• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi KecerdasanEmosional

oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri, meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Sedangkan faktor eksternal adalah hal-hal yang datang atau ada di luar diri yang meliputi orangtua, sekolah dan masyarakat (lingkungan dan pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya).

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dijelaskan pengaruh otak, pola asuh orang tua (keluarga), sekolah dan masyarakat dalam perkembangan kecerdasan emosional :

a. Otak

Fungsi pertama yang ditunjukkan oleh beragam penemuan tentang kecerdasan emosional, termasuk penemuan faktor-faktor biologis yang mempengaruhi terjadinya penyakit jiwa, adalah penemuan psikoneuromunologi dan pentingnya “keyakinan” dalam menciptakan kondisi biologis tubuh yang baik. Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa keyakinan dapat menjadi salah satu terapi

penting dalam menciptakan kondisi tubuh yang seimbang. Metode penyembuhannya adalah adanya keyakinan untuk sembuh. Keyakinan berhubungan secara timbal balik dengan metabolisme tubuh. Dengan kata lain, optimisme dan positif thinking memberi pengaruh menguntungkan dalam kondisi biologis manusia. Sistem limbic dan amygdala yang terletak di daerah tengah otak merupakan komponen yang berperan penting.

Perbedaan yang signifikan pada otak emosional laki-laki dan perempuan juga turut berpengaruh dalam pola tingkah laku.

Kebanyakan kriminalitas adalah kaum laki-laki. Kebanyakan perangkai bunga adalah kaum perempuan. Ini bukan sebuah ungkapan tanpa dasar. Sebagaimana yang ditulis sebagai Taufiq Pasiak, bahwa Richard Haier seorang guru besar dari Universitas California di Irvine, berhasil membuktikan bahwa kenyataan itu mempunyai dasar ilmiah. Dengan alat bantu positronEmission Tomography (PET), Haier menemukan kenyataan bahwa ketika menganggur, aktivitas otak laki-laki lebih banyak terjadi pada daerah limbic temporal. Daerah ini adalah pengatur emosi yang berhubungan dengan aksi motorik, seperti prilaku laki-laki yang suka memukul jika sedang marah. Laki-laki yang beringas, apalagi ketika sedang marah dengan emosi tak terkontrol akan disalurkan melalui pukulan tangan, tendangan kaki dan makian. Ini tidak mengherankan karena daerah limbic temporal adalah sisa dari otak reptile, ketika mengalami proses

evolusi. Istilah buaya darat lebih kerap dipakai untuk menunjuk para lelaki yang hidungnya “belang-belang”.

Sebaliknya pada kaum perempuan ketika istirahat, aktivitas otak lebih banyak terjadi pada cyngulata gyrus. Dalam evolusi, daerah ini merupakan turunan otak mamalia yang bertanggungjawab dalam mengontrol ekspresi emosi. Ketika marah, seorang perempuan cenderung membelalakkan matanya atau diam, daripada memukul atau menendang. Dalam kasus penyakit jiwa, perempuan lebih sering menderita syndrome depresif. Ia depresif karena memendam perasaannya. Perempuan juga lebih mampu merasakan emosi seseorang. Laki-laki dapat memainkan emosi perempuan, misalnya dengan rayuan, padahalnya ia hanya berpura-pura. Begitu juga ketika membaca ekspresi wajah, perempuan lebih tanggap dan cepat mengangkap kegalauan kegembiraan orang lain. Ekspresi verbal maupun sekedar bahasa tubuh dapat ditangkap dengan cepat oleh perempuan. Hal ini disebabkan karena sistem limbic perempuan bekerja delapan kali lebih keras dari sistem limbic laki-laki.

b. Orang tua (keluarga)

Adapun dari aspek orang tua terdiri dari tiga hal yaitu;

1) Pembinaan orang tua

Dalam upaya melindungi keselamatan anak, orang tua perlu melakukan pembinaan-pembinaan. Pembinaan tersebut antara lain:

a. Membina Pribadi Anak

Orang tua membina agar anak menjadi orang yang baik, mempunyai pribadi yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji.

b. Membentuk kebiasaan

Masalah-masalah yang sudah menjadi ketetapan dalamsyariat Islam bahwa sang anak diciptakan dengan fitrahtauhid yang murni, agama yang lurus, dan iman kepada Allah.

c. Membentuk kerohanian menjadi pribadi muslim.

