BAB I : PENDAHULUAN
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui akuntansi mengenai pengakuan pendapatan premi dan beban klaim yang diterapkan oleh perusahaan telah sesuai dengan PSAK No. 36 tentang akuntansi asuransi jiwa PT. Prudential Life Assurance Makassar.
2. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis
Penulisan ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan menganalisa dan mengevaluasi kebijakan akuntansi perusahaan serta menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengakuan pendapatan premi dan beban klaim asuransi
2. Bagi Perusahaan
Menjadi bahan masukan dalam menentukan kebijakan akuntansi khususnya pencatatan dan pengakuan pendapatan premi dan beban klaim.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan bahan perbandingan bagi penelitian yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuransi
1. Pengertian Asuransi
Pengertian Asuransi menurut KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) pasal 246, seperti yang dikutip Hasyim Ali (2002 : 3) adalah :
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, yang mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.
Menurut Prof. Mehr dan Cammack yang dikutip oleh Fahmi (2013 : 203), adalah “Asuransi adalah alat sosial untuk mengurangi risiko, dengan menggabungkan sejumlah yang memadai unit-unit yang terkena risiko, sehingga kerugian-kerugian individual mereka secara kolektif dapat diramalkan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung”.
Asuransi merupakan sebuah lembaga yang didirikan atas dasar untuk menstabilkan kondisi bisnis dari berbagai risiko yang mungkin terjadi, dengan harapan pada saat risiko dialihkan kepihak asuransi maka perusahaan menjadi lebih fokus dalam menjalakan usaha. Jaminan yang diberikan oleh pihak asuransi adalah pembayaran klaim kepada nasabah.Perusahaan asuransi jiwa pasal 1 UU No.2 /1992 yang dikutip oleh Pandu (2007 : 3 ) adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam
7
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup dan meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.
Menurut Professor Willent mendefenisikan asuransi yang dikutip oleh Hasyim Ali (2002 : 170 ) sebagai “alat sosial untuk penumpukan dana untuk mengatasi kerugian modal yang tak tentu yang dilaksanakan melalui pemindahan risiko dari banyak individu kepada seseorang atau sekelompok orang’’.
Asuransi oleh Molenggraaff yang dikutip oleh Irham Fahmi (2013 : 203) :
“Asuransi kerugian ialah persetujuan dengan mana satu pihak, penanggung mengikatkan diri terhadap yang lain, tertanggung untuk mengganti kerugian yang dapat diderita oleh tertanggung, karena terjadinya suatu peristiwa yang telah ditunjuk dan yang belum tentu serta kebetulan, dengan mana pula tertanggung berjanji untuk membayar premi”.
Dari berbagai pengertian diatas dapat kita pahami bahwa dalam konsep manajemen risiko pada perusahaan asuransi ada dua pihak yaitu penanggung (insurer) adalah sebuah perusahaan asuransi yang bertugas untuk menanggung kerugian yang timbul, yang tentu didahului oleh kesepakatan yang dibuat, dan tertanggung adalah nasabah yang selama ini telah membayar uang premi kepada pihak penanggung secara berangsur-angsur dan disiplin, dimana dengan pengajuan klaim yang dilakukan oleh pihak tertanggung maka pihak penanggung wajib untuk mengecek atau menilai seberapa besar kerusakan yang timbul atau yang diderita oleh nasabah yang bersangkutan. Atas dasar penilaian yang dilakukan maka perusahaan asuransi akan memproses dan mengganti kerusakan yang terjadi tersebut.
2. Fungsi dan Manfaat Asuransi
Ada tiga fungsi asuransi yaitu fungsi utama, fungsi tambahan dan fungsi-fungsi lainnya fungsi-fungsi utama adalah untuk pengalihan resiko (risk transfer) dan sebagai wadah bersama (the common pool). Asuransi merupakan mekanisme
Pengalihan resiko dimana seseorang atau perusahaan dapat mengalihkan resiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar premi asuransi dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada besarnya kerugian yang mungkin terjadi. Tanpa asuransi seseorang atau perusahaan akan menghadapi banyak ketidakpastian apabila kerugian benar-benar terjadi.
Asuransi mampu berperan sebagai penetralisir risiko yaitu pada saat risiko dan semakin lama cenderung semakin besar maka pihak asuransi dengan berbagai formatnya berusaha kuat agar risiko yang dialami oleh suatu perusahaan tidak semakin tinggi namun bahkan bisa diperkecil hingga bisa dihilangkan. Disamping itu untuk mengurangi siksaan mental dan fisik bagi pihak tertanggung yang disebabkan rasa takut dan kekhawatiran.
