusahaan, misal merek, paten, dan lain-lain.

c. Deviden: distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber pendapatan dapat meliputi semua hasil yang diperoleh dari kegiatan perusahaan. Kaitannya dengan operasi perusahaan, pada umumnya sumber pendapatan yang diperoleh perusahaan terdiri atas:

1. Pendapatan Operasional

Pendapatan ini timbul dari hasil kegiatan-kegiatan usaha normal perusahaan, baik dari hasil barang dagangan, maupun penyerahan jasa.

Pendapatan ini dapat juga muncul dari kegiatan utama perusahaan lainnya

yang menjadi tujuan utama perusahaan dan berhubungan langsung dengan usaha (operasi) pokok perusahaan bersangkutan. Pendapatan ini sifatnya normal sesuai dengan tujuan utama perusahaan dan terjadi berulang-ulang selama perusahaan melangsungkan kegiatannya. Adapun jenis pendapatan operasional untuk tiap-tiap perusahaan berbeda-beda. Jenis pendapatan yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh bidang usaha yang dijalankan oleh perusahaan bersangkutan.

2. Pendapatan non Operasional

Setiap pendapatan yang diperoleh dari sumber lain di luar kegiatan utama perusahaan digolongkan sebagai pendapatan non operasional, sering juga disebut dengan pendapatan lain-lain. Pendapatan ini diterima perusahaan tidak direncanakan sebelumnya. Besarnya jumlah pendapatan non operasional ini umumnya lebih kecil daripada pendapatan operasional perusahaan, namun dapat menambah besarnya laba yang akan diperolah perusahaan.

3. Pengakuan dan penentuan pendapatan

Menurut Dyckman, Dukes, dan Davis (2000 : 237)

“Pengakuan sendiri didefinisikan sebagai pencatatan suatu item dalam akun-akun dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian. Pengakuan itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah, di mana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan”.

Konsep dasar akuntansi adalah penetapan pendapatan berdasarkan akrual (Accrual basis). Dengan demikian pendapatan telah direaliasir bukan berarti jumlah

uang yang diterima dengan tunai. Konsep ini melaporkan pendapatan waktu penyelesaian kegiatan utama ekonomi.

Pendekatan transaksi memunculkan definisi yang jelas mengenai elemen laba harus diakui, atau dicatat di dalam leporan keuangan. Sesuai prinsip akuntansi akrual yang sudah diterima umum, pengakuan tidak harus terjadi pada saat uang kas diterima.

Prinsip pengakuan pendapatan, seperti disebutkan oleh Dyckman, Dukes dan Davis, bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika:

1. Pendapatan dihasilkan, dan

2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.

Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum, pendapatan diakui ketika proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya tidak diselesaikan selama biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan laba dapat diestimasi secara andal.

Pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual.

Pendapatan itu dapat direalisasi ketika klaim atas kas (misalnya, aktiva nonkas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam jumlah kas tertentu.

Menurut FSAB (2004 : 567), pengakuan pendapatan atau keuntungan dinyatakan dalam concept statement No.5 bahwa pada umunya diakui ketika ;

1. Pendapatan atau keuntungan tersebut sudah direalisasi atau dapat direalisasi

2. Pendapatan atau keuntungan tersebut diperoleh dari penyelesaian secara substantial atas aktivitas-aktivitas yang terkait dengan proses menghasilkan.

Pendapatan untuk suatu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari beban dengan menerapkan sistem pengakuan pendapatan yaitu dengan dasar akrual.

Metode ini dikenal sebagai alternatif yang memungkinkan mengakui pendapatan sekalipun atas suatu penyerahan barang atau jasa kepada pelanggan belum diikuti dengan penerimaan kas. Penggunaan metode ini menimbulkan adanya akun piutang untuk mencatat pendapatan yang belum diterima dalam bentuk kas . Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat (1) di realisasi atau dapat di realisasi dan (2) dihasilkan. Pendapatan direalisasikan bila barang-barang atau jasa-jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atau kas (piutang).

Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui.

Pengakuan terhadap pendapatan adalah suatu hal yang penting sebab pengakuan pendapatan berarti menerima nilai-nilai baru harta benda (asset) karena transaksi tukar menukar dan mencatat nilai-nilai baru ini dalam pembukuan.

Pendapatan merupakan bagian dari penghasilan, maka pendapatan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan

dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.

4. Beban

Beban atau expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan manfaat dimasa akan datang dikelompokkan sebagai harta. Biaya ini dimasukkan kedalam Laba-Rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan.