Menurut pandangan Islam rohani adalah pusat eksistensi dan menjadi titik pusatnya, karena dengan rohani itu seluruh alam saling berhubungan dan memelihara kehidupan manusia untuk menuntut kepada keberanian. Pendeknya merupakan penghubung antara manusia dengan Alah SWT.

2) Gaya dan Sikap Orang Tua

Santrock seorang psikolog pendidikan di Universitas Texas mengemukakan ada empat gaya pengasuhan orang tua yang bisa berdampak positif dan negatif terhadap anak. Artinya, gaya pengasuhan tertentu dapat membawa kesulitan belajar pada anak.

Keempat gaya pengasuhan tersebut adalah:

a. Gaya Otoriter b. Gaya berwibawa c. Gaya acuh tak acuh d. Gaya pemanja

Orang tua dengan gaya otoriterakan mendesak anak-anaknya untuk mengikuti petunjuk-petunjuk dan menghormati mereka. Untuk itu, mereka tidak segan-segan menghukum anak secara fisik. Orang tua memberi batasan-batasan pada anak secara keras dan mengontrol mereka dengan ketat. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga seperti ini mengalami banyak masalah psikologis yang dapat menghambat mereka untuk belajar. Di rumah, mereka cenderung cemas dan merasa tidak aman. Di sekolah, mereka juga tidak bisa bersosialisasi dengan baik dan dengan demikian mengalami banyak kesulitan dalam bergaul dengan teman-temannya. Mereka memiliki keterampilan berkomunikasi yang sangat rendah sehingga menimbulkan banyak hambatan psikologis.

Orang tua dengan gaya berwibawaakan mendorong anak-anaknya untuk hidup mandiri. Ketika dibutuhkan mereka memberi pengarahan dan dukungan. Bila anak-anaknya membuat kesalahan, orang tua mungkin menaruh tangan di pundak anaknya dan dengan menghibur berkata,” Kamu tahu, kamu seharusnya tidak melakukan hal itu. Mari kita bicarakan bagaimana kamu bisa mengatasi situasi ini lain kali.” Dengan demikian, anak-anak sudah diajarkan bagaimana mengatasi masalah mereka sendiri. Anak-anak mengembangkan kemampuan bersosialisasi, percaya diri, dan mampu bekerjasama dengan orang lain. Kesulitan-kesulitan yang mereka alami tidak menjadi beban psikologis yang menghambat mereka untuk belajar.

Orang tua dengan gaya acuh tak acuh akan cenderung bersikap permisif, membolehkan anaknya melakukan apa saja. Biasanya, orang tua tidak terlalu terlibat dalam kehidupan anaknya. Anak-anak di sini mengalami kekurangan kasih sayang dan kurang mendapat

“perhatian” yang sangat mereka butuhkan. Anak-anak seperti ini tidak mampu bersosialisasi dan memiliki kontrol diri yang sangat rendah. Tidak adanya kontrol diri ini mengakibatkan banyak masalah psikologis yang mereka hadapi dan mengganggu konsentrasi belajar mereka baik di rumah maupun di sekolah. Selain itu, anak-anak ini biasanya tidak memiliki motivasi untuk belajar apalagi berprestasi.

Orang tua dengan gaya pemanja, hampir seperti orang tua dengan gaya acuh tak acuh, akan terlibat dalam urusan anak-anaknya dengan memberikan semua yang diminta oleh anak-anaknya.

Orang tua juga sering membiarkan anak-anaknya melakukan apa yang mereka inginkan dan mendapatkan dengan cara mereka apa yang mereka maui. Hasilnya, anak-anak dalam keluarga ini biasanya tidak belajar untuk mengontrol diri atas tingkah lakunya dan menemui banyak kesulitan psikologis karena ketidak mandirian mereka atau karena ketergantungan mereka pada orang lain.