Asuransi dapat menjaga stabilitas sosial dan ekonomi masyarakat. Manfaat lain dari asuransi adalah salah satu bentuk tabungan, misalnya asuransi pensiun, asuransi pendidikan anak, dan lain-lain. Polis asuransi itu umunya berjangka panjang dan jika tertanggung membatalkanya, maka uang akan dikembalikan dengan dipotong dengan penalti.
Kemampuan seseorang untuk mencari penghasilan atau bekerja akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Ketika seseorang sudah tidak mampu lagi bekerja dan memperoleh penghasilan, ia butuh memiliki suatu jaminan finansial untuk
menghadapi situasi seperti ini dalam kehidupannya. Dan ketika orang menderita cacat, misalnya akibat suatu kecelakaan, kondisi ini membuat dia tidak dapat lagi melakukan kegiatan sehari-hari seperti ketika ia sehat, seperti bekerja dan memiliki Penghasilan. Dengan memiliki asuransi, orang tersebut dapat terus menjalankan kehidupannya karena ia akan menerima manfaat asuransi yang dimilikinya untuk menggantikan penghasilan yang sudah tidak dapat lagi ia peroleh lantaran cacat yang dideritanya.
3. Jenis Asuransi
seperti yang kita ketahui hingga saat ini, asuransi memiliki beberapa jenis penggolongan asuransi berdasarkan atas aspek usahanya, yaitu :
a. Asuransi Harta (Property Insurance)
Asuransi ini mengcover atau melindungi semua hak memiliki yang berupa harta benda.
b. Asuransi Tanggungan Gugat (Liability Insurance)
Asuransi yang mengcover atau melindungi akibat kerugian yang timbul dari pihak ketiga
c. Asuransi Jiwa (Life Insurance)
Asuransi yang mengcover atau melindungi tertanggung akibat dari hal-hal yang tidak diinginkan atau kejadian yang timbul akibat kemampuan tertanggung.
d. Asuransi Kerugian (General Insurance)
Asuransi yang mengcover atau melindungi dari setiap risiko-risiko yang timbul akibat dari kehilangan manfaat, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga.
4. Polis Asuransi
Yang dijual oleh perusahaan asuransi adalah janji-janji yang dicantumkan dalam suatu kontrak yang dikenal dengan sebutan polis. Kontrak asuransi merumuskan kapan perusahaan asuransi akan membayar yang ditanggung dan jumlah yang akan dibayar.
Pembuatan kontrak asuransi bukan hanya membuat konsep instrument hukum. Penyusunan dokumen itu didahului oleh analisis yang intensif terhadap perekonomian dan pertimbangan-pertimbangan teknis untuk menentukan jenis asuransi apa yang dicantumkan, serta tarifnya.
5. Prinsip Kerja Asuransi
Prinsip kerja asuransi dapat dijelaskan dengan tiga konsep berikut ini yaitu : a) Persamaan asuransi
Persamaan asuransi menyatakan bahwa total penerimaan harus sama dengan total pengeluaran. Penerimaan sebagian besar berasal dari premi dan sebagian lagi berasal dari bunga deposito, bunga obligasi, dan deviden dari penanaman modal dalam perusahaan-perusahaan lain. Pengeluaran terdiri atas pembayaran klaim, biaya operasional, dan biaya modal, profit serta cadangan teknis.
b) Probabilitas dan Risiko
Tugas asuransi adalah untuk menanggung beban risiko yang dipindahkan oleh tertanggung kepada perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi sanggup untuk mengurangi risiko (ketidak pastian) yang dirasakan tertanggung menjadi
“kepastian”. Dengan menerapkan konsep probabilitas, asuransi dapat menaksir apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Tingkat premi didasarkan atas ramalan kejadian masa depan.
Penanggung dengan perkiraan dapat mendistribusikan kerugian sesungguhnya dengan kerugian rata-rata sehingga memberikan kepastian kepada tertanggung.
Karena dana yang dibayarkan untuk kerugian yang di derita tertanggung biasanya dikumpulkan dari para anggota kelompok itu sebelumnya, maka penanggung harus sanggup meramalkan kerugian dengan akurat. Premi yang dibebankan pada tertanggung didasarkan atas ramalan tersebut dan ramalan itu didasarkan atas (taksiran) probabilitas.