Menurut Mulyadi (2003 : 4), biaya dapat didefinisikan dalam arti luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti luas, biaya yaitu, “ pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang sudah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Pengertian biaya dalam arti sempit yaitu, “pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari definisi biaya berikut ini :

Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca.

Biaya adalah suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, prasyarat atau pengorbanan tersebut pada tanggal perolehan dinyatakan dengan pengurangan atau aktiva lainnya

pada saat ini atau pada masa yang akan datang Sementara itu beban didefinisikan sebagai berikut :

Beban adalah pengurangan aktiva netto akibat digunakannya jasa-jasa ekonomis untuk menciptakan pendapatan atau karena pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Beban di hitung menurut jumlah penggunaan aktiva dan pertambahan kewajiban yang berkaitan dengan produksi, pengiriman barang serta pemberian jasa.

Dalam arti yang terluas, beban mencakup semua biaya yang telah habis dipakai (expired) yang dapat dikurangkan dari pendapatan.

Pengklasifikasian terhadap beban harus dilakukan secara tepat agar Laporan Laba Rugi perusahaan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan mudah dipahami.

Secara umum beban dapat digolongkan atas dua jenis , yaitu : 1. Beban Langsung

Merupakan beban yang secara langsung dikaitkan dengan pendapatan, dalam periode diakuinya pendapatan.Beban yang secara langsung yang berkaitan dengan penjualan produk, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Biaya bahan dan tenaga kerja untuk pabrikan, atau biaya untuk membeli persediaan yang dijual selama periode tersebut beban penjualan, seperti komisi penjualan, gaji, sewa, dan biaya pengiriman. Beban garansi atas produk-produk yang dijual.

Beban yang secara langsung berkaitan dengan penjualan jasa, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Beban langsung awal adalah terkait langsung

dengan transaksi jasa negosiasi dan penyempurnaan. Biaya-biaya ini termasuk komisi, honorarium hukum, kompensasi tenaga penjualan di samping komisi. Beban langsung memiliki sebab akibat yang dapat diidentifikasikan atas penjualan jasa.

Contoh : biaya perbaikan bagian dan tenaga kerja jasa termasuk sebagai kontrak jasa.

2. Beban Tidak Langsung

Merupakan beban yang tidak berhubungan secara langsung dengan penjual produk atau jasa, yang merupakan beban periode dan beban alokasi.

Contohnya mencakup jenis tertentu dari beban iklan, kompensasi atas waktu yag tersita dalam menegosiasikan transaksi yang tidak disempurnakan, beban administrrasi umum, beban penyusutan, dan beban amortisasi.

5. Pengakuan dan Penentuan Beban

Suatu perkiraan yang memenuhi definisi untuk diadakan pengakuan (recognition) kalau pertama, ada kemungkinan bahwa menfaat ekonomi yang berkaitan dengan perkiraan tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan dan Kedua, Perkiraan tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Dengan merujuk pada definisi di atas maka beban dapat dan juga harus diakui di dalam hubungannya dengan penyajian laporan keuangan yang benar dan lengkap.

Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti

pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva.

Beban merupakan faktor pengurang pendapatan dalam menentukan laba oleh karena itu beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos pendapatan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut penandingan biaya dengan pendapatan ini melibatkan pengakuan pendapatan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lainnya yang sama misalnya, berbagai komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan diakui pada saat yang sama dengan pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang.

Penegasan mengenai beban dapat dilihat dari konsep dasar yang dikemukakan oleh Eldon S. Hendriksen (Tahun 2000 : 182), Beban terjadi apabila barang atau jasa dikonsumsi atau digunakan dalam proses memperoleh pendapatan. Saat atau pelaporan beban dilakukan dengan mencatat kegiatan di dalam laporan keuangan.

Pelaporan beban dapat terjadi bersamaan dengan kegiatan menggunakan barang atau jasa, atau boleh dilakukan sesudah kegiatan, atau dalam keadaan yang tidak biasa, boleh mendahului kegiatan itu.

Laba rugi dapat ditentukan dengan menandingkan antara pendapatan yang diterima dengan beban yang dikeluarkan dalam memperoleh pendapatan yang dimaksud. Pengertian penandingan yaitu proses pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan atas dasar hubungan sebab akibat. Dengan demikian, hubungan antara

pendapatan dengan beban/biaya mempunyai hubungan yang sangat erat dalam penentuan laba.

C. Pengakuan Pendapatan dan Beban Menurut PSAK No. 36

Dokumen terkait