3) Kelas Sosial dan Status Ekonomi

Pikunas mengemukakan pendapat Becker, Deutsch tentang kaitan antara kelas sosial dengan tehnik orangtua dalam mengatur anak yaitu :

a. Kelas Bawah : Cenderung lebih keras dan lebih sering menggunakan hukuman fisik, dibanding dengan kelas menengah.

Anak-anak dari kelas bawah cenderung lebih agresif, independent dan lebih awal dalam pengalaman seksual.

b. Kelas Menengah : Cenderung lebih memberikan pengawasan, para ibunya merasa bertanggung jawab terhadap tingkah laku anak-anaknya, dan menerapkan control yang lebih halus. Mereka mempunyai ambisi untuk meraih status yang lebih tinggi, dan menekan anak untuk mengejar statusnya melalui pendidikan.

c. Kelas Atas: Cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya. Anak-anaknya cenderung memiliki rasa percaya diri dan cenderung bersikap manipulasi aspek realitas.

c. Sekolah

Sekolah merupakan tempat kedua bagi anak setelah keluarga untuk mengembangkan emosi. Ada dua hal yang sangat berpengaruh bagi kecerdasan emosi anak di sekolah, yaitu guru dan kurikulum.

Pesan guru di sekolah tidak jauh berbeda dengan peran orangtua di rumah sehingga dituntut tanggung jawab yang besar dalam mendidik emosi anak. Guru yang demokratis akan memahami perasaan, menerima pendapat, dan memberi kebebasan kepada peserta didik

untuk mengekspresikan kemampuannya memberi sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan kecerdasan emosi anak.

d. Masyarakat

Selama empat dasawarsa terakhir, mulai orang tua, guru, tokoh agamawan hingga presiden, telah berusaha mengatasi kritis perkembangan moral anak-anak. Tetapi kenyataannya semakin lama keadaan justru semakin memburuk.

William Damon, seorang pakar terkemuka di Brown University menyatakan bahwa anak-anak harus mendapatkan keterampilan emosional dan sosial sebagai berikut :

1) Mereka harus mengikuti dan memahami perbedaan antara perilaku yang baik dan buruk serta mengembangkan kebiasaan dalam hal perbuatan yang konsisten dengan sesuatu yang dianggap baik.

2) Mereka harus mengembangkan kepedulian, dan rasa tanggungjawab atas kesejahteraan dan hak-hak orang lain, yang diungkap melalui sikap peduli, dermawan, ramah dan pemaaf.

3) Mereka harus merasakan reaksi emosi negatif seperti malu, bersalah, marah, takut, dan rendah bila melanggar aturan moral.

Penelitian terhadap berbagai budaya telah membuktikan bahwa perkembangan moral dapat mudah dipengaruhi oleh cara-cara dan nilai-nilai dalam membesarkan anak.

Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai moral yang dianut dalam masyarakat tertentu sangat mempengaruhi perkembangan emosional.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan pondasi awal pembentukan emosional seorang anak, bagaimana sikap atau gaya mendidik dan kondisi keluarga maka hal itu pula yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Di samping itu, sekolah juga sangat berperan karena sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga dalam usaha mengembangkan apa yang telah ditanamkan oleh keluarga, terakhir adalah lingkungan masyarakat karena bagaimana pun baiknya pembinaan orangtua tetapi karena lingkungan yang tidak baik, bisa saja menghasilkan anak yang tidak sesuai dengan harapan. Olehnya itu keberadaan ketiga lingkungan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling terkait satu sama lain.

40 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitianField Research dengan pendekatan kualitatif dan dianalisis secara deskriptif yaitu berusaha memberi gambaran mengenai Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Kecerdasan Emosional Siswa SMK Muhammadiyah 2 bontoalaKota Makassar.