Apabila seorang mengatakan “ada kemungkinan besar” sesuatu akan terjadi atau “sedikit kemungkinan” akan terjadi, sebenarnya jika dikaji secara ilmiah berdasarkan probabilitas-probabilitas adalah ukuran kemungkinan terjadinya suatu peristiwa probabilitasnya adalah nol jika kejadian itu pasti tidak akan terjadi. Jika sautu kejadian pasti terjadi, maka probabilitasnya adalah satu. Probabilitas dapat dinyatakan sebagai pecahan atau presentase.
c) Hukum bilang besar
Hukum ini menyatakan bahwa hasil aktual akan persis sama dengan hasil harapan (expected result), jika kejadian yang diamati jumlahnya tak
terhingga. Hasil harapan dihitung dengan pertolongan probabilitas. Hasil harapan disebut pula sebagai hasil yang dihitung secara teoritis. Apabila jumlah kejadian yang dilakukan sangat besar, maka hasil aktual akan mendekati hasil yang diramalkan probabilitas itu.
B. Pengertian Pendapatan dan Beban 1. Pendapatan
Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.23 (2007 paragraf 06), pendapatan dapat diartikan sebagai berikut :
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.
Menurut Samryn (2012 : 7), “pendapatan merupakan nilai moneter dari pengalihan atas barang atau jasa melalui transaksi penjualan kepada pelanggan.
Pendapatan umunya menambah jumlah kekayaan, atau bisa berupa kas atau piutang, aktiva lain, atau kompensasi dengan utang tergantung dari sistem pembayaran yang disepakati dengan pelanggan. Jika pembayaran tidak berupa uang tunai maka alat pembayaran tersebut harus dinilai terlebih dahulu dengan mata uang dan nilainya disepakati oleh pihak pembeli dan penjual.
Dycman, Dukes dan Davis (2000 : 234) mendefinisikan pendapatan sebagai:
“Arus masuk atau peningkatan nilai aktiva entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung”.
Menurut Statement Of Financial Accounting concept yang dikutip Earl K.
(2004 : 203) pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
Secara konseptual pendapatan dapat diartikan sebagai aliran masuk aktiva atau pengurangan utang yang diperoleh dari hasil penyerahan barang atau jasa kepada para pelanggan. Termasuk aktiva dalam konteks ini dapat berupa kas, piutang aktiva tetap atau aktiva lain. Dalam praktiknya, pendapatan sering berupa penerimaan kas atau timbulnya tagihan (piutang) kepada pelanggan sebagai akibat menjual barang atau menyerahkan jasa tertentu kepada pelanggan. Dalam akuntansi pendapatan tidak selalu sama dengan laba.
2. Sumber dan Jenis Pendapatan
Dalam membahas masalah pendapatan, maka penulis beranggapan bahwa pengakuan pendapatan tidak akan terlepas dari sumber dan jenis pendapatan yang akan diperoleh. Pada dasarnya pendapatan itu timbul dari penjualan barang atau penyerahan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu.
Ciri utama transaksi pendapatan dapat ditandai dengan : 1. Adanya penyerahan hak atas barang atau jasa
2. Umumnya diikuti pernyataan timbulnya piutang, atau penerimaan kas
3. Adanya pernyataan penjualan atau penyerahan fisik barang atau jasa kepada pelanggan
Bentuk-bentuk yang akan diterima perusahaan dapat bermacam-macam tergantung dari mana proses terjadinya pendapatan itu sendiri. Untuk pendapatan yang timbul dari proses penjualan barang dagangan dan penyerahan jasa, perusahaan dapat menerima imbalan berupa arus masuk bruto yang dapat berupa kas atau setara kas. Sedangkan pendapatan yang timbul dari pengakuan aktiva perusahaan oleh pihak Lain akan menimbulkan sejumlah pendapatan yang akan diperoleh perusahaan dalam bentuk :
a .Bunga: pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terhutang kepada perusahaan.
b. Royalty: pembebanan untuk penggunaan aktiva jangka panjang perusahaan, misal merek, paten, dan lain-lain.
c. Deviden: distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber pendapatan dapat meliputi semua hasil yang diperoleh dari kegiatan perusahaan. Kaitannya dengan operasi perusahaan, pada umumnya sumber pendapatan yang diperoleh perusahaan terdiri atas:
1. Pendapatan Operasional
Pendapatan ini timbul dari hasil kegiatan-kegiatan usaha normal perusahaan, baik dari hasil barang dagangan, maupun penyerahan jasa.
