BAB II KAJIAN PUSTAKA
C. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan atau dalam bahasa Arab tarbiyah dari sudut pandang
etimologi (ilmu akar kata) berasal dari 3 kelompok kata. Pertama, raba, yarbu
yang berarti bertambah dan bertumbuh. Kedua, rabiya yarba yang berarti
menjadi besar. Dan ketiga, rabba yarubbu, yang berarti memperbaiki,
dipahami sebagai proses. Proses yang sedang mengalami pembaharuan atau perubahan kearah yang lebih baik (Muliawan,2005:99).
Islam dari segi bahasa bersal dari kata aslama, yuslimu, islaman, yang
berarti submision (ketundukkan), resignation (pengunduran), dan
reconciliation (perdamaian), (to the will of god) tunduk kepada kehendak
Allah. Kata aslama ini berasal dari kata salima, berarti peace, yaitu damai,
aman, dan sentosa. Jadi Islam yaitu untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa, serta sejalan pula dengan ajaran Islam yaitu menciptakan kedamaian di muka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada
Tuhan (Nata, 1995:32). Karena Islam sebagai “agama dan sekaligus sebagai
sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya pendidikan” (Jalaluddin,
2001:68).
Islam menurut Dr. Taufik Abdullah adalah cara hidup. Dimanapun dan kapanpun Islam masuk dalam kehidupan seseorang maupun kelompok, pada saat itu pula ia menjadi pedoman pola perilaku, cara berpikir, dan bertindak
(1993:1). Serta “Islam sebagai agama, sebagai jalan hidup, tentunya akan
memberikan jawaban tentang berbagai macam permasalahan hidup dan kehidupan manusia, dan memberikan petunjuk/jalan hidup bagi manusia dalam
tujuan hidupnya” (Zuhairini, 1995:34). Dalam menempuh hidupnya secara
wajar dan sejalan serta selaras dengan alam sekitarnya.
Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Materi Ujian Komprehensif Lisan: 25) dan pendidikan Islam bertujuan
untuk “mengembangkan semua aspek asal yang ada pada manusia ini tanpa mengorbankan salah satunya” (Langgulung, 1986:93) yang ditunjukkan untuk mencapai keseimbangan hidup. Sehingga tujuan “pendidikan Islam adalah
untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual) diri manusia yang rasional, perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya mencangkup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik yaitu aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif dan mendorong semua aspek tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan Islam terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada
Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia”
(Rasyidin dan samsul, 2005:37-38).
Pendidikan Islam merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat transenden,
universal, dan internal atau abadi yang bersumber pada Al-Qur‟an dan hadist
yang sahih. Karena mengandung “pendidikan budi pekerti dan Islam telah
menyimpulkan bahwa budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam”
(Al-Abfasyi. 1970:1). “Dengan akhlak akan terbinanya mental dan jiwa
seseorang untuk memiliki hakikat kemanusiaan yang tinggi. Dengan akhlak
dapat dilihat corak dan hakikat manusia yang sebenarnya” (Zuharini, 1995:50).
sekitar yang akan memberikan dampak baik maupun buruk. Sehingga
“Pendidikan besar sekali pengaruhnya atas perkembangan moralitas (Poedjawijatna, 1983:131). Moralitas seseorang dipengaruhi oleh perasaan atau hati nurani, dari hati nurani akan terpancar perbuatan-perbuatan yang baik dan buruk. Rasulullah S.A.W. bersabda:
ْذَذٍَُص ْذَذٍَُصاَذِا ًخَغْضُِ ِدَعَجٌْا ِٝف َِّْا
بَظ ْدَدَعَف ْدَدَعَف اَذِا َٚ ِدَعَجٌْاُسِئ بَظ
( ُتٍَْمٌْا َِٟ٘ ََٚلَْا ِدَعَجٌْاُسِئ
ث٠دذٌا)
Sesungguhnya di dalam tubuh (jasad) seseorang terdapat segumpal daging, apabila daging itu baik, maka baiklah semua tubuh dan tingkah laku, dan apabila daging tadi tidak baik, maka semua tubuh dan tingkah laku akan menjadi tidak baik, daging itulah yang disebut hati (qolbu) (Al-Hadis) (Zuharini, 1995:53).
Pendidikan Islam ditunjukkan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan dan panca indera (Jalaluddin, 2001:74).
Karena pendidikan Islam bertugas “membimbing seorang manusia agar dapat
menjalankan amanat yang diembankan kepadanya. Amanat ini bersifat
individual dan sosial” (Suharto, 2006:29). Sehingga “pendidikan Islam
diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya (Direktorat Jenderal, 1983:28). Serta pendidikan Islam berperan dalam “pengembangan
potensi, proses pewarisan budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya. Sebagai pengembangan potensi tugas pendidikan Islam adalah menemukan dan
mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara sebagai pewaris budaya tugas pendidikan Islam adalah alat transmisi unsur-unsur pokok budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sehingga identitas umat tetap terpelihara dan terjamin dalam tatanan zaman. Sebagai interaksi antara potensi dan budaya, tugas pendidikan Islam adalah sebagai proses transaksi (memberi dan mengadopsi) antara manusia dan lingkungannya (Rasyidin dan samsul, 2005:33).
“Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang
kependidikan yang bersumber atau berlandaskan pada ajaran agama Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dibina dan dikembangkan serta
dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruhnya dijiwai oleh ajaran Islam”
(Suharto, 2006:32) yang “menekankan pada pencarian ilmu pengetahuan,
penguasaan dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah. Setiap
penganut Islam diwajibkan mencari ilmu” (Azra, 1999:10). Karena menuntut
ilmu adalah kewajiban bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan, sebagaimana Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdul Bari
ٍ خٍَِّْعُِ َٚ ٍ ٍُِْعُِ ًُِّو ٍََٝػ ٌ خَضْ٠ ِسَف ٍَُِْؼٌْا َتٍََط َِّْبَف .ِْٓ١ ِّصٌ بِث ٌََْٛٚ ٍَُِْؼٌْاُٛجٍُْطُا
)ٜسجٌادجػ ٓثا ٖاٚز(
Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Maka sesungguhnya mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap orang Islam pria dan wanita (Materi Ujian Komprehensif: 22)
Dalam menuntut ilmu pengetahuan tidak ada batasannya, oleh sebab itu tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat, dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Karena Islam memerintahkan umatnya untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain dengan mempergunakan metode pendidikan, agar penyampaiannya lebih mudah dipahami.