Pengertian kualitatif menurut Sugiyono (2012:9)

Adapun kajiannya menggunakan analisis kualitatif, metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sehingga lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

B. Lokasi dan Objek Penelitian.

Lokasi penelitian SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Kota Makassar objek penelitian adalah Guru dan Siswa SMK Muhammadiyah 2 Bontoala Kota Makassar.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah peranan Pendidikan Agama Islam dalam Menumbuhkan kecerdasan emosional

siswa SMK Muhammadiyah 2 Bontoala. Dan data variabel tersebut berdasarkan kenyataan di lapangan, tanpa membuat dokumen khusus, maka dilihat dari sifatnya penelitian ini terdiri dari deskriptif yang bersifat kompratif.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1) Peranan Pendidikan Agama Islam (variabel bebas) 2) Kecerdasan emosional (variabel terikat).

D. Defenisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dalam memahami maksud yang terkandung dalam judul ini, penulis akan lebih dahulu menjelaskan variabel penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut H. Abdurrahman (1993:39) mengemukakan bahwa:

Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik/murid agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan.

2. Kecerdasan Emosional.

Kecerdasan emosional yaitu, kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan yang meng-Ilahi dalam diri seseorang, mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan dalam setiap tindakan yang akan dilakukannya, agar

tindakan yang dilakukannya tersebut sejalan dengan keinginan hatinya, yang pada akhirnya melahirkan akhlak yang mulia.

E. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. (Sugiyono, 2005: 62) Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting, bukan sekedar memberi respon, melainkan juga sebagai pemilik informasi, sebagai sumber informasi (key informan). Data diartikan sebagai fakta atau informasi yang diperoleh dari yang didengar, diamati, dirasa dan dipikirkan peneliti dari aktivitas dan tempat yang diteliti. Sumber data primer di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala adalah guru Pendidikan Agama Islam dan peserta didik. Dukungan kedua subyek primer ini berkait langsung dengan permasalahan yang menjadi faktor dalam penelitian ini.

2. Sumber data sekunder

Sugiyono (2005:62) mengemukakan bahwa:

Sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Data dari sumber sekunder atau informan pelengkap ini berupa cerita dari lingkungan sekolah maupun luar sekolah seperti masyarakat ataupun orang tua, penuturan atau

catatan mengenai model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.

F. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi penelitian dalam mengumpulkan data. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul. Instrumen penelitian yang penulis gunakan antara lain :

1. Pedoman Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk memberikan gambaran global dari dekat lokasi suatu penelitian.

Dalam observasi disini, yang menjadi sasarannya adalah Peranan Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan kecerdasan emosional siswa SMK Muhammadiyah 2 Bontoala.

2. Pedoman wawancara, sebagai pegangan bagi penulis agar dalam kegiatan wawancara dengan berbagai pihak yang berkompeten sebagai sumber informasi seperti kepala sekolah dan guru.

3. Pedoman Dokumentasi

Untuk memperoleh informasi dalam penelitian, ada tiga macam sumber yang harus diperhatikan, yaitu: tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang (People). Penelitian yang bersumber dari inilah yang berarti menggunakan metode

dokumentasi menyelidiki dokumentasi-dokumentasi tertulis atau arsip-arsip yang ada sangkut pautnya dengan materi pembahasan.

Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilaksanakan dengan metode pedoman dokumentasi, yang berisi garis-garis besar yang akan dikumpulkan datanya yang bersumber dari arsip atau pedoman sekolah yang dianggap penting. Jenis-jenis data dokumentasi ini seperti: jumlah guru, siswa, dan keadaan sarana pengajaran di sekolah.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Liberary Research (riset kepustakaan)

Yaitu suatu metode yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data melalui perpustakaan terutama data-data yang berkaitan dengan masalah yang sifatnya teoritis. Dalam hal ini penulis lakukan dengan jalan membaca buku, majalah atau tulisan ilmiah yang memiliki releven dengan masalah yang dibahas.