Pendapatan ini dapat juga muncul dari kegiatan utama perusahaan lainnya
yang menjadi tujuan utama perusahaan dan berhubungan langsung dengan usaha (operasi) pokok perusahaan bersangkutan. Pendapatan ini sifatnya normal sesuai dengan tujuan utama perusahaan dan terjadi berulang-ulang selama perusahaan melangsungkan kegiatannya. Adapun jenis pendapatan operasional untuk tiap-tiap perusahaan berbeda-beda. Jenis pendapatan yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh bidang usaha yang dijalankan oleh perusahaan bersangkutan.
2. Pendapatan non Operasional
Setiap pendapatan yang diperoleh dari sumber lain di luar kegiatan utama perusahaan digolongkan sebagai pendapatan non operasional, sering juga disebut dengan pendapatan lain-lain. Pendapatan ini diterima perusahaan tidak direncanakan sebelumnya. Besarnya jumlah pendapatan non operasional ini umumnya lebih kecil daripada pendapatan operasional perusahaan, namun dapat menambah besarnya laba yang akan diperolah perusahaan.
3. Pengakuan dan penentuan pendapatan
Menurut Dyckman, Dukes, dan Davis (2000 : 237)
“Pengakuan sendiri didefinisikan sebagai pencatatan suatu item dalam akun-akun dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian. Pengakuan itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah, di mana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan”.
Konsep dasar akuntansi adalah penetapan pendapatan berdasarkan akrual (Accrual basis). Dengan demikian pendapatan telah direaliasir bukan berarti jumlah
uang yang diterima dengan tunai. Konsep ini melaporkan pendapatan waktu penyelesaian kegiatan utama ekonomi.
Pendekatan transaksi memunculkan definisi yang jelas mengenai elemen laba harus diakui, atau dicatat di dalam leporan keuangan. Sesuai prinsip akuntansi akrual yang sudah diterima umum, pengakuan tidak harus terjadi pada saat uang kas diterima.
Prinsip pengakuan pendapatan, seperti disebutkan oleh Dyckman, Dukes dan Davis, bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika:
1. Pendapatan dihasilkan, dan
2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.
Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum, pendapatan diakui ketika proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya tidak diselesaikan selama biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan laba dapat diestimasi secara andal.
Pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual.
Pendapatan itu dapat direalisasi ketika klaim atas kas (misalnya, aktiva nonkas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam jumlah kas tertentu.
Menurut FSAB (2004 : 567), pengakuan pendapatan atau keuntungan dinyatakan dalam concept statement No.5 bahwa pada umunya diakui ketika ;
1. Pendapatan atau keuntungan tersebut sudah direalisasi atau dapat direalisasi
2. Pendapatan atau keuntungan tersebut diperoleh dari penyelesaian secara substantial atas aktivitas-aktivitas yang terkait dengan proses menghasilkan.
Pendapatan untuk suatu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari beban dengan menerapkan sistem pengakuan pendapatan yaitu dengan dasar akrual.
Metode ini dikenal sebagai alternatif yang memungkinkan mengakui pendapatan sekalipun atas suatu penyerahan barang atau jasa kepada pelanggan belum diikuti dengan penerimaan kas. Penggunaan metode ini menimbulkan adanya akun piutang untuk mencatat pendapatan yang belum diterima dalam bentuk kas . Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat (1) di realisasi atau dapat di realisasi dan (2) dihasilkan. Pendapatan direalisasikan bila barang-barang atau jasa-jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atau kas (piutang).
Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui.
Pengakuan terhadap pendapatan adalah suatu hal yang penting sebab pengakuan pendapatan berarti menerima nilai-nilai baru harta benda (asset) karena transaksi tukar menukar dan mencatat nilai-nilai baru ini dalam pembukuan.
Pendapatan merupakan bagian dari penghasilan, maka pendapatan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan
dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
4. Beban
Beban atau expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan manfaat dimasa akan datang dikelompokkan sebagai harta. Biaya ini dimasukkan kedalam Laba-Rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan.
Menurut Mulyadi (2003 : 4), biaya dapat didefinisikan dalam arti luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti luas, biaya yaitu, “ pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang sudah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Pengertian biaya dalam arti sempit yaitu, “pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari definisi biaya berikut ini :
Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca.
