• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Landasan Teori

2.2.7 Pengertian perataan Laba (income smoothing)

Definisi Perataan laba yang dikemukakan oleh Baidlemen dalam Belkaoui(2002) adalah “usaha yang disengaja untuk meratakan atau menfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Sedangkan menurut (Assih dkk, 2000) adalah tindakan yang dilakukan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba menujukkan suatu manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba pada batas-batas yang diizinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip maajemen yang wajar”. (Narsa,dkk :2003).

Sedangkan menurut (Koch,1981) Perataan laba adalah cara yang dipergunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik dengan menggunakan metode akuntasi maupun melalui transaksi. Aryes (1994) (Narsa) dalam artikelnya mengungkapkan tentang praktik-praktik yang dapat dilakukan oleh manajer untuk “mangatur” Earning atau keuntungan demi manunjukkan prestasinya. Manurutnya ada tiga faktor yang dapat dikaitkan dengan munculnya praktik perataan laba,yaitu:

1. Manajemen Akrual (accruals Manajemen) : dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer, contohnya adalah mempercepat atau menunda pengakuan pendapat, menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas biaya (misalnya biaya perawatan aktiva tidak lancar, keuntungan atau kerugian atas penjualan aktiva ) dan perkiraan-perkiraan akuntasi lainnya seperti beban piutang ragu-ragu dan perubahan metode akuntasi.

2. Penerapan suatu kebijaksanaan akuntasi yang wajib (adaption of mandatory accounting changes) : Berkaitan dengan manajer untuk menetapkan suatu kebijaksanaan akuntasi yang wajib diterapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut. Para manajer tentu akan memilih menerapkan kebijaksanaan akuntasi yang

baru bila dengan penerapan tersebut dapat mempengaruhi baik aliran kas maupun keuntungan perusahaan.

3. Perubahan akuntasi secara sukarela (Valuntary Accounting Changes) : berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntasi tertentu diantara sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui aleh badan akuntasi yang ada. Contohnya adalah penggantian metode penyusutan aktiva dari metode garis lurus ke metode penyusutan yang dipercepat dan sebaliknya.

Beberapa pola dari manajemen laba yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu : memaksimalkam laba, meminimalkan laba dan perataan laba. Penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenaan (agency teory) yang menyatakan praktik perataan laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manjemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.

2.2.7.1Alasan Perataan Laba

Alasan perataan laba oleh manajemen menurut Hepworth (1953) dalam Subekti (2005) dalam Budiasih (2006) adalah sebagai berikut :

a. Sebagai rekasa untuk mengurangi laba dan untuk menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat mengurangi utang pajak.

b. Dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan penghasilan dan kebijaksanaan deviden sesuai dengan keinginan.

c. Dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindar permintaan kenaikkan upah atau gaji oleh karyawan.

d. Memiliki dampak psikologis pada perekonomian.

Foster (1986) dalam Suwito dan Herawati (2005) dalam Budiasih (2006) bahwa tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan di mata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah. Dan menurut Barnea, Et. Al (1976) dalam Salno dan Baridwan (2000) adalah untuk mempermudah investor untuk memprediksi perusahaan dimasa yang akan datang.

2.2.7.2 Motivasi Perataan Laba

Dipandang dari sisi manajemen Hepworth(1953) mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi untuk melakukan perataan penghasilan pada dasarnya ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi dan psikologi,

yaitu:

1. Mengurangi total pajak terutang

2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula. 3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena pelaporan

penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikkan gaji dan upah,

4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.

2.2.7.3Sasaran-sasaran Perataan Laba

Sasaran perataan laba dapat dilakukan terhadap aktivitas-aktivitas yang dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi aliran laba atau informasi.

Foster (1986) dan Liauw She Jin dan Machfoedz (2000) mengklarifikasi beberapa unsur-unsur laporan keuangan yang seringkali dijadikan sasaran untuk melakukan perataan laba.

Unsur-unsur tersebut diantaranya yaitu : 1. Unsur penjualan

Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif saat pembuatan faktur misalnya penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang, pembuatan faktur dilakukan pada periode ini dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini.

2. Unsur Biaya

Memecah-mecah faktur. Misalnya faktur untuk sebuah pembelian/pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian/pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntasi.

Hal ini merupakan alasan yang disederhanakan karena manajemen mungkin merasa perlu dan lebih praktis untuk meratakan penjualan dan

komitmen penjualan yang tetap memiliki perataan biaya secara lebih fleksibel. Sama halnya suatu perusahaan dengan kendali yang baik atas biaya-biayanya dapat merasa lebih praktis untuk meratakan pendapatan penjualannya.

2.2.7.4Metode dan Dimensi Perataan Laba

Perataan laba dapat dilakukan dengan menggunakan metode atau taksiran akuntansi (disebut accrual-based manipulation) atau dengan memperlakukan transaksi yang menyebabkan laba yang dilaporkan lebih mendekati angka yang di targetkan daripada memaksimumkan aliran kas yang di harapkan saat ini (disebut real manipulation) (Bortov ,1993)

Sedangkan dalam Dascher dan Malcom (1970) dalam Assih dan Gudono, menyatakan bahwa perataan laba atau laba yang dilaporkan dapat dicapai melalui real smoothing atau artificial smoothing. Real smoothing berarti suatu transaksi yang sesungguhnya untuk dilakukan dan tidak dilakukan berdasar pengaruh perataannya pada laba. Sementara artificial smoothing berarti perataan laba dengan menerapkan prosedur akuntasi untuk memindahkan biaya dan / atau pendapatan dari suatu periode ke periode yang lain.

Dengan demikian perataan laba dapat dicapai melalui beberapa dimensi perataan laba. (Ronen dan Sadan,1975) dalam Assih dan Gudono : 1. Perataan laba melalui kejadian dan /atau pengakuan peristiwa.

Manajemen dapat menetapkan waktu terjadinya peristiwa tertentu untuk mengurangi perbedaan laba yang dilaporkan, jadi alternatifnya

manajemen juga dapat menentukan waktu pengakuan beberapa peristiwa.

2. Perataan laba melalui alokasi selama periode tertentu. 3. Perataan laba melalui klasifikasi

Dokumen terkait