Winarno Surakhmat (1981:17) mengemukakan bahwa :

Metode Research adalah pengumpulan bahan-bahan yang harus dengan cara-cara seperti membaca arsip-arsip, dokumen-dokumen, majalah ilmiah, majalah terbaru dan lain sebagainya.

Teknik ini penulis pergunakan dalam pengumpulan data pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan bahan-bahan yang ada kaitannya dengan pembahasan ini.

Hal ini dilakukan dengan dua cara yaitu :

a) Kutipan langsung, yakni menulis suatu pendapat dari buku tanpa ada perubahan sedikit pun baik redaksinya maupun maknanya.

b) Kutipan tidak langsung, yakni penulis mengutip pendapat seorang ahli kemudian merumuskan melalui bahasa dan kalimat penulis sendiri sehingga terdapat perbedaan-perbedaan dari kontek aslinya, tetapi tidak mengurangi makna, maksud dan tujuannya.

2. Filed Research (riset lapangan),

Yaitu suatu metode yang ditempuh oleh penulis dalam mengumpulkan data dari informasi yang dibutuhkan dengan jalan langsung mengadakan penelitian di lapangan untuk mendapatkan data dari sumber yang asli sesuai dengan obyek yang telah ditetapkan.

Dalam hal ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Observasi yaitu suatu teknik pengumpulan data di lapangan dengan jalan mengadakan pengamatan dan penatatan secara sisimatis terhadap gejala atau masalah yang diteliti.

Dalam menggunakan metode ini penulis menerapkan dua jenis observasi yaitu:

a. Observasi partisipan (participant observation) yaitu penulis dalam mengumpulkan data, ikut bersama dengan orang yang menjadi obyek penelitian.

b. Observasi non partisipan (participant observation) yaitu penulis dalam mengumpulkan data hanya mendatangi sambil mengamati secara cermat obyek peelitian.

2. Interview yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan jalan mengadakan wawancara atau Tanya jawab sepihak dengan responden untuk mendapatkan data yang relevan dengan masalah yang dibahas.

3. Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan jalan mengutip data-data atau dokumentasi yang ada pada obyek penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti.

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif. Data tentang hasil belajar dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan dua macam teknik statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil analisis deskriptif tersebut ditampilkan dalam bentuk nilai rata-rata dan persentase nilai rata-rata.

1. Analisis kualitatif yaitu analisis data dijabarkan melalui pengamatannya tidak berupa angka-angka, maksudnya dilakukan dengan cara menguraikan dalam bentuk kalimat kemudian direlevansikan dengan ruang teori yang mendukung.

2. Metode induktif yaitu menganalisis data dengan data-data atau faktor-faktor khusus kemudian menarik kesimpulan secara umum dengan kata lain dari kondisi nyata kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum.

3. Metode deduktif yaitu menganalisis data yang bertitik tolak dari beberapa hal berisifat umum, kemudian menarik kesimpulan bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMK Muhammadiyah 2 Bontoala 1. Riwayat Singkat SMK Muhammadiyah 2 Bontoala

Nama sekolah : SMK Muhammadiyah 2 Bontoala

Alamat : Jl. Andalas No 126 H / 7C (samping kiri mesjid Raya Makassar)

Kecamatan : Bontoala

Kota : Makassar

ISO : 9001 : 2008

Jenjang Akreditasi : A

Awalnya kebijakan pemerintah menutup SPG, sehingga SPG Muhammadiyah Bontoala termasuk yang harus ditutup sehingga manajemen sekolah yang di pimpin Bapak H. Usman Latief ( almarhum) bersama Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bontoala memutuskan mengalihfungsikan SPG menjadi sekolah SMPS. Namun dalam perjalannya setelah satu tahun pertama ternyata bahwa animo masyarakat sangat rendah untuk memasukkan anaknya di SMPS, sehingga para pimpinan sekali lagi mengambil kebijakan setelah di adakan beberapa kali rapat untuk membuka sekolah Teknlologi atau (STM) maka didirikanlah STM Muhammadiyah Bontoala melalui SK PCM Bontoala Bagian Pendidikan nomor :III/A/10/I/19/1992 tangal 1 Agustus