Biaya adalah suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, prasyarat atau pengorbanan tersebut pada tanggal perolehan dinyatakan dengan pengurangan atau aktiva lainnya
pada saat ini atau pada masa yang akan datang Sementara itu beban didefinisikan sebagai berikut :
Beban adalah pengurangan aktiva netto akibat digunakannya jasa-jasa ekonomis untuk menciptakan pendapatan atau karena pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Beban di hitung menurut jumlah penggunaan aktiva dan pertambahan kewajiban yang berkaitan dengan produksi, pengiriman barang serta pemberian jasa.
Dalam arti yang terluas, beban mencakup semua biaya yang telah habis dipakai (expired) yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
Pengklasifikasian terhadap beban harus dilakukan secara tepat agar Laporan Laba Rugi perusahaan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan mudah dipahami.
Secara umum beban dapat digolongkan atas dua jenis , yaitu : 1. Beban Langsung
Merupakan beban yang secara langsung dikaitkan dengan pendapatan, dalam periode diakuinya pendapatan.Beban yang secara langsung yang berkaitan dengan penjualan produk, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Biaya bahan dan tenaga kerja untuk pabrikan, atau biaya untuk membeli persediaan yang dijual selama periode tersebut beban penjualan, seperti komisi penjualan, gaji, sewa, dan biaya pengiriman. Beban garansi atas produk-produk yang dijual.
Beban yang secara langsung berkaitan dengan penjualan jasa, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Beban langsung awal adalah terkait langsung
dengan transaksi jasa negosiasi dan penyempurnaan. Biaya-biaya ini termasuk komisi, honorarium hukum, kompensasi tenaga penjualan di samping komisi. Beban langsung memiliki sebab akibat yang dapat diidentifikasikan atas penjualan jasa.
Contoh : biaya perbaikan bagian dan tenaga kerja jasa termasuk sebagai kontrak jasa.
2. Beban Tidak Langsung
Merupakan beban yang tidak berhubungan secara langsung dengan penjual produk atau jasa, yang merupakan beban periode dan beban alokasi.
Contohnya mencakup jenis tertentu dari beban iklan, kompensasi atas waktu yag tersita dalam menegosiasikan transaksi yang tidak disempurnakan, beban administrrasi umum, beban penyusutan, dan beban amortisasi.
5. Pengakuan dan Penentuan Beban
Suatu perkiraan yang memenuhi definisi untuk diadakan pengakuan (recognition) kalau pertama, ada kemungkinan bahwa menfaat ekonomi yang berkaitan dengan perkiraan tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan dan Kedua, Perkiraan tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Dengan merujuk pada definisi di atas maka beban dapat dan juga harus diakui di dalam hubungannya dengan penyajian laporan keuangan yang benar dan lengkap.
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti
pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva.
Beban merupakan faktor pengurang pendapatan dalam menentukan laba oleh karena itu beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos pendapatan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut penandingan biaya dengan pendapatan ini melibatkan pengakuan pendapatan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lainnya yang sama misalnya, berbagai komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan diakui pada saat yang sama dengan pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang.
Penegasan mengenai beban dapat dilihat dari konsep dasar yang dikemukakan oleh Eldon S. Hendriksen (Tahun 2000 : 182), Beban terjadi apabila barang atau jasa dikonsumsi atau digunakan dalam proses memperoleh pendapatan. Saat atau pelaporan beban dilakukan dengan mencatat kegiatan di dalam laporan keuangan.
Pelaporan beban dapat terjadi bersamaan dengan kegiatan menggunakan barang atau jasa, atau boleh dilakukan sesudah kegiatan, atau dalam keadaan yang tidak biasa, boleh mendahului kegiatan itu.
Laba rugi dapat ditentukan dengan menandingkan antara pendapatan yang diterima dengan beban yang dikeluarkan dalam memperoleh pendapatan yang dimaksud. Pengertian penandingan yaitu proses pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan atas dasar hubungan sebab akibat. Dengan demikian, hubungan antara
pendapatan dengan beban/biaya mempunyai hubungan yang sangat erat dalam penentuan laba.
C. Pengakuan Pendapatan dan Beban Menurut PSAK No. 36 1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan yang biasanya diperoleh oleh perusahaan dalam suatu periode
Pendapatan yang biasanya diperoleh oleh perusahaan dalam suatu periode