48

1992 dan izin operasional dari Kandep Pendidikan Makassar nomor :2644/I06.22/A/93 tanggal.28 Juli 1993 Isin Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan Nomor : 228/KEP/I06/H/1993 Tanggal : 2 Oktober 1993 dengan Program Studi yang dibuka adalah : 1. Rumpun Otomotif Program Studi Mekanik Otomotif

2. Rumpun Elektronika Program Studi Elektronika Komunikasi.

Dengan kepala Sekolah Bapak. H. Usman Latief sampai bulan Maret tahun 1996. Tenaga pendidikan awalnya untuk pelajaran umum menggunakan guru-guru SPG, sementara untuk pelajaran kejuruan menggunakan guru STM Pembangunan ditambah guru SPG 1 orang, Bpk Drs. Bacruddin pindahan dari SMA Muhammadiyah Mariso dan Bapak.

Drs. Natsir selaku guru honor kejuruan pertama. Tahun ajaran 1995/1996 STM Muhammadiyah Bontoala berubah menjadi SMK Muhammadiyah 2 Bontoaladan Kepala Sekolah Bapak Drs.Natsir. Dalam perkembangannya SMK Muhammadiya 2 Bontoala mengalami kemajuan yang lauar biasa baik kuantitas maupun kualitas, dimana awal berdirinya menerima siswa baru 27 orang, pada tahun ajaran 2010 menerima siswa baru 332 orang.

Kemudian sejalan dengan tuntutan perkembangan pada tahun 2006/2007 menambah program keahlian Teknik Informasi dan Komunikasi Bidang Keahlian Multi Media, dan tahun 2009/2010 dengan perubahan kurikulum ke sfektrum Program keahlian Otomotif berubah menjadi Teknik Otomotif kendaraan Ringan dan Teknik Otomotif Sepeda Motor.

Adapun visi misi SMK Muhammadiyah 2 Bontoala ialah sebagai berikut:

a. Visi : "Menjadi sekolah yang berkualitas, unggul dalam bidang IMTAQ, IPTEK, mandiri, mampu berkompetisi secara Nasional dan Internasional."

b. Misi

1) Meningkatkan kualitas PBM berbasis kompetensi standar Nasional dan Internasional

2) Mengembangkan pelatihan SDM

3) Mengembangkan manajemen Diklat berstandar Nasional dan Internasional.

4) Mengembangkan program Diklat berkualifikasi Nasional

5) Meningkatkan kualitas tamatan berkompeten dibidang otomotif, elektro, dan komputer

6) Mengembangkan kesadaran berwiraswasta bagi tamatan

7) Meningkatkan pemahaman dan pengalaman Al-Islam sesuai tuntunan Al-qur'an dan Assunnah.

2. Keadaan Guru

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, dalam usaha mengantarkan siswa kepada kedewasaan baik dalam berfikir maupun dalam bertingkah laku. Oleh karena itu, guru dituntut keahliannya dalam mengajar dan mendidik siswanya, agar ilmu dan bidang studi yang diajarkan mudah

diserap dan ditransfer anak didik. Dengan demikian, nampak jelas bahwa menjadi guru bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan, sebab keberhasilan suatu sekolah khususnya di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala tergantung pada aktivitas dan kreativitas seorang guru dalam memberikan bimbingan dan pembelajaran terhadap siswa.

Kemudian klasifikasi tenaga pendidik di SMK Muhammadiyah 2 Bontoala sebanyak 68 orang termasuk pimpinan sekolah. Untuk mengetahui lebih jelas keadaan jumlah guru dan mata pelajaran yang di ajarkannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Pimpinan SMK Muhammadiyah 2 Bontoala

No Nama Jabatan

1 Abdul. Munir, S.Pd, M.Ag NBM:826705

Kepala Sekolah

2 Drs.Muri Khalid,M.Pd.I Wakasek Humas/Urs. Industri

2 Drs.Muri Khalid,M.Pd.I Wakasek Humas/Urs. Industri

Dokumen terkait